Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102847 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartika Sari Putri
"Permasalahan umum yang dihadapi petani adalah hasil produksi pertanian yang fluktuatif. Hal ini dikarenakan kondisi pertanian masih mengandalkan cuaca, sedangkan saat ini kondisi cuaca tidak dapat ditentukan. Adanya musim kemarau yang panjang membuat masyarakat Desa Cilebak sering mengalami gagal panen. Para petani yang menggantungkan hidupnya pada hasil panen padi sawah tadah hujan tidak jarang mengalami kerugian, dikarenakan banyak petani yang berspekulasi atau untung- untungan menanam padi pada musim kemarau, sedangkan saat ini di Desa Cilebak tidak ada irigasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aset yang dimliki petani padi sawah tadah hujan dan mendeskripsikan strategi bertahan hidup petani padi sawah tadah hujan saat musim kemarau, di Desa Cilebak Kecamatan Cilebak Kabupaten Kuningan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Melalui pemilihan informan secara purposive sampling, wawancara dilakukan dengan 13 informan. Hasil penelitian menunjukan bahwa petani sawah tadah hujan memiliki aset-aset yang dapat dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yaitu memiliki aset manusia (human capital) sebagai sumber daya manusia dan livelihood capabilities dalam atribut dasar mata pencaharian sebagai petani dengan melakukan keterampilan bertani, memiliki aset sosial (social capital) dengan melakukan aktivitas interaktif (claim and acces) di masyarakat. Diantaranya adalah hubungan erat dengan tetangga, gotong royong, mengikuti kegiatan kelompok tani, dan menjalin hubungan baik dengan keluarga, memiliki aset ekonomi (economic capital) sebagai bentuk stores and resources seperti tabungan, emas, pemanfaatan sawah dan pemanfaatan ternak. Petani sawah tadah hujan dalam menghadapi musim kemarau juga telah melakukan beberapa strategi bertahan hidup yaitu melakukan strategi dalam aktivitas produksi dengan cara bercocok tanam dan beternak, strategi dalam aktivitas pertukaran jasa dengan cara menjadi buruh bangunan, menarik ojeg, berdagang dan berhutang. Dan strategi dalam aktivitas konsumsi dengan cara menghemat pengeluaran sebagai strategi meminimalisir kebutuhan untuk bertahan hidup. Selain itu petani juga menghemat konsumsi padi, dan menyimpan padi di lumbung. Hal ini dilakukan sebagai ketahanan mata pencaharian rumah tangga secara berkelanjutan untuk menyediakan stok/penyimpanan hasil tani untuk digunakan saat menghadapi kemarau.

A common problem faced by farmers is the fluctuation of agricultural production. This is because agricultural conditions still rely on the weather, while at this time the weather conditions cannot be determined. The existence of a long dry season makes the people of Cilebak Village often experience crop failure. Farmers who depend on their livelihoods on rainfed lowland rice harvests often experience losses, because many farmers speculate or have chance to plant rice during the dry season, whereas currently in Cilebak Village there is no irrigation. The purpose of this study was to describe the assets owned by rainfed lowland rice farmers and to describe the survival strategies of rainfed lowland rice farmers during the dry season, in Cilebak Village, Cilebak District, Kuningan Regency. This research was conducted using a qualitative approach and descriptive research type. Through the selection of informants by purposive sampling, interviews were conducted with 13 informants. The results showed that rainfed rice farmers have assets that can be used to meet their daily needs, namely having human capital as a human resource and livelihood capabilities in the basic attributes of livelihood as a farmer by doing farming skills. social assets (social capital) by carrying out interactive activities (claim and access) in the community. Among them are close relations with neighbors, mutual cooperation, participating in farmer group activities, and establishing good relationships with families, having economic capital as a form of stores and resources such as savings, gold, utilization of rice fields and use of livestock. Rainfed rice farmers in facing the dry season have also implemented several survival strategies, namely implementing strategies in production activities by farming and raising livestock, strategies in service exchange activities by becoming construction workers, ojeg driver, trading, and they are in debt. And strategies in consumption activities by saving expenses as a strategy to minimize the need for survival. In addition, farmers also save on rice consumption, and store rice in barns. This is done as a sustainable livelihood security for the household to provide stock / storage of agricultural products for use in the face of drought."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsiwidianti Rahmah
"Penelitian ini membahas mengenai praktik gadai lahan sawah yang dilakukan oleh masyarakat tani di Desa Jalatrang sebagai strategi penghidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sifatnya mendesak. Melalui pendekatan etnografi dengan melakukan observasi partisipan dan wawancara mendalam, penelitian ini mencoba memahami bagaimana proses serta relasi-relasi yang terbentuk dalam praktik gadai lahan sawah dapat membantu masyarakat tani di Desa Jalatrang keluar dari situasi terdesak secara finansial. Pembentukan strategi penghidupan yang dilakukan oleh masyarakat tani di Desa Jalatrang melalui praktik gadai lahan sawah ini menunjukkan adanya pemanfaatan modal alam dan sosial oleh petani guna menciptakan sustainable livelihoods yang dapat membantu mereka terhindar dari guncangan rumah tangga. Praktik gadai lahan sawah oleh masyarakat tani di Desa Jalatrang juga memperlihatkan adanya diferensiasi kelas petani antara pihak penggadai dan pihak pemberi pinjaman. Ketergantungan antar kelas petani inilah yang menopang keberlangsungan praktik gadai lahan sawah di Desa Jalatrang hingga saat ini. Praktik gadai lahan sawah akan terus dilakukan selama relasi antar kelas petani itu berlangsung karena relasi tersebut membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. Terlepas dari faktor keuntungan secara ekonomi, praktik gadai lahan sawah ini juga didasarkan pada alasan moral terhadap sesama sehingga dalam praktiknya mencerminkan keselarasan antar moral dan ekonomi.

