Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149081 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahira Aviandiva
"Latar belakang: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi, dengan gambaran klinis terjadinya kehilangan perlekatan klinis dan adanya poket periodontal. Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang sangat berpengaruh terhadap periodontitis. Tingginya prevalensi merokok di Asia dapat berpengaruh terhadap keparahan dari penyakit periodontal dan hasil dari terapi periodontal di Asia. Tujuan:
Untuk mendapatkan data perubahan parameter klinis periodontal pasca terapi periodontal pada subjek perokok penderita periodontitis di Asia. Metode: Pendaftaran protokol dari studi systematic review dan meta-analisis ke PROSPERO database (CRD42020201607) dan pencarian literatur dengan menggunakan pedoman alur Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) pada tiga electronic database (PubMed, Scopus, EBSCO) Hasil: Sebanyak 19 studi memenuhi kriteria inklusi pada tahapan sintesis kualitatif. Sintesis kuantitatif atau meta-analisis dilakukan secara terpisah untuk melihat perubahan kedalaman poket dan perbaikan tingkat perlekatan klinis pasca terapi periodontal, pada kelompok perokok dan bukan perokok. Hasil meta-analisis menggunakan random effects model menunjukkan terjadinya reduksi kedalaman poket pasca terapi periodontal pada perokok dengan nilai overall mean sebesar -0,83 mm (95% CI: -1,23 mm; -0,43 mm) dan pada bukan perokok dengan nilai overall mean sebesar - 1,13 mm (95% CI: -1,53 mm; -0,73 mm). Hasil meta-analisis menggunakan random effects model juga menunjukkan terjadinya perbaikan tingkat perlekatan klinis pasca terapi periodontal pada perokok dengan nilai overall mean sebesar -0,98 mm (95% CI: - 1,40 mm; -0,56 mm) dan bukan perokok dengan nilai overall mean sebesar -0,97 mm (95% CI: -1,57 mm; -0,38 mm). Kesimpulan: Parameter klinis periodontal pasca terapi periodontal pada subjek perokok dengan periodontitis di Asia mengalami perubahan, namun reduksi kedalaman poket pasca terapi periodontal pada perokok lebih rendah dibandingkan dengan bukan perokok. Hal tersebut menunjukkan bahwa merokok memiliki efek negatif terhadap terapi periodontal.

Background: Periodontitis is an inflammatory disease of the supporting tissues of the teeth, with a presence of clinical attachment loss and periodontal pocket. Cigarette smoking is a well-established risk factor for periodontitis. The high prevalence of smoking in Asia therefore could affect the severity of periodontal disease and the outcome
of periodontal therapy in Asia. Objective: To determine the clinical periodontal parameter of smokers with periodontitis in Asia following periodontal therapy.
Methods: The protocol has been registered to PROSPERO database (CRD42020201607). Literature search followed the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guidelines through these following electronic databases: PubMed, Scopus, and EBSCO. Results: Nineteen studies met the criteria for qualitative synthesis. The quantitative synthesis or meta-analyses were done separately for changes in
periodontal pocket depth (PPD) and clinical attachment level (CAL) on smokers and nonsmokers
following periodontal therapy. Meta-analysis results for changes in periodontal pocket depth (PPD) demonstrated a reduction in periodontal pocket depth in both smokers and non-smokers group, with a mean difference of -0.83 mm (95% CI: -1.23 mm; -0.43
mm) and a mean difference of -1.13 mm (95% CI: -1.53 mm; -0.73 mm), respectively. Meta-analysis results for changes in clinical attachment level (CAL) demonstrated a gain in clinical attachment level (CAL) in both smokers and non-smokers group, with a mean difference of -0.98 mm (95% CI: -1.40 mm; -0.56 mm) and a mean difference of -0.97 mm (95% CI: -1.57 mm; -0.38 mm), respectively. Conclusion: Clinical periodontal parameter of smokers with periodontitis in Asia following periodontal therapy showed changes. However, smokers demonstrated less reduction in periodontal pocket depth compared to non-smokers, indicating that smoking has a negative effect on the outcome of periodontal therapy.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhias Salsabila Putri
"Latar belakang: Populasi di Asia memiliki beberapa faktor risiko periodontitis terkait
anatomi dan mikroorganisme dalam rongga mulutnya. Periodontitis merupakan ancaman
besar terhadap kesehatan mulut dan dapat menimbulkan gejala perubahan klinis seperti
munculnya tanda-tanda inflamasi serta terjadinya peningkatan pocket probing depth
(PPD) dan clinical attachment loss (CAL) yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman
pada penderitanya baik dalam aspek fisik, psikologis, maupun sosial. Tujuan: Untuk
menganalisis pengaruh terapi periodontal terhadap nilai OHRQoL pada penderita
periodontitis di Asia dari studi yang menggunakan kuesioner OHIP-14. Metode: Uji
meta-analisis serta penyusunan systematic review (PROSPERO CRD42020203254)
dengan pencarian literatur pada online database yaitu PubMed, Scopus, dan EBSCO.
