Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34876 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soraya Ningrum Putri Nauli
"Health-related quality of life (HRQoL) is an important indicator for physical, mental and social well-being of adolescents. Health risk behaviors, including poor
dietary behavior, physical inactivity, and underweight or overweight, are
associated with low HRQoL among adolescents. There is limited data regarding
the health-related quality of life among students in Islamic boarding school, which
seen as a strategic place to promote healthy living behavior. This study aimed to
assess eating behavior, physical activity, nutritional status and HRQoL among the
students, and determine whether eating behavior, physical activity, and nutritional
status are the associated factors of HRQoL. A cross-sectional approach was used
in this study in which two schools in South Tangerang City of Banten Province
were purposively selected. The study was conducted in July 2020. There were 302
students aged 15-18 years completed this study, which included the measurement
of eating behavior using the Adolescent Food Habit Checklist (AFHC), physical
activity using Physical Activity Questionnaire for Adolescents (PAQ-A),
anthropometry, and HRQoL using the Pediatric Quality of Life (PedsQL) 4.0
Generic Core Scales. Multiple linear regression was used to determine the
associated factors of HRQoL. The results showed that most of students had
unhealthy eating behavior (76.5%) and physically inactive (64.6%). The
prevalence of overweight among the students was 22% and about half of the
students were having impaired HRQoL (48.3%) that particularly shown in the
dimensions of emotional and school functioning. Gender differences occurred
where girls reported lower HRQoL than boys. This study found that eating
behavior, physical activity, and nutritional status were not associated factors of
HRQoL after adjusted for gender and mental health as confounding factors.
However, it is suggested to improve eating behavior, physical activity, nutritional
status, and HRQoL among the students.

Kualitas hidup terkait kesehatan merupakan salah satu indikator penting untuk
kesehatan fisik, mental, dan sosial remaja. Perilaku yang berisiko bagi kesehatan,
seperti perilaku makan yang buruk, kurang aktivitas fisik, dan memiliki berat
badan kurang atau berlebih, memiliki hubungan dengan kualitas hidup terkait
kesehatan yang rendah pada remaja. Terdapat keterbatasan data mengenai kualitas
hidup terkait kesehatan pada siswa di sekolah Islam berasrama yang merupakan
tempat strategis untuk mempromosikan perilaku kesehatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur perilaku makan, aktivitas fisik, status gizi, dan kualitas
hidup terkait kesehatan pada siswa di sekolah Islam berasrama, serta menentukan
apakah perilaku makan, aktivitas fisik, dan status gizi merupakan faktor yang
berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan. Metode potong lintang
digunakan pada penelitian ini, di mana dua sekolah yang berlokasi di Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten, dipilih secara purposive. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli 2020. Terdapat 302 siswa berumur 15-18 tahun yang
mengikuti penelitian ini secara lengkap mulai dari pengukuran perilaku makan
menggunakan kuesioner Adolescent Food Habit Checklist (AFHC), aktivitas fisik
menggunakan kuesioner Physical Activity Questionnaire for Adolescents (PAQA),
antropometri, dan kualitas hidup terkait kesehatan menggunakan kuesioner
Pediatric Quality of Life (PedsQL). Regresi linier berganda digunakan untuk
menentukan faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan.
Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki perilaku makan yang
tidak sehat (76.5%) dan kurang aktivitas fisik (64.6%). Terdapat 22% siswa
dengan berat badan berlebih dan hampir setengah dari seluruh responden memiliki
kualitas hidup terkait kesehatan yang buruk, terutama pada fungsi emosional dan
sekolah. Siswa putri memiliki kualitas hidup terkait kesehatan yang lebih rendah
daripada siswa putra. Perilaku makan, aktivitas fisik, dan status gizi bukan
merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan pada
penelitian ini setelah disesuaikan dengan faktor perancu, yaitu jenis kelamin dan
kesehatan mental. Meskipun demikian, perilaku makan, aktivitas fisik, status gizi,
dan kualitas hidup terkait kesehatan pada siswa dalam penelitian ini perlu untuk
ditingkatkan.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novrianti
"Mahasiswi memiliki HRQOL lebih rendah dan perilaku makan yang tidak sehat akibat efek pandemi. Penting untuk menilai hubungan perilaku makan dan HRQOL pada populasi ini setelah mengendalikan faktor lainnya. Tujuan penelitian yaitu menilai hubungan perilaku makan dengan HRQOL pada mahasiswi di masa pandemi Covid-19. Ini merupakan survei online cross-sectional dengan 747 subjek berusia 18 - 25 tahun. Dutch Eating Behavior Questionnaire (DEBQ) digunakan untuk menilai emotional, external, dan restraint eating. HRQOL diukur menggunakan kuesioner SF-36, termasuk subskala Physical Component Summary (PCS) dan Mental Component Summary (MCS). Data sosiodemografi dan karakteristik lainnya juga dikumpulkan. Analisis data menggunakan regresi linier berganda. PCS signifikan berkaitan dengan emotional eating, pendapatan rumah tangga, uang saku, situasi tempat tinggal, pekerjaan, dan status gizi. MCS signifikan berkaitan dengan emotional, external eating, usia, uang saku, situasi tempat tinggal, dan status gizi. Selama pandemi Covid-19, mahasiswi dengan skor emotional eating yang lebih tinggi, pendapatan rumah tangga lebih tinggi, uang saku yang cukup, tinggal bersama keluarga, tidak bekerja, dan memiliki status gizi lebih tinggi, memiliki PCS yang lebih baik. Skor emotional, external eating yang lebih tinggi, berusia 21-25 tahun, memiliki uang saku yang cukup, tinggal bersama keluarga, dan memiliki status gizi yang lebih baik menunjukkan MCS yang lebih baik.

University female students had lower HRQOL and unhealthy eating behavior as the pandemic's effects. It is critical to assess the association between eating behavior and HRQOL controlling for other factors. This study aimed to assess the association between eating behavior and HRQOL among female students during Covid-19 Pandemic. This was a cross-sectional online survey with 747 subjects aged 18 to 25. The Dutch Eating Behavior Questionnaire (DEBQ) was used to assess emotional, external, and restraint eating. HRQOL was measured using the SF-36 questionnaire, including Physical Component Summary (PCS) and Mental Component Summary (MCS). Additionally, sociodemographic data and other characteristics were collected and were analyzed using multiple linear regression. PCS was significantly associated with emotional eating, monthly household income, pocket money, living arrangement, job, and nutritional status. MCS was significantly associated with emotional, external eating, age, pocket money, living arrangement, and nutritional status. During Covid-19 pandemic, female university students with higher score of emotional eating, having higher households income, enough pocket money, living with family, not working, and having higher nutritional status, had better physical HRQOL. Higher emotional and external eating score, aged 21-25 years, having enough pocket money, living with family, and having better nutritional status showed better mental HRQOL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursetya Afini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari status gizi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi tersebut pada siswi di SMPN 200 Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dan pengambilan sampel secara random berkelompok (cluster sampling). Pengambilan data penelitian dilakukan pada April 2013 dan menggunakan instrumen penelitian berupa timbangan, microtoise, dan kuesioner. Sampel penelitian ini terdiri dari 160 siswi kelas 7 dan 8 dan dianalasis dengan menggunakan uji chi-square.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 15,6% responden memiliki status gizi kurus. Penelitian ini juga menemukan bahwa status gizi berhubungan secara signifikan dengan citra tubuh (p-value 0.000), frekuensi makan utama (p-value 0.007), dan konsumsi makan pagi (p-value 0.001).
Disarankan adanya program edukasi gizi seperti pelatihan penilaian status gizi dan penyuluhan tentang status gizi agar remaja putri dapat menilai status gizinya secara akurat dan tidak salah dalam mempersepsikan citra tubuhnya.

The aim of this study was to determine the percentage of nutritional status and its correlates among students (adolescent girls) at SMPN 200 Jakarta. This study used cross-sectional design and cluster sampling method. This study was conducted on April 2013 used scale, microtoise and questionnaire. The study sample consisted of 160 students of class 7 and 8 and analyzed using the chi- square test.
The result of this study shows that 15,6% of respondents classiffied as thinness. This study also found that nutritional status has been associated with body image (p-value 0.000), eating frequancy (p-value 0.007), and breakfast behaviour (p-value 0.001).
