Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132265 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andiny Widya Utari
"Permukiman kumuh muncul salah satunya disebabkan kondisi sanitasi yang buruk. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) adalah salah satu upaya pemerintah untuk melakukan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang berbasis masyarakat dan partisipasi pemerintah daerah. Salah satu kegiatannya adalah perbaikan sanitasi. Salah satu lokasi penerima program KOTAKU adalah kelurahan Sungai Bilu, yang mana pada salah satu wilayahnya yang semula kumuh saat ini menjadi destinasi wisata susur sungai, yaitu Kampung Hijau. Namun, masih terdapat masyarakat Kampung Hijau yang tidak menyadari perannya pada pengelolaan limbahnya. Tujuan penelitian adalah menganalisis sistem pembuangan limbah, kondisi sosial dan ekonomi, tingkat motivasi masyarakat, dan merancang model konseptual pengelolaan limbah berbasis komunitas. Metode penelitian adalah mixed methods, yaitu observasi, wawancara, dan kuesioner. Hasil penelitian yaitu pembuangan limbah di Kampung Hijau menggunakan sistem biofilter yang sudah sesuai dengan pedoman pembangunan, tetapi sering muncul bau yang mengganggu. Masyarakat sudah mengetahui bahwa limbah tinja yang langsung dibuang ke sungai adalah salah satu penyebab pencemaran, dan mengetahui cara untuk mengelola fasilitas pengelolaan limbah. Sikap masyarakat menerima dengan baik pembangunan fasilitas pengelolaan limbah di tempat tinggalnya. Masyarakat belum memiliki kesadaran pada pemeliharaan fasilitas pengelolaan limbah, menganggap bahwa masyarakat hanya sebagai penerima manfaat. Pendidikan terendah yang pernah ditempuh masyarakat adalah tidak tamat SD. Kemudian, perekonomian masyarakat Kampung Hijau didominasi oleh masyarakat dengan pendapatan dibawah upah minimum provinsi (UMP). Mayoritas masyarakat tidak bersedia jika dibebankan biaya untuk pembangunan atau perawatan fasilitas pengelolaan limbah. Kemudian, motivasi sudah mulai terbentuk, terlihat dari masyarakat yang bersedia untuk bergotong-royong membangun fasilitas pengelolaan limbah. Pada model konseptual yang dirancang, intervensi yang dapat diberikan agar pengelolaan limbah berbasis komunitas dapat berkelanjutan adalah mengadakan sosialisasi, edukasi, pelatihan secara rutin, dan pengawasan langsung oleh perangkat pemerintah.

Slums emerged due to poor sanitation conditions. Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) program was one of the government's efforts to prevented and improved the quality of community-based slum settlements and local government participation. One of the activities was improving sanitation. One of the locations for the program was the Sungai Bilu sub-district, which is one of its slum areas was now a riverbank tourism destination, namely Kampung Hijau. However, there were still people in Kampung Hijau who did not realize their role in wastewater management. The research objectives were to analyze the wastewater disposal system, social and economic conditions, the level of community motivation, and to build a conceptual model for community-based wastewater management. The research method was mixed methods, namely observation, interviews, and questionnaires. The results of this research were the wastewater disposal in Kampung Hijau used a biofilter system that was in accordance with the development guidelines, but a bad smell often appeared. The community has already known that feces that were directly disposed to the river was one of the causes of pollution, and they knew how to managed sanitation facilities. The attitude of the community welcomed the construction of sanitation facilities in their houses. The community had no awareness of maintaining sanitation facilities yet, considering that the community was only the beneficiary of it. The lowest education that the community had taken was not completing