This study discusses the practice of land pawning carried out by farming society in Desa Jalatrang as a livelihood strategy to meet urgent life needs. Through an ethnographic approach by conducting participant observation and in-depth interviews, this study tries to understand how the processes and relationships formed in the practice of land pawning can help the farming society in Desa Jalatrang to get out of a precarious situation. The formation of livelihood strategies carried out by farming society in Desa Jalatrang through the practice of land pawning shows the use of natural and social capital by farmers to create sustainable livelihoods that can help them to avoid household shocks. The practice of land pawning by the farming society in Desa Jalatrang also shows the differentiation of the farmer class between the pawnbroker and the money lender. This interdependence between classes of farmers has supported the continuity of lawn pawning practice in Desa Jalatrang to this day. The practice of land pawning will continue as long as the relationship between the farmer classes lasts because the relationship brings benefits to both parties. Despite the economic benefits, the practice of land pawning is also based on moral aspect towards family or others so that in practice it reflects the harmony between morals and the economy factors"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiana Nur Azizah
"ABSTRAK Permasalahan umum yang dihadapi nelayan pulau terluar Indonesia antara lain terbatasnya infrastruktur perikanan, terbatasnya sumber daya ikan akibat penangkapan lebih (over fishing), perubahan iklim dan ketidakstabilan harga penjualan ikan. Kondisi tersebut juga dialami oleh nelayan kecil Desa Batu Ampar dalam melakukan aktivitas, penangkapan ikan secara tradisional di laut lepas. Dalam menghadapi krisis melaut, nelayan kecil Desa Batu Ampar melakukan berbagai upaya untuk bertahan hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan strategi bertahan hidup nelayan kecil Desa Batu Ampar dalam menghadapi krisis pada mata pencahariannya serta hambatan dalam strategi bertahan hidup. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Melalui pemilihan informan secara purposive sampling, wawancara dilakukan dengan 10 informann. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan kecil Desa Batu Ampar dapat melakukan upaya-upaya untuk bertahan hidup, diantaranya adalah bekerja keras dalam melaut, menggunakan alat bantu penangkapan, berkomunikasi dengan nelayan-nelayan lain, mendekati kawasan pengeboran migas, mengakses bantuan, meminjam uang, mengikuti sosialisasi dan pelatihan usaha, melakukan kerjasama dengan pengusaha ikan, berkebun dan melakukan budidaya ikan. Dalam strategi bertahan hidup,  nelayan kecil Desa Batu Ampar juga dihadapkan oleh beberapa hambatan. Diantaranya adalah tidak berupaya untuk beraktivitas di wilayah tangkap lain, kesulitan untuk bekerja di luar aktivitas melaut, adanya batasan di kawasan pengeboran migas, angin kencang dan badai, kekurangan sumber daya ikan, kesulitan dalam mengakses bantuan, ketidakstabilan dan keterbatasan penjualan ikan serta mengalami kerugian dari aktivitas nelayan luar daerah.
ABSTRACT
Common problems faced by fishermen, especially in the outer islands of Indonesia are limited fisheries infrastructure, limited fish resources due to over fishing, climate change and instability in the sale price of fish. This condition is also experienced by small fishermen in Batu Ampar Village who are the outermost island fishermen in carrying out traditional fishing activities on the high seas. In dealing with the crisis, the small fishermen of Batu Ampar village made various efforts to survive. The research aims to describe survival life strategies of small fishermen of Batu Ampar Village in facing the crisis of their livelihood and obstacles in survival strategies. This research was conducted using a qualitative approach and descriptive type of research. Through the selection of informants by purposive sampling, in-depth interviews were conducted with 10 informants. The results showed that small fishermen in Batu Ampar Village could make efforts to survive. They worked hard in the sea, using fishing aids, communicating with other fishermen, approaching oil and gas drilling areas, access assistance, borrow money, take part in business socialization and training, collaborate with fish entrepreneurs, gardening and conducting fish farming. In the survival life strategy, the small fishermen of Batu Ampar Village were also faced with several obstacles. They did not try to do activities at other fishing grounds, difficult to work outside of fishing activities, limitations in oil and gas drilling areas, strong winds and storms, shortages of fish resources, difficulties in accessing assistance, instability and limited fish sales and losses from activities of fishermen outside region.

 

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T52515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda Yanti
"Memasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi trend baru masyarakat dunia. Orang semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia non-alami, seperti pupuk dan pestisida kimia dalam produksi pertanian ternyata menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Gaya hidup yang demikian ini telah mengalami pelembagaan secara Internasional yang diwujudkan melalui regulasi perdagangan global yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus mempunyai atribut aman dikonsumsi, mempunyai kandungan nutrisi tinggi, dan ramah lingkungan.
Dewasa ini, konsep pertanian tidak lagi hanya menitikberatkan pada produksi yang tinggi dalam waktu yang singkat, tetapi lebih berorientasi pada peningkatan produksi secara berkesinambungan dengan tetap mempertahankan kualitas lahan dan kelestarian lingkungan (sedapat mungkin meningkatkan kualitas lahan dan kualitas lingkungan) yang dikenal dengan istilah pertanian organik.
Pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang mengusahakan keseimbangan lingkungan, yakni dengan memelihara kesuburan tanah dengan prinsip daur-ulang Kara secara hayati, mengurangi atau meniadakan pupuk buatan dan pestisida kimia, serta melakukan pengendalian hama penyakit melalui perbaikan alam sekitar sehingga memberikan hasil yang optimal dan adalah praktik bertani alternatif secara alami. Dalam konsep ini, upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan Iebih menitikberatkan pemanfaatan teknologi pupuk organik (kompos, pupuk kandang, pendaurulangan Iimbah pertanian), serta pengendalian hama penyakit terpadu (PHT) dan hayati.
