Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105273 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanita
"Kodomo hyakutouban no ie merupakan satu dari inovasi aktivitas sukarelawan di Jepang, yang mendorong pemanfaat
an rumah atau properti masyarakat awam sebagai tempat evakuasi para anak yang mengalami kesulitan di luar rumah. Lewat perspektif teori strukturasi, penelitian ini menjelaskan bagaimana regionalisasi kodomo hyakutouban no ie dan bagaimana aktivitas ini mendefinisikan kegiatan, lewat struktur spesifik dari sukarelawan kodomo hyakutouban no ie, yang mana dapat memberdayakan sekaligus menghambat para aktivis di dalam menjalankan peran masing-masing. Metode studi pustaka digunakan untuk mengkaji dualitas dari semua data yang dikumpulkan, kemudian menganalisis berbagai hambatan serta agensi terkait struktur dominasi, signifikasi dan legitimasi. Penemuan menunjukkan bahwa, meskipun para sukarelawan mengalami hambatan pada saat menjalankan aktivitas, pada akhirnya mereka mampu memberdayakan hambatan yang ada dan melakukan (re)produksi hal-hal tersebut lewat aksinya.

Kodomo hyakutouban no ie is one of the innovations of volunteer activity in Japan, that encourages the utilization of civils’ houses or property as an evacuation site for children in trouble outside their homes. Through the perspective of structuration theory, this study explains how kodomo hyakutouban no ie regionalized and define themselves through the ways that specific structures of volunteer of the kodomo hyakutouban no ie, that might enable and constrain activists in doing their roles. Using the literature review, the authors employed a duality analysis on a variety of data collected from the discoveries and analyzed the barriers and agencies regarding the domination, signification, and legitimation of the structure. Findings indicate that even though the volunteer experienced barriers throughout their activities, they are eventually able to empower these barriers and (re)create them through their actions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saifuddin Chadavi
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara religiusitas dengan motivasi sukarelawan, dan juga untuk melihat dimensi-dimensi religiusitas yang memiliki hubungan dengan motivasi sukarelawan. Pengukuran religiusitas menggunakan alat ukur religiusitas (Iqbal, 2011) yang diadaptasi dari alat ukur religiusitas milik Fetzer (2003) dan pengukuran motivasi sukarelawan menggunakan alat ukur volunteer motivation inventory (Esmond & Dunlop, 2004). Partisipan penelitian ini adalah sukarelawan yang mayoritas mengikuti kegiatan sukarela di bidang pendidikan dan keagamaan. Total partisipan dalam penelitian ini berjumlah 182 orang dan berdomisili di Jabodetabek.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dan motivasi sukarelawan (understanding, reciprocity, dan social interaction). Sebaliknya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dan motivasi sukarelawan (values). Selain itu, dimensi religious coping diketahui sebagai satu-satunya dimensi dalam religiusitas yang memiliki hubungan signifikan dengan motivasi sukarelawan (reciprocity).