SD. Then, the economic status of the Kampung Hijau community was dominated by people with incomes below the provincial minimum wage (UMP). The majority of the community was not willing to be charged with building or maintaining sanitation facilities. Then, motivation has begun to form, it could be seen from the community that willing to work together to build sanitation facilities. In the designed conceptual model, interventions that could be provided so that community-based wastewater management could be sustainable were holding outreach, education, routine training, and direct supervision by government officials."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ghina Octaviani Minhaj
"Dalam rangka pengendalian pencemaran lingkungan, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) memegang peranan penting dalam mengolah air limbah agar sesuai dengan baku mutu sebelum di buang ke lingkungan. Akan tetapi tidak semua IPAL telah bekerja secara maksimal sehingga evaluasi secara berkala harus dilakukan untuk mengetahui masalah dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengolahan IPAL tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi terhadap IPAL 1 Jababeka yang berfungsi untuk mengolah air limbah pada Kawasan Industri 1 dan Kawasan Industri 7 yang berada di dalam Kawasan Industri Jababeka (KIJ). Evaluasi dilakukan dengan membandingkan efisiensi pengolahan aktual dengan literatur terkait, selain itu evaluasi juga dilakukan terhadap parameter desain dan standar operasional prosedur (SOP). Selain itu, evaluasi juga dilakukan dengan melakukan simulasi proses dan opeasi IPAL dengan menggunakan perangkat lunak STOAT. Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk efisiensi penyisihan IPAL 1 Jababeka pada pengolahan primer diperoleh nilai efisiensi BOD 50%; efisiensi COD 20,5% dan efisensi TSS 18,45%, pada pengolahan sekunder diperoleh nilai efisiensi penyisihan BOD 80%; efisiensi COD 91,22% dan efisiensi TSS 95,24% serta efisiensi IPAL secara keseluruhan adalah sebesar BOD 90%; efisiensi COD 93,02% dan efisiensi TSS 96,12%. Berdasarkan nilai tersebut diketahui bahwa masih perlu dilakukan peningkatan efisiensi dari unit-unit pengolahan IPAL 1 Jababeka. Parameter desain dari unit pengolahan IPAL 1 Jababeka juga belum seluruhnya memenuhi kriteria desain hal ini dikarenakan desain IPAL yang ada saat ini diperuntukan untuk mengolah air limbah dengan debit sebesar 18.000 m3/hari sedangkan rata-rata air limbah yang diolah oleh IPAL 1 Jababeka saat ini adalah sebesar 12.431 m3/hari. Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya juga dilakukan permodelan dengan menggunakan STOAT untuk mengetahui parameter apa saja yang paling signifikan dalam peningkatan efisiensi pengolahan IPAL yang kemudian diketahui bahwa debit air limbah merupakan parameter paling signifikan dalam mempengaruhi efisiensi penyisihan parameter TSS dan BOD.

In order to control the environmental pollution, wastewater treatment plant (WWTP) plays an important role in treating the wastewater to meet the quality standards before discharged to environment. However, not all WWTP have worked optimally so periodic evaluation must be carried out to find out the problem and effort can be made to improve the quality of WWTP treatments, this study conducted an evaluation of Jababeka’s WWTP 1 that fuctions to treat wastewater of Industrial Zone 1 and Industrial Zone 7 at Jababeka Industrial Estate (KIJ). Evaluation is conducted by comparing the actual process efficiency with related literature, in addition the evaluation is also carried out on design parameters and standard operational procedures (SOP). In addition, the evaluation was also conducted by simulating the process and operation of WWTP using STOAT software.The test results show that the removal efficiency for BOD, COD and TSS at primary treatment are 50%, 20.5% and 18.45% respectively, at secondary treatment are 80%, 