Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171881 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Steven Raja Ingot
"Semakin rendahnya biaya perdagangan antar negara menyebabkan peningkatan kegiatan perdagangan dengan skema Global Value Chains (GVC) yang memang sudah terbukti memberikan banyak manfaat bagi negara antara lain percepatan industrialisasi, transfer teknologi, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai tambah industri. Partisipasi dalam GVC terdiri dari dua komponen yakni forward participation dan backward participation dimana keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah ekspor komoditi primer (karet dan CPO) negara ASEAN 6 berhubungan dengan partisipasi GVC forward dan ekspor komoditi manufaktur (elektronik dan otomotif) berhubungan dengan GVC backward serta mengeksplorasi faktor-faktor yang dapat mendorong partisipasi GVC. Studi ini menggunakan data panel dinamis dengan metode GMM dan menemukan bahwa ekspor komoditi primer berhubungan dengan GVC forward kecuali untuk produk CPO sedangkan ekspor komoditi manufaktur berhubungan dengan GVC backward. Peningkatan GDP berpengaruh negatif terhadap partisipasi GVC sehingga peningkatan produktivitas sangat diperlukan untuk mendorong partisipasi, sedangkan FDI yang masuk ke wilayah ASEAN 6 diindikasikan lebih kepada resource dan market seeking bukan network seeking. kualitas infrastuktur berhubungan positif dengan forward participation karena kualitas produk hasil sumber daya alam berpengaruh dari kualitas infrastruktur. Kualitas pembiayaan dalam negeri dan kualitas institusi perlindungan hukum atas hak kekayaan intelektual berhubungan dengan backward participation. Pemodalan juga sangat dibutuhkan oleh industri untuk mendukung kegiatan perdagangannya serta kualitas perlindungan atas hak kekayaan intelektual juga berhubungan positif dalam mendorong backward participation.

Low trading costs between countries have led to increased trade activities using the Global Value Chains (GVC) scheme which has proven to provide many benefits for countries, including accelerated industrialization, technology transfer, employment, and increased industrial value-added. Participation in the GVC consists of two components, namely forward participation and backward participation which have different characters. This study aims to identify whether exports of primary commodities (rubber and CPO) in ASEAN 6 countries are related to forward GVC participation and export of manufactured commodities (electronics and automotive) are related to backward GVCs and lastly explore factors that can encourage GVC participation. This study uses dynamic panel data using the GMM method and finds that primary commodity exports are related to forward GVC except for CPO products while manufactured commodity exports are related to backward GVC. An increase in GDP has a negative relation to GVC participation so that increased productivity is needed to encourage participation, while FDI that enters the ASEAN 6 region is indicated more towards finding resources and markets, not searching for networks. The quality of infrastructure has a positive relationship with forward participation because it affects the quality of the natural resource products. The quality of domestic financing and institutions for protecting intellectual property rights is associated with backward participation. The national industry is also needed domestic finance to support its trading activities and the intellectual property rights protection is also positively related to encouraging backward participation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defy Oktaviani
"

Rantai nilai global (GVC) diasumsikan menyebabkan pelemahan hubungan nilai tukar dan ekspor. Dengan menggunakan data spesifik industri, studi ini bertujuan menyelidiki dampak GVC pada hubungan Nilai Tukar Efektif Riil (REER) dan ekspor di empat negara ASEAN. Estimasi dilakukan menggunakan Least Square Dummy Variable (LSDV) dari tahun 2009-2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk Indonesia dan Malaysia, integrasi ke GVC dengan berbagai pengukuran akan menurunkan elastisitas ekspor terhadap REER Sebaliknya, koefisien elatisitas dan partisipasi GVC untuk Filipina tidak signifikan secara statistik. Selanjutnya, estimasi terhadap Thailand dan kelompok empat negara ASEAN mengimplikasikan partisipasi pada GVC mengubah nilai dan tanda elastisitas ekspor terhadap REER.