Luas panen padi Kabupaten Sragen tahun 2001 adalah 91. 220 ha dengan total produksi beras 301.119,3 ton. Diperhitungkan dengan konsumsi 124.270,3 ton maka terjadi surplus beras pada tahun 2001 yaitu 176.929 ton (Pemda Sragen 2002). Terjadinya surplus beras pada kenyataannya belum mampu meningkatkan pendapatan petani, hal ini disebabkan harga sarana produksi terutama pupuk anorganik dan pestisida kimia semakin mahal di tingkat petani mengikuti pola pasar bebas. Dalam rangka pelestarian lahan pertanian sebagai faktor produksi, mengurangi ketergantungan pupuk dan pestisida pabrik, menekan biaya usahatani dan menjaga kesehatan akibat residu bahan kimia pupuk/pestisida, Kabupaten Sragen secara jangka panjang diusahakan menjadi pusat penghasil tanaman padi organik.
Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen adalah desa yang telah menerapkan usahatani padi organik di Kabupaten Sragen, karena desa ini mempunyai produksi komoditi padi yang besar yaitu ± 3.759 ton/th dan mayoritas penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian sebanyak 90,55% dari total penduduknya. Sesuai dengan Renstra 2002-2007 pengembangan pertanian padi organik akan diperluas menjadi 10.000 ha sehingga misi Kabupaten Sragen yaitu menuju manusia sehat tahun 2010 akan tercapai.
Dari uraian di atas, masalah pokok yang akan diteliti adalah sejauh mana petani padi di Desa Sukorejo menerapkan teknologi pertanian organik, sehingga diketahui; (a) Faktor-faktor yang berperan dalam aplikasi teknologi padi organik; (b) Menganalisa penerapan teknologi tersebut terhadap pendapatan melalui hasil produksi yang dicapai; dan (c) Menganalisa kualitas teknologi pupuk organik yang diterapkan petani.
Tujuan Penelitian yaitu: (a) Mengetahui budidaya padi organik dan faktorfaktor yang berperan dalam aplikasi teknologi padi organik; (b) Menganalisa pengaruh penerapan teknologi pertanian organik terhadap produksi padi dan pendapatan petani; dan (c) Menganalisa kualitas pupuk organik dari kotoran sapi dan jerami dengan penambahan aktivator.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: (a) Penerapan teknologi pertanian organik yang meliputi penggunaan pupuk, pengendalian hama penyakit secara hayati, pengolahan tanah, dan pemanfaatan varietas lokal berpengaruh baik pada produktivitas padi dan pendapatan petani; dan (b) Pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi dan jerami dengan penambahan aktivator berpengaruh baik pada kualitas kompos.
Penelitian dilaksanakan di Desa Sukorejo pada Bulan April sampai Bulan Juli 2004 dengan dua metode peneltian yaitu:
a) Metode survei: menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 53 petani responden untuk memperoleh informasi tentang budidaya padi organik dan faktor-faktor yang mempengaruhi aplikasi teknologi padi organik. Variabel yang diukur adalah jumlah produksi/pendapatan sebagai variabel tak bebas. Sedangkan variabel bebas terdiri dari pemupukan, pengolahan tanah, pengendalian hama penyakit secara hayati, dan pemanfaatan varietas lokal. Analisis data dengan analisis deskriptif kualitatif dan perhitungan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer, Microsoft Excel dan Minitab 13.0 for Windows.
b) Metode percobaan: pengomposan kotoran ternak sapi dan jerami padi mengunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari tiga perlakuan dan tiga ulangan sehingga terdapat sembilan unit percobaan. Ketiga perlakuan tersebut adalah : pengomposan tanpa penambahan aktivator, perlakuan kedua dengan penambahan aktivator EM4 dan perlakuan ketiga dengan penambahan aktivator Primadec. Variabel yang diukur dalam percobaan ini adalah sifat kimia kompos: pH 1120, karbon organik, nitrogen total, posphor, basa-basa dapat pertukarkan (kalsium, magnesium, natrium, dan kalium), hara mikro (besi, tembaga, seng, mangan), rasio C/N dan KTK. Hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti selanjutnya dianalisis dengan analisis ragam pada taraf nyata 1% dan 5%. Jika terdapat perbedaan, pengujian dilanjutkan dengan uji Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1) Budidaya padi organik di Desa Sukorejo menerapkan teknologi padi organik meliputi pengolahan tanah ringan (90% menggunakan alat cangkul & traktor, 6% cangkul, dan 4% tenaga sapi), penggunaan pupuk (3-4 ton/ha pupuk organik dan 50-100 kg/ha pupuk anorganik), penggunaan varietas lokal (87% varietas lokal dan 13% varietas introduksi), dan pengendalian hama/penyakit secara terpadu (PHT) dan hayati (100% bahan-bahan alami). Penerapan teknologi sesuai dengan tujuan, prinsip, dan karakteristik dari pertanian organik.
Faktor-faktor yang berperan dalam penerapan teknologi padi organik oleh petani adalah: a) Motivasi dan persepsi petani tentang keuntungan, kemudahan dalam aplikasi, kesesuaian budaya lokal, b) Keberpihakan pemda dan tembaga pemasaran yaitu PD PAL Sragen, hasil panen padi organik yang lebih baik dari hasil panen padi non-organik, biaya produksi usahatani padi organik yang lebih murah dari pertanian non-organik, bahan-bahan alami untuk pengendalian hama penyakit secara hayati dan pupuk organik yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar, dan semakin mahalnya harga pupuk dan pestisida kimia.