91.22% and 95.24% respectively and WWTP’s overall efficiency are 90%, 93.02% and 96.12% respectively. Based on this result, it can be inferred that is still necessary to increase the removal efficiency of these unit. The design parameters of Jababeka’s 1 WWTP treatment units also do not fully meet the design criteria because the existing WWTP design is intended to treat wastewater with a discharge of 18,000 m3/day while the average wastewater treated by Jababeka’s 1 WWTP currently is amounting 12,431 m3/day. Based on the data obtained thereafter also carried out modeling using STOAT to find out which parameters are the most significant in increasing the efficiency of WWTP treatment which later found that the discharge of wastewater is the most significant in order to remove the TSS and BOD parameter."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadine Septia Nugraha
"Pabrik pengolahan air limbah ini berada di 594 km timur dari Perth di kota Kalgoorlie. Region ini dikenal dengan industri pertambangan emas, yang diketahui mengggunakan jumlah air yang besar dan jejak lingkungan yang ditinggalkan. Hasil riset dari CSIRO mengatakan bahwa operasional tambang emas membutuhkan lebih dari 250ML air untuk memproduksi 1 ton emas. Selain itu, situasi pertambangan emas saat ini di Kalgoorlie meninggalkan efek yang cukup drastic pada lingkungan sekitar. Di Kalgoorlie terdapat 26 sumber air yang dipergunakan untuk industri pertambangan. Selain itu, bendungan yang dipergunakan untuk menyimpan air hasil proses berbahaya bagi lingkungan sekitar. Tujuan utama dari pabrik ini merupakan untuk mendapatkan air proses pertambangan dari industri pertambangan emas untuk diolah kembali agar dapat dipergunakan kembali. Air yang dihasilkan akan menjadi 80% kelas C dan 20% kelas B.

The wastewater treatment plant (WWTP) is located 594km east of Perth in the town of Kalgoorlie. This region has a prolific gold mining industry, an industry well known for its large water consumption and large environmental footprint. Research from CSIRO found that a gold mine operation requires over 250ML of water to produce a single tonne of gold. Moreover, current gold mining operations over the last few decades have devastated the natural landscape and quality of local waterways through the excessive sourcing of water from ground water reserves. There are a total of twenty-six operational bore fields in Kalgoorlie to supply water to all mining operations. Furthermore, tailing dams used to store processed mine water have caused further damage to waterways through the continual seepage back into underground reserve which has affected drinking water supplies. The sum of this reported damage over many years, further exacerbated by the call for more sustainable mining operations has allowed Gold Wastewater to see the benefits and longevity of investing in the area. Ultimately, the main purpose of the plant is to receive mine tailings from local gold mining operations, to process the tailings water up to re-use quality, and to return this water to the same mine operations in large quantities thus reducing the load on local water supplies. The water to be returned to mining operations will fall under Class C and will make up 80% of the water produced. The remaining 20% of water will undergo further processing to Class B, available for watering of parks, gardens and sports facilities, supporting the green vision of Kalgoorlie’s community."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ersyam Kelana Natsir