The Study was conducted to find the relationship between religiousity and volunteer motivation, and also to see which dimensions of religiousity that has a relationship with a volunteer motivation. Measurement of religiousity using religiousity measuring instrument (Iqbal, 2011), adapted from the measuring religiousity instrument?s of Fetzer (2003), and the measurement of volunteer motivation using volunteer motivation inventory (Esmond & Dunlop, 2004). Participants of this study were volunteers who followed the majority of the volunteer activities in the field of education and religious affairs. Total Participants of this study are 182 volunteers who live in Jabodetabek.
The results of this study showed a significant positive relationship exists between religiousity and volunteer motivation (understanding, reciprocity, and social interaction). In contrast, there is no significant relationship between religiousity and volunteer motivation (values). In addition, coping religious dimension known as the only dimension in religiousity that has a significant positive relationship with the volunteer motivation (reciprocity).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Skripsi ini menganalisis mengenai ketidakikutsertaan di kalangan lanjut usia
Jepang dalam kegiatan sosial. Teori yang digunakan dalam skripsi ini mengacu
pada argumen Li-Mei Chen (2013) bahwa lanjut usia tidak yakin pada
kemampuan fisik dan psikologis mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan
sosial. Hasil penelitian ini menemukan bahwa alasan ketidakikutsertaan yang
dikemukakan Chen hanya berlaku di Jepang secara umum, sebab, terdapat
perbedaan alasan utama ketidakikutsertaan berdasarkan lokasi dan rentang usia
pada usia lanjut., This work analyzed regarding the nonparticipation among Japanese older adults in
volunteer activities. This work used Li-Mei Chen’s (2013) argument which
explained that the older adults didn’t have confidence with their physical and
psychological ability to participate in volunteer activities. The results of this study
found that the reasons explained by Chen about the Japanese older adults’
nonparticipation is may be applied only in general, because, there are facts about
differences on the main reasons of the nonparticipation based on the location and
the age range of older adults.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philia Silado
"Industrialisasi di Jepang membawa tantangan baru terhadap perekonomian jepang yaitu krisis bahan baku karena kualitas sumber daya alam mineral Jepang yang minim. Di samping itu, krisis ekonomi yang terjadi akibat Gempa Bumi Kant5 1923, jatuhnya perdagangan internasional Jepang pasca perang Dunia I, dan Depresi Ekonomi 1929 memperburuk perekonomian Jepang. Dengan analisis data menggunakan pendekatan histori, tulisan ini menguraikan upaya Jepang untuk masuk ke Manchurk dan aktivitas ekonomi Jepang di Manchuria untuk memahami bahwa machuria adalah arternatif yang sesuai untuk masalah Jepang· South Machuriaa Railway yang dibentuk Jepang di Machuriaa menjadii solusi untuk meningkatkan kondisi ekonomi jepang yang terpuruk.

Industrialization brought out japan into a new challenge which is raw materials crisis as the pool quantity of minetal resources in Japan. Coming to aggravate Japan's economy were the economy crisis for the Great Kanto Earthquake 1923, the decline of Japan' international trade post-World War I, and the Great Depression 1929. By using historical approach on analyzing data, this thesis describes japan's efforts to enter Manchuria and her economy activities there in order to figure out that Manchuria as the alternative to Japan's problems was appropriate. South Machuria Railway that was formed in Manchuria by Japan was the solution towards the increase of Japan's economic health."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42855
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Wira Dhana Suradinata
"Batman merupakan salah satu tokoh buku komik paling terkenal dengan beragam cerita latar belakang dan adaptasi. Kegigihannya dalam memerangi kejahatan meskipun ia hanya manusia biasa membuatnya disukai banyak orang. Ada gagasan populer bahwa persona Batman adalah watak atau kepribadian yang sesungguhnya, bukan Bruce Wayne. Gagasan ini dapat didekati dari sudut pandang yang berbeda. Melalui psikoanalisis Freud dan penelitian tentang PTSD, artikel ini bertujuan untuk membuka pintu ke perspektif lain tentang kepribadian Batman. Dengan menganalisis dialog dari tiga film Batman yang berbeda untuk mencari tahu lebih dalam tentang asal-usul, tindakan, dan keputusannya, artikel ini menantang kepercayaan umum mengenai kepribadian Batman yang sesungguhnya.

