Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203357 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liza Fajriati
"Perkembangan penggunaan internet di Indonesia terus berkembang pesat membawa berbagai dampak bagi kehidupan remaja, baik dampak positif maupun dampak negatif seperti perundungan di dunia maya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dari kejadian perundungan maya dan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang terjadi pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan mengambil sampel 296 siswa SMA Negeri 7 Kota Cirebon. Hasilnya 42% responden pernah mengalami kejadian perundungan maya, baik sebagai pengamat, korban, maupun sebagai pelaku dengan 58% responden pernah menjadi pengamat (bystander) dalam kejadian perundungan maya, 31% responden pernah menjadi korban perundungan maya, dan 7% responden lainnya pernah menjadi pelaku kejadian perundungan maya. Selain itu, hasil pengukuran depresi, kecemasan, dan stres didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang normal. Namun, terdapat pula responden berada pada tingkat depresi sangat parah sebanyak 5 orang (1,7%), tingkat kecemasan sangat parah sebanyak 23 orang (7,8%), dan tingkat stres sangat parah sebanyak 4 orang (1,3%). Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk melihat hubungan antara kejadian perundungan maya dengan tingkat depresi, kecemasan, dan stres dan juga dilakukan dalam populasi yang lebih besar.

The development of internet use in Indonesia continues to grow rapidly, bringing various impacts on the lives of adolescents, both positive and negative impacts such as bullying in cyberspace. This study aims to see an overview of the incidence of cyberbullying and the levels of depression, anxiety, and stress that occur in adolescents. This study used a cross-sectional research design by taking a sample of 296 students of SMA Negeri 7 Cirebon. The result is that 42% of respondents have experienced cyberbullying, both as bystander, victims, and as cyber bullies with 58% of respondents having been bystanders in cyberbullying, 31% of respondents have been victims of cyberbullying, and 7% of other respondents have been cyber bullies. In addition, the results of measuring depression, anxiety, and stress showed that most respondents had normal levels of depression, anxiety, and stress. However, there were also 5 respondents (1.7%) with very severe depression, 23 (7.8%) very severe anxiety levels, and 4 (1.3%) very severe stress levels. For the next study, it is recommended to look at the relationship between the incidence of cyberbullying and levels of depression, anxiety, and stress as well as in larger populations"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syena Aulia Tasya Pratiwi
"Fenomena kegiatan menggemari budaya korea terutama dari sektor industri musik yaitu K-pop marak terjadi di kalangan remaja. Pada masa remaja mereka mengalami masa transisi atau peralihan dari usia kanak-kanak menuju usia dewasa yang berisiko mengalami gangguan kesehatan mental. Usia remaja menjadi tempat proses dalam mencari jati dirinya yang mencari sosok figure yang dapat dicontohnya dan tak sedikit dari mereka memiliki sosok figure dari tokoh idola korea yang mereka gemari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat stres, kecemasan, dan depresi di wilayah kabupaten tangerang. Penelitian deskriptif ini menggunakan metode purposive sampling dimana mengikutsertakan 108 remaja penggemar K-pop yang berdomisili di Kabupaten Tangerang. Data penelitian dikumpulkan pada bulan Juni 2024 dengan menggunakan kuesioner DASS-42 (Depression, anxiety,stress scale). Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami stres tingkat sedang (33.33%), kecemasan tingkat sangat berat (33.33%) dan depresi tingkat normal (42.59%). Studi ini juga meneliti karakteristik responden seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, dan ekonomi dimana mayoritas penelitian diikuti oleh remaja akhir (69.44%), paling banyak diikuti remaja yang berjenis kelamin perempuan (95.4%), responden mayoritas berasal dari perguruan tinggi (49.07%) dan mayoritas bersumber pendapatan masih ditanggung oleh orang tua (90.74%). Adanya perbedaan tingkat stres, kecemasan, dan depresi kemungkinan dipengaruhi oleh peggunaan coping strategy menggemari K-pop. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat menganalisa lebih lanjut terkait hubungan tingkat stres, kecemasan dan depresi terhadap perilaku menggemari K-pop dengan memperhatikan keseimbangan pada karakteristik responden.