Global Value Chain (GVC) is assumed as the source of the weakening link between exchange rates and export. By employing industry-specific data, this study aims to investigate the impact of GVC on the relationship of the Real Effective Exchange Rate (REER) and exports in four ASEAN countries. The estimations are conducted using Least Square Dummy Variable (LSDV) from 2009 to 2015. The findings of this study suggest that for Indonesia and Malaysia, integration to GVC, with various measurements, will reduce the REER elasticity of exports. Conversely, the coefficients of elasticity and participation to GVC are not statistically significant for the Philippines. Furthermore, the estimation on Thailand and a group of four countries implies that the presence of GVC changes both the value and the sign of REER elasticity of exports.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariiq Arrahman Endito
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh partisipasi GVC (Global Value Chain) terhadap produktivitas perusahaan industri pengolahan di Indonesia. Partisipasi GVC diukur melalui kegiatan dan aktivitas perdagangan internasional perusahaan (ekspor, impor, atau keduanya). Metode OLS (Ordinary Least Squares) digunakan dalam analisis dengan menggunakan data cross section dari IBS dan TiVA 2017. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang aktif terlibat dalam kegiatan internasional memiliki tingkat produktivitas lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak terlibat dalam aktivitas internasional. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa perusahaan yang sektor industrinya dominan melakukan backward participation memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang sektor industrinya dominan bersifat forward participation. Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang mendukung adanya pengaruh dari knowledge spillover, akses barang input yang murah dan variatif, serta standarisasi produk yang merupakan dampak dari partisipasi GVC.

This research aims to analyze the impact of Global Value Chain (GVC) participation on the productivity of manufacturing companies in Indonesia. GVC participation is measured through international trade activities (export, import, or both) of the companies. The Ordinary Least Squares (OLS) method is employed for the analysis, utilizing cross-sectional data from IBS and TiVA for the year 2017. The findings reveal that companies actively involved in international trade exhibit higher productivity compared to those not engaged in any international activities. Additionally, companies with dominant backward participation in the GVC demonstrate higher productivity than those with dominant forward participation. These findings support previous research indicating the influence of knowledge spillover, access to affordable and diverse input, and product standardization as an impact from GVC participation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febria Ramana
"Keterkaitan pada rantai nilai global atau GVC dianggap banyak pihak dapat mendorong perkembangan industri domestik, meningkatkan produktivitas, kemampuan ekspansi, yang akhirnya dapat menyerap tenaga kerja. Namun secara teoritis, partisipasi perusahaan pada GVC tidak hanya dapat meningkatkan permintaan tenaga kerja melalui efek skala (scale effect), melainkan juga dapat menurunkan permintaan tenaga kerja melalui efek substitusi (substitution effect). Isu ini menjadi relevan di Indonesia karena keterkaitan sektor manufaktur pada GVC yang ditengarai masih rendah. Studi ini pertama-tama menunjukkan tingkat partisipasi GVC dari industri manufaktur untuk tiga jenis keterkatikan GVC, yaitu Pure Forward Participation (PFP), Two-Sided Participation (TSP), dan Pure Backward Participation (PBP). Kemudian, studi ini melihat apakah secara empiris partisipasi GVC pada subsektor manufaktur di mana perusahaan tersebut berusaha pada kurun waktu 2010-2015 berkorelasi dengan peningkatan tenaga kerjanya. Menggunakan data panel tingkat perusahaan di industri manufaktur dan persamaan permintaan tenaga kerja, studi ini menemukan bahwa dalam jangka pendek: i) partisipasi GVC dalam bentuk PFP berkorelasi positif dengan permintaan tenaga kerja; ii) partisipasi GVC dalam bentuk TSP cenderung negatif namun tidak signifikan; iii) partisipasi GVC dalam bentuk PBP positif namun tidak signifikan. Sementara itu, semua partisipasi ketiga jenis GVC signifikan dalam jangka panjang. Penelitian ini melakukan robustness check dengan menggunakan proksi partisipasi GVC dengan subsektor yang lebih rinci. Hasil estimasi robustness check menguatkan hasil penelitian ini. Studi ini menyimpulkan bahwa keterkaitan pada GVC saat ini khususnya dalam bentuk PFP dan PBP dapat didorong untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor manufaktur.