2) Penerapan teknologi berpengaruh nyata terhadap pendapatan melalui hasil produksi yang dicapai. Uji statistik menunjukkan bahwa faktor-faktor teknologi yang berpengaruh terdiri dari penggunaan pupuk organik (XI), pengendalian hama penyakit secara hayati (X2), pengolahan tanah (X3) dan pemanfaatan varietas Iokal (X4). Persamaan regresi:
Y= 2514133 + 2,48 X1 - 19 X2 + 3,10 X3 + 0,16 X4
Proporsi sumbangan total variabel babas (X) terhadap naik turunnya variabel terikat (Y) sebesar 27% (R2), sedangkan faktor lain yaitu 72% diduga adalah dukungan dari kondisi ekologi seperti iklim, curah hujan, suhu, kelembaban, topografi, dan kesuburan tanah serta peranan harga.
3) Penambahan aktivator sangat mempengaruhi kualitas kompos. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar air kompos, serat kompos dan kandungan hara P, K, dan Ca tidak ada perbedaan yang nyata. Kandungan hara Fe, Mn, pH, C/N ratio, dan KTK kompos menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Begitu pula kandungan hara C organik, N, Mg, Cu, dan Zn juga berbeda nyata (P<0,05). Kompos dengan penambahan aktivator EM4 menghasilkan kompos dengan kualitas yang terbaik. Kualitas kedua yaitu kompos dengan penambahan aktivator Primadec. Kompos dengan penambahan aktivator EM4 menghasilkan kompos dengan kualitas yang terbaik dengan niiai kandungan unsur hara tertinggi untuk Mn (555,2 ppm), Mg (0,63 % BK), Cu (4,93 ppm), , menurunkan pH (7,97) dan kandungan Fe(1481,47 ppm), Zn (23,3 ppm) dibandingkan aktivator lainnya. Kualitas kedua yaitu kompos dengan penambahan aktivator Primadec dengan C/N (25,981) terbaik, nilai N (0,89 % BK) dan KTK (35,33 meq/100 g) tertinggi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa; I) Budidaya padi organik di Desa Sukorejo menerapkan teknologi padi organik meliputi penggunaan pupuk, pengolahan tanah ringan, pengendalian hama penyakit terpadu (PITT) dan hayati, serta penggunaan varietas lokal. Penerapan teknologi sesuai dengan tujuan, prinsip, dan karakteristik dari pertanian organik. Faktor-faktor yang berperan dalam penerapan teknologi padi organik oleh petani adalah: a) Motivasi dan persepsi petani tentang keuntungan, kemudahan dalam aplikasi, kesesuaian budaya lokal; b) Keberpihakan pemda dan lembaga pemasaran; 2) Penerapan pertanian organik berpengaruh nyata terhadap produksi dan pendapatan petani; dan 3)Penambahan aktivator sangat mempengartihi kualitas kompos.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: a) Perlu adanya penyuluhan pertanian mengenal aplikasi teknologi pertanian organik dalam usahatani padi yang lebih intensif khususnya pembuatan pupuk organik yang lebih berkualitas dan pengembangannya, penggunaan pupuk organik, pengolahan tanah, pengendalian hama penyakit secara hayati, pemanfaatan varietas lokal yang memperhatikan aspek Iingkungan; dan b) Perlu adanya kebijakan pemerintah pusat dalam upaya penerapan pertanian organik yang memotivasi petani untuk melaksanakannya sehingga pembangunan pertanian yang berkelanjutan dapat terwujud. Kebijakan teknis yang dapat disarankan antara lain subsidi bahan baku (pupuk organik) dan akses pemasaran; c) Perlu adanya kebijakan dari pemda setempat untuk mewujudkan kemandirian petani padi organik seperti tesedianya pabrik penggiling padi dan proses pengemasannya oleh petani sehingga merupakan nilai tambah tersendiri bagi petani dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Daftar Kepustakaan : 31 ( 1986 - 2004 )

Entering the 21st century, the world has adopted a new trend of healthy lifestyle and Back to Nature slogan. People are more aware that the usage of unnatural chemical substances, such as, chemical fertilizer and pesticide in agriculture products can cause negative effects to human health and the environment. This kind of lifestyle has been recognized internationally through global trade regulations, requiring that agricultural products have attributes that are safe to consume, have high nutritional contents, and are environmentally friendly.
Today the agricultural concept does not only focus on large output of production in a short period, but is more oriented in a sustained increase of production while maintaining - if possible, improving - the quality of land soil and the environment that is known as organic farming.
Organic farming is a farming system that attempts to make an environmental balance, that is, by maintaining soil fertility using the biological nutrient recycle principle, reducing or not using artificial fertilizer and chemical pesticide, and controlling pests and diseases by improving the surrounding environment to give optimum result which is a natural alternative farming practice. In this concept, efforts to increase and maintain land productivity focus on using organic fertilizer technology (compost, manure, agriculture waste recycling), and integrated pest and disease control and biological methods.
The rice harvesting area in the Sragen regency in 2001 was 91,220 hectares with a total rice production of 301,119.3 tons. Rice consumption was 124,270.3 tons; therefore, rice surplus in 2001 was 176,929 tons (Regional Government of Sragen 2002). The rice surplus production has not increased the income of farmers because the production cost, especially of inorganic fertilizer and chemical pesticide, increased in line with the free market system. The Sragen regency is making efforts as its long term program to be the center of organic rice production with the aim to conserve the farm land as part of the production factor, reduce the dependency on artificial fertilizer and pesticide, reduce farming costs and protect health from the exposure of fertilizer/ pesticide chemical residue.