Studi yang diidentifikasi kemudian melalui tahapan skrining, penilaian eligibilitas, dan
inklusi menggunakan pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and
Meta-Analyses (PRISMA). Hasil: Sebanyak enam studi memenuhi kriteria inklusi untuk
dilakukan systematic review dan empat studi dengan intervensi terapi periodontal nonbedah
diikutsertakan dalam meta-analisis. Analisis kuantitatif dilakukan pada tiga
rentang waktu follow-up yaitu minggu ke-1 dan 2 dengan mean difference [95% CI]: -
13,31 [-33,71 ; 7,10], minggu ke-4 dan 5 dengan mean difference [95% CI]: -16,12 [-
35,27 ; 3,03], serta minggu ke 9 hingga 12 dengan mean difference [95% CI]: -4,14 [-
6,85 ; -1,43]. Kesimpulan: Terapi periodontal dapat meningkatkan OHRQoL penderita
periodontitis di Asia. Peningkatan tersebut dapat terlihat paling signifikan pada minggu
ke-4 dan 5 pasca terapi.

Background: Asians have periodontitis risk factors regarding to the anatomy and
microorganisms found in their oral cavity. Periodontitis is one of the most prevalent
diseases that affects the oral cavity, causing several symptoms such as inflammation and
increase in pocket probing depth (PPD) and clinical attachment loss (CAL). Symptoms
caused by periodontitis may cause discomfort in some aspects of life such as physical,
psychological, and social aspect. Objective: To analyze the impacts of periodontal
therapy on OHRQoL in periodontitis patients in Asia from studies using OHIP-14
questionnaire. Methods: Meta-analysis and systematic review (PROSPERO
CRD42020203254) of the studies obtained from three databases (PubMed, Scopus, and
EBSCO). Identified studies were screened and assessed following the Preferred
Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guidelines.
Results: From 641 studies retrieved, six met the criteria for qualitative analysis. Studies
using non-surgical periodontal treatment are also included for meta-analysis. Quantitative
analysis were conducted by categorizing the follow-up period into three groups: 1-2
weeks follow-up with mean difference [95% CI]: -13.31 [-33.71 ; 7.10], 4-5 weeks
follow-up with mean difference [95% CI]: -16.12 [-35.27 ; 3.03], and 9-12 weeks followup
with mean difference [95% CI]: -4.14 [-6.85 ; -1.43]. Conclusion: Periodontal therapy
can enhance the OHRQoL of periodontitis patients in Asia. The most significant impact
can be seen on the follow-up period of 4-5 weeks"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nabhila Artenia Kezia Finelly
"Latar Belakang: Penyakit periodontal tidak hanya mempengaruhi kesehatan mulut, tetapi juga berkontribusi pada berbagai gangguan sistemik termasuk hiperlipidemia yang merupakan salah satu faktor risiko utama dari penyakit kardiovaskular. Mekanisme inflamasi yang mendasari penyakit periodontal diyakini dapat memengaruhi metabolisme lipid, sehingga memperburuk profil lipid pasien. Perawatan periodontal non-bedah telah diusulkan sebagai intervensi potensial untuk dapat mengurangi peradangan sistemik dan memperbaiki profil lipid pada beberbagai studi, tetepi hasil penelitian sebelumnya menunjukkan temuan yang tidak konsisten. Tujuan: Mengetahui pengaruh perawatan periodontal non-bedah pada pasien dengan hiperlipidemia dan periodontitis terhadap kadar biomarker pro-inflamasi TNF-α, IL-1β, IL-6, dan CRP serta profil lipid. Metode: Pencarian studi melalui basis data elektronik menggunakan pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analysis (PRISMA). Studi yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi, kemudian dinilai risiko biasnya. Selanjutnya, dilakukan meta-analisis. Hasil: Sintesis kualitatif menunjukkan adanya hasil yang signifikan terhadap pengaruh perawatan periodontal non-bedah pada penurunan kadar TNF-α, IL-1β, dan IL-6 pasca perawatan, tetapi tidak ditemukan adanya penurunan kadar yang signifikan pada biomarker CRP dan profil lipid pasca perawatan. Meta-analisis sebelum dan sesudah perawatan periodontal non-bedah menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan secara statistik pada kadar IL-6 dengan perbedaan rerata -0,74 pg/mL (95% CI:[-0.90;-0.57], p<0,00001) dan kadar TC dengan perbedaan rerata -36,19 (95% CI: [-61,00; - 11,38], p = 0,004) serta tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap kadar HDL dengan perbedaan rerata 0,12 (95% CI: [-2,28; 2,52], p = 0,92). Kesimpulan: Perawatan periodontal non-bedah pada pasien dengan hiperlipidemia dan periodontitis menunjukkan pengaruh yang signifikan pada kadar TNF-α, IL-1β, dan IL-6, tetapi kadar CRP dan profil lipid tidak menunjukkan padanya pengaruh yang signifikan pasca perawatan pada pasien dengan hipelipidemia dan periodontitis.

Background: Periodontal disease not only affects oral health but also contributes to a variety of systemic disorders including hyperlipidemia which is one of the major risk factors for cardiovascular disease. The inflammatory mechanisms underlying periodontal disease are believed to affect lipid metabolism, thereby worsening the lipid profile of patients. Non-surgical periodontal treatment has been proposed as a potential intervention to reduce systemic inflammation and improve lipid profiles in various studies, despite previous findings showing inconsistent findings. Objective: To determine the effect of non-surgical periodontal treatment in patients with hyperlipidemia and periodontitis on the levels of pro-inflammatory biomarkers, TNF-α, IL-1β, IL-6, and CRP as well as lipid profile. Methods: Study searches were conducted through electronic databases using the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analysis (PRISMA) guidelines. Studies that meet the inclusion and exclusion criteria are then assessed for bias risk. Next, a meta-analysis was carried out. Results: Qualitative synthesis showed significant results on the effect of non-surgical periodontal treatment on the reduction of TNF-α, IL-1β, and IL-6 levels after treatment, but no significant reduction in CRP and lipid profile was found after treatment. Meta-analyses before and after non-surgical periodontal treatment showed a statistically significant effect on IL-6 levels with a mean difference of -0.74 pg/mL (95% CI:[-0.90;-0.57], p<0.00001) and TC levels with a mean difference of -36.19 (95% CI: [-61.00; - 11.38], p = 0.004). There is no significant effect on HDL levels with a mean difference of 0.12 (95% CI: [-2.28; 2.52], p = 0.92). Conclusions: Non-surgical periodontal treatment in patients with hyperlipidemia and periodontitis showed a significant effect on TNF-α, IL-1β, and IL-6 levels, but CRP levels and lipid profiles did not show a significant post-treatment effect on patients with hyperlipidemia and periodontitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valdy Hartono
"Penyakit periodontal, termasuk gingivitis dan periodontitis, merupakan penyakit yang memiliki prevalensi tinggi. Pandemi COVID-19 mempersulit pasien untuk mendapatkan perawatan periodontal, sedangkan kebutuhan akan perawatan terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas mobile application periodontal, yakni suatu inovasi dan solusi untuk permasalahan tersebut, dengan cara membandingkan parameter inflamasi klinis dan psikomotor penderita gingivitis maupun periodontitis, antara kelompok yang diberikan intervensi mobile application dan kelompok yang tidak diberikan intervensi setelah satu dan tiga bulan penggunaan. Subjek penelitian berjumlah 40 orang yang terbagi secara acak dan merata pada kelompok uji dan kelompok kontrol. Parameter inflamasi klinis yang diperiksa ialah bleeding on probing (BoP) dan probing pocket depth (PPD). Peneliti menganalisis hasil perbandingan rerata nilai BoP, PPD, dan psikomotor antar kelompok uji dan kontrol serta dalam masing-masing kelompok uji dan kontrol setelah satu dan tiga bulan penggunaan. Hasil analisis antar kelompok menunjukkan adanya perbedaan bermakna secara statistik rerata nilai BoP, PPD, dan psikomotor, kecuali parameter PPD pada penderita periodontitis. Hasil analisis dalam kelompok menunjukkan adanya perbedaan bermakna secara statistik pada seluruh parameter pada kelompok uji, sedangkan pada kelompok kontrol, tidak ditemukan adanya perbedaan rerata nilai psikomotor yang bermakna. Studi ini menunjukkan bahwa perawatan periodontal berbasis mobile application dinilai efektif khususnya dalam pandemi COVID-19.