The phenomenon of Korean culture, especially from the music industry, is that K-pop is common among teenagers. In adolescence they experience a transition or transition from childhood to adulthood at risk of mental health disorders. Adolescence is the process of finding a figure that can be portrayed and not a few of them have the figure of a Korean idol that they love. The aim of this study is to get a picture of the levels of stress, anxiety, and depression in the district. This descriptive study uses a purposive sampling method involving 108 K-pop teenagers residing in Tangerang District. Research data collected in June 2024 using the DASS-42 questionnaire (Depression, anxiety,stress scale). The study also examined the characteristics of respondents such as gender, age, education, and economics where the majority of the study was followed by late adolescents (69.44%), the most followed adolescents of the female type (95.4%), respondents were mostly from college (49.07%) and the main source of income was still borne by parents (90.74%). There are differences in the levels of stress, anxiety, and depression that are likely to be influenced by the use of coping strategies by K-pop fans. Recommendations for further research could further analyze the relationship between levels of Stress, Anxiety and Depression to K-Pop fans' behavior by considering the balance in the characteristics of respondents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roosalina Wulandari
"Pendidikan merupakan hal penting bagi pemerintah Indonesia ditandai dengan tingginya anggaran belanja yang digunakan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan dapat meningkatkan stress akademik yang dialami siswa di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat stress akademik pada remaja siswa kelas 1 di SMA Negeri 1 Depok. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif sederhana. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah responden sebesar 252 siswa. Hasil penelitian didapatkan data 51.6% siswa kelas 1 SMA Negeri Depok mengalami tingkat stress akademik tinggi sementara 48.4% mengalami tingkat stress akademik rendah. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada perawat untuk lebih memahami mengenai stress akademik pada remaja.

Education is important for Indonesia`s government which is proved by the high budget that used to improve the quality of education in Indonesia. Improving the quality of education will affect the level of academic stress for students. This research aimed to describe the level of academic stress first grade students in SMA Negeri 1 Depok. Research design that used in this research is quantitative with descriptive method. This research used total sampling method with the amount of sample were 252 respondents. The result showed 51.6% first grade students in SMA Negeri 1 Depok had high level of academic stress while 48.4% had low level of academic stress. This study provided recommendation for nurses to be able to understand about academic stress among adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi M.
"Kualitas tidur yang buruk dipercaya dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis, dan kognitif. Penelitian ini membahas tentang hubungan kualitas tidur mahasiswa dengan tingkat stres, kecemasan, dan depresi. Desain yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan potong lintang. Penelitian ini melibatkan 220 mahasiswa keperawatan sebagai responden yang dipilih dengan teknik stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kualitas tidur dengan tingkat kecemasan (p<0.001), tetapi tidak ada hubungan kualitas tidur dengan stres dan depresi (p=0,12; p=0,086). Akan tetapi, ditemukan bahwa mahasiswa berkualitas tidur buruk memiliki tingkat stres dan depresi yang lebih tinggi. Kegiatan untuk menurunkan tingkat kecemasan, stres, dan depresi yang tepat perlu diprogramkan secara terstruktur di program studi, dan perlu penelitian lebih lanjut tentang terapi yang tepat untuk meningkatkan kualitas tidur.

Poor sleep quality is believed can affect the physical, psychological, and cognition. This study aimed to determine the correlation between sleep quality and levels of stress, anxiety, and depression. Design of this study was analytical with cross sectional approach. This study used Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and Depression, Anxiety, and Stress Scale-21 (DASS-21) as instruments. There were 220 nursing students who participated and chosen by stratified random sampling technique. The results showed there were an association between sleep quality with levels of anxiety (p<0,001). Although, there were no correlation between sleep quality with stress and depression (p=0.12 and p=0.086), it was found that students which have bad sleep quality also have the higher level in stress and depression. The structured activities to reduce levels of anxiety, stress, and depression should be programmed by study program. Researcher suggested for next research to explore how to improve sleep quality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaerul Nisa
"Tidur merupakan kebutuhan dasar agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. Remaja merupakan salah satu kelompok umur yang sering mengalami masalah kualitas tidur buruk. Remaja rentan mengalami masalah kualitas tidur yang buruk karena penyesuaian berbagai faktor dan gaya hidup. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan munculnya risiko kesehatan baik fisik dan psikis serta terganggunya perkembangan kognitif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur dan hubungannya dengan durasi tatap layar, kecemasan, aktivitas fisik, dan kebiasaan tidur pada remaja di SMA Negeri 1 Kebumen tahun 2024. Studi ini menggunakan desain cross-sectional dengan responden sebanyak 304 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,6% responden memiliki kualitas tidur yang baik. Analisis bivariat yang dilakukan memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan (p-value < 0,001) dengan nilai OR 8,971 dan kebiasaan tidur (p-value < 0,001) dengan nilai OR 3,24 dengan kualitas tidur remaja. Kemudian dari analisis bivariat juga memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara durasi tatap layar dan aktivitas fisik dengan kualitas tidur remaja (p-value>0,05). Intervensi mengenai tips mengontrol kecemasan dan edukasi terkait kebiasaan tidur yang baik diharapkan dapat diterapkan di sekolah untuk meningkat kualitas tidur remaja.