"Tingkat pencemaran air limbah domestik terus naik secara signifikan melihat banyaknya daerah aliran sungai yang tercemar. Pencemaran air limbah domestik mayoritas dipengaruhi oleh aktivitas domestik masyarakat dan rumah tangga. Saat ini telah terdapat upaya penegakan hukum mengenai pengendalian pencemaran dan juga pengelolaan yang ideal, akan tetapi pelaksanaan upaya tersebut belum dapat mengimbangi kerusakan dan pelanggaran yang sudah terjadi. Instrumen hukum juga berkontribusi dalam lemahanya penegakan hukum karena belum cukup dalam mengakomodir kebutuhan hukum. Penelitian ini berfokus untuk menjelaskan dan menganalisis alasan-alasan upaya pengendalian pencemaran dan pengelolaan air limbah domestik masih tergolong lemah dari perspektif instrumen dan penegakan hukumnya. Penelitian ini akan meninjau kondisi yang saat ini tejadi kemudian dihubungkan dengan metode penerapan instrumen dan penegakan hukum yang dapat dipergunakan dalam menciptakan pengendalian pencemaran dan pengelolaan air limbah domestik secara lebih baik lagi. Penelitian ini juga akan menunjukkan bagaimana penegakan hukum akan berjalan lebih baik dengan adanya instrumen yang sifatnya komprehensif

The level of domestic wastewater pollution continues to increase significantly considering the number of polluted river basin. Domestic wastewater pollution is majorly influenced by domestic activities of the community and households. Currently there have been law enforcement efforts regarding pollution control as well as ideal management, but the implementation has not been able to compensate for the damage and violations that have occurred. Legal instruments also contribute to the feeble law enforcement because they are not sufficient to accommodate legal needs. This study focuses on explaining and analyzing the reasons that efforts to control pollution and manage domestic wastewater are still feeble whence the perspective of instruments and law enforcement. This study will examine the current conditions which are then linked to the method of implementing instruments and law enforcement that can be used in creating better pollution control and domestic wastewater management. This research will also show how law enforcement will work better with a comprehensive instrument.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Setyaputra
"Batik merupakan warisan budaya yang diwariskan kepada para pengrajinnya di Indonesia, bahkan kini sudah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan dunia. Dengan makin meningkatnya sektor industri batik yang didominasi industri kecil, semakin meningkatkan resiko tercemarnya lingkungan sekitarnya dengan air limbah dari industri batik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja modul membran berbasis serat polypropylene (PP) dalam pengolahan air limbah industri batik. Limbah batik tersebut sebelumnya diolah melalui kombinasi ozonasi (O3) dan flokulasi, kemudian disaring dengan modul membran PP pada berbagai tekanan membran trans (TMP). Konduktivitas, total padatan tersuspensi (TSS), kebutuhan oksigen kimia (COD) dan warna (Pt / Co) merupakan variabel yang diamati untuk menguji kinerja proses pengolahan air limbah batik.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa TSS, COD dan Pt / Co dapat diturunkan masing-masing sekitar 99,8%, 24% dan 57%. Sedangkan fluks permeat dari modul membran adalah 141.3, 182.0, 243.9, 264.7 dan 290.88 L.m-2.h-1 pada TMP masing-masing sebesar 3, 5, 7, 9 dan 11 bar.

Batik is a cultural heritage that was passed down to the craftsmen in Indonesia, even now it has been recognized by UNESCO as one of the world heritages. With the increase in the batik industry sector which is dominated by small industries, the risk of contamination of the surrounding environment with wastewater from the batik industry increases. This study aims to determine the performance of polypropylene (PP) fiber-based membrane modules in batik industry wastewater treatment. The batik waste was previously treated through a combination of ozonation (O3) and flocculation, then filtered with PP membrane modules at various trans membrane pressures (TMP). Conductivity, total suspended solids (TSS), chemical oxygen demand (COD) and color (Pt/Co) were observed variables to test the performance of batik wastewater treatment processes.