Periodontal disease, including gingivitis and periodontitis, is a highly prevalent disease. The COVID-19 pandemic has made it challenging for patients to receive periodontal therapy, despite the demand for treatment is still increasing. This study aims to evaluate the effectivity of periodontal mobile application, which is an innovation and solution for this problematic situation, by comparing clinical parameters of inflammation and psychomotor scores in gingivitis and periodontitis patients, between the group that was given the mobile application and the group that was not given the intervention after 1 and 3 months of use. Forty subjects were randomly and evenly distributed into the test and control group. The clinical inflammation parameters examined were bleeding on probing (BoP) and probing pocket depth (PPD). The author analyzed the comparison results of the mean values of BoP, PPD, and psychomotor between the groups (inter-group) and within the groups (intra-group) after one and three months of use. The results of the inter-group analysis showed that there were statistically significant differences in the mean values of BoP, PPD, and psychomotor, except for PPD parameter in patients with periodontitis. The results of the intra-group showed that there were statistically significant differences in all parameters in the test group, while in the control group, there was no significant differences in the mean of psychomotor scores. This study shows that mobile application-based periodontal treatment is considered effective especially in COVID-19 pandemic."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Melinda Rabekka
"Pendahuluan: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi kronis pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh disbiosis plak biofilm. Oral hygiene instruction (OHI) merupakan intervensi penting dalam perawatan periodontitis. Berbagai pendekatan OHI telah diesksplorasi, termasuk penggunaan aplikasi mobile. Tujuan: Mengevaluasi efektivitas aplikasi mobile “Perio UI Care” dalam manajemen periodontitis melalui evaluasi parameter klinis dan mikrobiota subgingiva. Metode: Total 44 pasien periodontitis dibagi secara acak ke dalam dua kelompok. Intervensi scaling dan root planing (SRP), OHI secara verbal, dan aplikasi “Perio UI Care” diberikan kepada kelompok pengguna aplikasi (n=22), sedangkan kelompok non-pengguna aplikasi (n=22) diberikan SRP dan OHI secara verbal. Evaluasi parameter klinis (probing pocket depth/PPD, bleeding on probing/BOP, dan full mouth plaque score/FMPS), serta pengambilan sampel plak subgingiva dilakukan pada kunjungan awal, satu, dan tiga bulan pascaperawatan. Analisis mikrobiota subgingiva menggunakan teknik next generation sequencing (NGS). Hasil: Terdapat penurunan PPD, BOP, dan FMPS yang signifikan pada re-evaluasi satu dan tiga bulan bila dibandingkan kunjungan awal (p<0,001), tanpa perbedaan antar kelompok (p>0,05). Analisis intra-grup antara kunjungan satu dan tiga bulan menunjukkan perbaikan yang lebih baik pada kelompok pengguna aplikasi, terlihat dari penurunan PPD (p<0,05) serta kestabilan nilai BOP dan FMPS. Analisis mikrobiota subgingiva menunjukkan dominasi bakteri orange dan red complex pada kunjungan awal. Tidak ada perbedaan keragaman dan komposisi mikrobiota subgingiva yang bermakna pascaperawatan, baik antar kelompok maupun ketiga waktu kunjungan (p>0,05). Namun, tren perubahan dapat diamati. Kesimpulan: Penggunaan aplikasi mobile sebagai tambahan dalam manajemen periodontitis cukup efektif, terlihat dari adanya perbaikan parameter klinis. Evaluasi lebih lanjut terutama pada fase terapi periodontal suportif tetap diperlukan.

