Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208604 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qaishum Masturoh
"Latar belakang: Peer problem memberikan dampak negatif pada kondisi kesehatan mental remaja. Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan dalam mendeteksi peer problem pada remaja. Uji sensitivitas dan spesifisitas SDQ subskala peer problem dibutuhkan untuk mengetahui kemampuan SDQ sebagai alat ukur skrining dalam mendeteksi peer problem pada remaja secara akurat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji sensitivitas dan spesifitas dari alat ukur skrining SDQ subskala peer problem pada remaja di Jakarta dan mengetahui cut-off optimum dalam penggunaan SDQ subskala peer problem. Uji akurasi dilakukan dengan membandingkan hasil skrining SDQ dengan hasil wawancara diagnostik sebagai gold standard. Penelitian menggunakan teknik double-blind dan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap skrining menggunakan SDQ kepada 708 remaja, kemudian tahap kedua dilakukan dengan wawancara diagnostik yang dilakukan kepada 40 remaja yang terpilih secara acak. Analisis menggunakan crosstabs dan Receiver Operating Characteristic (ROC) dilakukan untuk memperoleh skor sensitivitas dan spesifisitas. Proses penelitian menggunakan teknik double-blind. Wawancara dilakukan kepada 40 orang remaja siswa SMA di wilayah DKI Jakarta, mengacu pada hasil skrining. Hasil dianalisis dengan menggunakan crosstabs dan Receiver Operating Characteristic (ROC). Hasil menunjukkan SDQ subskala peer problem memiliki nilai sensitivitas sebesar 0.68 dan spesifisitas 0.66 berdasarkan perbandingan dengan wawancara diagnostik sebagai gold standard. Skor cut-off sebesar 4 yang digunakan pada SDQ subskala peer problem dalam penelitian ini sudah cukup optimum untuk mengidentifikasi individu dengan peer problem. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa alat skrining SDQ subskala peer problem memiliki akurasi yang cukup baik dalam deteksi awal peer problem pada remaja.

Background: Peer problem have negative impacts on adolescent’s mental health. Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) is an instrument that can be used to detect peer problems in adolescence. The sensitivity and specificity test of SDQ peer problem subscale are needed to examine SDQ’s accuracy as a screening tool for peer problem. This study aim to examine the sensitivity and specificity of SDQ peer problem subscale as a screening tool to detect peer problem in Adolescents in Jakarta. This study also aimed to explore the optimum cut-off for SDQ peer problem susbscale. The research was conducted in two stage, screening stage and diagnostic interview stage. The accuracy test was conducted by comparing the SDQ peer problem subscale results to diagnostic interview results as gold standard. The participants in this study were students from three senior high school in Jakarta. 708 adolescents participated at the first stage and 40 adolescents were randomly chosen using the double blind technique to participate in individual interview. Crosstab analysis and Receiver Operating Curve (ROC) were conducted to obtain the sensitivity, specificity and optimum score. The results show SDQ peer problem subscale has sensitivity score 0.68 and specificity 0.66. The cut-off score 4 in this study was optimum enough to detect individual with and without peer problems accurately. Based on these results, the SDQ peer problem subscale as a screening tool has a fairly good accuracy to detect peer problem in adolescent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selvi Aprianty Mardiana
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan hubungan Index Massa Tubuh IMT dan di kalangan remaja di Jakarta. Peningkatan IMT terkait dengan praktik makanan dapat membentuk persepsi rasa seseorang. Terdapat lima rasa dasar yang diakui, di mana rasa umami kontroversial dalam paradigma orang Indonesia. Sementara itu, studi terkait dengan umami di Indonesia masih terbatas. Sejauh mana sensitivitas rasa umami dapat mempengaruhi dalam konsumsi makanan dan indeks massa tubuh dianalisis dalam penelitian ini.. Terdapat 43 remaja Non-Overweight-Obese Group NOOG dan 79 remaja Overweight-Obese Group OOG yang berusia 10-16 tahun terlibat dalam studi cross-sectional kuantitatif ini. Studi ini menemukan bahwa usia secara signifikan terkait dengan BMI p

