Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192627 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irwina Nuryanti Husna
"Latar Belakang: Angka prevalensi karies gigi remaja hingga dewasa muda (usia 17-24 tahun) yang cukup tinggi di Indonesia yaitu sebesar 75,3%. Mahasiswa merupakan salah satu kelompok rentan memiliki risiko karies gigi. Dalam penelitian responden merupakan mahasiswa fakultas kedokteran gigi. Oleh karena mahasiswa kedokteran gigi pada masa mendatang merupakan calon penyedia layanan kesehatan gigi dan mulut maka diharapkan untuk selalu menjaga motivasinya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dimulai dari individu masing-masing. Media audiovisual merupakan alat yang penting dalam edukasi, terlebih dalam bidang kesehatan dan memiliki pengaruh jangka panjang pada target populasi yang diberikan edukasi melalui video. Pembelajaran yang menggunakan alat bantu audiovisual telah dibuktikan efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan mulut sekelompok individu.Tujuan: Menganalisis efek penggunaan media video edukasi mengenai risiko karies gigi terhadap perubahan pengetahuan dan skor risiko gigi karies pada mahasiswa fakultas kedokteran gigi di Indonesia. Metode: Penelitian menggunakan desain quasi experimental jenis pretest-posttest serta pengamatan pada responden yang terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberikan intervensi berupa edukasi risiko karies gigi dengan video edukasi yang diakses melalui YouTube dan kelompok kontrol tanpa pemberian video edukasi. Hasil kedua kelompok diukur dan dibandingkan perbedaan pengetahuan dan skor risiko karies gigi. Hasil: Berdasarkan uji Wilcoxon, terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada rerata nilai pre-test dan post-test tingkat pengetahuan mengenai risiko karies gigi dan skor risiko karies gigi di antara kedua kelompok (p<0,05).Kesimpulan: Terdapat peningkatan pengetahuan mengenai risiko karies gigi dan penurunan skor risiko karies gigi pada mahasiswa.

Background: The prevalence rate of dental caries in adolescents to young adults (aged 17–22 years) is quite high in Indonesia, about 75.3%. Students are one of the vulnerable groups at risk of dental caries. In the study the respondents were students of the dental faculty. Because dentistry students in the are prospective dental and oral health service providers, it is hoped that they will always maintain their motivation in maintaining oral health, starting with each individual. Audiovisual media is an important tool in education, especially in the health sector and has a long-term influence on the target population that is educated through video. Learning using audiovisual aids has been shown to be effective in increasing oral health knowledge of a group of individuals Aim: Analyzing the effects of using educational video media on the caries risk factors on changes in knowledge and risk scores for dental caries among dentistry students in Indonesia. Method:The study used a quasi-experimental design with pre-test and post-test types and observations of respondents consisting of two groups, namely the experimental group which was given an intervention in the form of dental caries risk education with educational videos accessed via YouTube and the control group without providing educational videos. The results of the two groups were measured and compared differences in knowledge and risk scores for dental caries. Result: Based on the Wilcoxon test, there was a statistically significant difference in the mean pre-test and post-test scores of the knowledge level regarding the risk of dental caries and the dental caries risk score between the two groups (p <0.05). Conclusion: There is an increase in knowledge about the risk of dental caries and a decrease in the risk score for dental caries in students."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ishlah Fakhirah Rahmah
"Latar Belakang: Pencegahan melalui promosi kesehatan menggunakan alat bantu media terkini perlu dilakukan untuk mengurangi risiko karies gigi. Tujuan: Mengetahui efektivitas penggunaan media aplikasi web dalam meningkatkan pengetahuan risiko karies gigi dan menurunkan skor risiko karies gigi mahasiswa program studi pendidikan dokter gigi. Metode: Studi quasi experiment dengan metode pengambilan sampel purposive sampling. Responden berjumlah 361 mahasiswa yang diinstruksikan untuk menggunakan aplikasi web minimal 1 minggu sekali selama 21 hari. Pada responden dilakukan pengisian kuesioner pre-test dan post-test, pemeriksaan skor risiko karies gigi awal dan akhir, pengisian kuesioner evaluasi media aplikasi web. Hasil: Terdapat 361 responden yang terbagi menjadi kelompok intervensi (n = 282) dan kelompok kontrol (n = 79). Terdapat perbedaan bermakna tingkat pengetahuan antar mahasiswa dengan semester pendidikan yang berbeda, namun tidak ada perbedaan pada skor risiko karies gigi. Terdapat peningkatan tingkat pengetahuan yang bermakna pada kelompok intervensi, sedangkan tidak terdapat pada kelompok kontrol. Kedua kelompok menunjukkan penurunan skor risiko karies gigi, namun tidak ada perbedaan bermakna antara penurunan skor risiko karies gigi setelah penggunaan aplikasi web pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kesimpulan: Promosi dan edukasi kesehatan mengenai risiko karies gigi melalui media aplikasi web dapat meningkatkan pengetahuan dan menurunkan risiko karies gigi pada mahasiswa program studi pendidikan dokter gigi.