Sleep is a basic need for the body to function properly. Adolescents are one of the age groups that often experience poor sleep quality problems. Adolescents are susceptible to poor sleep quality problems due to adjustments to various factors and lifestyles. Poor sleep quality can lead to physical and psychological health risks and disrupt cognitive development. This study was conducted to determine the picture of sleep quality and its relationship with screen time, anxiety, physical activity, and sleep hygiene in adolescents at SMA Negeri 1 Kebumen in 2024. This study used a cross-sectional design with 304 students as respondents. The results showed that 53,6% of respondents had good sleep quality. The bivariate analysis showed that there was a significant relationship between anxiety (p-value <0.001) with an OR value of 8.971 and sleep hygiene (p-value <0.001) with an OR value of 3.24 with adolescent sleep quality. Then the bivariate analysis also showed that there was no significant relationship between screen time and physical activity with adolescent sleep quality (p-value>0.05). Interventions regarding tips for controlling anxiety and education regarding good sleep hygiene are expected to be implemented in schools to improve the quality of adolescent sleep.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Mega Radyani
"Mahasiswa Indonesia, khususnya di masa pandemi COVID-19, mengalami berbagai masalah psikologis seperti stres, kecemasan, depresi, dan kesepian. Mahasiswa yang berkuliah di luar negeri berisiko lebih tinggi karena disertai tantangan penyesuaian di budaya baru. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran komprehensif mengenai kondisi distress psikologis dan kesepian mahasiswa di dalam negeri (DN) dan luar negeri (LN) selama pandemi COVID-19, serta faktor-faktor yang berkaitan. Desain penelitian kuantitatif non-eksperimental, tipe cross-sectional study. Data penelitian berjumlah 997 partisipan dari jenjang S1 hingga S3, terdiri dari 684 mahasiswa DN dan 313 mahasiswa LN, dengan rentang usia 18-40 tahun. Secara umum, seluruh partisipan memiliki rata-rata stres dan kesepian dalam tingkat sedang, serta kecemasan dan depresi dalam tingkat ringan. Rata-rata stres dan kecemasan mahasiswa DN lebih tinggi secara signifikan dibandingkan mahasiswa LN. Mahasiswa perempuan dan berstatus lajang menunjukkan tingkat stres paling tinggi. Mahasiswa DN jenjang S1, dan kondisi finansialnya tidak cukup menunjukkan tingkat kecemasan paling tinggi. Tidak ada perbedaan signifikan pada depresi dan kesepian. Penelitian ini menjelaskan faktor-faktor yang dapat menjadi protektif dan risiko terhadap masalah psikologis mahasiswa umum selama pandemi COVID-19.

Stress, anxiety, depression and loneliness are psychological issues prevalent in Indonesian college students during the pandemic period. A similar occurrence is identified among overseas students, in addition with challenges of adjusting to new culture. This research aims to obtain a comprehensive picture of psychological problems experienced by students during the COVID-19 pandemic, alongside other related factors. The research used a non-experimental quantitative design with cross-sectional study type. 997 undergraduates to postgraduate students participated, where 684 students were from local and 313 students from overseas, age range of 18-40 years old. Overall, participants have reported moderate level of stress and loneliness, and mild level of anxiety and depression. Average stress and anxiety were significantly higher in local students than overseas students. Highest level of stress was examined in single and female students. Higher anxiety level was found in local students who are enrolled as undergraduate student and are in a state of insufficient financial income. There was no significant difference in depression and anxiety between the groups. This study explained factors that could be protective and risk to certain psychological among students during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Safira
"Keputihan merupakan sekresi vagina yang terinfeksi mikroorganisme patogen sehingga terjadi perubahan pada karakteristik lendirnya. Wanita di Indonesia, termasuk di dalamnya remaja putri, rentan terhadap kejadian keputihan. Hal ini dipengaruhi oleh cara perawatan organ reproduksi wanita. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang perawatan organ reproduksi wanita dan angka keluhan keputihan pada remaja putri di SMA Negeri 1 Bogor. Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dengan populasi 521 siswi dengan rentang usia 15-18 tahun dan diambil sampel sebanyak 81 orang dengan metode pengambilan sampel kuota.
Hasil menunjukkan mayoritas remaja putri memiliki pengetahuan yang buruk tentang perawatan organ reproduksi wanita dan memiliki keluhan keputihan. Penelitian ini menyarankan diadakannya penyuluhan kesehatan reproduksi, memasukkan pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum sekolah menengah, dan menegakkan standar kebersihan di lingkungan sekolah.