The goal of this study was to determine Body Mass Index BMI and its associations among adolescents in Jakarta. Increasing BMI is related to food practice that may shaped people taste perception. Some studies have showed that there are any interplay associations between taste and body mass. Five basic tastes are acknowledged nowadays, in which umami taste is the latest found and controversial in Indonesia. Meanwhile, study related with umami in Indonesia is still far behind. To what extend could umami taste sensitivity mediate in dietary experience and body mass index were analyzed in this study. There are 43 Non Overweight Obese Group NOOG and 79 Overweight Obese Group OOG students aged 10 16 years were involved in this quantitative cross sectional study. Body Mass Index BMI for age, Best Estimation Threshold BET test, Semi Quantitative Food Frequency Questionnaires SQFFQ and developed structures questionnaires were assessed and analyzed in this study. All data presented in categorical to be used in bivariate and regression model. Result of the study was found that age significantly associated with BMI p"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefany Valentia
"Latar belakang: Skrining dan intervensi masalah kesehatan mental remaja di Indonesia merupakan hal yang menantang, dikarenakan terbatasnya sumber daya, seperti tenaga kesehatan mental profesional, uang, dan waktu. Kuesioner self-report dapat menjadi salah satu upaya preventif masalah kesehatan mental. Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) subskala emotional problem merupakan alat skrining yang seringkali digunakan untuk mendeteksi masalah kesehatan mental di remaja. Alat skrining yang akurat dapat membantu praktisi klinis melakukan asesmen dan mengambil keputusan terkait penanganan lebih lanjut. Oleh karena itu, uji akurasi terhadap SDQ subskala emotional problem versi Indonesia perlu dilakukan. Metode: Uji akurasi dilakukan dengan membandingkan hasil SDQ dengan wawancara diagnostik sebagai gold standard. Structured Clinical Interview for DSM-IV (SCID) dan DSM-5 digunakan sebagai acuan dalam pembuatan gold standard. Proses penelitian menggunakan teknik double-blind. Wawancara dilakukan kepada 40 orang remaja siswa SMA di wilayah DKI Jakarta, mengacu pada hasil skrining. Hasil dianalisis dengan menggunakan crosstabs dan Receiver Operating Characteristic (ROC). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa SDQ subskala emotional problem memiliki nilai sensitivitas 94.4% dan nilai spesifisitas sebesar 86.4%. Lebih lanjut, kurva ROC menunjukkan bahwa skor cut-off 6 yang digunakan dalam penelitian ini sudah ideal dalam mengidentifikasi individu dengan emotional problem pada populasi remaja. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa alat ukur skrining SDQ subskala emotional problem versi Indonesia, merupakan instrumen yang akurat untuk melakukan skrining emotional problem pada remaja

Background: Screening and intervention of emotional problems in Indonesia can be quite challenging given the large gap between available resources in terms of professional mental health practitioners, money, and time, within Indonesia's population. Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) emotional problem subscale is a simple screening tool often used to detect mental health issues in adolescents. An accurate screening tool may assist a clinician in conducting assessments and making decisions regarding further treatment. Hence, a study to examine the accuracy of the SDQ emotional problem subscale Indonesian version is required. Methods: Accuracy has been examined by comparing the SDQ with diagnostic interviews as a gold standard. Structured Clinical Interview for DSM-IV (SCID) and DSM-5 has been used as a guideline to construct the gold standard. A double-blind study has been utilized with the assistance of the research team. Interviews have been conducted with 40 adolescents acquired from high schools located in Jakarta. Data has been analyzed with crosstabs and Receiver Operating Characteristic (ROC). Results: The results of the present study show that the SDQ emotional problem subscale has a sensitivity of 94.4% and specificity of 86.4%. ROC plot shows that the cut-off score of 6 is ideal to identify adolescents with emotional problems. Conclusion: The Indonesian version of the SDQ emotional problem subscale showed high diagnostic accuracy for emotional problem screening based on the DSM-5, therefore it is an accurate tool to screen for emotional problems in adolescents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Prasetyo Ningrum
"Latar Belakang: Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang mengenai kesehatan mental remaja. Studi pedahuluan dari penelitian ini menemukan fakta bahwa masalah gejala kecemasan menduduki peringkat pertama prevalensi 84.9 , berdasarkan hasil tes skrining menggunakan subskala kecemasan Hopkins Symptom Check List ndash; 25 HSCL-25.