It is widely believed that participation to the Global Value Chain (GVC) can encourage the development of the domestic industry, increase productivity, which in turn can expand the labor demand. However, theoretically, firm’s participation to GVC not only can increase the labor demand through the scale effect, but also can reduce the labor demand due to the substitution effect. This issue is relevant in Indonesia because the extent of GVC participation among firms in the manufacturing sector is still low. This study attempts to reveal the level of GVC participation of the manufacturing industry for three types of GVC participation, namely Pure Forward Participation (PFP), Two-Sided Participation (TSP), and Pure Backward Participation (PBP). Then, this study empirically investigates whether the GVC participation in the sector in which manufacturing firms operates during the 2010-2015 period is correlated with their labor force. Using firm-level panel data from the manufacturing sector and the labor demand equation, this study finds that in short run: i) the GVC in the form of PFP positively affects labor demand; ii) The effect of GVC in the form of TSP on labor demand tends to be negative but not significant; and iii) the effect of GVC in the form of PBP on labor demand is positive but not significant. Meanwhile, effect of all GVC participations is significant in long run. This research conducts a robustness check by using GVC participation proxies with more detailed sub-sectors. The results of robustness check estimation confirm the results of this study. This study concludes that participation to GVC, especially in the form of PFP and PBP, can be encouraged to increase employment in the manufacturing sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asia Miscolayati Hasanah
"Sebagai konsekuensi global value chains GVC , nilai tukar dan volatilitasnya menjadi semakin penting dalam memengaruhi output suatu negara. Sebuah pertanyaan menarik yang kemudian mengemuka adalah mengenai perubahan hubungan nilai tukar terhadap output dalam tren GVC.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menginvestigasi bagaimana nilai tukar dan volatilitasnya dalam memengaruhi output, dan juga untuk mengekplorasi dampak partisipasi GVC terhadap output. Penelitian ini menggunakan data panel yang mencakup lima negara di Asia, meliputi Indonesia, Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia, dengan data deret waktu tahunan periode 1990-2015. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan ekonometrika dengan System Generalized Method of Moment SYS-GMM.
Hasil penelitian mengungkap bahwa, pertama, volatilitas nilai tukar memiliki hubungan negatif terhadap output. Kedua, ditemukan bahwa apresiasi nilai tukar meningkatkan output secara signifikan. Ketiga, peningkatan partisipasi GVC secara signifikan meningkatkan output. Oleh karena itu, dampak nilai tukar terhadap output sangat bergantung pada pola GVC masing-masing negara.

As a consequence of the global value chains GVC , exchange rate and its volatility becomes more important in influencing the output of a country. An interesting question that then surfaced was regarding the alteration of exchange rate relationship towards output in the GVC trend.
This study aims to investigate how the exchange rate and its volatility affect output, and also explores the impact of GVC participation on output. We employed panel data which covers five countries in Asia, including Indonesia, Thailand, Japan, South Korea, and Malaysia, with annual data series through 1990 2015. The analytical method used in this study is the econometric approach with System Generalized Method of Moment SYS GMM.
The result reveals that, first, the exchange rate volatility has a negative relationship to output. Second, the appreciation of exchange rate is found to increase output significantly. Third, the increase of GVC participation is significantly lead to increase output. Therefore, the impact of exchange rate on output depends very much on the GVC pattern in respective country."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T49655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayinda Nur Ilmiawani
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak dari global value chains terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri otomotif di Indonesia dalam periode 1995-2014. Dengan menggunakan metode Inter-Country Input Output ICIO , penelitian ini mengukur tingkat keterlibatan industri otomotif Indonesia dalam global value chains melalui GVC participation, GVC position dan net gains sebagai tingkat keterlibatan dalam global value chains. Dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, penelitian ini menganalisa dampak dari keterlibatan di global value chains terhadap produktivitas tenaga kerja. Data yang digunakan diperoleh dari World Input Output Database WIOD , dan BPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan dalam global value chains memiliki hubungan yang searah dengan produktivitas tenaga kerja.