Introduction: Periodontitis is a chronic inflammatory disease associated with dysbiotic plaque biofilms and characterized by destruction of the tooth-supporting apparatus. Oral hygiene instruction (OHI) is essential during periodontitis treatment. Various OHI approaches have been explored, including mobile application. Objective: To evaluate the mobile application’s effect (“Perio UI Care”) on periodontitis management by evaluating periodontal clinical parameters and subgingival microbiota. Methods: Fourty-four periodontitis patients were randomly assigned to two treatment groups. Scaling and root planing (SRP), verbal OHI, and the “Perio UI Care” app were given to the app group (n=22), while the non-app group (n=22) received only SRP and verbal OHI. Probing pocket depth/PPD, bleeding on probing/BOP, and full mouth plaque score/FMPS were assessed at baseline, one-, and three-month post-treatment. Samples of subgingival plaque were collected. Subgingival microbiota was analyzed using 16S rRNA next-generation sequencing (NGS). Results: Significant reduction in PPD, BOP, and FMPS at one- and three-month compared to baseline (p<0.001), with no significant differences across groups (p>0.05). Intra-group analysis showed better improvement in the app group, especially between the one- and three-month visits, with a decrease in PPD (p<0.05) and stable BOP and FMPS. At baseline, orange and red complex bacteria dominated the subgingival microbiota. Subgingival microbiota diversity and composition did not differ across groups or time points (p>0.05), yet the shifting between timepoints could be observed. Conclusions: Mobile application complements periodontitis patient management, as evidenced by the improvement of clinical parameters. Further evaluation is needed, especially in the periodontal maintenance phase."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pitu Wulandari
"Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi yang disebabkan oleh plak sebagai etiologi utama dan hormon reproduksi sebagai faktor risikonya. Periodontitis dapat meningkat keparahannya pada perempuan yang memasuki masa menopause sehingga hal tersebut dapat menganggu kualitas hidupnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh faktor-faktor yang berperan terhadap status periodontal dan kualitas hidup penderita periodontitis perimenopause dan pascamenopause. Desain penelitian ini adalah cross sectional.
Penelitian ini menggunakan metode pemilihan sampel consecutive sampling dan dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama melalukan uji validasi kuesioner dan tahap kedua uji faktor klinis. Penelitian tahap pertama diikuti oleh 268 subjek dan tahap kedua diikuti oleh 167 subjek dengan kriteria inklusi subjek yang berusia 45 sampai dengan 59 tahun dan telah memasuki masa perimenopause dan pascamenopause serta menderita periodontitis. Status menopause subjek diperoleh melalui wawancara dan dikonfirmasi melalui pemeriksaan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan hormon estrogen, pemeriksaan status periodontal dilakukan melalui pengukuran kehilangan perlekatan gingiva, indeks kebersihan mulut, indeks plak, indeks perdarahan papila, gigi goyang dan jumlah gigi yang hilang dan kondisi keradangannya dikonfirmasi melalui pemeriksaan IL-1β dan IL-10. Pengukuran kualitas hidup dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah tervalidasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan status periodontal dan kualitas hidup antara subjek perimenopause dan pascamenopause (p<0,005), walaupun terdapat perbedaan bermakna kadar FSH dan estrogen antara kedua kelompok subjek. Faktor tingkat pendidikan, indeks kebersihan mulut, indeks plak, dan gigi goyang merupakan faktor-faktor yang paling berperan terhadap status periodontal penderita periodontitis perimenopause dan pascamenopause. Hanya faktor indeks plak dan gigi goyang yang paling berperan terhadap kualitas hidup penderita periodontitis pada periomenopause dan pascamenopause.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh model prediksi dan modeks skor indeks status periodontal dan kualitas hidup penderita periodontitis perimenopause dan pascamenopause yang dapat digunakan oleh klinisi untuk membantu menegakkan diagnosis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prediksi status periodontal pada perimenopause dapat membantu pencegahan keparahan periodontitis lebih lanjut pada pascamenopause karena status periodontal yang berat dapat mengganggu kualitas hidup subjek.