Tujuan: Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pada subskala kecemasan HSCL-25 dalam mengidentifikasi kecemasan jika dibandingkan dengan gold standard berupa wawancara diagnostik, serta mengidentifikasi nilai cut-off yang tepat dalam penggunaan subskala kecemasan HSCL-25 pada populasi remaja.
Metode: Membandingkan kecenderungan kecemasan berdasarkan hasil skrining HSCL-25 dengan hasil wawancara diagnostik menggunakan modul skrining Structured Clinical Interview for DSM-IV SCID sebagai acuan pembuatan gold standard. Proses penelitian menggunakan teknik double-blind dengan bantuan tim penelitian. Wawancara dilakukan kepada 40 orang remaja siswa SMA di wilayah DKI Jakarta, mengacu pada hasil skrining.
Hasil: Subskala kecemasan HSCL-25 memiliki nilai sensitivitas sebesar 0.50 dan nilai spesifisitas sebesar 0.50. Skor cut-off HSCL-25 sebesar 1.75 yang digunakan dalam penelitian ini kurang ideal dalam mengidentifikasi individu dengan masalah kecemasan pada populasi remaja.
Kesimpulan: Subskala kecemasan HSCL-25 memiliki kemampuan terbatas dalam mengidentifikasi kecemasan yang mengarah pada gangguan pada populasi remaja. Oleh sebab itu, HSCL-25 tidak disarankan sebagai alat skrining tunggal dalam mengukur kecenderungan gangguan kecemasan pada populasi ini. Terdapat pula kemungkinan bahwa gold standard yang dipilih dalam penelitian ini kurang sesuai sebagai pembanding HSCL-25. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempersingkat interval waktu antara proses skrining dan wawancara, serta mempertimbangkan pemilihan gold standard yang lebih sesuai.

Background: This study is part of a longitudinal study about adolescent's mental health. A preliminary study of this study found that anxiety symptoms were ranked first prevalence 84.9, based on screening using Hopkins Symptom Check List 25 HSCL 25 anxiety subscale.
Objective: To determine the sensitivity and specificity of the HSCL 25 anxiety subscale compared to the diagnostic interview as a gold standard, as well as identifying appropriate cut off score for HSCL 25 anxiety subscale in adolescent's population.
Methods: Comparing HSCL 25 anxiety score with the results of diagnostic interview using the Structured Clinical Interview for DSM IV SCID screening module as the gold standard. This study was conducted using double blind technique, and the blinding process was assisted by the research team. Interviews were conducted to 40 high school students in DKI Jakarta, based on screening results.
Results: Anxiety subscale of HSCL 25 has a 0.50 sensitivity and 0.50 specificity. The cut off score used in this study 1.75 is less than ideal in identifying individuals with anxiety problems in adolescent populations.
Conclusion: The anxiety subscale of HSCL 25 has limited ability to identify anxiety disorder in adolescent populations. Therefore, it is not recommended as a single screening tool in measuring the anxiety disorder trends in this population. It is also possible that the gold standard chosen in this study is less suitable as a comparison of HSCL 25. Further research is expected to shorten the time interval between the screening process and interviews, as well as consider more appropriate gold standard selection.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonny Tirta Luzanil
"Conduct problems mengkhawatirkan masyarakat karena berdampak pada remaja dan orang-orang di sekitarnya. Di Indonesia, conduct problems telah mengarah pada perilaku kriminal. Kondisi ini diperburuk dengan situasi pandemik akibat pelanggaran terhadap peraturan dalam upaya menangani wabah. Deteksi dini menjadi upaya untuk mengurangi risiko dari conduct problems. The Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) telah digunakan secara luas untuk mendeteksi conduct problems pada remaja. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi akurasi dari SDQ untuk mendeteksi conduct problems di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sensitivitas dan spesifisitas dari SDQ subskala conduct problems versi Bahasa Indonesia dan mengidentifikasi skor cut-off yang optimum untuk skrining conduct problems pada remaja. Pengujian akurasi dilakukan dengan membandingkan hasil dari SDQ dengan wawancara diagnostik sebagai gold standard. Wawancara dilakukan kepada 40 remaja dari tiga SMA di Jakarta yang dipilih menggunakan teknik double-blind berdasarkan hasil skrining. Analisis crosstabs menunjukkan bahwa SDQ subskala conduct problems memiliki nilai sensitivitas sebesar 77.3% dan nilai spesifisitas sebesar 83.3%. Analisis ROC menunjukkan bahwa skor cut-off sebesar 4 yang digunakan dalam penelitian ini ideal untuk mengidentifikasi remaja dengan conduct problems. SDQ subskala conduct problems versi Bahasa Indonesia memiliki akurasi yang baik utnuk skrining conduct problems. Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa SDQ berpotensi untuk digunakan di Indonesia.