Background: Prevention through health promotion using the latest media aids is necessary to reduce caries risk. Objective: This study aimed to know the effectiveness of web application media on increasing caries risk knowledge and decreasing caries risk scores among dentistry students. Methods: The study design used is quasi-experiment with purposive sampling technique. Participants were in total of 361 respondents who were instructed to use the web application at least once a week for 21 days and to filled in pretest and posttest questionnaires, web application evaluation questionnaires, and examined their initial and final caries risk. Results: There were 361 respondents discussed with the intervention group (n = 282) and the control group (n = 79). There was a significant difference in level of knowledge between students of different semester while none in caries risk score. There was a significant increase in level of knowledge in the intervention group while in the control group there was no difference. Each group showed a decreased in caries risk score, but there was no difference between the decrease in caries risk score after the use of web application in intervention and control group. Conclusion: Health promotion and education about caries risk through web application media can improve knowledge and reduce caries risk of dentistry students."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayu Mahardhika Putri
"Latar Belakang: Karies melibatkan banyak faktor dalam proses pembetukan dan perkembangannya. CAMBRA adalah metode penilaian risiko karies yang melibatkan banyak faktor dalam perhitungannya. CAMBRA telah digunakan secar umum dan CAMBRA versi bahasa Indonesia untuk usia 0-5 tahun telah dibuat dan tervalidasi. CAMBRA membutuhkan pemeriksaan klinis dan wawancara dalam penilaian risiko karies yang terkadang menjadi keterbatasan karena membutuhkan kontak langsung. Smartphone dan aplikasi kesehatan di dalamnya merupakan salah satu bentuk perkembangan teknologi yang memungkinkan pejaringan informasi tanpa kontak langsung.
Tujuan: Menganalisis perbedaan hasil penilaian risiko karies pada aplikasi SKOR GIGI dan CAMBRA versi bahasa Indonesia pada anak usia 0-5 tahun tanpa karies.
Metode Penelitian: Penelitian dilakukan di RSKMG FKG UI, taman kanak-kanak, dan PAUD. Subjek penelitian adalah 36 orang tua dengan anak usia 0-5 tahun tanpa karies yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel mengisi aplikasi SKOR GIGI secara mandiri dan 6 hari kemudian dilakukan penilaian risiko karies dengan CAMBRA versi bahasa Indonesi.
Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna hasil penilaian risiko karies dengan aplikasi SKOR GIGI dan CAMBRA versi bahasa Indonesia pada anak usia 0-5 tahun tanpa karies.
Kesimpulan: Aplikasi SKOR GIGI dapat digunakan untuk menilai risiko karies anak usia 0-5 tahun

Background: Many factors are involved in caries formation and development. CAMBRA is a caries risk assessment method that involves many factors in its calculation. CAMBRA is widely used and Indonesian version of CAMBRA for ages 0-5 has been made and validated. CAMBRA requires clinical examination and interviews in assessing caries rich which sometimes can be a limitation because it requires direct contact. Smartphones and health applications are developed nowadays to allow information gathering without direct contact.
Objective: To analyze the differences in results of caries risk assessment by CAMBRA Indonesian version and SKOR GIGI application in 0-5 years children without caries.
Methods: The study was conducted at RSKMG FKG UI, kindergarten, and PAUD. Subjects were 36 parents with children aged 0-5 in accordance with the inclusion criteria. The sample filled out SKOR GIGI application independently and 6 days later a caries risk assessment was carried out using CAMBRA Indonesia version.
Results: There was no significant difference in the results of the caries risk assessment by SKOR GIGI application and CAMBRA Indonesian version in 0-5 years children without caries.