Periodontitis is an inflammatory disease caused by a plaque as the primary aetiology and reproductive hormones as risk factors. Periodontitis may increase in severity in women entering menopause so that it can interfere with their quality of life. The purpose of this study was to obtain the factors that contribute to periodontal status and quality of life of periodontitis patients in perimenopause and postmenopause.
This study design was cross-sectional. This study used consecutive sampling and conducted in two phases: (1) pass a validation test of the questionnaire and (2) clinical test factors. The first phase of the study is followed by 268 subjects and the second phase is followed by 167 subjects, with inclusion criteria subjects aged 45 to 59 years old and have been entering perimenopause and postmenopause and suffering periodontitis. Menopausal status subject obtained through interviews and confirmed through examination of Follicle Stimulating Hormone (FSH) and estrogen hormone, examination of periodontal status is done by measuring the loss of attachment, oral hygiene index, plaque index, papillary bleeding index, teeth mobility, the number of missing teeth and inflammation condition is confirmed by examination of IL-1β and IL-10. Measurement of quality of life using a questionnaire that has been validated.
The results showed that there were no differences periodontal status and quality of life among perimenopausal and postmenopausal subjects (p<0.005), although there are significant differences in FSH and estrogen levels between the two groups of subjects. Factor levels of education, oral hygiene index, plaque index, and teeth mobility are the factors that most contribute to the periodontal status of periodontitis patients in perimenopause and postmenopause. Only dental plaque index and teeth mobility were the most contribute to the quality of life of periodontitis in perimenopause and postmenopausal.
Based on these results obtained predictive models and score index models of periodontal status and quality of life of periodontitis patients in perimenopausal and postmenopausal which can be used by clinicians to help make the diagnosis. The results of this study indicate that prediction of periodontal status in perimenopause can help prevent further periodontitis severity in postmenopausal because severe periodontal status can disrupt the subject's quality of life.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Khoirowati
"Periodontitis adalah penyakit inflamasi yang berhubungan dengan bakteri, terutama bakteri red complex. Penuaan dapat mengubah kemampuan untuk merespons berbagai rangsangan dan kondisi fisik. Pertahanan host, Lingkungan rongga mulut, dan virulensi bakteri yang memengaruhi status periodontal dan kuantitas bakteri red complex. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan dan hubungan antara status periodontal dengan kuantitatif bakteri red complex pada lanjut usia. Studi klinis ini meneliti 20 subjek dewasa sebagai kontrol dan 20 subjek lanjut usia penderita periodontitis. Pengukuran klinis dengan penilaian Papillary Bleeding Index dan Oral Hygiene Index score. Koleksi plak subgingiva diperoleh dari gigi dengan kedalaman probing 5-7 mm menggunakan paper point. Analisis kuantitatif bakteri red complex dengan RT-PCR. Hasil Uji Mann- Whitney Upada perbandingan status periodontal antara kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05), namun sebaliknya terdapat perbedaan bermakna untuk kuantitas ketiga bakteri red complex pada tiap kelompok (p<0,05). Uji Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara kuantitas bakteri dengan skor kebersihan mulut dan secara statistik hanya P. gingivalis yang berhubungan dengan kuantitas bakteri (p<0,05). Hasil penelitian menyimpulkan pada kedua kelompok memiliki status periodontal yang buruk dengan kuantitas bakteri red complex lebih tinggi pada kelompok lansia. Hubungan antara OHIS dan PBI dengan bakteri red complex menunjukkan hasil positif.