Leucorrhea is an abnormal vaginal discharge, which caused by the infection of pathogenic microorganism and resulting the characteristic changes of mucus secretion. Women in Indonesia, including the teenage girls, are vulnerable to the incidence of leucorrhea. This phenomenon is affected by the treatment of female reproductive organs. The purpose of this study was to determine the knowledge level of female reproductive organs hygiene and the number of leucorrhea complaint of the teenage girls at SMA Negeri 1 Bogor. This study used the descriptive survey method. The populations were 521 female student of SMA Negeri 1 Bogor age 15 to 18 years old and only 81 students were chosen as a sample using quota sampling method.
The result showed that the majority of the teenage girls have a bad knowledge level about the female reproductive organs hygiene and have a high rate of leucorrhea complaint. This study recommends the school to hold a seminar about the female reproductive health, includes the reproductive health education into the school's curriculum, and improve the standard of hygiene in the school environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43164
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Putriyani
"ABSTRAK
Salah satu bentuk perilaku agresivitas yang kerap terjadi dikalangan
pelajar SMA adalah perilaku bullying. Bullying adalah suatu perilaku agresivitas
yang sistematis, terencana dan bertujuan dari satu pihak kepada pihak lain dengan
penggunaan kekuasaan secara sewenang-wenang. Perilaku bullying dapat
berbentuk fisik maupun non-fisik (verbal dan non-verbal). Sementara itu, gender
pelaku dan korban bullying dapat merupakan gender yang sama (siswa terhadap
siswa; siswi terhadap siswi) maupun berbeda (siswa terhadap siswi; siswi
terhadap siswa). Selain itu bullying ini dapat teijadi pada pelajar dengan tingkat
yang sama (horizontal) atau tingkat yang berbeda (vertikal).
Salah satu penyebab terjadinya perilaku bullying adalah faktor sekolah,
yang erat kaitannya dengan pengawasan dari pihak sekolah, terutama para guru.
Pengawasan serta tindakan guru untuk mengatasi perilaku bullying tersebut dapat
ditentukan melalui interpretasi dan penilaian mereka terhadap perilaku bullying
yang dilakukan siswa/i. Interpretasi dan penilaian guru terhadap perilaku bullying
siswa/siswi SMA dapat disebut sebagai persepsi sosial. Tujuan dari penelitian ini
adalah ingin mengetahui apakah persepsi guru terhadap bullying dipengaruhi oleh
bentuk, gender pelaku-korban bullying serta interaksi antara keduanya. Penelitian
ini mengacu pada penelitian Eslea dan Birkinshaw (1998), namun dengan
beberapa modifikasi dan diberikan pada subyek penelitian dengan karakteristik
yang berbeda.
Karakteristik subyek dari penelitian ini yaitu guru-guru yang telah
mengajar minimal satu tahun di salah satu SMA yang terletak di Jakarta Selatan.
Dipilihnya sekolah tersebut karena melalui hasil elisitasi sebelum penelitian,
diketahui terdapat kasus bullying Data mengenai persepsi guru diperoleh melalui
kuesioner dan selanjutnya diolah secara kuantitatif. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian adalah Occidental sampling karena pengambilan
sampel tergantung pada ketersediaan subyek di SMA tersebut, namun tetap sesuai
dengan dengan karakteristik yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik menggunakan metode Two-way
Repeated-Measures ANOVA didapatkan hasil penelitian bahwa persepsi guru
mengenai keseriusan dampak bullying dipengaruhi oleh tipe, gender pelakukorban
bullying, serta interaksi dari keduanya.. Hasil ini menunjukkan bahwa
persepsi guru mengenai keseriusan dampak bullying bagi korbannya tergantung
dari bentuk dan gender pelaku-korban bullying. dengan menggunakan metode
analisis statistik T-test, ditemukan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara persepsi guru pria dan wanita dalam menilai keseriusan dampak
perilaku bullying yang dilakukan siswa dan siswi SMA
Hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi petimbangan bagi
penelitian lainnya, terutama penelitian dengan tema yang serupa dengan penelitian
ini. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi gambaran bagi pihak
sekolah maupun pihak lain yang terkait dengan bidang pendidikan mengenai
persepsi guru terhadap perilaku bullying yang teijadi dikalangan siswa/I SMA.,
sehingga nantinya dapat memberi masukan bagi mereka."
2004
S3305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzani Indah Utami
"Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Selama masa remaja, berbagai permasalahan selama masa transisi dapat menyebabkan stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi stres pada remaja di SMP Negeri X Jakarta Pusat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah peserta didik SMP Negeri X Jakarta Pusat yang berjumlah 132 responden dengan rentang usia 12-16 tahun yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkat stres remaja pada penelitian ini adalah Perceived Stress Scale-10 (PSS-10) yang dikembangkan oleh Cohen pada 1988. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 14 tahun, berjenis kelamin laki-laki (50,8%), jenjang pendidikan kelas 7 (50,8%), mengikuti 1-2 jenis ekstrakurikuler (51,5%), dan tinggal serumah dengan orang tua (97,7%). Hasil penelitian ini mengidentifikasi bahwa sebagian besar remaja mengalami stres sedang, dengan prevalensi stres adalah 75% (99) remaja stres sedang, 24.2% (32) remaja stres berat, dan 0.8% (1) remaja stres ringan.