Conclusion: SKOR GIGI application can be used to assess the caries risk of children aged 0-5 years.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizfitikka Putri Pitoyo
"Latar Belakang : Karies gigi adalah penyakit multifaktorial yang dimana terjadinya karies tergantung dari berbagai faktor. CAMBRA adalah sebuah petunjuk komprehensif bagi para dokter gigi dalam melakukan penilaian suatu risiko karies pada individu. 1 Perkembangan teknologi komunikasi saat ini semakin penting dalam kehidupan sosial masyarakat, seperti semakin meluasnya penggunaan internet dan  smartphone.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil penilaian pada aplikasi SKOR GIGI dan CAMBRA versi Bahasa Indonesia pada anak usia 0-5 tahun dengan karies.
Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan dengan total 36 sampel  yang memenuhi kriteria inklusi. Peneliti melakukan uji validitas reliabilitas terlebih dahulu pada 18 pernyataan yang akan digunakan pada aplikasi SKOR GIG dengan menggunakan Google Form. 36 sampel diperiksa menggunakan SKOR GIGI dan 6 hari kemudian dilakukan penilaian dengan CAMBRA versi Bahasa Indonesia. Hasil dari 2 penilaian tersebut kemudian dibandingkan untuk didapatkan hasil penelitian.
Hasil : 18 butir pernyataan pada aplikasi SKOR GIGI dinyatakan valid dan reliabel. Hasil uji McNemar menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara penilaian risiko karies dengan menggunakan aplikasi SKOR GIGI dan CAMBRA versi Bahasa Indonesia yang menandakan bahwa aplikasi SKOR GIGI mampu melakukan penilaian risiko karies yang sama seperti CAMBRA versi Bahasa Indonesia.
Kesimpulan : Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada hasil penilaian risiko karies dengan menggunakan aplikasi SKOR GIGI dan dengan menggunakan CAMBRA versi Bahasa Indonesia pada anak usia 0-5 tahun dengan karies.

Background : Dental caries is a multifactorial disease in which the occurrence of caries depends on various factors. CAMBRA is a comprehensive guide for dentists in assessing an individual's caries risk. CAMBRA can carry out a systematic caries risk assessment and generate a caries risk level. The development of communication technology is currently increasingly important in people's social lives, such as the increasingly widespread use of the internet and  smartphones.
Objective: This study aims to determine whether there are differences in the results of caries risk assessment of  smartphone applications SKOR GIGI and CAMBRA Indonesian Version in the group of children aged 0-5 years with caries.
Methods : This research was conducted with a total of 36 samples that met the inclusion criteria. Researchers carried out examination in 36 samples using the SKOR GIGI and 6 days later an assessment using the Indonesian version of CAMBRA. The results of the 2 assessments were then compared to obtain research results.
Results : 18 statement items in the SKOR GIGI application are declared valid and reliable. The results of the McNemar test showed that there was no significant difference between the caries risk assessment using the Indonesian version of CAMBRA and  smartphone application SKOR GIGI, indicating that SKOR GIGI application was able to perform the same caries risk assessment as the Indonesian version of CAMBRA.  
Conclusion : There was no significant difference in the results of the caries risk assessment using the SKOR GIGI application and using the Indonesian version of CAMBRA in children aged 0-5 years with caries.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Claritasha Adienda
"Latar Belakang: Berdasarkan Riskesdas 2013 lebih dari seperempat penduduk Indonesia (25,9%) mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi sebagai masalah yang memiliki prevalensi tertinggi di angka 53,2%. Salah satu penyebabnya adalah plak gigi, yang dapat dihilangkan dengan perilaku menyikat gigi. Waktu menyikat gigi yang selama ini dianjurkan adalah setelah sarapan dan sebelum tidur. Namun, ditemukan kerugian dan ketidak efektifan dari waktu menyikat gigi tersebut, sehingga dibutuhkan waktu menyikat gigi lain yang dapat menghilangkan plak secara efektif. Tujuan: Mengetahui perbedaan perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan terhadap derajat keasaman (pH) plak gigi sebagai faktor risiko karies. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan Before-After Randomized Crossover Trial. Subjek penelitian adalah 20 mahasiswa/i FKG UI dengan rentang umur 19-22 tahun yang dipilih melalui metode purposive sampling. Penelitian dilakukan dengan membandingkan pH plak pada perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan. Perlakuan dilakukan sekali seminggu selama 2 minggu, dengan empat kali pengambilan data setiap perlakuannya, yaitu T0 (sebelum dilakukan perlakuan apapun/baseline), T1 (setelah makan/ setelah sikat gigi sebelum makan), T2 (setelah makan/ setelah sikat gigi setelah makan), dan T3 (setelah 6 jam). Subjek diambil sampel derajat keasaman (pH) plaknya menggunakan digital pH meter Horiba LAQUAtwin. Sample plak diambil di gigi 11-21 dengan menggunakan sample sheet sekali pakai. Hasil: Kedua kelompok sama-sama mengalami penurunan rata-rata pH plak setelah makan dan setelah enam jam paska perlakuan terakhir, serta mengalami kenaikan rata-rata pH plak setelah sikat gigi. Pada kelompok perilaku menyikat gigi sebelum makan rata-rata pH plak pada awal pemeriksaan adalah 7,32 dan turun menjadi 7,27 setelah 6 jam. Sedangkan pada kelompok perilaku menyikat gigi setelah makan rata-rata pH plak pada awal pemeriksaan yaitu 7,49 turun menjadi 7,41 setelah 6 jam. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan terhadap pH plak.