The Sukorejo village of the Sambirejo district in the Sragen regency is a village that has applied the organic rice farming because this village has a large rice production, that is, 3,759 tons/ year and the majority, 90.55%, of the population's occupation is in farming. According to Renstra 2002 - 2007 the extension of organic rice farming will cover 10,000 hectares so that the Sragen regency mission of health for everyone in the year 2010 will be achieved.
Therefore, the main issues that will be studied are: (a) To identify how far the rice farmers in the Sukorejo village have applied the organic farming technology in order to identify the factors that play in application of organic rice technology; (b) To analyze the application of the technology in increasing income from rice production; and (c) To analyze the quality of organic fertilizer technology applied by the farmers.
The objectives of the study are: (a) To identify organic rice cultivation and the factors that play in the application of organic rice technology; (b) To analyze the effects of the application of organic farming technology on rice production and farmer income; and (c) To analyze the quality of fertilizer from cow manure and hay that use activator additive.
The hypotheses of this study are: (a) Application of organic farming technology that comprises of using fertilizer, land cultivation, biological pest and disease control, and using local seed will affect rice production and farmer income; and (b) Organic fertilizer from cow manure and hay that use activator additive affects the quality of compost.
The study was conducted in the Sukorejo village from April to July 2004 using two research methods:
a) Survey method: this method uses questionnaires distributed to 53 farmers as subjects to obtain information on organic rice cultivation and on the factors affecting the application of organic rice technology. The independent variable measured was the amount of production/ income as the fixed variable. The dependent variables consisted of fertilizing, land cultivation, biological pest and disease control, and using local seeds. Data analysis was done using qualitative descriptive analysis and data processing was done using Microsoft Excel and Minitab 13.0 for Windows computer software.
b) Trial method: composting of cow manure and rice hay using Complete Random Design that comprises of three treatments and three repetitions so that there were nine trial units. The three treatments were: first, composting without activator additive; second, composting with EM4 additive; and third, composting with Primadec additive. The variable measured in this experiment were the compost chemical properties: pH 1-120, organic carbon, total nitrogen, phosphor, interchangeable base (calcium, magnesium, sodium, and potassium) , micro nutrient (iron, copper, zinc, manganese), C/N ratio and KTK. The results of measurement of the variables being studied were further analyzed with various analysis in the actual range of 1% and 5%. If there are differences, the test will be followed by the Duncan test.
The result of the study showed:
1) organic rice cultivation in the Sukorejo village has applied organic rice technology consisting of mild land cultivation (90°Io used mattocks and tractors, 6% mattocks, and 4010 cows), used fertilizer (3-4 tons of organic fertilizer /hectare and 50-100 kg inorganic fertilizer/ hectare), used local seeds (87% local seeds and 13% hybrid seeds) and integratedly and biologically (100% natural substance) controlled pest and disease. The application of the technology is in line with the objective, principle, and characteristic of organic farming.
The factors that play in the application of organic rice technology by farmers are: a) The motivation of farmers; b) Perception of farmers on profit, cultivation method, adaptation to local culture, facility in application, and observability of organic rice farming; c) The interest and concern of the regional government and marketing institution (PD PAL Sragen), a better rice production of organic rice than that of the non organic rice, cheaper production of organic rice farming than that of non organic farming, better availability of materials from the local environment for producing biological control substance and organic fertilizer, and the increasing cost of chemical fertilizer and pesticide; and the positive impact as the result of organic rice cultivation for the sustainability of the environment.
2) Application of technology affects income through the amount of production achieved. Statistical tests show that the technological factors that had. the effect are: the application of organic fertilizer (X1), biological pest and disease control (X2), land cultivation (X3) and local seeds (X4). The regression equation is as follows:
Y=2514133+2.48X]--19X2+3.10 X3 + 0.16 X4
The percentage of contribution of the value of the free variabel (x) to the increase or decrease of the value of the fixed variable (y) is 27% (R2).
3) Giving an activator additive affects greatly the compost quality. The result of variability investigation showed that compost water level, compost fiber, and the nutrient levels of P, K, and Ca were not significantly different. The nutrient levels of Fe and Mn, pH, C/N ratio, and KTK of the compost showed a significant difference (P< 0.01). The nutrient levels of the organic carbon, N, Mg, Cu, and Zn also were significantly different (P <0.05). Compost with EM4 activator additive produces compost with the best quality. The second best quality was with Primadec activator additive. Compost with EM4 activator additive produces the best quality with the nutrient levels of Mn 555.2 ppm (being the highest level of nutrient), Mg 0.63 %, Cu 4.93 ppm; decreases pH (7.97) and the levels of Fe 1481.47 ppm, Zn 23.3 ppm when compared to using other activators. The second best quality, compost with Primadec activator additive, has the best C/N ratio 25.981, N 0.89% , and highest KTK 35.33 meq/ 100 g.
From the study, it can be concluded that:
1) Organic rice cultivation in the Sukorejo village of the Sragen regency applies organic rice technology that consisted of mild soil cultivation, fertilizing, using local seeds, and biological integrated pest/ disease control. The application of the technology is in tine with the objective, principle, and characteristic of organic farming. The factors that play in the application of organic rice technology by the farmers are: a) Motivation of farmers; b) Farmer perception of profit, cultivation method, adaptation to local culture, facility of application c) Interest and concern of the regional government
2) Application of organic farming obviously affects production and farmer income; and
3) Activator additive greatly affects the quality of compost.
As a result of this study, it is recommended that; a) Farm education on application of organic farming technology should be done to intensify farming especially for production of organic fertilizer (compost) that is of better quality and development, usage of organic fertilizer, usage of local seeds, and land cultivation that pays attention to the environment; and b) There must be a policy from the central government that motivates the farmers to apply organic farming so that sustainable farming development will be achieved. Technical policies that can be recommended are, among others, basic material (organic fertilizer) subsidy and market access. c) The regional government must provide capital to the farmers so that they are able to mill and pack rice independently on their own and thus raise their welfare.
