Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57313 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angie Prabhata Putri
"Bayi prematur merupakan bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu (WHO, 2021). Bayi yang lahir prematur juga memiliki risiko yang tinggi terkait masalah kesehatan (Hockenberry & Wilson, 2015). Bayi prematur memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan belum matangnya janin ketika dilahirkan. Organ-organ yang berperan sebagai oromotor pada bayi prematur belum berkembang secara sempurna, sehingga sebagian besar bayi prematur mengalami gangguan fungsi menghisap dan mekanisme menelan. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan stimulasi oromotor secara rutin. Tujuan dilakukan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi oromotor dengan peningkatan refleks hisap bayi premature. Pemberian stimulasi oromotr dinilai memberikan pengaruh yang positif dalam peningkatan refleks hisap bayi premature. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah case report. Case report ini sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada pasien dengan masalah yang sama

Premature babies are babies born before 37 weeks of gestation (WHO, 2021). Babies born prematurely also have a high risk of health problems (Hockenberry & Wilson, 2015). Premature babies have a higher risk of developing health problems. This is because the fetus is immature when it is born. The organs that act as oromotor in premature babies are not fully developed, so that most premature babies have impaired sucking and swallowing functions. One of the interventions that can be done to overcome this problem is to carry out regular oromotor stimulation. The purpose of this paper is to determine the effect of giving oromotor stimulation with an increase in the suction reflex of premature babies. Giving oromotr stimulation is considered to have a positive effect in increasing the suction reflex of premature babies. The method used in this paper is a case report. This case report serves as the basis for conducting further research on patients with the same problem."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angie Prabhata Putri
"Bayi prematur merupakan bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu (WHO, 2021). Bayi yang lahir prematur juga memiliki risiko yang tinggi terkait masalah kesehatan (Hockenberry & Wilson, 2015). Bayi prematur memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan belum matangnya janin ketika dilahirkan. Organ-organ yang berperan sebagai  oromotor pada bayi prematur belum berkembang secara sempurna, sehingga sebagian besar bayi prematur mengalami gangguan fungsi menghisap dan mekanisme menelan. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan stimulasi oromotor secara rutin. Tujuan dilakukan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi oromotor dengan peningkatan refleks hisap bayi premature. Pemberian stimulasi oromotr dinilai memberikan pengaruh yang positif dalam peningkatan refleks hisap bayi premature. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah case report. Case report ini sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada pasien dengan masalah yang sama.

Premature babies are babies born before 37 weeks of gestation (WHO, 2021). Babies born prematurely also have a high risk of health problems (Hockenberry & Wilson, 2015). Premature babies have a higher risk of developing health problems. This is because the fetus is immature when it is born. The organs that act as oromotor in premature babies are not fully developed, so that most premature babies have impaired sucking and swallowing functions. One of the interventions that can be done to overcome this problem is to carry out regular oromotor stimulation. The purpose of this paper is to determine the effect of giving oromotor stimulation with an increase in the suction reflex of premature babies. Giving oromotr stimulation is considered to have a positive effect in increasing the suction reflex of premature babies. The method used in this paper is a case report. This case report serves as the basis for conducting further research on patients with the same problem."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Maulinda
"Berada dalam lingkungan perawatan yang terang benderang, suara yang berisik, suhu yang dingin dan berbagai aktivitas memiliki dampak terhadap istirahat bayi. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh penggunaan penutup telinga earmuffs dan earplugs terhadap respon fisiologis dan perilaku bayi prematur. Penelitian ini menggunakan desain crossover pada 15 orang responden bayi prematur stabil yang dirawat dalam inkubator tertutup secara consecutive sampling. Observasi respon fisiologis dan perilaku menggunakan ABSS diamati 30 detik setiap 15 menit selama 2 jam pemasangan alat penutup telinga. Hasil repeated anova menyatakan bahwa rerata frekuensi nadi bayi prematur menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara sebelum, selama, dan setelah pemasangan penutup telinga baik menggunakan earmuffs maupun menggunakan earplugs. Rerata saturasi oksigen menunjukkan perbedaan bermakna antara selama dengan setelah pemasangan earplugs. Rerata perilaku bayi menggunakan ABSS memiliki fase tidur dari rentang skor tidur tenang dan tidur gelisah dengan rerata tingkat kebisingan 56,31 dB. Penelitian ini merekomendasikan penggunaan earplugs pada bayi prematur lebih muda, penggunaan pelindung telinga mampu membantu dan mendukung bayi prematur dalam mempertahankan kondisi tidur terjaganya.