Conduct problems arise concerns in society because of the impacts on adolescents and the people surrounding them. In Indonesia, conduct problems had led to criminal behaviors. The condition is getting worse in the current pandemic situation by violating the order in efforts to handle the outbreak. Early detection becomes an effort to reduce the risk of conduct problems. The Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) had widely used to detect conduct problems in adolescents. Future studies are needed to evaluate the accuracy of the SDQ for detecting conduct problems in Indonesia. This study aimed to evaluate the sensitivity and specificity of the Indonesian version of the SDQ conduct problems subscale and to identify an optimum cut-off score for screening conduct problems in adolescents. The accuracy was examined by comparing the result of the SDQ with the diagnostic interview as a gold standard. The interview was conducted to 40 adolescents acquired from high schools in Jakarta selected by a double-blind technique based on the screening results. Crosstabs analysis showed that the SDQ conduct problems subscale has a sensitivity value of 77.3% and a specificity value of 83.3%. ROC analysis showed that the cut-off score of 4 used in this study is ideal to identify individuals with conduct problems. In conclusion, the Indonesian version of the SDQ conduct problems subscale has good accuracy for screening conduct problems. These findings show that the SDQ has the potential to be utilized in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chikih
"Latar Belakang : International Olympic Committee (IOC) menganjurkan untuk melakukan monitoring kondisi kesehatan berkesinambungan namun belum tersedia self-reported tools yang dapat digunakan untuk monitoring di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Kuesioner OSTRC tentang cedera dan sakit ke dalam versi Bahasa Indonesia dan digunakan untuk monitoring kondisi kesehatan. Metode: Adaptasi dilakukan menurut kaidah ISPOR, dengan tahap uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 40 atlet remaja selama 2 minggu, dan tahap surveilans yang dilakukan kepada 46 atlet remaja selama 8 minggu. Sensitivitas dan spesifisitas di hitung berdasarkan hasil surveilans 8 minggu. Hasil : Kuesioner OSLO versi Bahasa Indonesia (Sakit dan Cedera) memiliki validitas yang baik dengan Pearson Correlation Test (p<0.001). Cronbach-α mencapai 0,905, 0,940, 0,933 dan 0,840. Interclass corelation coefficient kuesioner sakit 0,905, kuesioner cedera bahu 0,94, kuesioner cedera lutut 0,933 dan kuesioner cedera pergelangan kaki 0,840. Sensitivitas kuesioner sakit mencapai 97,6% dan spesifisitas 99,4%, sedangkan sensitivitas kuesioner cedera mencapai 100% dan spesifisitas mencapai 99,4%. Kesimpulan: OSLO Sports Trauma Research Center Injury and Health Problem versi Bahasa Indonesia valid dan reliabel serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.

Background: The International Olympic Committee (IOC) recommends continuous monitoring of health conditions, but until now, there are no self-reported tools that can be used for monitoring in Indonesia. This research aims to develop the OSTRC Questionnaire into Bahasa version and use it to monitor athlete conditions. Method: Adaptation was carried out according to ISPOR rules, with the validity and reliability testing, and the surveillance stage carried out for 8 weeks. Sensitivity and specificity were calculated based on the results of 8 weeks of surveillance. Results: The Indonesian version of the OSLO Questionnaire (Pain and Injury) has good validity with the Pearson Correlation Test (p<0.001), with cronbach-α reached 0.905, 0.940, 0.933 and 0.840. The interclass correlation coefficient for the pain questionnaire was 0.905, the shoulder injury questionnaire was 0.94, the knee injury questionnaire was 0.933 and the ankle injury questionnaire was 0.840. The sensitivity of the pain questionnaire reached 97.6% and specificity 99.4%, while the sensitivity of the injury questionnaire reached 100% and specificity reached 99.4%. Conclusion: The Indonesian version of OSLO Sports Trauma Research Center Injury and Health Problems is valid and reliable and has high sensitivity and specificity."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nezza Nehemiah
"Individu dalam populasi umum yang pernah mengalami gejala psikotik psychotic-like experience memiliki risiko lebih besar untuk mengembangkan berbagai gangguan klinis seperti gangguan psikotik maupun gangguan psikologis berat lain di masamendatang. Oleh sebab itu diperlukan langkah preventif untuk mencegah berkembangnya gangguan pada individu normal. Berbagai penelitian terdahulu telah menggunakan berbagai alat tes skrining dalam upaya mengidetifikasi kelompok-kelompok berisiko, salah satunya adalah kelompok remaja. Akan tetapi, validitas dari alat tes skrining yang ada dan digunakan belum banyak diuji.