References: 31 (1986 -2004)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istianah
"Pemberlakuan wisata berbasis syari’ah di Indonesia belum dapat dikatakan sempurna, meskipun terdapat potensi yang besar dalam pemberlakuannya dalam menarik wisatawan Muslim dunia. Desa Wisata Cibuntu yang sejak tahun 2012 telah menjadi destinasi wisata di Kabupaten Kuningan dijadikan objek pengembangan pariwisata sebagai desa percontohan terciptanya Desa Wisata Halal berbasis komunitas di Jawa Barat. Terdapat tantangan dan hambatan dalam penyelenggaraan program, diantaranya adalah belum adanya regulasi yang berlaku di Indonesia, stigma negatif tentang Islam yang intoleran, serta dari segi internal, yaitu terbatasnya waktu dan anggaran pelaksanaan, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti bagaimana program desa wisata halal dalam Rancangan Peraturan Desa Wisata Halal dapat menjadi salah satu inovasi pengembangan desa melalui penerapan teori keislaman dalam mencapai maqashid asy-syari’ah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sosio legal yang berfokus pada pengembangan Desa Wisata Cibuntu menjadi Desa Wisata Halal Cibuntu menurut Raperdes dan tindakan sosial dengan tinjauan maqashid asy-syari’ah. Adapun hasil dari penelitian ini bahwa program desa wisata halal telah diberlakukan siklus pertama pemberdayaan oleh inisiator desa halal dengan metode PAR yang berlangsung dari tahun 2018 hingga tahun 2019. Desa Wisata Cibuntu sebagaimana regulasinya telah memenuhi cakupan kebutuhan primer (dharury) dalam pembahasan maqashid asy-syari’ah, meskipun belum sempurna dalam langkah pencapaian kemaslahatan dari tingkatan kebutuhan sekunder (hajiyat) dan kebutuhan tersier (tahtsiniyat).

The implementation of sharia-based tourism in Indonesia cannot be said to be perfect, although there is great potential in its implementation in attracting world Muslim tourists. Cibuntu Tourism Village, which since 2012 has become a tourist destination in Kuningan Regency, has been used as an object of tourism development as a pilot village for the creation of a community-based Halal Tourism Village in West Java. There are challenges and obstacles in implementing the program, including the absence of applicable regulations in Indonesia, negative stigma about intolerant Islam, as well as from an internal perspective, namely the limited time and budget for implementation, and so on. In this study, the author will examine how the halal tourism village program in the Draft Halal Tourism Village Regulation can be one of the village development innovations through the application of Islamic theory in achieving maqashid asy-syari’ah. This study uses socio-legal research method that focuses on developing the Cibuntu Tourism Village into a Cibuntu Halal Tourism Village according to the Raperdes and social actions with maqashid asy-syari’ah review. The results of this study show that the halal tourism village program has been implemented in the first cycle of empowerment by the halal village initiator with the PAR method which took place from 2018 to 2019. The Cibuntu Tourism Village as per its regulations has fulfilled the coverage of primary needs (dharury) in the discussion of maqashid ash-syari’ah , although not yet perfect in the steps of achieving benefit from the level of secondary needs (hajiyat) and tertiary needs (tahtsiniyat)."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Ma’rifati Umi Hani
"Dataran tinggi Ciwidey merupakan Kawasan Agropolitan yang terdapat perbedaan wilayah di antara kedua karakteristik kampung. Perbedaan tersebut dapat memengaruhi kondisi aset penghidupan rumah tangga petani. Rumah tangga petani yang terlibat dalam mata pencaharian tentunya memiliki keberagaman aset penghidupan dan tekanan yang mengancam mata pencahariannya. Adanya tekanan tersebut mengharuskan rumah tangga petani padi sawah malakukan strategi penghidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kepemilikan aset dan pilihan strategi penghidupan rumah tangga petani padi sawah, dengan menganalisis kondisi aset dan strategi penghidupan berdasarkan karakteristik rumah tangga pada karakteristik kampung yang berbeda. Penelitian ini dilakukan terhadap 162 responden untuk mengetahui kepemilikan aset dan strategi penghidupan rumah tangga. Analisis kepemilikan aset menggunakan pentagon aset pada Sustainable Livelihood Approach (SLA). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi kepemilikan aset berbeda di kampung terbuka dan kampung tertutup. Jumlah tenaga kerja dalam rumah tangga berperan dalam pengelolaan aset tersebut untuk kemudian berstrategi. Hal ini menjadikan tipologi rumah tangga ini akan mempengaruhi bagaimana besaran kondisi asetnya. Pilihan strategi yang lebih lengkap akan menguatkan pemahaman bahwa aset sosial dan manusia signifikan pada keragaman strategi penghidupan rumah tangganya.

Abstrak Berbahasa Inggris:
The highlands of Ciwidey are an agropolitan area that has different areas between the two characteristics of the village. The Differences in the characteristics of the village can affect the condition of the livelihood assets of the farmers household. Farmers household involved in livelihoods certainly have a variety of livelihood assets and have pressures that threaten their livelihoods. The existence of these pressures requires a lowland rice farmers household to carry out livelihood strategies. This study aims to determine the condition of asset ownership and the choice of livelihood strategies for lowland rice farmers households, by analyzing asset conditions and livelihood strategies based on household characteristics in different areas of the village characteristics. This study was conducted on 162 respondents to determine livelihood assets and household livelihood strategies. Livelihood assets analysis uses the asset pentagon in the Sustainable Livelihood Approach (SLA). The results of this study indicate that the condition of livelihood assets is different in open villages and closed villages. The number of workers in the household plays a role in managing these assets for later strategies. This makes the household typology will affect how much the condition of livelihood assets. A more complete choice of strategies will strengthen the understanding that social and human assets are important in the diversity of household livelihood strategies.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrayani
"Peningkatan populasi lansia berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Pada masa lansia terjadi berbagai perubahan fisik, kognitif maupun psikologis. Harapan hidup dan kualitas hidup merupakan hal yang sangat penting bagi lansia. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia. Subjek penelitian berjumlah 242 orang lansia yang diperoleh dengan cara random dari populasi yang berjumlah 349 lansia di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan. Dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF, kuesioner dukungan keluarga dan fungsi keluarga.