The researcher suggests the existence of nutrition education programs such as training about nutritional status assessment and counseling about nutritional status so that adolescent girls can assess the nutritional status accurately and not mistaken in perceiving their body image.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carlita Rozetta
"Berdasarkan survei survei awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa sebanyak 56% siswa SMA di salah satu sekolah swasta di Tangerang menggunakan suplemen makanan. Angka ini ternyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi penggunaan suplemen makanan di dunia (31%). Dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui proporsi penggunaan suplemen makanan pada siswa SMA serta menilai hubungan antara status kesehatan dan faktor lainnya dengan konsumsi suplemen makanan.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yang dilakukan pada bulan April di SMA Islamic Village Tangerang. Sampel yang digunakan sebanyak 135 responden yang dipilih secara systematic random sampling. Konsumsi suplemen makanan merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Sedangkan variabel bebas terdiri dari status gizi (Indeks Massa Tubuh), riwayat si, riwayat penyakit kronis, jenis kelamin, pengetahuan gizi, asupan karbohidrat, asupan protein, konsumsi sayur, konsumsi buah, praktek konsumsi suplemen orang tua, keterpaparan media promosi, dan pengaruh teman sebaya. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi kuesioner, form FFQ-SQ, timbangan seca, microtoise, dan food model. Penelitian ini melibatkan analisis univariat dan analisis bivariat berupa uji chi square.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan proporsi pengguna suplemen makanan pada siswa SMA Islamic Village Tangerang Tahun 2012 sebesar 53,3%. Selain itu, terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit kronis, praktek konsumsi suplemen orang tua, keterpaparan media massa, dan pengaruh teman sebaya dengan konsumsi suplemen makanan. Hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit kronis dengan konsumsi suplemen makanan (p value = 0,020) sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rock (2007). Hubungan yang bermakna antara praktek konsumsi suplemen orang tua dengan konsumsi suplemen makanan (p value = 0,000) juga didukung dengan penelitian Ramadani (2005). Adanya hubungan antara keterpaparan media promosi dengan konsumsi suplemen makanan (p value = 0,000) juga sejalan dengan penelitian Putri (2004). Sedangkan hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan konsumsi suplemen makanan (p value = 0,000) didukung oleh penelitian O’Dea (2003).
Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan antara riwayat penyakit kronis dengan faktor lingkungan sosial dengan konsumsi suplemen makanan. Selain itu, diperoleh saran bagi pihak siswa dan orang tua agar lebih selektif dalam memilih produk suplemen makanan yang sesuai dengan kebutuhannya, serta bagi pihak sekolah dan pihak pemerintah (dinas kesehatan dan pendidikan Kabupaten Tangerang) agar lebih mensosialisasikan informasi terkait gizi kepada masyarakat.

There has been 56% of private high school students in Tangerang using food supplement based on the early survey that has been made. It was higher than the number of food supplement users in the world (31%) so that the researcher was interested to find out the proportion of the food supplement users in senior high students and also to evaluate the association between health status and the other factors with food supplement consumption.
This study used a cross sectional design study. It was held in April 2012 at Islamic Village Tangerang Senior High. There were 135 respondents which was selected by systematic random sampling. The food supplement consumption was a dependent variable of this study, meanwhile the body mass index, infectious disease history, chronic disease history, gender, nutrition knowledges, carbohydrate intake, protein intake, vegetable consumption, fruit consumption, supplement consumption by parents, media exposure, and also peers influences were independent variable. Questionnaire, FFQ-SQ form, seca scale, microtoise, and food model were used as the instruments of this study. This study used two kind of analysis, there were univariate analysis and bivariate analysis which was chi square test.
The result of this study was showed that there were 53,3% food supplement users among Islamic Village Tangerang students in 2012. Besides, there were a significant assocation between chronic disease history, supplement consumption by parents, media exposure, and also peers influences with food supplement consumption. A significant association between a chronic disease history and food supplements consumption (p value = 0.020) was in line with research by Rock (2007). A significant association between supplement consumption by parents with food supplements consumption (p value = 0.000) are also supported Ramadani's research in 2005. An association between media exposure with the food supplements consumption (p value = 0.000) also in line with research by Putri (2004). While a significant association between peers influences with the food supplements consumption (p value = 0.000) supported by O'Dea’s research in 2003.