Periodontitis is an inflammatory disease associated with bacteria, especially the red complex bacteria. Aging can change the ability to respond to various stimuli and physical conditions. Host defense, oral environment, and bacterial virulence influencing periodontal status and red complex bacteria quantity. This study aims to analyze the comparison and relationship between periodontal status and quantitative red complex bacteria in the elderly. This clinical study examined 20 adult and 20 elderly subjects with periodontitis. Clinical measurement with Papillary Bleeding Index and Oral Hygiene Index scores. The subgingival plaque collection was obtained from the teeth with a probing depth of 5-7 mm using paper points. Quantitative analysis of red complex bacteria by RT-PCR. The results of the Mann-Whitney U test on the comparison of periodontal status between the two groups showed no significant difference (p>0.05), but on the contrary there was a significant difference for the quantity of the three red complex bacteria in each group (p<0.05). Spearman's test showed that there was a relationship between the quantity of bacteria and the oral hygiene score and statistically only P. gingivalis was associated with the quantity of bacteria (p<0.05). The results of the study concluded that both groups had poor periodontal status with a higher quantity of red complex bacteria in the elderly group. The relationship between OHIS and PBI with red complex bacteria showed positive results."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Cahyani Adiati
"Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang memengaruhi jaringan penyangga gigi. Patogen memicu sistem imun bawaan ada jaringan periodontal untuk melepaskan mediator proinflamasi dan sitokin, salah satunya yaitu Prostaglandin E2 (PGE2). Periodontitis diketahui memiliki pengaruh dua arah dengan beberapa penyakit sistemik. salah satunya COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang berkaitan dengan sindrom badai sitokin. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk melihat korelasi respons imun individu penyintas COVID-19 dalam hal ini mediator inflamasi PGE2 dengan kondisi jaringan periodontal berdasarkan parameter klinis periodontal yaitu BOP, PD, dan CAL. Metode: Desain penelitian potong lintang pada 38 orang subjek dengan membagi dua kelompok subjek berdasarkan riwayat COVID-19. Dilakukan pemeriksaan parameter klinis periodontal BOP, PD, CAL dan pengambilan sampel GCF untuk mengukur kadar PGE2 menggunakan metode ELISA. Analisis data dilakukan dengan SPSS 25 dan GraphPad 10.0.0 Hasil: Terdapat perbedaan kadar PGE2 (p<0,05) antara penyintas dan bukan penyintas COVID-19. Tidak terdapat perbedaan parameter klinis periodontal (p>0,05) antara penyintas dan bukan penyintas COVID-19. Terdapat hubungan linear positif (p<0,05; r>0) antara kadar PGE2 dengan PD dan BOP. Kesimpulan: Kadar PGE2 pada subjek penyintas COVID-19 diindikasikan berkorelasi positif terhadap parameter klinis periodontal PD dan BOP.