The experimental results showed that TSS, COD and Pt/Co could be reduced by about 99.8%, 24% and 57%, respectively. Meanwhile, the permeate flux of the membrane module was 141.3, 182.0, 243.9, 264.7 and 290.88 L.m-2.h-1 at TMP of 3, 5, 7, 9 and 11 bar, respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meta Pradoningrum
"Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air permukaan tahun 2021 yang diterbitkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Situ Manggabolong diklasifikasikan tercemar berat. Untuk menjaga kelestarian ekosistem Situ Manggabolong, maka Dinas SDA Provinsi DKI Jakarta merencanakan pembangunan IPAL Domestik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekomendasikan teknologi IPAL domestik di Situ Manggabolong, dengan target pengolahan adalah untuk mengolah air limbah domestik (grey water) sesuai dengan bakumutu air limbah domestik pada Permen LH No. 68 Tahun 2016. Untuk mengetahui karakteristik air limbah yag akan diolah, dilakukan uji laboratorium terhadap 10 sampel grey water dengan uji parameter pH, BOD, COD, TSS, NH3, minyak & lemak dan total coliform. Didapatkan nilai rata-rata untuk parameter pH 7, BOD 124,03 mg/L, COD 385,6 mg/L, TSS 66,8 mg/L, minyak & lemak 355 mg/l, amoniak 26,5 mg/l, dan total coliform 5490,8 jml/100 ml. Dari karakteristik air limbah tersebut, diketahui bahwa parameter BOD, COD, TSS, NH3, minyak & lemak dan total coliform di atas baku mutu air limbah domestik. Daerah pelayanan IPAL adalah seluas 53,16 Ha dengan jumlah penduduk 8248, sehingga kepadatan penduduk adalah 155 jiwa/Ha. Metode yang digunakan untuk menentukan teknologi IPAL adalah metode ANP, dengan menganalisa hasil kuesioner dari 10 expert teknik lingkungan dengan profesi dosen, pegawai pemerintah, dan kontraktor/konsultan. Kriteria yang ditentukan untuk menjadi indikator dalam menentukan teknologi IPAL Domestik adalah kriteria lingkungan, teknik, ekonomi dan sosial. Tiga alternatif teknologi yang ditentukan adalah teknologi biofilter aerob, teknologi Anaerobic Baffle Reactor (ABR) + Biofilter Aerob dan teknologi Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) + Biofilter Aerob. Teknologi IPAL yang disarankan dari penelitian ini adalah teknologi ABR+Biofiter Aerob.

Based on the results of surface water quality monitoring in 2021 published by the DKI Jakarta Provincial Environmental Agency, Situ Manggabolong is classified as heavily polluted. To preserve the Situ Manggabolong ecosystem, the DKI Jakarta Provincial Natural Resources Office plans the construction of a Domestic WWTP. The purpose of this study is to recommend domestic WWTP technology in Situ Manggabolong,, with the treatment target being to treat domestic wastewater (gray water) in accordance with the domestic wastewater quality standards in Permen LH No. 68 of 2016. To determine the characteristics of raw wastewater, laboratory tests were carried out on 10 gray water samplings with parameter tests including pH, BOD, COD, TSS, NH3, oil & fat and total coliform. From the results of laboratory tests, the average values for the parameters of pH 7, BOD 124.03 mg / L, COD 385.6 mg / L, TSS 66.8 mg / L, oil & fat 355 mg / l, ammonia 26.5 mg / l, and total coliform 5490.8 jml / 100 ml. From the characteristics of rawwastewater, it is known that the parameters of BOD, COD, TSS, NH3, oil & fat and total coliform are above the domestic wastewater quality standards. The WWTP service area is 53.16 Ha with a population of 8248, so the population density is 155 people / Ha. The method used to determine WWTP technology is the ANP method, by analyzing the results of questionnaires from 10 environmental engineering experts with the professions of lecturers, government employees, and contractors/consultants. The criteria specified to be an indicator in determining domestic WWTP technology are environmental, engineering, economic and social criteria. The three specified technology alternatives are aerobic biofilter technology, Anaerobic Baffle Reactor (ABR) technology + Aerobic Biofilter and Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) technology + Aerobic Biofilter. Based on result of the study, the recommended WWTP technology is Anaerobic Baffle Reactor + Aerobic Biofiter."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sucipta Laksono
"Limbah pewarna batik berbahaya bila dibuang ke badan sungai tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu, konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) pada air buangan limbah batik 1332-3192 mg/L. Pengolahan fisika, kimia, dan biologis dapat mengurangi kandungan kimia berbahaya air limbah batik. Untuk mengetahui kriteria desain dari pengolahan biologis maka diperlukan laju kinetika penguraian substrat. Laju kinetika penguraian substrat berpengaruh terhadap efisiensi dari pengolahan biologis dengan media biofilter. Reaktor biofilter dengan skala lab pada penelitian ini memiliki volume 36 liter, dan air limbah yang dipergunakan merupakan air yang telah melalui proses fisika dan kimia. Proses penelitian ini meliputi seeding yaitu proses pembiakan bakteri yang berasal dari air limbah perut sapi, aklimatisasi yang merupakan proses adaptasi bakteri rumen, dan feeding merupakan proses penguraian konsentrasi senyawa kimia pada air limbah batik. Proses penelitian ini berlangsung selama 68 hari. Waktu tinggal pada penelitian adalah 8 jam dengan debit 1,25 mL/s. Diperoleh laju kinetika penguraian yang diperoleh berkisar 0,174-0,244 hari-1, laju pertumbuhan sebesar 0,03584 hari-1, dan biomassa dengan nilai 0,2088 gVSS/gCOD. Penyisihan COD 60 - 90%, Suhu pada proses ini berkisar antara 27oC-30oC sedangkan pH pada penelitian antara 6,5-8,5.