This study attempts to analyze the impact of global value chains on labor productivity in the Indonesia's automotive industry during 1995 2014. Using Inter Country Input Output ICIO analysis, this study determines the involvement of global value chains in Indonesia's automotive industry which describes GVC's participation, position and net gains as the involvement in GVC. Related to employment, this study analyzes the impact of GVC on labor productivity using descriptive analysis. The data were collected by World Input Output Database WIOD and BPS. It found that the involvement in global value chains in line with labor productivity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gardini Dena Raditha
"Peran rantai nilai global menjadi sangat penting bagi suatu negara yang memiliki tujuan meningkatan mempromosikan pembangunan inklusif, meningkatkan lapangan kerja, dan menambah nilai bagi industri dalam negerinya melalui integrasi ekonomi global. Guna mendorong pertumbuhan inklusif, pembererdayaan perempuan perlu dimaksimalkan. Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk perempuan diatas 15 tahun dan TPT yang cenderung stagnan selama tujuh tahun terakhir, dan dengan partisipasi perempuan yang cendurung tumbuh. Studi ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari partisipasi rantai nilai global, yaitu partisipasi backward dan forward terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan pada sektor manufaktur. Analisis dilakukan dengan memanfaatkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dan Trade in Value Added dari OECD, dengan menggabungkan klasifikasi ISIC rev.4 dengan KBLI dari tahun 2000-2018 didapatkan 8 kelompok sektor, yaitu 3 kelompok sektor manufaktur padat karya dan 5 kelompok sektor manufaktur padat modal. Hasil regresi fixed-effect dan random-effect digunakan untuk menemukan pengaruh antara GVCs dengan TPAK perempuan pada model, pada sektor manufaktur padat karya tidak ditemukan adanya hubungan secara signifikan. Sedangkan pada sektor manufaktur padat modal dan sektor manufaktur keseluruhan, ditemukan hubungan signifikansi positif antara partisipasi forward dengan TPAK perempuan. Di sisi lain, variabel tingkat pendidikan dan tingkat fertilitas juga menunjukkan signifikansinya di keseluruhan sektor maupun sektor spesifik, padat modal dan padat karya. Selain itu, penelitian ini menemukan tingkat pendidikan yang semakin tinggi pada para pekerja perempuan di sektor manufaktur akan menurunkan tingkat partisipasi angkatan kerjanya.

The role of GVCs is essential for a country whose goals are to promote inclusive development, increase employment, and add value to its domestic industry through global economic integration. To encourage inclusive growth, women's empowerment needs to be maximized. Indonesia has experienced a population growth of women over 15 years, TPT, which tends to stagnate for the last seven years, and female participation which tends to grow. This study examines the effect of global value chain participation, namely backward and forward participation, on the level of female labor force participation in the manufacturing sector. The analysis was carried out by utilizing the Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), and Trade in Value Added data from the OECD; by combining the ISIC rev.4 classification with the KBLI from 2000-2018, there were 8 sector groups, namely 3 labor-intensive manufacturing sector groups and 5 sector groups. Capital intensive manufacturing. Fixed-effect and random-effect regression results were used to find the effect between GVCs and female LFPR in the model; there was no significant relationship in the labor-intensive manufacturing sector. Meanwhile, in the capital-intensive manufacturing sector and the overall manufacturing sector, a significant positive relationship was found between forwarding participation and female LFPR. On the other hand, the variables of education level and fertility level also show their significance in all sectors as well as specific sectors, capital intensive and labor intensive. In addition, this study found that the higher the education level of female workers in the manufacturing sector, the lower the labor force participation rate.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Raffandi Marzuki
"Studi ini memberikan dua analisis untuk mengukur determinan sektor manufaktur dalam perdagangan internasional serta menentukan posisi sektor manufaktur dalam transformasi structural dan urutan setiap negara. Pertama, penelitian ini mencoba melihat determinan ekspor sektor manufaktur dan mencoba mengurutkan partisipasi manufaktur ASEAN-6 dalam GVCs. Kedua, penelitian ini mencoba menganalisis variabel determinan partisipasi GVC melalui dua pendekatan, backward linkages dan forward linkages, serta mengestimasi posisi negara-negara ASEAN-6 saat ini pada tahapan transformasi struktural. Pada langkah pertama, penelitian ini menggunakan Variabel Least Square Dummy (LSDV) pendekatan untuk menangkap setiap partisipasi negara sekaligus dengan estimasi variabel determinan. Pada langkah kedua, penelitian ini menggunakan model random effect untuk mengestimasi variabel determinan untuk setiap backward linkages dan forward linkages antara negara-negara ASEAN-6. kami menemukan urutan tingkat partisipasi manufaktur ASEAN-6 di mana Vietnam memimpin, diikuti oleh Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Kami juga menemukan bahwa tahap transformasi struktural ASEAN-6 berada pada level manufaktur terbatas yang bergerak menuju manufaktur maju. Kami juga melakukan enam skenario berbeda untuk melihat dampak dari setiap variabel kualitas kelembagaan. Kami menemukan bahwa Pengawasan Korupsi, Penegakan Hukum, Suara dan Akuntabilitas yang lebih tinggi secara positif meningkatkan partisipasi sektor manufaktur forward linkages, sementara Efektivitas Pemerintah, Stabilitas Politik, Penegakan Hukum, Kualitas Regulasi, Suara dan Akuntabilitas secara positif merangsang partisipasi sektor manufaktur backward linkages. Oleh karena itu, penting bagi negara-negara ASEAN-6 untuk memperkuat kualitas kelembagaannya terutama dari sisi efektivitas birokrasi dan penegakan hukum agar dapat bersaing dan memaksimalkan manfaat keterbukaan perdagangan internasional