Being in a brightly lit environment, loud noise, cold temperatures and activities have an impact on infant sleep. The aim of the study was to identify the effect of using earplugs on earmuffs and earplugs on the physiological and behavioral responses of premature infants. This is a crossover study design with 15 clinically stable preterm infants cared in closed incubator was conducted by using consecutive sampling technique. The preterm infants rsquo physiologic responses and Anderson Behavioral State Scoring System ABSS scores were assessed over 30 s every 15 minute during 2 h using earmuffs and earplugs. The results of repeated anova analysis revealed no significant differences of pulse frequency preterm infant before, during, and after using earmuffs or earplugs. Statistically significant difference means of oxygen saturation was note between during and after using earplugs. The means of ABSS scores was report preterm infants were more frequently observed in a quiet sleep in average of 56,31 dB noise level. This study recommends using earplugs for preterm baby appropriate chronological age. We suggest that noise reduction in preterm infants with earmuffs or earplugs is helpful by improving sleep efficiency and increasing time of quiet sleep. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Hikmah
"Tujuan penlitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh terapi sentuhan terhdadap suhu dan nadi bayi prematur yang dirawat di ruang perinatologi. DEsain penelitian menggunakan kuaasi eksperimen dengan pre dan post test. Data dianalisis dengan uji t-test. Cara pengambilan sampel dengan consecutive sampling, dengan jumlah sampel 30 responden. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rerata suhu bayi prematur secara signifikan pada kelompok intervensi (p value=0,000). Kesimpulannya, terapi sentuhan dapat meningkatkan suhu bayi prematur. Disarankan agar terapi sentuhan untuk diterapkan sebagai standar operasional prosedur bayi prematur.

The purpose of this research to identify the influence of touch therapy on temperature and pulse rate of premature baby which taken care of preinatology room. The test to know difference of increase of temperature score mean and of pulse rate on intervention group and control group by using t-test. Number of sample was 230 respondent.
Result shows there were significant increase of temperature premature baby after the intervention group obtain touch therapy p (value=0,000). Conclusion, touch therapy can improve premature baby temperature. uggested that touch therapy can be applied for premature baby which taken care of perinatology room."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28399
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Hikmah
"mengidentifikasi pengaruh terapi sentuhan terhadap suhu dan nadi bayi prematur di ruang perinatologi RS X Tangerang. Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan pre dan post test. Teknik pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling. Responden berjumlah 30 bayi prematur, dengan 15 bayi pada kelompok intervensi dan 15 bayi pada kelompok kontrol. Pengujian rata-rata suhu dan nadi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi menggunakan uji t-test. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rata-rata suhu bayi prematur secara signifikan pada kelompok intervensi (p= 0,000, α= 0,05). Kesimpulannya, terapi sentuhan dapat meningkatkan suhu bayi prematur. Disarankan agar terapi sentuhan dapat diterapkan dalam asuhan keperawatan pada bayi prematur.

Therapeutic touch is one of non pharmacologic therapy that can be given to premature babies. The purpose of study was toidentify the effects of therapeutic touch on the temperature and pulse of premature babies at Perinatal Unit, X Hospital inTangerang. Quasi-experimental research design was used with pre and post test. Sampling technique was by consecutivesampling. Respondents were 30 premature infants, with 15 infants in the intervention group and 15 infants in the controlgroup. The average temperature and pulse in the control group and intervention group was measured by t-test. The resultsshowed an increase in the average temperature of premature infants in the intervention group were significant (p= 0,000, α=0,05). In conclusion, therapeutic touch can increase the temperature of premature infants. It is recommended that therapeutictouch can be applied in nursing care in preterm infants."
Depok: Poltekkes Kemenkes Bandung ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
610 JKI 14:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Tanamas
"Latar Belakang : WHO melaporkan angka persalinan preterm mencapai 15 juta persalinan dan menyumbang kematian neonataus hingga 1 juta kasus. Berbagai faktor yang berhubungan dengan kematian neonatus terkait ketuban pecah dini sudah banyak diteliti, namun hubungannya terhadap kematian neonatus belum konsisten di berbagai literature. Peneliti ingin meneliti hubungan faktor-faktor tersebut di RSCM.
Metode : Penelitian ini adalah kohort retrospektif menggunakan rekam medis ibu dan neonatus yang mengalami kasus ketuban pecah dini preterm (<37 minggu) dari tahun 2013-2017 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Luaran neonatus yang dinilai adalah nilai APGAR menit ke-1 dan ke-5, Respiratory Distress Syndrome, sepsis neonatorum, dan kematian neonatus. Data dianalisis secara univariat dan multivariat.
Hasil : Terdapat 1336 kasus ketuban pecah dini preterm dalam periode 5 tahun, namun hanya 891 kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Faktor utama yang terkait morbiditas dan mortalitas neonatus dengan kasus ketuban pecah dini adalah usia kehamilan, dimana usia <28 minggu memiliki RR 18.8, IK 95%12.9-27.3; p=<0.01 dan berat badan lahir <1000 gr memiliki RR 34.1, IK 95%11.1-104.5; p=<0.01. Sepsis secara klinis meningkat risiko kematian neonatus RR 8.1, IK 95%5.2-12.8; p=<0.01.
Kesimpulan : Usia kehamilan yang semakin muda dan berat badan lahir yang semakin rendah meningkatkan risiko morbiditas dan kematian neonatus

