Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85634 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jascha Dewangga
"Kata sapaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam memulai suatu percakapan. Melalui kata sapaan kita dapat melihat hubungan di antara penutur dan mitra tutur. Oleh karena itu, penggunaan kata sapaan perlu dipahami secara menyeluruh untuk menjaga hubungan interpersonal. Ketika mempelajari bahasa Jepang, ditemukannya perbedaan mengenai penggunaan kata sapaan dalam buku pelajaran bahasa Jepang. Dengan demikian, penelitian ini akan membahas bagaimana kata sapaan “otsukare” sebenarnya digunakan di Jepang, khususnya pada kalangan mahasiswa Jepang. Untuk mencapai tujuan penelitian, penulis akan membahas bagaimana aisatsu diajarkan dalam buku “Minna no Nihonggo”. Selanjutnya, penulis menggunakan kuesioner untuk mempertanyakan cara penggunaan “otsukare” kepada responden mahasiswa Jepang. Dalam pembuatan kuesioner, penulis menggunakan konsep sosiolinguistik agar dapat menjawab pertanyaan mengenai penggunaan “otsukare”. Dalam penelitian ini, ada empat penemuan mengenai cara penggunaan “otsukare”. Penutur jati bahasa Jepang menggunakan ucapan “otsukare” kepada kakak kelas, adik kelas, dan teman. Penutur jati bahasa Jepang lebih condong menggunakan “otsukare” sebagai kata perpisahan, walaupun beberapa orang juga menggunakan “otsukare” ketika bertemu dengan seseorang. Selanjutnya, semakin larut waktu (pagi ke malam), “otsukare” semakin sering digunakan. Terakhir, penutur jati bahasa Jepang merasa penggunaan “otsukare” di pagi hari dan ketika pertama keluar dari rumah merupakan hal yang wajar.

Greetings are one of the keys to strike a conversation. Within a conversation, in greetings, we can see the relationship between a person to another person. As a result, in maintaining an interpersonal relationship, an understanding of greetings is necessary. While learning Japanese, there are differences in the use of greetings within Japanese textbooks. Thus, this study will discuss the usage of "otsukare" in Japan, especially amongst Japanese university students. "Minna no Nihonggo" will be used to comprehend how is aisatsu being taught to a foreigner. In this research, Japanese university students will answer a questioner regarding the usage of "otsukare." In making the questionnaire, the author uses sociolinguistics to answer questions concerning the usage of "otsukare." In this research, there are four discoveries regarding the usage of "otsukare." Native Japanese speakers use the greeting "otsukare" to seniors, juniors, and friends. Native Japanese speakers prefer to use "otsukare" as a farewell, although some people also use "otsukare" to greet people. As time goes by (morning until night), "otsukare" is used more frequently. Finally, native Japanese speaker thinks that the usage of "otsukare" in the morning and when they first get out of the house is nothing out of the ordinary."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Ayu Rahma Dwisiandri
"Makalah ini menganalisis sinonimi pada adverbia bahasa Jepang yang memiliki makna ‘akhirnya’. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu persamaan dan perbedaan yang ada pada adverbia yatto, youyaku, dan tsuini. Data penelitian diperoleh dari tulisan-tulisan di Twitter yang mengandung kata yatto, youyaku, dan tsuini. Berdasarkan hasil analisis, yatto dan youyaku menunjukkan hasil akhir yang positif dan mengekspresikan emosi senang dan rasa lega pembicara. Adverbia tsuini lebih berfokus pada hasil akhir, dapat berupa sesuatu yang diharapkan maupun tidak, setelah mengalami proses yang panjang dan bertahap sehingga dapat juga mengekspresikan rasa kecewa pembicara. Hasil analisis dari penelitian ini diharapkan dapat membantu pembelajar bahasa Jepang di Indonesia untuk dapat menggunakan ketiga kata tersebut dengan benar.

This research problematizes synonymy in Japanese adverbs that have meaning of ‘finally’. This research analyzes the similarities and differences between yatto, youyaku, and tsuini. The source of the data is from Twitter that contain words yatto, youyaku, and tsuini. Based on the result of the analysis, yatto and youyaku show positive end results and express the speaker’s happy emotion and feeling of relief. Tsuini focuses more on the end result, whether it is something that is expected or not, after a long and gradual process thus it can also express the speaker’s disappointment. The result of this research is expected to help Japanese learners in Indonesia use these three words correctly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Unversitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Benita Alia Amiartapura
"Setiap bahasa memiliki sistem yang berbeda dalam menyusun kalimat kala lampau. Dalam bahasa Belanda terdapat seperangkat aturan linguistik yang perlu diperhatikan untuk dapat membuat kalimat kala lampau dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan kalimat kala lampau bahasa Belanda imperfectum dan perfectum oleh mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan data berupa transkrip hasil berbicara 8 mahasiswa semester 4 tahun ajar 2021/2022 Program Studi Belanda FIB UI, yang dianalisis menggunakan teori surface strategy taxonomy oleh Dulay, dkk (1982) beserta aturan pembentukan kalimat imperfectum dan perfectum oleh Ridwansyah (2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 tipe kesalahan yang dilakukan yaitu kesalahan penghilangan, penambahan, dan kesalahan bentuk, dengan frekuensi kesalahan terbanyak berupa kesalahan bentuk. Faktor yang mempengaruhi terjadinya kesalahan adalah kecenderungan mahasiswa yang mengacu pada aturan tata bahasa ibu yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing pertama yaitu bahasa Inggris, serta kurangnya perhatian pada kata kerja tidak teratur dan kesesuaian kata kerja bantu.