Penelitian ini dianalisis dengan uji Chy Square dan uji Regresi Logistik. Variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup lansia adalah pendidikan (OR=4,9, p value=0,022), pekerjaan (OR=3,5, p value=0,000) dan dukungan keluarga (OR=5,7, p value=0,000). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup lansia adalah dukungan keluarga dengan nilai OR 5,7 yang berarti bahwa lansia dengan dukungan keluarga kurang berpeluang 5,7 kali lebih besar memiliki kualitas hidup buruk dibandingkan dengan lansia yang mendapat dukungan keluarga baik. Berdasarkan penelitian ini, faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia adalah dukungan keluarga, pendidikan dan pekerjaan.

Increase of elderly population will have an impact on various aspects of life. In the elderly occurs a physical changes, cognitive and pshycological. Life expectancy and quality of life is very important for elderly. There are many factors affect the quality of life of elderly. The purpose of this research to know factors that relating with the quality of life of elderly. The subject of study were 242 the elderly obtained by means of random of the population which consisted of 349 elderly in Cipasung Village Kuningan. The interviewers were conducted using WHOQOL-Bref questionnaire, family support and family function questionnaire.
The study analyzed by Chy Square test and Logistic Regresion test. A variable that has a significant relation exists with the quality of life for the elderly is education (OR=4,9, p value=0,022), work (OR=3,5, p value=0,000) and the family support (OR=5,7, p value=0,000). Factors the most dominant relating to the quality of life of elderly is family support with the OR=5,7 which means that for the elderly with poor family support had a chance 5,7 times as great as having the quality of life poorly compared to good family support. Based on this research, factors that relating with quality of life of elderly is family support, education and work.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maurilla Zahra Sahirah
"Kabupaten Banyumas memiliki beberapa komoditas unggulan seperti di Kecamatan Sumbang yang dikenal dengan penghasil jagung. Walaupun demikian, jika dilihat dari data per tahunnya, luas panen jagung di Kecamatan Sumbang berkurang sekitar 107,8 ha. Sejalan juga dengan maraknya terjadi konversi lahan. Hal ini akan berimbas pada rendahnya pendapatan petani karena petani sangat bergantung pada lahan panen jagung. Adanya tekanan tersebut mendorong petani jagung untuk melakukan berbagai strategi penghidupan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan pengumpulan data secara multistage sampling dengan mengkombinasikan purposive sampling untuk pemilihan lokasi petani dan proportional random sampling untuk pemilihan sampel petani. Sampel diambil dengan teknik kuesioner terhadap 56 petani jagung yang tergabung dalam kelompok tani. Analisis aset dilakukan dengan menggunakan pendekatan Sustainable Livelihood Approach (SLA), deskriptif kuantitatif dan keruangan. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pola kepemilikan aset petani berasosiasi sebagian dengan karakteristik rumah tangga petani dan kondisi tekanan lahan pertaniannya. Berdasarkan persebaran lokasi lahan petani, petani yang lahan pertaniannya berlokasi di kondisi tekanan lahan tinggi dekat dengan jalan lokal serta terletak di aksesibilitas tinggi memiliki aset alam yang lebih unggul daripada di kondisi tekanan lahan rendah hingga sedang. Sementara itu, karakteristik rumah tangga akan mempengaruhi kekuatan aset finansial. Petani dengan anggota rumah tangga sedikit dalam satu atap serta lebih banyak usia tidak produktif yang tidak bekerja dan petani dengan anggota rumah tangga besar dalam satu atap serta lebih banyak usia produktif yang bekerja menjadi pembeda kondisi aset finansialnya. Kemudian, karakteristik rumah tangga juga mempengaruhi aset pada setiap kondisi tekanan lahan. Kepemilikan aset manusia, finansial, dan aset fisik akan mempengaruhi petani dalam menerapkan strategi penghidupan. Tingginya aset fisik, finansial, manusia membuat petani melakukan strategi akumulasi daripada sekadar strategi konsolidasi. Namun, kondisi tekanan lahan juga menentukan pilihan strategi. Unggulnya aset finansial dan fisik di lokasi lahan dengan tekanan tinggi menyebabkan petani dapat melakukan strategi akumulasi. Unggulnya aset manusia di lokasi dengan tekanan lahan sedang menyebabkan petani melakukan strategi konsolidasi.