Penelitian ini adalah penelitian longitudinal berbasis sekolah yang telah dimulai sejak awal tahun 2017. Dalam penelitian tahap awal telah diperoleh data mengenai fenomena psychotic-like experience dengan menggunakan alat tes skrining Psychotic-Like Experiences PLEs di 5 sekolah di Jakarta. Pada tahap kedua yang saat ini dilaksanakan, peneliti melibatkan 40 orang siswa yang dipilih dengan teknik purposive sampling berdasarkan hasil temuan penelitian tahap awal. 40 orang siswa dilibatkan dalam wawancara diagnostik dengan panduan yang diadaptasi dari The Structured Clinical Interview for DSM-IVAxis I Disorders SCID-IV untuk dijadikan dasar acuan pembanding hasil diagnosis gold standard dari alat tes skrining PLEs. Validitas alat tes skrining diuji dengan melakukan perhitungan sensitivitas, spesifisitas, predictive values, likelihood ratios, beserta nilai cut-off optimum dari alat skrining tes dilakukan dengan menggunakan analisis Cross-tabulation dan analisis Area Under the Receiver Operating Characteristic ROC Curve.
Berdasarkan analisis Area Under the ROC Curvediketahui bahwa alat tes skrining PLEs memiliki sensitivitas 75 dan spesifisitas 87.5 yang baik untuk membedakan individu dengan atau tanpa gejala psikotik. Alattes skrining PLEs juga telah memiliki nilai cut-off yang optimum yaitu sebesar 1 gejala.Terdapat perbedaan cakupan gejala antara alat tes skrining PLEs dan panduanwawancara SCID-IV yang dapat turut mempengaruhi hasil penelitian. Adaptasi lebih lanjut dengan menambah cakupan gejala dirasa dapat meningkatkan sensitivitas dari alattes skrining PLEs di masa mendatang.

Individuals from general population who ever experienced psychotic like experience areat more risk to develop psychotic disorder or other psychological disorders in the future.Therefore, any prevention action is needed to prevent the development of any seriousdisorder in individuals from general population. Previous research had used variousscreening instruments for psychotic experience to identify at risk groups one of them isadolescents. Unfortunately the validity of these screening instruments has not yet beentested.
This is a longitudinal school based study which has been conducted since theearly 2017. In the first study, we use the Psychotic Like Experiences PLEs questionnaire to identify at risk individuals from 5 high schools in Jakarta. In this study second study , 40 students are selected by using purposive sampling technique based on the result of our first study. These 40 students then interviewed using The Structured Clinical Interview for DSM IV Axis I Disorders SCID IV to provide the gold standardbases for measuring PLEs questionnaire validity. The sensitivity, specificity, predictive values, likelihood ratios, and optimum cut off score were analyzed by using the Crosstabulation and Area Under the Receiver Operating Characteristic ROC Curve analysis.