In conclusion, this study showed that there are a significant association between chronic disease history and social environment influences with food supplements consumption. Besides, it was obtained the suggestions for the students also the parents to be more selective in choosing food supplements product that suit their needs and for the school and government to socialize nutrition information to society, especially for high school students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Thonnay Nickelda Nawipa
"Remaja adalah kelompok umur yang rentan mengalami masalah gizi salah satunya masalah gizi lebih. Gizi lebih (overweight dan obesitas) pada remaja dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan dan merupakan faktor risiko penyakit tidak menular saat dewasa. Telah terjadi peningkatan prevalensi gizi lebih pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Prevalensi gizi lebih pada remaja di Papua (40,3%) lebih tinggi dibandingkan prevalensi gizi lebih di tingkat Nasional (29,5%).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi lebih dengan beberapa faktor pada siswa di SMA Negeri 3 Jayapura. Variabel dependen pada penelitian ini adalah status gizi lebih. Sedangkan variabel independennya yaitu perilaku makan, jenis kelamin, asupan zat gizi makro, citra tubuh, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, merokok, durasi tidur, stres, teman sebaya, uang saku dan tingkat pendidikan orang tua. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus 2022 di SMA Negeri 3 Jayapura dengan jumlah responden 155 siswa yang dipilih menggunakan metode quota sampling. Data diperoleh melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner secara mandiri, dan pengisian formulir estimated food record. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square.
Hasil menunjukan bahwa prevalensi gizi lebih pada siswa di SMA Negeri 3 Jayapura sebesar 43,9%. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, citra tubuh, teman sebaya dengan status gizi lebih. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara perilaku makan, jenis kelamin, asupan protein, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, merokok, durasi tidur, stres, uang saku, dan tingkat pendidikan orang tua dengan status gizi lebih. Namun terdapat kecenderungan status gizi lebih banyak dialami oleh kelompok siswa dengan perilaku makan tidak sehat dan asupan protein lebih. Pihak sekolah disarankan untuk rutin melakukan pemantauan status gizi, memberikan edukasi terkait gizi seimbang dan status gizi, melakukan bimbingan konseling terkait pengelolahan stres dan citra tubuh kepada para siswa.

Adolescents are an age group that is prone to nutritional problems, one of which is overnutrition. Overnutrition (overweight and obesity) in adolescents can cause adverse health effects and is a risk factor for non-communicable diseases in adulthood. There has been an increase in the prevalence of overnutrition at the local, national, and international levels. The prevalence of overnutrition in adolescents in Papua (40.3%) is higher than the prevalence of overnutrition at the national level (29.5%).
This study aims to determine the association between overnutritional status with several factors among students in Senior High School 3 Jayapura. The dependent variable in this study was overnutritional status. The independent variables were eating behaviour, gender, macro nutrional intake, body image, nutritional knowledge, physical activity, smoking, sleep duration, stress, peers, pocket money and parent education level. This research is a quantitative study using cross sectional design. This study conducted in August 2022 at Senior High School 3 Jayapura with a total of respondents 155 students who were selected using the quota sampling method. Anthropometric measurements, questionnaires completed by independently, and an estimated food record form were used to collect data. Data was analyzed univariate and bivariate using the Chi square test.
The results show that the prevalence of overnutrition in students at Senior High School 3 Jayapura was 43.9%. Statistical test results show that there were a significant relationship between energy intake, carbohydrate intake, fat intake, body image and peers with overnutrition. There was no relationship between eating behavior, gender, protein intake, nutritional knowledge, physical activity, smoking, sleep duration, stress, pocket money, and education level of parents with overnutritional status, but there was a tendency for overnutritional status in the group with unhealthy eating beaviour and high protein intake. Suggestions for schools to routinely monitor nutritional status, provide education related to balanced nutrition and nutritional status, conduct counseling related to stress management and body image to students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lanny Yusnita
"Prevalensi status gizi kurus dan gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia berdasarkan Indeks Masa Tubuh menurut umur adalah 11,1 dan 10,8 . Sedangkan prevalensi anemia pada perempuan usia 15 tahun sebesar 22,7 Riskesdas, 2013 . Hasil screening kesehatan pada pelajar puteri di SMP 9 Kota Cimahi oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi Jawa Barat pada bulan Februari 2017 diketahui 68 pelajar puteri anemia. Hasil Survei Diet Total tahun 2014, rata-rata kecukupan energi dan protein pada kelompok umur 13-18 tahun di Jawa Barat masih < 100 AKG yaitu hanya sebesar 74,1 da 83,5 AKG. Sedangkan aktivitas fisik, 26,1 melakukan kurang melakukan aktivitas. Status gizi kurus dan gemuk, anemia serta kebiasaan melakukan aktivitas fisik pada remaja masih menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makan dan aktivitas fisik dengan status gizi dan anemia pada pelajar puteri di SMP 9 Kota Cimahi tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 219 pelajar puteri kelas 7. Hasil penelitian ini adalah asupan energi dan protein yang rendah dan sangat aktif melakukan aktivitas fisik menyebabkan terjadinya anemia. P=0,047 CI: 0,995-1,571.