Batik wastewater can damage the river ecosystem when discharged into water bodies without any prior treatment, Chemical Oxygen Demand (COD) content of the wastewater batik of 1332-3192 mg/L. Physical, Chemical, and Biological treatment can reduce the hazardous chemical constituents of wastewater batik. To determine the design criteria of the biological treatment, the kinetics rate of substrate decomposition is needed. The rate of decomposition kinetics of the substrate affect the efficiency of the biological treatment especially biofilter process. Lab-scale biofilter reactor in this research had a volume of 36 liters and the wastewater used in this research is water that has been through physics and chemical process. The research process includes seeding process, acclimatization, and feeding process. Seeding is the process of culturing rumen bacteria, Acclimatization is the process of adaptation of rumen bacteria in media biofilter, and feeding is the decomposition of chemical compounds in watewater batik by rumen bacteria. This research process lasted for 68 days. Residence time in the study was 8 hours with a flow rate of 1.25 mL/s. Decay rate from rumen bacteria between 0,174-0,244 Day-1, rumen bacteria growth rate is 0.03584 day-1, and biomass of 0.2088 gVSS / gCOD. COD removal 60-90%, the temperature in this process ranges from 27oC-30oC while the pH between 6.5 to 8.5."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denar Zuliandanu
"Industri nata de coco merupakan salah satu agroindustri yang menghasilkan limbah cair bersifat asam, berbau tidak sedap, dan mengandung polutan organik konsentrasi tinggi. Pendekatan biological treatment menggunakan lumpur aktif pada pengolahan limbah terkadang menjadi masalah yakni mikroba yang digunakan mati/inaktif dan memerlukan penyesuaian pH. Degradasi fotokatalitik diyakini mampu memperbaiki kekurang pengolahan limbah dengan cara lumpur aktif atau menjadi komplemen dalam sistem gabungan beberapa cara pengolahan. Titanium dioksida (TiO2) banyak digunakan sebagai fotokatalis karena memiliki sifat yang stabil, ramah lingkungan, dan murah. Kombinasi TiO2 bulky diubah ke dalam bentuk nanotube yang lebih baik secara morfologi kemudian dilakukan modifikasi dengan logam platina (Pt) agar pita serapan bergeser ke daerah sinar tampak serta dilekatkan pada film gelas konduktif FTO (fluorine-doped tin oxide). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi Pt pada katalis membuat kinerja fotokatalitik yang lebih baik. Hasil ini juga didukung oleh data fotoelektrokimia yang menghasilkan densitas arus tertinggi oleh fotokatalis Pt-TNT/FTO 65 mM yakni 0,0031 mA/cm2. Variasi suhu kalsinasi memberikan respon fotokatalitik yang berbeda. Fotokatalis Pt-TNT/FTO-450 menunjukkan kinerja paling baik dengan densitas arus puncak 0,0123 mA/cm2 serta nilai reflektan paling rendah dari data spektrum UV-Vis DRS. Sejalan dengan karakterisasi, hasil aplikasi fotodegradasi terhadap air limbah produksi nata de coco berhasil diturunkan. Laju fotodegradasi terbesar dihasilkan oleh fotokatalis Pt-TNT/FTO 65 mM yang mampu mendegradasi asam asetat, COD, dan amonia berturut-turut yakni 49,16%, 59,09%, 70,08% pada lama penyinaran 8 jam