Batman is one of the most iconic comic book characters with rich background story and adaptations. His determination in fighting crime despite being a normal human being has made him dear to his fans. The idea that Batman is the real character instead of Bruce Wayne is a popular belief that can be approached from a different point of view. Through Freud's psychoanalysis and study on PTSD, this article aims to open a door to another perspective on Batman's personality. Analyzing dialogues of three different Batman films in order to find out about his origin, actions and decisions, this article challenges the popular belief of Batman's true personality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Maesa Febriawan
"Membuat sukarelawan tetap bertahan, atau lebih dikenal dengan istilah retensi sukarelawan, merupakan kunci penting agar organisasi nonprofit dapat melakukan advokasi isu secara lebih berkesinambungan. X sebagai salah satu organisasi nonprofit mengalami masalah retensi yang juga dialami oleh organisasi serupa. Dalam usaha meningkatkan retensi sukarelawan, efikasi diri diajukan sebagai anteseden dengan kepuasan sukarelawan sebagai mediator. Studi non-eksperimental korelasional terhadap 63 orang sukarelawan organisasi X dilakukan untuk menguji hipotesis tersebut. Hasil analisis mediasi menyimpulkan bahwa kepuasan sukarelawan secara agregat tidak menunjukkan signifikan indirect effect dalam pengaruh efikasi diri terhadap retensi sukarelawan (b = 0,05, SE = 0,03, p = 0,10). Ketika kepuasan sukarelawan dianalisis per dimensi, hanya kepuasan terhadap pemberdayaan yang menjadi mediator signifikan terhadap hubungan sebab-akibat antara kedua variabel tersebut (b = 0,08, SE = 0,04, p = 0,02). Studi ini juga menunjukkan bahwa efikasi diri menjadi anteseden yang signifikan terhadap retensi sukarelawan sehingga mengembangkan efikasi diri berpotensi meningkatkan intensi sukarelawan untuk bertahan di organisasi nonprofit. Coaching dipilih sebagai intervensi untuk meningkatkan efikasi diri sukarelawan di organisasi X. Lima orang sukarelawan baru di organisasi X yang memiliki skor efikasi rendah menjalani lima sesi coaching yang dilaksanakan setiap minggu melalui media virtual. Evaluasi terhadap empat coachee yang bertahan seminggu setelah sesi terakhir coaching tidak menunjukkan peningkatan efikasi diri maupun retensi yang signifikan (efikasi diri: Mpre = 7,93 (SDpre = 0,45), Mpost = 8,23 (SDpost = 0,57), T = 2, p = 0,17; retensi: Mpre = 3,97 (SDpre = 0,37), Mpost = 4,19 (SDpost = 0,58), T = 1,5, p = 0,14). Penjelasan mengenai hasil yang studi klaim permasalahan maupun evaluasi intervensi dijelaskan di bagian akhir makalah ini.

Volunteer retention is the most important imperative that nonprofit organization can advocate issues more sustainably. X, one of the non-profit organizations, experienced similar retention problem that was also experienced by other non-profit organizations. Current study proposed self-efficacy as the antecedent and volunteer satisfaction as the mediating mechanism to explain volunteer retention. A non-experimental correlational study was conducted to 63 volunteers of organization X to test the mediation hypothesis. Mediation analysis result showed that volunteer satisfaction did not have a significant indirect effect to the relationship of self-efficacy and volunteer retention (b = 0,05, SE = 0,03, p = 0,10). When the dimensions of satisfaction were analysed, it was only satisfaction towards empowerment that had a significant indirect effect to the relationship between the antecedent and consequent (b = 0,08, SE = 0,04, p = 0,02). Current study also showed that self-efficacy was a significant antecedent of volunteer retention so that developing self-efficacy may be beneficial to increase the volunteer intention to stay in non-profit organizations. Coaching was chosen as intervention to enhance self-efficacy of volunteers in organization X. Five new volunteers in organization X who had low self-efficacy score participated in five coaching sessions held every week through virtual media. Evaluation of self-efficacy and retention on four remaining coachees a week after the last coaching session did not show a significant increase in their score (self-efficacy: Mpre = 7,93 (SDpre = 0,45), Mpost = 8,23 (SDpost = 0,57), T = 2, p = 0,17; retention: Mpre = 3,97 (SDpre = 0,37), Mpost = 4,19 (SDpost = 0,58), T = 1,5, p = 0,14). Detailed discussions were provided."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarnimatul Ummah
"Keterlambatan perkembangan motorik berdampak negatif pada seluruh aspek perkembangan di masa mendatang. Kemudahan dalam mengakses teknologi membuka peluang bagi anak untuk lebih beraktivitas sedentari yang meminimalisasi kesempatan mempelajari kemampuan motorik kasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan aktivitas sedentari dengan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah.
Desain penelitian ini adalah studi cross sectional menggunakan 85 responden (orang tua dan anak prasekolah) di lembaga pendidikan anak usia dini Ujung Berung Bandung dengan teknik consecutive sampling. Modifikasi Children's Leisure Activities Study dan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan digunakan untuk mengkaji aktivitas dan perkembangan motorik kasar anak. Penelitian ini menggunakan analisis point-biserial correlation. 85.53% anak memiliki perkembangan motorik kasar yang sesuai dan 16.47% lainnya tidak sesuai.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara kedua variabel adalah sangat lemah (r = 0.007, α = 0.05). Aktivitas sedentari tidak secara langsung memengaruhi perkembangan motorik kasar, tetapi mengurangi anak untuk melakukan aktivitas fisik yang menstimulasi perkembangan motorik kasarnya. Akan tetapi, orang tua tetap perlu membatasi waktu aktivitas sedentari anak sehingga anak akan beraktivitas fisik untuk melatih perkembangan motoriknya. Selain itu, pelayanan kesehatan perlu melakukan skrining perkembangan pada lembaga pendidikan anak usia dini agar keterlambatan dapat ditangani sejak dini.