Every language has a set of distinguished systems in constructing past tense sentences. There’s a set of linguistic rules that need to be considered in order to produce a correct form of past tense sentences in Dutch language. This study aims to understand the usage of imperfectum and perfectum of students in the Dutch past tense sentences. Using a descriptive method with data in the form of speaking transcripts by 8 students of the 4th semester Dutch Study Program FIB UI academic year 2021/2022, analyzed using the surface strategy taxonomy theory by Dulay, et al (1982) along with the rules of imperfectum and perfectum sentence formation by Ridwansyah (2008). The results showed that there were 3 types of errors, namely omission, addition, and misformation, with the highest frequency of errors in the form of misformation. Factors that influence the occurrence of errors are the tendency of students to refer to the grammar rules of the mother tongue, namely Indonesian and the first foreign language, namely English, as well as the lack of attention to irregular verbs and the suitability of auxiliary verbs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edizal
Padang: Kayupasak, 2010
495.6 EDI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shaliena Salsabilla
"Kata slang merupakan ragam bahasa informal bersifat tidak baku dan hanya terjadi dalam kurun waktu tertentu. Pemakaian bahasa ini mempunyai fungsi internal yang hanya digunakan oleh kelompok sosial tertentu yang membuat kelompok sosial lain tidak memahaminya. YouTube menjadi salah satu media sosial yang menyediakan informasi berupa tontonan video-video secara praktis dapat diakses oleh pengguna YouTube. Saluran YouTube Dutchies to Be memuat video-video yang mengajarkan bahasa Belanda dengan Kim Jautze sebagai pengajar. Salah satu materi ajar dalam video tersebut adalah pengenalan kata slang dalam bahasa Belanda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengajaran kata slang bahasa Belanda oleh Kim Jautze melalui video ajar saluran YouTube Dutchies to Be - Learn Dutch with Kim sesuai dengan model pembelajaran Input Processing (IP) dan Structured Input Activities (SI). Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, hasil yang ditemukan adalah bahwa pengajar yakni Kim Jautze tidak secara menyeluruh mengikuti teori IP dan SI.

Slang is a variety of informal language that is not standard and only occurs within a certain period of time. The use of this language has an internal function that is only used by certain social groups that make other social groups do not understand it. YouTube is one of the social media that provides information in the form of watching videos that can be practically accessed by YouTube users. The Dutchies to Be YouTube channel contains videos that teach Dutch with Kim Jautze as a teacher. One of the teaching materials in the video is the introduction of slang words in Dutch. This study aims to determine whether the teaching of Dutch slang words by Kim Jautze through the YouTube channel Dutchies to Be - Learn Dutch with Kim is in accordance with the Input Processing (IP) and Structured Input Activities (SI) learning models. By using a qualitative descriptive method, the results found are that the teacher, namely Kim Jautze, does not completely follow the IP and SI theory."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sophia Rania Sasyita
"Pemahaman akan tata bahasa yang baik merupakan aspek penting dalam mempelajari bahasa asing. Oleh karena itu, dibutuhkan materi ajar yang menggunakan pendekatan tepat untuk menciptakan soal latihan yang ideal. Penelitian ini membahas penerapan Focus on Meaning (FoM) dan Focus on Forms (FoFS) dalam latihan gramatika pada Tekstboek dan Werkboek Contact! Deel 2. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penjabaran deskriptif yang difokuskan kepada analisis instruksi soal kala gramatika atau werkwoordstijden. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperlihatkan adanya kepatuhan instruksi soal-soal kala gramatika waktu terhadap konsep Focus on Meaning (FoM) dan Focus on Forms (FoFS). Hasil penelitian membuktikan bahwa instruksi soal latihan kategori kala gramatika pada Tekstboek dan Werkboek Contact! Deel 2 lebih difokuskan terhadap pemahaman pelajar akan bentuk kalimat yang tepat (Focus on Forms) dibandingkan dengan fokus terhadap makna (Focus on Meaning). Soal latihan kala gramatika waktu yang fokus terhadap bentuk itu dapat terlihat dari instruksi yang diperintahkan kepada pelajar sebagai petunjuk dalam mempelajari bahasa Belanda untuk menguasai bentuk kala dalam Bahasa Belanda.