Based on the analysis, we found that the sensitivity 75 and specificity 87.5 ofPsychotic Like Experiences PLEs questionnaire is good enough to differentiate individuals with or without psychotic experience. The cut off score of PLEs questionnaire is also found to be optimum ge 1 symptom to identify at risk individuals. There are differences in the number of symptoms covered by PLEs questionnaire andSCID IV, which is assumed to affect this study result. Further adaptation by addingmore symptoms covered by PLEs questionnaire are believed to increase its sensitivity infuture studies.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herni
"[ABSTRAK
Duh tubuh vagina adalah cairan yang keluar dari alat genital perempuan yang tidak berupa darah. World Health Organization (2007) merekomendasikan dalam menegakkan diagnosis duh tubuh vagina dengan menggunakan alur pemeriksaan dengan spekulum. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah merekomendasikan alur tersebut untuk seluruh puskesmas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas alur pemeriksaan duh tubuh vagina dengan spekulum oleh dokter puskesmas di Kota Pontianak yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium. Uji diagnostik sensitivitas dan spesifisitas dilakukan terhadap 52 subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan nilai sensitivitas dan spesifisitas diagnosis vaginitis menggunakan spekulum sebesar 57,1% dan 52%, sedangkan sensitivitas dan spesifisitas untuk diagnosis servisitis sebesar 75% dan 57,7%. Hal tersebut menunjukkan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah (≤85%), menunjukkan bahwa pemeriksaan menggunakan spekulum tidak cukup baik untuk digunakan sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis duh tubuh vagina.

ABSTRACT
Vaginal discharge is the discharge from womens genitals which does not consist of blood. World Health Organization in 2007 provide recommendations for diagnosis vaginal discharge in health care one of them by using a speculum. The Ministry of Health of Indonesia has recommended speculum examination of vaginal discharge to all health centers in Indonesia. This research aim was to study the sensitivity and specificity of vaginal discharge examination using a speculum by doctors in primary health care in Pontianak confirmed by laboratory examination. Sensitivity and specificity of diagnostic testing were conducted on 52 research subjects. The result of the study showed the sensitivity and specificity for the diagnosis of vaginitis using a speculum were 57.1% and 52%, whereas the sensitivity and specificity for the diagnosis of cervicitis were 75% and 57.7%. Low sensitivity and specificity values (≤85%), indicating that the use of a speculum examination is not good enough to be used as a basis in the diagnosis of vaginal discharge., Vaginal discharge is the discharge from womens genitals which does not consist of blood. World Health Organization in 2007 provide recommendations for diagnosis vaginal discharge in health care one of them by using a speculum. The Ministry of Health of Indonesia has recommended speculum examination of vaginal discharge to all health centers in Indonesia. This research aim was to study the sensitivity and specificity of vaginal discharge examination using a speculum by doctors in primary health care in Pontianak confirmed by laboratory examination. Sensitivity and specificity of diagnostic testing were conducted on 52 research subjects. The result of the study showed the sensitivity and specificity for the diagnosis of vaginitis using a speculum were 57.1% and 52%, whereas the sensitivity and specificity for the diagnosis of cervicitis were 75% and 57.7%. Low sensitivity and specificity values (≤85%), indicating that the use of a speculum examination is not good enough to be used as a basis in the diagnosis of vaginal discharge.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Segal Hidajat
"Gangguan produktivitas kerja pada kalangan pekerja akibat masalah kesehatan dapat berupa absenteisme dan presenteisme. Kuesioner World Health Organization-Health and Work Performance Questionnaire (WHO-HPQ) merupakan kuesioner lapor mandiri yang dibuat untuk menilai dampak yang dihadapi oleh pemberi kerja akibat penurunan produktivitas kerja yang disebabkan oleh presenteisme, absenteisme, dan cedera/kecelakaan akibat kerja. Studi ini bertujuan untuk melakukan validasi dan reliabilitas dari kuesioner WHO-HPQ bahasa Indonesia versi pendek. Adaptasi transkultural dilakukan dengan adaptasi transkultural dan uji reliabilitas terhadap kuesioner WHO-HPQ versi pendek. Proses adaptasi transkultural dilakukan melalui berbagai tahap termasuk penerjemahan, peninjauan ahli, pretesting dan wawancara kognitif, dan pengujian kuesioner versi final serta dokumentasi. Penilaian validitas pertanyaan menggunakan nilai inter-item correlation dengan minimal nilai 0.2 dan untuk uji reliabilitas, nilai Cronbach alpha dengan minimal nilai 0.7. Kuesioner WHO-HPQ bahasa Indonesia versi pendek telah valid dalam bahasa Indonesia baik pada bagian absenteime dan presentasi. Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach’s alpha 0.328 untuk item bagian absenteisme dan 0.878 pada bagian presenteisme. Kuesioner WHO-HPQ bahasa Indonesia versi pendek dapat digunakan sebagai alat identifikasi absenteisme dan presenteisme pada pekerja di Indonesia.