Background: According to the 2013 Basic Health Research, more than a quarter of Indonesia's population (25.9%) have dental and oral health problems, of which the highest prevalence is held by dental caries at the rate of 53,2%. One of the causes of caries is dental plaque which can be removed by tooth brushing. Most recommended time for tooth brushing is twice a day, after breakfast and before going to bed. However, the ineffectiveness of those brushing time is found. Therefore, the effective time to tooth brushing is needed. Objective: To determine the effect of before-eating tooth and after-eating tooth brushing on the hydrogen-ion concentration (pH) of dental plaque as caries risk factor. Methods: This study used the Before-After Randomized Crossover Trial approach. The research subjects were 20 FKG UI students with an age range of 19-22 years selected through a purposive sampling method. The study was conducted by comparing the pH of plaque to the treatment of tooth brushing before and after eating. The treatment is done once a week for 2 weeks, with four times data collections, there are T0 (before any treatment / baseline), T1 (after eating / after brushing before eating), T2 (after eating / after brushing after eating) , and T3 (after 6 hours). The subjects would be sampled the acidity degree (pH) of dental plaque using a digital pH meter called Horiba LAQUAtwin. Plaque samples were taken in teeth 11-21 using a disposable sheet sample. Results: Both groups experienced a decrease in the average pH of plaque after meals and after six hours, and experienced an increase in the average pH of plaque after brushing. In the group tooth brushing before eating the average pH of dental plaque at the beginning of the examination, which was 7.32, dropped to 7.27 after 6 hours. While in the group of brushing behavior after eating the average pH of plaque at the beginning of the examination, which was 7.49, dropped to 7.41 after 6 hours. Conclusion: There was no significant difference between the treatment of tooth brushing before and after eating to the pH of plaque."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasti Raissa
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang terbanyak di Indonesia dan dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan mulut salah satunya menyikat gigi yang dapat menurunkan bakteri Streptococcus mutan. Bakteri ini akan membentuk plak dan menghasilkan asam yang dapat menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi.
Tujuan: Mengetahui perbedaan kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan terhadap subjek yang berumur 19-22 tahun.
Metode: Desain pada penelitian ini dengan menggunakan metode crossover. Pengambilan data dilakukan terhadap 20 orang subjek, yang mana dibagi secara random alokasi menjadi dua kelompok yang masing-masing akan dilakukan perlakuan menyikat gigi sebelum dan setelah makan dengan waktu washout selama seminggu.
Hasil: Analisis statistik mengunakan metode uji mann-whitney diperoleh p-value 0,598 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi yang signifikan antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan. Akan tetapi kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi dengan menyikat gigi sebelum makan yaitu 193.333 CFU/ml lebih besar di bandingkan bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi dengan menyikat gigi setelah makan sebanyak 180.000 CFU/ml.
Kesimpulan: Kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak gigi dengan perlakuan menyikat gigi setelah makan lebih sedikit dibandingkan dengan menyikat gigi sebelum makan. Akan tetapi dari analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kuantitas bakteri Streptococcus mutan pada plak yang signifikan antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan.