The prevalence of the underweight and overweight among adolescent girls 13 15 years old is 11,1 dan 10,8 Basic Health Research, 2013 . . The health screening test that conducted by DHO Cimahi in February 2017 shown that the prevalent of anemia among adolescent girls at grade 7 in SMP 9 Cimahi City was 68 . Survey of Total Dietary which conducted in 2014, reported intake of energy and protein among adolescent girls 13 18 years old in West Jawa relatively less than the recommended dietary intake energy only reached 74,1 RDA and protein reached 83,5 RDA . Furthermore, the habitual of physical activity among adolescent was 26,1 less active. Nutritional status both underweight and overweight as well as anemia and less to do the physical activity are identified as health problem that need attention. The objective of this study is to determine the association between dietary intake and physical activity with the nutritional status and anemia among adolescent girls grade 7 in SM 9 Cimahi City in 2017. Design of the study is cross sectional with total sample 219 adolescents girls at grade 7 in SMP 9 Cimahi City. Result of the study are the energy and protein intake less than the RDA meanwhile the respondent is very active in do the physical activity and this is a risk for respondent to became anemia. A adolescent with less intake of protein and very active in did excersice will pontentially 1,250 higher to become anemia P 0,047 CI 0,995 1,571.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzurrotun Nafisah
"Tingkat kebugaran yang rendah merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Berbagai penelitian di tingkat dunia maupun Indonesia telah membuktikan rendahnya tingkat kebugaran pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kebugaran berdasarkan aktivitas fisik, jenis kelamin, status gizi, dan asupan energi serta zat gizi pada siswa Sekolah Dasar Avicenna Jagakarsa Jakarta Selatan. Desain studi penelitian ini yaitu cross sectional. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status kebugaran, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, jenis kelamin, status gizi, dan asupan zat gizi energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, dan kalsium . Pengukuran status kebugaran dilakukan dengan metode 20 m shuttle run. Data status gizi diperoleh dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan, sedangkan data asupan zat gizi diperoleh dengan metode food recall 1x24 jam. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kebugaran berdasarkan aktivitas fisik, jenis kelamin, dan status gizi. Hasil analisis multivariat menunjukkan hasil bahwa aktivitas fisik merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kebugaran. Status kebugaran yang baik dapat diperoleh dengan meningkatkan aktivitas fisik, mempertahankan status gizi normal, dan mengkonsumsi zat gizi secara seimbang.

Low level of fitness is one of the risk factors for cardiovascular disease. Various studies at the world and Indonesia have proven the low level of fitness in children. The primary purpose of this study is to determine the difference fitness level based on physical activity, sex, nutritional status, and intake of energy and nutrients in elementary school students Avicenna Jagakarsa South Jakarta. The design of this study is cross sectional. The dependent variable in this study is fitness status, and the independent variable in this study is physical activity, sex, nutritional status, and nutrient intake energy, carbohydrates, protein, fat, iron, vitamin C, and calcium . Measurement of fitness status was done by 20 m shuttle run test. Nutritional status data obtained by the measurement of height and weight, while nutrient intake obtained by food recall 24 hours. The result of this study showed that there were differences of fitness level based on physical activity, sex, and nutritional status. Multivariate analysis result show that physical activity is dominant factor that affecting fitness. Good fitness status can be gained by increasing physical activity, maintaining normal nutritional status, and consuming nutrients in balanced way."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thai, Lan Anh
"Pneumonia is a crucial public health problem in developing countries,
including Vietnam. Pneumonia claims the lives of nearly four million under-five children every year in which 99 percent of those deaths
are in developing countries. Almost all pneumonia deaths are at the age of less than one as a result of severe illness, late hospital admission, and bacterial resistance. In Vietnam, pneumonia is the second highest cause of under-tive deaths after diarrheal disease. Yearly, each child experiences 1.45 pneumonia episodes and most of them are less
than three years of age.
Among factors influencing the occurrence of pneumonia are undernutrition, improper breastfeeding, air pollution, and poor environmental sanitation, undernutrition is a major cause of pneumonia and is a contributing factor in the duration and severity of this disease. Pneumonia often combines with Protein-Energy Malnutrition (PEM), vitamin A deficiency, anemia and other micronutrient deficiencies.