.....The nata de coco industry is one of the agro-industries that produce acidic liquid waste, have a terrible smell, and contain high concentrations of organic pollutants. The biological treatment approach using activated sludge in wastewater treatment sometimes becomes a problem; namely, the microbes used are dead/inactive and require pH adjustment. Photocatalytic degradation is believed to be able to improve the lack of wastewater treatment by using activated sludge or be a compliment in a combined system of several treatment methods. Titanium dioxide (TiO2) is widely used as a photocatalyst because it is stable, environmentally friendly, and inexpensive. The combination of bulky TiO2 was converted into a morphologically better nanotube form and then modified with platinum metal (Pt) so that the absorption band shifted to the visible light region and was attached to a conductive glass film FTO (fluorine-doped tin oxide). The results showed that the higher the concentration of Pt in the catalyst. Evidence shows a shift in photocatalyst absorption from UV to visible light. Photoelectrochemical data supported this result. The “Pt-TNT/FTO 65 mM” photocatalyst produces the highest current density (0.0031 mA/cm2). In addition, the Pt-TNT/FTO-450 photocatalyst showed the best performance with a peak current density of 0.0123 mA/cm2 and showed the lowest bandgap. The developed photoelectrode showed an excellent result in degrading the organic pollutants from Nata De Coco wastewater. The highest photodegradation rate was produced by Pt-TNT/FTO 65 mM photocatalyst. It eliminated acetic acid, lowered COD value, and eliminated ammonia, respectively, namely 49.16%, 59.09%, 70.08% at 8 hours of irradiation time"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivander Jonathan Kim
"Limbah cair tekstil mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, yang bersifat toksik, karsinogenik, serta sulit untuk didegradasi. Efek berbahaya tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja, untuk itu perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Terdapat metode pengolahan limbah yaitu menggunakan teknologi Advanced Oxidation Processes (AOPs) di mana pada penelitian ini menggunakan Reaktor Ozon Plasma Nanobubble (ROPN). ROPN merupakan teknologi baru yang sedang dikembangkan untuk berbagai macam fungsi, salah satunya adalah untuk pengolahan limbah cair industri yang terbukti efisien untuk mendegradasi limbah cair zat pewarna. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kinerja ROPN dalam mengolah limbah cair remazol biru. Plasma non-termal akan digunakan untuk memproduksi radikal hidroksil, ozon, hidrogen peroksida, dan spesi aktif lainnya, kemudian akan mendegradasi limbah cair melalui proses oksidasi. Kondisi yang digunakan untuk penelitian ini adalah volume limbah cair sebanyak 1000 mL. Variasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis fluida gas sebagai umpan pembentukan ozon, laju alir gas, dan tegangan plasma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi minimum dengan lama waktu degradasi sebesar 60 menit, persentase degradasi remazol biru adalah 32,84% dengan kondisi tegangan plasma 12 kV dan laju alir udara adalah 2 liter/menit. Di samping itu, hasil pada kondisi optimum dengan lama waktu degradasi sebesar 60 menit, persentase degradasi remazol biru adalah 100% dengan kondisi tegangan plasma 5 kV dan laju alir oksigen adalah 2 liter/menit.