Banyumas Regency has several superior commodities such as in the Sumbang District which is known as a maize producer. the annual data, the maize farm area in Sumbang has decreased by around 107.8 ha. It will impact farmers income because farmers are very dependent on maize farm areas. The existence of this pressure encourages maize farmers to carry out various livelihood strategies. This study used a quantitative method with multistage sampling by combining purposive sampling for the farmers locations and proportional random sampling for the farmers samples. Samples were taken using a questionnaire technique to 56 maize farmers who are members of farmer groups. Asset analysis is carried out using the Sustainable Livelihood Approach (SLA), descriptive quantitative, and spatial analysis. The results of the study indicate that the condition of farmer's asset ownership is partially associated with the characteristics of the farmer's household and land pressure condition. Based on the distribution of farmers' land locations, farmers whose land is in high-pressure land close to local roads and located in high accessibility have natural assets that are superior to those in conditions of low to moderate land pressure. Meanwhile, household characteristics will affect the strength of financial assets. Farmers with few household members under one house and more non-productive age who do not work and farmers with large household members under one house and more productive age are significantly different in their financial assets. Then, household characteristics also affect each land pressure condition. The ownership of human, financial and physical assets will influence farmers in implementing livelihood strategies. However, land pressure conditions also determine the choice of strategy. The superiority of financial and physical assets in land areas with high pressure causes farmers to carry out an accumulation strategy. The superiority of human assets in locations with moderate land pressure causes farmers to carry out a consolidation strategy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hakiki Magfiroh
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Desa Cigorondong yang masyaraktanya rata-rata bermata pencaharian sebagai petani sawah. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk melihat strategi bertahan hidup yang dilakukan petani Desa Cigorondong yang salah satunya dengan memiliki pekerjaan sekunder sebagai pemulung di Komplek BMKG Tangerang Selatan. Dengan metode kualitatif deskriptif, hasil penelitian ini adalah: (1) Sebelum melakukan diversifikasi nafkah, para petani berada di garis kemiskinan. (2) faktor pendorong mereka melakukan diversifikasi nafkah dengan menjadi pemulung dikota adalah: faktor ekonomi, alam dan mindset. Faktor penarik terdiri dari sistem kerja pemulung yang sedernaha, fasilitas di daerah tujuan yang mempermudah pekerjaan, dan hubungan dengan pengepul yang baik. (3) dan setelah para petani di ini melakukan diversifikasi nafkah menjadi pemulung, ada beberapa kondisi baik ekonomi maupun sosial yang mengalami perubahan. Pada aspek ekonomi ada peningkatan pendapatan dan pada aspek sosial perlahan para petani mulai berubah menuju ke masyarakat solidaritas organik, yaitu solidaritas yang tumbuh berdasarkan pembagian kerja seperti yang terjadi di masyarakat perkotaan, namun tidak meninggalkan kehidupan sosial pedesaan mereka seperti taat pada norma dan gotong-royong. (4) Strategi bertahan hidup yang dilakukan para petani ini adalah dengan survival mechanism yakni dengan mengurangi atau menekan beberapa pengeluaran (strategi penghematan), menggunakan alternatif subsistem yakni dengan memiliki beberapa pekerjaan sampingan dan meminta bantuan dari jaringan sosial untuk membantu mendukung pekerjaan seperti sistem berhutang kepada pengepul.

ABSTRACT
This research was conducted in Cigorondong where the community earns a living as a farmer. Ther purpose of this study was to look survival strategies by this farmer. With descriptive qualitative methods, the results of this study are: (1) Before diversifying livelihoods, farmers are in the poverty line; (2) The driving factor for diversifying their livelihood by becoming a scavengers in cities is: economic, natural and mindset factors. The pull factor consists of a simple system of scavenger, facilities in the destination area that facilitate work, and relationships with good collectors; (3) And after farmers diversify their livelihood into scavengers, there are some good economic or social conditions that change change. On the economic aspect of increasing the budget and on the social aspects the farmers began to change towards an organic solidarity society, namely solidarity that grew through the division of labor as happened in urban communities, but did not involve the social community such as obeying norms and mutual cooperation. (4) The survival strategy carried out by these farmers is through a survival mechanism by reducing the wrong amount by bringing agricultural produce to the city for food needs, using alternative subsystems equipped with secondary jobs, such as farming, such as for scavengers and work-other jobs that consider being able to improve, and using social networks to help each other support work such as the debt system to collectors."
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Moh. Nurgiri
"Skripsi ini mengaji akses Petani Desa Nunuk atas lahan sawah. Akses atas lahan sawah sebagai perwujudan kemampuan petani untuk mendapatkan manfaat dari lahan sawah menjadi fokus kajian sebab petani sangat menggantungkan hidupnya pada penghasilan yang diperoleh dari lahan sawah. Sementara itu, luas lahan yang tersedia di dalam wilayah administrasi Desa Nunuk sangat terbatas dan telah dimiliki oleh petani-petani kaya. Manfaat dari lahan sawah diperoleh melalui dua cara. Pertama, dengan cara menggarap lahan sawah melalui strategi yang diatur dalam pranata perolehan hak garap lahan sawah. Kedua, dengan cara menjadi tenaga kerja atau buruh tani di lahan sawah petani penggarap yang diatur dalam pranata pengaturan kerja yang berlaku. Akses buruh tani atas lahan sawah dipengaruhi oleh keputusan petani penggarap dalam menentukan pengaturan kerja di lahan sawah garapannya. Petani memilih strategi yang paling rasional untuk memperoleh akses atas lahan sawah. Pilihan rasional petani tersebut tidak hanya dipengaruhi pertimbangan dalam hal ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam konteks sosial-budaya masyarakat setempat.

This thesis examines farmers’ access to paddy fields in the village of Nunuk, Lelea District, Indramayu Regency. Access to paddy fields as the ability of farmers to benefit from the paddy fields becomes the focus of study because farmers rely heavily on the revenue generated from the paddy fields. Meanwhile, the available paddy fields is limited and is owned by wealthy farmers. Benefits of paddy fields are obtained in two ways. First, by way of cultivating paddy fields with the access set in the institution of right to cultivate. Second, by way of labour or farm-working in paddy fields, set up in a working arrangements. Farmworkers’ access to paddy fields will be affected by the decision of farmers in determining occupational settings in their paddy fields. Farmers would choose the most rational strategy to gain access to paddy fields. Farmers’ rational choice determining strategy to gain access to paddy fields are not only based in economic terms, but also influenced by factors that existing in their socio-cultural environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>