The consequence of pneumonia might have been found as an increased risk of poor nutritional status. Some follow-up studies have documented that respiratory infections made linear growth more diflicult than weight gain. There is still some debate about whether ALRI can lead to poor vitamin A status in community-based and hospital-based studies and the results remain uncertain. Acute lower respiratory infection
was found associated with lower serum retinol in two cross-sectional clinic studies. By contrast, a cross-sectional study failed to show this association. In addition, a cross-sectional study showed that meninéitis and pneumonia were more common in the presence of anemia
in hospitalized infants in Papua New Guinea. However,
hematological changes during infection are even less confirmed."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T9397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakia Amalia
"Pasien diabetes memiliki risiko yang lebih besar terhadap penyakit periodontal yang dapat berakibat pada kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes mellitus. Studi potong lintang ini dilakukan dengan memberikan kuesioner OHIP-20 dan pemeriksaan klinis untuk evaluasi kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes mellitus di RSCM. Dari 70 orang responden sebanyak 97.1% memiliki kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut tidak dipengaruhi oleh diabetes mellitus pada responden yang dilakukan pemeriksaan.

Diabetic patients have more risk factor for periodontal disease which can affect their oral health related quality of life (OHRQoL). The aim of this study was to evaluate oral health status and oral health related quality of life in diabetes mellitus patients. This cross sectional study was conducted by giving OHIP-20 questionnaire and clinical examination to evaluate oral health in diabetic patient in RSCM. The result showed from 70 patients 97.1% had good quality of life. Oral health related quality of life is not affected by the presence of diabetes mellitus among the respondents."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanti Citra Weny
"Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022, jumlah kasus kanker baru di Indonesia diperkirakan 408.661 kasus dan jumlah kematian akibat kanker di Indonesia diperkirakan 242.988 kematian. Penatalaksanaan penyakit kanker tidak terbatas pada penanganan penyakit secara klinis, tetapi juga harus melibatkan rencana penatalaksanaan yang dapat memberikan kualitas hidup terbaik secara keseluruhan. Health-Related Quality of Life (HRQoL) pasien kanker merupakan persepsi pasien terhadap efek penyakit dan/atau pengobatan dan dianggap sebagai hasil terapi yang penting pada pasien kanker. Perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan HRQoL pasien kanker agar pemangku kebijakan dapat menyusun kebijakan yang sesuai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner EQ-5D-5L. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 14 variabel yang diteliti terdapat 4 variabel yang terbukti signifikan berhubungan, yaitu tingkat pendidikan (p = <0,001), pendapatan (p = 0,043), operasi (p = 0,022) dan komorbid (p = 0,007). Faktor dominan yang berhubungan signifikan dengan HRQoL pasien kanker adalah tingkat pendidikan (p = 0,000 dan B -0,430). Faktor-faktor yang berhubungan dengan HRQoL pasien kanker perlu menjadi target intervensi para pemangku kebijakan. Pendidikan mampu meningkatkan pemberdayaan pasien kanker. Edukasi untuk pasien kanker menjadi hal yang penting sehingga pemahaman yang baik dari pasien kanker terhadap penyakit yang diderita dapat memengaruhi HRQoL agar menjadi lebih baik.

Based on data from the Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022, the number of new cancer cases in Indonesia is estimated at 408,661 cases and the number of cancer deaths in Indonesia is estimated at 242,988 deaths. Cancer management is not limited to clinical disease management, but must also involve a management plan that can provide the best overall quality of life. Health-Related Quality of Life (HRQoL) of cancer patients is the patient's perception of the effects of disease and/or treatment and is considered an important therapeutic outcome in cancer patients. It is necessary to know the factors associated with HRQoL of cancer patients so that policy makers can develop appropriate policies. The research method used was a cross-sectional method with a quantitative approach using the EQ-5D-5L questionnaire. The results of the analysis showed that of the 14 variables studied there were 4 variables that proved to be significantly related, namely education level (p = <0.001), income (p = 0.043), surgery (p = 0.022) and comorbidities (p = 0.007). The dominant factor significantly associated with HRQoL of cancer patients was education level (p = 0.000 and B -0.430). Factors associated with HRQoL of cancer patients need to be targeted for intervention by policy makers. Education can increase the empowerment of cancer patients. Education for cancer patients is important so that cancer patients' good understanding of their disease can affect their HRQoL for the better."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>