Adolescence is a transition period from childhood to adulthood. In adolescence, many problems during transitions can cause them to become stressed. The aims of this study is to identify the prevalence of stress levels among adolescents in SMP Negeri X Jakarta. This research is quantitative study with descriptive methods with a cross sectional design. The sample in this study were students of SMP Negeri X Jakarta, the sample as many as 132 respondents with an age range of 12-16 years old who were selected by purposive sampling method. The instrument used to measure adolescent stress levels in this study was the Perceived Stress Scale-10 (PSS-10) which was developed by Cohen in 1988. The research result shows that average age of the respondents in this study was 14 years old, the majority of respondents were male (50,8%), education levels was 7th grade (50,8%), participated in 1-2 extracurriculars (51.5%), and lived with parents (97,7%). The analysis results of this study shows that most of the adolescents experienced moderate stress, with the prevalence of stress are 75% (99) moderate stress, 24.2% (32) severe stress, and 0.8% (1) mild stress."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wulandari
"ABSTRAK
Penggunaan internet memberikan dampak positif dan negatif pada remaja. Salah satu dampak negatifnya adalah kejadian cyber bullying. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dan traditional bullying terhadap perilaku cyber bullying pada remaja. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Responden terdiri dari 102 remaja yang berusia 14-16 tahun. Analisis menggunakan non parametrik Mann Whitney dan Spearman. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh orangtua terhadap perilaku cyber bullying dengan nilai p > 0,05 dan ada hubungan antara traditional bullying verbal dengan perilaku cyber bullying impersonation dan outing and trickery dengan nilai p < 0,05. Penelitian ini merekomendasikan sekolah untuk tetap meningkatkan kegiatan positif seperti olah raga dan seni, serta memberikan edukasi kepada remaja mengenai bullying.

ABSTRACT
The internet usage has positive and negative effect. One of the negative effect is cyber bullying. This study examined the correlation between parenting style and traditional bullying to cyber bullying behaviour. The design of this study using correlational descriptive with cross sectional approach. The partiscipants of this study consisted of 102 adolescent ranging in age from 14 to 16 years old. Mann Whitney and Spearman rsquo s were used for analyses data. The result indicates that no correlation between parenting style to cyber bullying behaviour with p value 0,05 and there is a correlation between traditional bullying verbal to cyber bullying behaviour which is impersonation and outing and trickery with p value 0,05. This research recommends to keep promoting positive activities in school such as sport and art, to educate adolescents on certain issues related to bullying."
2017
S69544
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>