A good understanding of grammar is an important aspect of learning a foreign language. Therefore, right teaching materials are needed as an approach to create ideal excercise questions. This study research the application of Focus on Meaning (FoM) and Focus on Forms (FoFS) in grammatical exercises in Text Book and Work Book of Contact! Deel 2. This study uses a qualitative method with descriptive elaboration that focused on the analysis of tenses of time or werkwoordstijden. The purpose of this study is to show the adherence between instructions of grammatical tenses of time exercises towards Focus on Meaning (FoM) and Focus on Forms (FoFS) concept. The results of the study prove that the instruction of excercise questions in the grammar tenses of time is more focused on students' understanding of the correct sentence form (Focus on Forms) compared to focusing on meaning (Focus on Meaning). The grammar tenses of time excercises that are focused on the form can be seen from the instructions given in the textbooks in learning Dutch to master the tenses in Dutch."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Universitas Bina Nusantara, 2005
NIGAKU 1:1 (2005)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Nenny Alfiah
"ABSTRAK
Nenny Alfiah. Ikhtisar Skripsi sbb. Kata seru dipergunakan oleh orang Jepang dalam percakapan sehari-hari. Dalam bahasa Jepang, kata seru berkaitan dengan jenis kelamin pemakainya. Berdasarkan hal tersebut, penulis berminat untuk mengetahui, kata seru bahasa Jepang lebih lanjut dengan tujuan untuk mengetahui fungsinya, dan untuk mengetahui kata seru mana yang hanya digunakan oleh laki-laki, mana yang hanya digunakan oleh perempuan, dan mana yang bisa digunakan oleh keduanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swastika Tiosara Padma
"Penelitian ini berfokus pada pertanyaan deklaratif bahasa Jepang. Pertanyaan deklaratif berbeda dengan pertanyaan pada umumnya yang memiliki pemarkah leksikal interogativa dan pemarkah gramatikal ka. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menjelaskan pertanyaan deklaratif dalam bahasa Jepang. Data penelitian ini diambil dari pertanyaan deklaratif dalam percakapan dalam anime Meitantei Conan Hiiro no Dangan. Alasan pemilihan sumber data ini adalah ditemukannya variasi pertanyaan deklaratif.
Penelitian ini disajikan dalam bentuk transkripsi bahasa Jepang yang diberi kodifikasi dan data diidentifikasi berdasarkan intonasi tuturan. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat 3 intonasi pertanyaan deklaratif bahasa Jepang, yaitu naik, datar, dan turun. Pertanyaan deklaratif intonasi naik memiliki pemarkah da, pemarkah adverbia inferensial, pemarkah adverbia potensial, dan tanpa pemarkah. Pertanyaan deklaratif intonasi datar memiliki pemarkah adverbia inferensial dan tanpa pemarkah. Sedangkan, pertanyaan deklaratif intonasi turun memiliki pemarkah da ̧pemarkah adverbia inferensial, pemarkah kata tanya sebelum kalimat pertanyaan, dan tanpa pemarkah.

This study focuses on Japanese declarative questions. Declarative questions are different from general questions which have interrogative lexical markers and grammatical markers ka. The purpose of this study is to identify and explain declarative questions in Japanese. The research data is taken from declarative question in anime Meitantei Conan Hiiro no Dangan. The reason for choosing this data source is the discovery of variations in declarative questions.
This research is presented in the form of a Japanese transcription which was codified and the data was identified based on the intonation of the speech. The result of this study shows that there are 3 intonations of Japanese declarative questions, namely up, flat, and down. Ascending intonation declarative questions have da marker, inferential adverb marker potential adverb marker, and no marker. Flat intonation declarative questions have inferential adverb marker and no marker. Meanwhile, descending intonation declarative questions have inferential adverb marker, Q-word marker before the question, and no marker.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Katalyss Putridewi
"ABSTRAK
Skripsi ini meneliti tentang tindak tutur deklarasi yang dituturkan dalam bahasa Jepang. Data tuturan deklarasi diambil dari season pertama animasi serial Jigoku Shoujo. Data disaring dan dianalisa dengan definisi tindak tutur deklarasi yang dikemukakan oleh John R. Searle. Data juga ditinjau dari segi dimensi ilokusi. Hasil penelitian ini menunjukkan kelas kata dari kata pemarkah yang digunakan dalam tuturan deklarasi bahasa Jepang

ABSTRACT
This thesis studies declaration speech acts that are uttered in Japanese. The data that are analyzed are taken from the first season of Japanese animation series Jigoku Shoujo. The data is filtered using the definition of a declaration speech act according to John R. Searle. The data is also analyzed in terms of dimensions of illocutionary acts. Result of the study shows the classes of the word that indicates the act of declaration in declaration speech acts uttered in Japanese"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>