Reduction of work productivity among workers due to health problems can take in the form of absenteeism and/or presenteeism. The World Health Organization-Health and Work Performance Questionnaire (WHO-HPQ) is a self-report questionnaire instrument was created to assess the cost faced by employers due to decreased efficiency caused by presenteeism, absenteeism, and work-related accidents/injuries. This study aims to carry out validity and reliability of the short Indonesian version of the WHO-HPQ questionnaire. We conducted transcultural adaptation and reliability testing the short version of WHO-HPQ questionnaire. This method employs multiple phases including translation, experts review, pretesting and cognitive interviewing, testing the final version and documentation. In order to determine if a question item is valid, item-correlation value must be greater than 0.2, and for the reliability, internal consistency with Cronbach's alpha value must exceed a minimum threshold of 0.7. The short version of the WHO-HPQ questionnaire is valid in Indonesian version, for the absenteeism and presenteeism aspects. The results of the reliability test showed a Cronbach's alpha value of 0.328 for the absenteeism section and 0.878 for the presenteeism section. The short Indonesian version of the WHO-HPQ can be used as a tool to identify absenteeism and presenteeism among workers in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Anindita Vandari
"ABSTRAK
Hasil penelitian menunjukan kualitas hubungan remaja dengan orangtua dapat berdampak pada kesehatan mental remaja, termasuk pada munculnya gangguan kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental yang paling umum dialami remaja adalah gangguan emosional. Beberapa faktor orangtua yang diketahui berkaitan denga nmunculnya gangguan emosional pada remaja adalah kelekatan dengan orangtua, polakomunikasi keluarga, dan parental pressure. Penelitian ini bertujuan untuk melihatapakah kelekatan dengan orangtua, pola komunikasi keluarga, dan parental pressure tahun sebelumnya secara bersama-sama dapat memprediksi munculnya salah satupemicu dari gangguan emosional, yaitu masalah emosional. Penelitian ini merupakan studi longitudinal yang menggunakan data tahun lalu dan tahun ini dari 5 SMA di 5 wilayah urban DKI Jakarta. Data didapat dari 660 siswa SMA di DKI Jakarta. Peneliti menggunakan beberapa alat ukur dalam penelitian ini. Inventory of Parent and Peer Attachment IPPA digunakan untuk mengukur kelekatan dengan orangtua, Revised Family Communication Patterns RFCP untuk mengukur pola komunikasi keluarga,Inventory of Parental Influence IPI untuk mengukur parental pressure, dan the Strengths and Difficulties Questionnaire SDQ untuk mengukur masalah emosional.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya pola komunikasi orientasi percakapan ayahtahun sebelumnya, parental pressure ayah tahun sebelumnya, dan masalah emosional tahun sebelumnya yang bersama-sama menjadi prediktor yang signifikan dari masalah emosional pada siswa SMA di Jakarta. Perbedaan hasil berdasarkan jenis kelamin remaja juga didiskusikan.

ABSTRACT
Studies showed that the relationship quality between adolescents and their parents has some impacts on adolescents mental health. The most common mental health disorder among adolescents is emotional disorder. Some parental factors have been identified as predictors of emotional disorders among adolescents. Some of them were parental attachment, family communication patterns, and parental pressure. This study aimed at investigating whether parental attachment, family communication patterns, and parental pressure can predict emotional problem in adolescents. We conduct a longitudinal study using data from 2017 and 2018. Our study took place in five high schools from five urban administrative cities in DKI Jakarta. Data were collected from 660 high school students in DKI Jakarta. We used the Inventory of Parent and Peer Attachment IPPA to measure parental attachment, the Revised Family Communication Patterns RFCP tomeasure family communication patterns, the Inventory of Parental Influence IPI tomeasure parental pressure, and the Strengths and Difficulties Questionnaire SDQ tomeasure emotional problem. The results show that father 39s conversation orientation from last year, father 39s pressure from last year, and emotional problem from last year predict emotional problem among high school students in DKI Jakarta. Result differences by adolescents sex are discussed. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>