Background: Periodontal disease is an inflammatory condition that affects the supporting tissues of the teeth. In periodontitis, pathogens trigger the innate immune system to release proinflammatory mediators and cytokines in the periodontal tissues, one of which is Prostaglandin E2 (PGE2). Periodontitis is known to have a bidirectional relationship with several systemic diseases, one of them is COVID-19 which caused by the SARS-CoV-2 and associated with a cytokine storm syndrome. Objective: This research is conducted to examine the correlation between the immune response of individuals who have survived COVID-19, specifically the inflammatory mediator PGE2, and the condition of periodontal tissues based on clinical periodontal parameters, namely BOP, PD, and CAL. Methods: The design of this study was cross-sectional on 38 subjects by dividing two groups of subjects based on history of COVID-19. Periodontal clinical parameters BOP, PD, CAL were examined and GCF samples were taken to measure PGE2 levels using the ELISA method. Data analysis was carried out with SPSS 25 and GraphPad 10.0.0. Results: There is a significant difference in PGE2 levels (p<0.05) between former COVID-19 patients and non-COVID-19. No significant differences in clinical periodontal parameters (p>0.05) were found between two groups. A positive linear relationship (p<0.05; r>0) was observed between PGE2 levels and PD, as well as BOP. Conclusions: PGE2 levels in subjects who survived COVID-19 were indicated to be positively correlated with the periodontal clinical parameters of PD and BOP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Growth factor is a general term used to denote a class of naturally occuring proteins that function in the body to promote mitogenesis, directed migration and metabolic activity of cells. Growth factor to mediate repair and regeneration the periodontium. A combination of growth factor may more effectively stimulate these diverse processes of regeneration than single growth factor. Combination PDGF and IGF-I, significant amounts of newly formed bone and new cementum. PDGF and TGF beta are known to be abundant in the alfa granules of platelets. Currently the use of Palatelet Rich Plasma (PRP) into a bone graft combination showed a significant gain in periodontal regeneration. It is probable that it's used to promote periodontal regeneration."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Jesson
"Latar Belakang: Gigi dengan kerusakan periodontal yang berat akan mengakibatkan peningkatan pada mobilitas gigi. Hal itu menjadi indikasi untuk perawatan splin. Penelitian mengenai distribusi status periodontal pada pasien periodontitis dengan terapi temporary periodontal splint belum pernah dilakukan terutama di Indonesia.
Tujuan Penelitian: Mendapatkan distribusi status periodontal gigi pada pasien periodontitis dengan perawatan temporary periodontal splint.
Metode: Penelitian deskriptif retrospektif menggunakan data sekunder dari 47 rekam medik dari pasien dengan terapi temporary periodontal splint di klinik Periodonsia RSKGM FKG UI periode 2018-2020.
Hasil: Perawatan temporary periodontal splint paling banyak dilakukan pada Regio gigi anterior mandibular (49,8%). Mayoritas mobilitas gigi adalah mobilitas derajat 2 (49,2%).  Mayoritas derajat kerusakan tulang adalah kerusakan hingga 1/3 tengah (49,2%) dengan pola kerusakan terbanyak pola horizontal (62,8%). Kehilangan perlekatan klinis terbanyak adalah buruk (76,8%). Uji-T Berpasangan menunjukan adanya perbedaan bermakna antara indeks plak sebelum dan sesudah 1 minggu perawatan (p<0,05) dengan rerata sesudah 1 minggu lebih rendah dibanding sebelum perawatan.
Kesimpulan: Perawatan temporary periodontal splint paling sering dilakukan pada gigi dengan derajat mobilitas 2, kerusakan tulang mencapai 1/3 tengah akar, dan kehilangan perlekatan klinis buruk. Perawatan paling banyak dilakukan pada gigi anterior mandibula. Terdapat perbedaan bermakna antara indeks plak sebelum dan sesudah 1 minggu perawatan dengan indeks plak sesudah mengalami penurunan.

Background: Tooth with severe periodontal damage will result in an increase in tooth mobility. This tooth will be splint to prevent further damage. There has been no research on the distribution of periodontal status in periodontitis patient who were treated with temporary periodontal splint in Indonesia.
>Objective: Determine the distribution of periodontal status of tooth with periodontitis who were treated with temporary periodontal splints.
Method: This retrospective descriptive study was conducted using 47 periodontal medical record patient who were treated with temporary periodontal splints in RSKGM FKG UI Periodontia clinic period of 2018-2020.
Result: Temporary periodontal splint treatment was mostly performed on the anterior mandible (49,8%). The majority mobility of the tooth are grade 2 mobility (49,2%). Majority degree of bone damage is damage up to middle 1/3 (49.2%) with the most damage pattern is horizontal pattern (62.8%). Most of the clinical attachment loss is poor (76,8%). Dependent T-test result showed that there is a significant difference (p<0,05) between plaque index before and after 1 week of treatment with the mean after 1 week of treatment lower than before treatment.
Conclusion: Temporary periodontal splint treatment is most often performed on teeth with mobility grade 2, bone damage reaching the middle 1/3 of the root, and poor clinical attachment loss. Treatment is mostly done on mandibular anterior teeth. There is a significant difference between the plaque index before and after 1 week of treatment with the plaque index after 1 week decreased.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>