This study provides two analysis to measure the determinant of manufacturing sector on international trade, also determine the position of the manufacturing sector in the structural transformation and sequencing of each country. First, this study tried to oversee the determinant of manufacturing sector export and tried to rank the ASEAN-6 manufacturing participation on GVCs. Second, this study tried to analyze the determinant variable of GVCs participation through two approach, backward and forward linkages, and also estimate ASEAN-6 countries’ current position on structural transformation stages in. On the first step, this study used Least Square Dummy Variable (LSDV) approach to capture each country participation at once with determinant variable estimation. On the second step, this study used random effect model to estimate determinant variable for each backward and forward linkages between ASEAN-6 countries. we found the ASEAN-6’s order of manufacturing participation level where Vietnam is leading, followed by Singapore, Malaysia, Thailand, the Philippines, and Indonesia. We also found that ASEAN-6’s structural transformation stage is on the level of limited manufacturing moving towards advanced manufacturing. We also did six different scenarios in order to capture the impact of each institutional quality variable. We found that higher Control of Corruption, Rule of Law, Voice and Accountability positively increase manufacturing forward linkages, while Government Effectiveness, Political Stability, Rule of Law, Regulatory Quality, Voice and Accountability positively stimulate manufacturing backward linkages. Hence, it is important for ASEAN-6 countries to strengthen their institutional quality especially from the bureaucracy effectiveness and law enforcement in order to compete and maximize the benefit of international trade openness."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Joonkoo
Seoul: Seoul National University Press, 2018
384.51 LEE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abimanyu Achmad Rizky Wira Buana
"Penelitian ini menyajikan penilaian kinerja ketahanan energi Indonesia melalui pengukuran indeks keamanan energinya untuk tahun 2014 hingga 2018. Studi ini mengkonseptualisasikan ketahanan energi terdiri dari lima dimensi: ketersediaan, keterjangkauan, aksesibilitas, akseptabilitas, dan efisiensi. Dimensi tersebut dipilih melalui kajian konsep ketahanan energi yang banyak digunakan pada masa sebelumnya. Dimensi tersebut disusun menjadi 8 indikator yang digunakan untuk menilai ketahanan energi. Penelitian ini menganalisis negara ASEAN +6 untuk menilai kinerja keamanan energi terutama negara Indonesia. Indikator dinormalisasi menggunakan metode minimum dan pembobotan berdasarkan pembobotan yang sama. Berdasarkan analisis, kinerja ketahanan energi Indonesia menunjukkan tren peningkatan yang positif. Dengan dimensi ketersediaan sebagai dimensi unggulan Indonesia dan dimensi keterjangkauan sebagai dimensi terlemah Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke 2 dalam wilayah ASEAN hanya berada dibawah Singapura dan peringkat ke 5 dalam kawasan ASEAN +6.

This study presents an assessment of Indonesia's energy security performance through measuring its energy security index for 2014 to 2018. This study conceptualizes energy security as consisting of five dimensions: availability, affordability, accessibility, acceptability, and efficiency. This dimension was chosen through a study of the concept of energy security which was widely used in the past. These dimensions are arranged into 8 indicators used to assess energy security. This study analyzes ASEAN +6 countries to assess energy security performance, especially Indonesia. Indicators are normalized using the minimum method and weighting based on the same weighting. Based on the analysis, Indonesia's energy security performance shows a positive upward trend. With the availability dimension as Indonesia's leading dimension and the affordability dimension as Indonesia's weakest dimension. The results show that Indonesia is in 2nd place in the ASEAN region, only below Singapore and 5th in the ASEAN +6 region."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>