Delay in motor development have a negative impact on all aspects of development in the future. Technology opens up opportunitiy for the children to be more sedentary which will minimize the chance to learn gross motor abilities. This study aimed to determine the strength of relationship between sedentary activity and gross motor development of preschool age children.
The study design was a cross sectional study with 85 respondents (parents and preschool children) in early childhood education institutions Ujung Berung Bandung which were collected with consecutive sampling technique. A modification of Children's Leisure Activities Study and Kuesioner Pra Skrining Perkembangan was used to assess children activities and gross motor development. This study uses point-biserial correlation analysis. 85.53% of respondents had appropriate gross motor development and as many as 16.47% were not.
The result showed that the relationship between sedentary activity and gross motor development is very weak (r = 0.007, α = 0.05). Sedentary activity did not directly affect gross motor development, but it can reduce the children to perform physical activities that stimulate gross motor development. Therefore, parents still need to limit sedentary activity time of the children, so that they will physically active to develop their motor ability. In addition, health services need to screen on the children development in early childhood education institutions, so that delays can be treated earlier.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Fadhilah
"ABSTRAK
Leukemia limfositik akut merupakan jenis kanker yang paling banyak dialami anak-anak. Penyakit tersebut membutuhkan kemoterapi jangka panjang yang dalam prosesnya seringkali menyebabkan fatigue atau kelelahan. Salahsatu cara untuk menurunkan kelelahan adalah aktivitas terstruktur atau latihan yang biasanya dilakukan di rumah sakit. Padahal, anak dengan leukemia limfositik akut pun diharuskan pulang beberapa kali diantara jeda diberikannya agen kemoterapi. Tujuan penelitian ini adalah mencari tahu hubungan antara aktivitas di rumah dengan kelelahan. Desain penelitian ini menggunakan crossectional dan metode consequtive sampling dengan besar sampel 45 anak. Ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik dan kelelahan dengan p 0,001 atau p.

ABSTRACT
Acute lymphocytic leukemia is the most common type of cancer among children. The disease requires long term chemotherapy which in the process often leads to fatigue. One way to reduce fatigue is a structured activity or exercise that is usually performed in a hospital. In fact, children with acute lymphocytic leukemia were required to go home several times between pauses given chemotherapy agents. The purpose of this study is to find out the relationship between activity at home with fatigue. The design of this study using crossectional and consequtive sampling method with a large sample of 45 children. There was a significant relationship between physical activity level and fatigue score with p 0,001 or p
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakwinul Ammar
"Tingkat aktivitas fisik merupakan salah satu indikator kesehatan yang penting. Berdasarkan Riskesdas 2018, Provinsi DKI Jakarta menempati posisi pertama pada proporsi tingkat aktivitas fisik kurang pada anak usia lebih dari 10 tahun. Gangguan tidur memiliki korelasi dengan penurunan performa akademik siswa pada sekolah dasar, peningkatan risiko depresi, dan juga ketidakseimbangan emosional. Berdasarakan penelitian oleh Hermoniati et al., Prevalensi gangguan tidur pada anak usia sekolah di Kota Jakarta Pusat sebesar 25,1%. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan tingkat aktivitas fisik dan gangguan tidur pada anak usia sekolah di Provinsi DKI Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang dengan menggunakan sub data sekunder dari penelitian SEANUTS 2.0 dengan jumlah sub-sampel sebesar 104 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik paling dominan secara berurutan adalah tingkat aktivitas fisik rendah (50%), tingkat aktivitas fisik sedang (42,30%), dan tingkat aktivitas fisik tinggi (7,6%). Gangguan tidur terjadi pada 55,77% dari total sampel. Secara bivariat terdapat korelasi lemah antara tingkat aktivitas fisik dan gangguan tidur pada anak usia sekolah di Provinsi DKI Jakarta dengan nilai r = -0,05 dan tidak signifikan dengan nilai p = 0,617. Selain itu, dilakukan juga uji korelasi terhadap aktivitas fisik dan sub-gangguan tidur dengan hasil gangguan memulai dan mempertahankan tidur (r = -0,068), gangguan pernapasan saat tidur (r = 0,017), gangguan kesadaran (r = -0,023), gangguan transisi tidur-bangun (r = 0,061), gangguan somnolen berlebihan (r = -0,83), dan gangguan saat tidur (r = -0,176). Oleh karena itu, intervensi terhadap aktivitas fisik demi mencegah kejadian gangguan tidur perlu dilakukan. Tenaga kesehatan dan tenaga pendidik pada sekolah dasar diharapkan mengetahui dan memahami pentingkat tingkat aktivitas fisik terhadap pencegahan gangguan tidur pada anak usia sekolah.