Background: Dental caries is the most dental and oral disease in Indonesia and can be prevented by maintaining oral hygiene, one way is by toothbrushing which can reduce the bacteria Streptococcus mutan. These bacteria will become dental plaque and produce acid which can causes demineralization of hard tissue.
Objective: To determine the different in the numbers of bacteria Streptococcus mutan in dental plaques between toothbrushing before and after eating in 19-22 years.
Method: The design of this study using the crossover. Data retrieval was carried out on 20 subjects, which were randomized allocation in two groups with washout time for a week.
Results: Analysis statistic using the mann-whitney test obtained p-value 0.598 that there was no significant difference between brushing teeth before and after eating. However, the number of bacteria Streptococcus mutan on dental by toothbushing before eating is 193,333 CFU/ml bigger than the number of bacteria Streptococcus mutan on dental plaque by toothbushing after eating is 180,000 CFU/ml.
Conclusion: The number of bacteria Streptococcus mutan on dental plaque by toothbrushing after eating was less than the group brushing before eating. However, the results from analysis statistic showed that there is no statistically significant difference between the numbers of bacteria Streptococcus mutan brushing teeth before and after eating.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ratna Laksmiastuti
"Karies gigi bersama penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai pada anak. Prevalensi karies pada anak di Indonesia tetap tinggi, meskipun banyak upaya telah dilakukan. Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial, dalam arti melibatkan banyak faktor yaitu faktor etiologi dan faktor risiko.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor risiko karies dari ibu dan anak sebagai alat penilaian risiko karies dan pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak melalui penggunaan suatu perangkat lunak. Identifikasi 8 delapan faktor risiko karies dari ibu dan 10 faktor risiko karies dari anak ditentukan berdasarkan kajian literatur, pengalaman klinis dan keadaan masyarakat setempat.
Penelitian diagnostik dilakukan pada 248 pasangan ibu dan anak. Melalui analisis regresi logistik dihasilkan model penilaian risiko terjadinya karies pada anak dengan sensitivitas 84,06. Penentuan titik potong dilakukan untuk mengelompokkan anak dengan risiko karies rendah dan risiko karies tinggi, supaya dapat dilakukan manajemen yang tepat dan spesifik. Penilaian risiko karies selanjutnya diaplikasikan sebagai suatu animasi penilaian tingkat risiko karies dan upaya manajemennya pada program perangkat lunak komputer.

Dental caries and periodontal diseases are the most common oral diseases impacting to the children. Caries prevalence of children in Indonesia is still high, despite a lot of efforts have been taken. Dental caries is a multifactorial disease which comprise etiologic factor and risk factor.
The research aim is to analyze maternal and children caries risk factor as a prediction instrument for children rsquo s caries risk and a guidance to determine caries management for the children by a software application. The identification 8 eight maternal caries risk factor and 10 children caries risk factor are designated based on literature study, clinical experience and local people condition.
The diagnostic study was conduct on 248 pairs of mothers and children. Using logistic regression analysis it is possible to formulate assessment model of caries risk in children, with 84.06 sensitivity. Cut off point was determined to classify the children into low risk and high risk, for proper and specific management. Hence, caries risk assessment is applied as a level animation and management by a software application program.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Wasis Sumartono