Textile wastewater contains hazardous chemicals, which are toxic, carcinogenic, and difficult to degrade. These harmful effects cannot be simply ignored, for this reason, it is necessary to process them before being discharged into the environment. There is a waste treatment method that uses Advanced Oxidation Processes (AOPs) technology which in this study uses an Ozone Plasma Nanobubble Reactor (ROPN). ROPN is a new technology that is being developed for various functions, one of which is for the treatment of industrial wastewater where it is proven to be efficient in degrading dye liquid waste. The purpose of this study was to test the performance of ROPN in treating remazol blue wastewater. Non-thermal plasma will be used to produce hydroxyl radicals, ozone, hydrogen peroxide, and other active species, then it will degrade the liquid waste through an oxidation process. The conditions used for this study were the volume of 1000 mL of liquid waste. Variations made in this study are the type of gas fluid as a feed for ozone formation, gas flow rate, and plasma voltage. The results showed that at minimum conditions with a degradation time of 60 minutes, the percentage of degradation of remazol blue was 32.84% with a plasma voltage of 12 kV and an air flow rate of 2 liters/minute. In addition, the yield at optimum conditions with a degradation time of 60 minutes, the percentage of degradation of remazol blue was 100% with a plasma voltage of 5 kV and an oxygen flow rate of 2 liters/minute."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma
"Air limbah RPH yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan masalah lingkungan dan sosial. Rumusan masalah pada riset ini adalah praktik pemotongan sapi di RPH X yang belum sesuai dengan prinsip GSP dan fasilitas RPH X yang belum sesuai dengan persyaratan mempengaruhi pengelolaan air limbah RPH X yang berpotensi menyebabkan kualitas air limbah RPH X tidak memenuhi baku mutu dan menimbulkan dampak limbah RPH pada masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar RPH X, sehingga dibutuhkan alternatif peningkatan pengelolaan air limbah RPH X. Riset ini mencoba menganalisis praktik pemotongan sapi, fasilitas RPH, pengelolaan air limbah RPH, kualitas air limbah RPH, dan dampak limbah RPH pada masyarakat serta menyusun alternatif peningkatan pengelolaan air limbah RPH X. Riset ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.
Hasil riset menunjukkan bahwa praktik pemotongan sapi di RPH X termasuk kategori kurang sesuai dengan prinsip GSP, fasilitas RPH X termasuk kategori kurang sesuai dengan persyaratan, pengelolaan air limbah RPH X cukup baik, kualitas air outlet IPAL telah memenuhi baku mutu, dan dampak limbah RPH X pada masyarakat berupa gangguan bau yang dirasakan oleh 100% responden dan gangguan kesehatan berupa mual yang dirasakan oleh 41% responden. Alternatif peningkatan pengelolaan air limbah RPH yang dapat dilakukan adalah minimisasi melalui segregasi dan pemanfaatan air limbah RPH X serta pemanfaatan limbah padat RPH X menjadi biogas.

Wastewater of slaughterhouse is not managed optimally can cause environmental and social problems. The study issue is practice of cattle slaughtering in slaughterhouse X that has not in accordance with GSP principle and slaughterhouse X facilities that have not in accordance with standards affecting wastewater management of slaughterhouse X which has potential to cause wastewater quality of slaughterhouse X exceeds water quality standards and cause impact of slaughterhouse waste to communities living around the slaughterhouse, so an alternative to improving wastewater management is needed. This study analyzes the practice of cattle slaughtering, the slaughterhouse facilities, the wastewater management of slaughterhouse, the wastewater quality, the impact of slaughterhouse waste, and compose alternative to improving wastewater management of slaughterhouse. This study exercises quantitative and qualitative methods.
The results showed that the practice of cattle slaughtering was categorized into less suitable with GSP principle, the slaughterhouse facilities were categorized into less suitable with standards, the wastewater management of slaughterhouse is quite good, the wastewater quality of WWTP outlet is comply with the water quality standards, and the impact of slaughterhouse waste to the communities living around the slaughterhouse is odor disruption felt by 100% of respondents and health issue are nauseous felt by 41% of respondents. The alternative to improving wastewater management of slaughterhouse is minimization through segregation and utilization of slaughterhouse wastewater and utilization of slaughterhouse solid waste into biogas.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2018
T50813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>