The level of physical activity is an important indicator of health. Based on Riskesdas 2018, DKI Jakarta Province occupies the first position in the proportion of the level of physical activity that is lacking in children aged more than 10 years. Sleep disturbances have been correlated with decreased academic performance in elementary school students, increased risk of depression, as well as emotional imbalance. Based on research by Hermoniati et al., the prevalence of sleep disorders in school-age children in Central Jakarta is 25.1%. This study aims to see the relationship between the level of physical activity and sleep disturbances in school-age children in DKI Jakarta Province. The research design used was a cross-sectional study using secondary data from the SEANUTS 2.0 study with a sub-sample of 104 children. The results showed that the most dominant levels of physical activity, respectively, were low levels of physical activity (50%), moderate levels of physical activity (42.30%), and high levels of physical activity (7.6%). Sleep disturbances occurred in 55.77% of the total sample. Bivariately there is a weak correlation between the level of physical activity and sleep disturbances in schoolage children in DKI Jakarta Province with a value of r = -0.05 and not significant with a value of p = 0.617. In addition, correlation tests were also conducted on physical activity and sleep sub-disorders with the results of disturbances in initiating and maintaining sleep (r = -0.068), sleep disturbances (r = 0.017), impaired consciousness (r = -0.023), transitional disorders sleep-wake (r = 0.061), excessive somnolence (r = -0.83), and sleep disturbances (r = -0.176). Therefore, intervention on physical activity to prevent sleep disturbances needs to be done. Health workers and educators in elementary schools are expected to know and understand the level of physical activity on the prevention of sleep disorders at school-age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunnisa
"Taman merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang memiliki fungsi utama sebagai pereduksi pollutan dan penyerap air hujan. Dalam perkembangannya pemanfaatan taman berubah menjadi suatu tempat yang dapat menampung kegiatan masyarakat yaitu aktivitas bermain anak dan berolahraga, terutama pada suatu permukiman. Tidak banyak taman yang dapat menyediakan kegiatan masyarakat ini yang akhirnya membuat potensi taman tidak teroptimalkan dengan baik. Untuk itulah perlu diketahui kriteria apa saja yang harus dipenuhi dalam menghadirkan aktivitas bermain anak dan berolahraga pada sebuah taman. Kriteria-kriteria ini dijadikan dasar dalam perancangan taman sehingga pemanfaatan taman dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitarnya.

Park is part of the green open space which has a primary function as a reducing pollutants and absorbing rainwater. In its development the use of the park turned into a place that can accommodate community activities which children play and exercise activity, especially at a neighbourhood. Not many parks that can provide this community activity that ultimately makes the potential of the park is not optimized properly. For that to know what criteria must be met in presenting children's playground activities and sport in a park. These criteria are used as the basis in designing the park so that the use of the park can be felt directly by the surrounding community."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S52343
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>