"Latar belakang: Di Indonesia, prevalensi karies gigi berkisar antara 85% - 99% dan 67.4% pria umur 15 tahun atau lebih merokok. Tujuan: Tujuan penelitian ini mengkaji hubungan keparahan karies gigi dan intensitas merokok pada pria Indonesia umur 45 – 54 tahun (n = 34.534), responden Riskesdas 2007. Metode: Pengalaman karies gigi (DMFT) dicatat oleh enumerator yang sudah dilatih. Enumerator juga mencatat karakteristik sosiodemografik (umur, pekerjaan, status sosial ekonomi, pendidikan) perilaku kesehatan gigi (gosok gigi) dan merokok responden. 31.4 % responden DMFT-nya ≥ 8, cut off point karies gigi parah dalam penelitian ini. Uji Chi-square digunakan untuk mendeteksi kemaknaan perbedaan prevalensi karies gigi parah pada perokok berat (BI ≥ 400) dan pada yang tidak pernah merokok (BI = 0). Regresi logistik digunakan untuk meng-estimasi besarnya peran merokok berat pada keparahan karies gigi. Hasil: Prevalensi karies gigi parah pada yang tidak pernah merokok, perokok ringan (BI 1-399) dan perokok berat berturut turut adalah, 24,9 %; 32,5 % dan 38,7% (P <0,005). Dibanding yang tidak pernah merokok, adjusted OR karies gigi parah pada perokok ringan dan perokok berat adalah 1,45 (95% CI 1,37-1,53) dan 1,70 (95% CI: 1,59 – 1,81). Kesimpulan: Merokok merupakan salah satu faktor risiko karies gigi parah pada pria Indonesia dan semakin berat intensitas merokoknya, semakin besar pula risikonya. Saran: Para dokter gigi Indonesia, baik secara perorangan, maupun secara kolektif, perlu ambil bagian secara lebih sungguh sungguh dalam pengendalian tembakau di Indonesia

Background: In Indonesia, dental caries the prevalence between 85% - 99% and 67.4% of males aged 15 years or older currently used tobacco. Objective: The aim of this study is to examine the association between dental caries severity and smoking intensity in 45 – 54 years old Indonesian males (n = 34.534), respondents of Basic Health Research 2007. 31.4 % of respondents have DMFT value ≥ 8, the cut off point of severe dental caries in this study. Methods: The dental caries experience (DMFT) were recorded by well trained enumerators. In addition, the enumerators recorded sociodemographic characteristics (age, socio-economic status, education, job), tooth brushing and smoking behavior of respondents. Chisquare test was used to detect significant difference on prevalence of severe dental caries between heavy smokers (BI ≥ 400) and never smokers (BI = 0). Logistic regression was used to estimate contribution of heavy smoking on dental caries severity. Result: The prevalence of severe dental caries on never smokers, light smokers (BI 1-399) and heavy smokers were 24,9 %; 32,5 % and 38,7% respectively (P <0,005). Compared to never smokers, the adjusted OR of light smokers and heavy smokers were 1,45 (95% CI 1,37-1,53) and 1,69 (95% CI: 1,59 – 1,80). Conclusion: Smoking is a risk factor of severe dental caries in Indonesian men and the higher the smoking intensity, the higher the risk. Recommendation: Indonesian dentists, individually and collectively have to take part more seriously in smoking prevention and control in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Maharani
"Latar belakang : Pelaksanaan penjaringan sebagai tindakan pencegahan karies gigi melalui identifikasi faktor risiko dan deteksi dini memiliki kendala seperti keterbatasan waktu dan tenaga kesehatan. Di sisi lain, kamera intraoral dengan resolusi yang baik, integrasi penyimpanan, dan konektivitas nirkabel mulai dimanfaatkan di komunitas dan kegiatan penjaringan. Tujuan: Untuk mendapatkan informasi sikap dan kepuasan siswa serta sikap dan penerimaan operator terhadap penggunaan kamera intraoral dalam penjaringan karies gigi. Mengetahui perbedaan sikap dan kepuasan siswa dengan berbagai karakteristik. Metode: Studi pre-experimental dengan instrumen kuesioner terhadap 191 siswa kelas enam sekolah dasar negeri di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan serta pada 26 Mahasiswa Profesi Kedokteran Gigi Universitas Indonesia sebagai operator. Hasil: Mayoritas siswa memiliki sikap yang positif dan merasa puas setelah pemeriksaan. Operator memiliki sikap dan penerimaan yang positif. Berdasarkan uji Chi-Square, didapatkan perbedaan proporsi yang bermakna (p <0,05) antara wilayah sekolah dasar dengan sikap awal siswa dan jenis kelamin dengan kepuasan siswa. Kesimpulan: Mayoritas siswa belum pernah diperiksa dengan kamera intraoral sebelumnya. Kamera intraoral diterima dengan positif untuk penjaringan karies gigi. Mayoritas operator belum pernah menggunakan kamera intraoral sebelumnya. Penggunaan alat ini dapat diperkenalkan lebih luas kepada mahasiswa kedokteran gigi. Penelitian selanjutnya dapat mencoba ke tenaga kesehatan lain atau non tenaga kesehatan.

Background: The implementation of screening as a preventive measure for dental caries through risk factor identification and early detection has constraints such as time constraints and lack of health workers. On the other hand, intraoral cameras with good resolution, storage integration, and wireless connectivity are starting to be used in communities and screening programs. Objective: To describe the attitudes and satisfaction of students, the attitudes and acceptance of operators towards the use of intraoral cameras in dental caries screening. To find out the significant differences ini attitudes and satisfaction of students with various student characteristics. Methods: Preexperimental study using questionnaire for 191 sixth grade students of public elementary schools in Central Jakarta and South Jakarta and 26 dental professions students of Universitas Indonesia as operators. Results: The majority of students had a positive attitude and were satisfied after the examination. Operators had positive attitudes and acceptance. Based on the Chi-Square test, there was a significant difference in proportion (p < 0.05) between elementary school region and students’ initial attitude, gender and students’ satisfaction. Conclusion: The majority of students had never been examined with an intraoral camera before. The intraoral camera was positively accepted for dental caries screening. The majority of operators had never used an intraoral camera before. The use of this tool can be introduced more widely to dental students. Future research can try this method to other health workers or non-health workers"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Wardhani Putri
"Tujuan: Diketahuinya kualitas, kegunaan, reliabilitas, visibilitas, dan popularitas video berbahasa Indonesia mengenai karies gigi di YouTube sebagai sumber informasi bagi masyarakat. Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah systematic review yang mengikuti petunjuk PRISMA. Sebanyak 300 video di-screening, kemudian dicatat durasi total, jumlah views, likes, dislikes, pengunggah, dan tanggal mengunggah video. Kategori pengunggah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengguna individu dan profesional kesehatan. Setelah dieksklusi, sebanyak 100 video dilakukan analisis kualitas, kegunaan, reliabilitas, visibilitas, dan popularitas dengan menggunakan penilaian GQS, nilai kegunaan, Discern, viewing rate, dan interaction index. Hasil: Berdasarkan penelitian, terdapat 78% video yang diunggah oleh pengguna individu. Namun, visibilitas dan popularitas video yang diunggah oleh profesional kesehatan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada pengguna individu. Pada analisis mengenai kualitas, kegunaan, dan reliabilitas, video yang diunggah oleh profesional kesehatan juga memiliki nilai lebih tinggi daripada pengguna individu. Video dengan durasi lebih dari 6 menit memiliki kualitas yang lebih baik dan popularitas lebih tinggi, namun visibilitasnya lebih rendah daripada durasi hingga 6 menit. Video dengan kualitas lebih buruk memiliki visibilitas yang tinggi, namun popularitasnya rendah. Sedangkan video dengan kegunaan dan reliabilitas lebih baik memiliki visibilitas yang tinggi, namun popularitasnya lebih rendah. Kesimpulan: Dalam penelitian ini, video YouTube yang diunggah oleh profesional kesehatan memiliki kualitas, kegunaan, reliabilitas, visibilitas, dan popularitas yang lebih baik daripada video yang diunggah oleh pengguna individu. Namun, sebagian besar video YouTube mengenai karies gigi dalam penelitian ini diunggah oleh pengguna individu sehingga menyulitkan pengguna YouTube untuk mencari sumber informasi yang tepat karena sumber pengunggah dari profesional kesehatan masih terbilang sedikit

Objective: This study aims to find out how the quality, usefulness, reliability, visibility, and popularity of Indonesian videos about dental caries on YouTube as a source of information for the community. Methods: The design used in this study is systematic review that follows PRISMAs instructions. A total of 300 videos were screened, then recorded the total duration, number of views, likes, dislikes, uploaders, and upload date of the video. The categories of uploaders used in this study were individual users and health professionals. After exclusion, as many as 100 videos were analysed for quality, usefulness, reliability, visibility, and popularity using GQS, usefulness score, Discern score, viewing rate, and interaction index. Results: Based on the research, there are 78% of videos uploaded by individual users. However, the visibility and popularity of videos uploaded by health professionals has a higher value than individual users. In an analysis of quality, usefulness, and reliability, videos uploaded by health professionals also have higher value than individual users. Videos with a duration of more than 6 minutes have better quality and higher popularity, while visibility is lower than the duration of up to 6 minutes. Videos with poorer quality have high visibility, but their popularity is low. While videos with better usefulness and reliability have high visibility, their popularity is lower. Conclusion: In this study, YouTube videos uploaded by health professionals had better quality, usefulness, reliability, visibility, and popularity than videos uploaded by individual users. However, most of the YouTube videos about dental caries in this study were uploaded by individual users making it difficult for YouTube users to find the right source of information because there are still not many sources of uploaders from health professionals."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>