Background :  WHO reported the rate of preterm labor are 15 million cases and contributed to 1 million neonatal death. Factors contributed to neonatal death in preterm premature rupture of membrane has been reported in many literatures, however the results are inconsistent. The Authors want to analyze factors contributing to neonatal death in RSCM
Method : This is a retrospective cohort using medical records of both mother and neonatal of preterm premature rupture of membrane from 2013-2017 in RSCM. Neonatal outcome analyzed in this study are minute-1 and minute-5 APGAR, respiratory distress syndrome, neonatal sepsis, and neonatal death. Data was analyzed with univariate and multivariate analysis.
Result : There was 1336 cases of preterm premature rupture of membrane during 5 years period. However, only 891 cases analyzed in this study. Main factors contributed to morbidity and mortality in preterm premature rupture of membrane are gestational age and birth weight, which gestational age <28 weeks has RR 18.8, IK 95%12.9-27.3; p=<0.01 and birth body weight <1000 gr has RR 34.1, IK 95%11.1-104.5; p=<0.01. Clinically sepsis increases neonatal mortality RR 8.1, IK 95%5.2-12.8; p=<0.01.
Conclusion : Younger gestational age and lower birth weight increase the risk of neonatal morbidity and mortality."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farrel Mahardhika Fajar
"Kelahiran prematur merupakan masalah berkepanjangan yang berhubungan dengan risiko morbiditas dan mortalitas bayi. Sistem inkubator dikemukakan untuk meminimalkan risiko kelahiran prematur. Salah satu sistem otomasi yang digunakan pada inkubator adalah regulasi panas dan kelembaban. Regulasi panas dan kelembaban umumnya dikendalikan menggunakan sistem kendali feedback seperti PID dan fuzzy-logic PID. Material PTC adalah material yang biasa digunakan sebagai pemanas ruangan. Sistem kendali digunakan untuk mengendalikan pemanas PTC agar mencapai suhu yang diinginkan. Pada penelitian ini dilakukan empat jenis eksperimen untuk mengevaluasi performa PTC sebagai pemanas inkubator dengan PID dan fuzzy logic-PID sebagai sistem kendali. Pertama, dilakukan uji karakteristik hambatan PTC terhadap suhu. Selanjutnya, PTC dihubungkan dengan kipas dan digunakan sebagai pemanas inkubator untuk diuji performa material sebagai pemanas. Eksperimen ini meliputi uji step response untuk mengetahui parameter yang diperlukan untuk tuning PID. Parameter ini kemudian digunakan pada kendali PID. Ditambah itu, diberikan implementasi fuzzy-logic pada PID untuk mengevaluasi perbandingan performa pengendali dengan performa inkubator yang sudah ada. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemanas PTC dapat memanaskan udara pada inkubator dan dapat dikendalikan menggunakan sistem kendali PID dan fuzzy-logic PID. Meski performa lebih buruk dibandingkan sebagian besar inkubator yang sudah ada, konsumsi daya PTC yang hanya membutuhkan 120 Watt bersifat lebih hemat dibandingkan inkubator eksisting yang menghabiskan daya 350 – 400 Watt.

Premature birth is an everlasting problem that relates to the risk of morbidity and mortality of prematurely-birth infants. Incubator system was invented to minimize the risk. One of the automation systems that are used in incubator is heat and humidity regulation. This particular regulation system commonly uses feedback control system such as PID and fuzzy-logic PID. PTC material is the material commonly used as a room heater. In order to meet the desired temperature, control system is implemented to the PTC. This research evaluates the performance of PTC as incubator heater with PID and fuzzy logic-PID as the control system of choice. First, characteristic test is performed at the material to evaluate its heating performance. This test costists of step response test to determine parameters required to perform PID tuning. The obtained parameter is then calculated to determine the tuned PID parameter gains. After that, fuzzy logic is implemented to the system which controls those parameters based on the measured error and change of error. The result of both experiments are compared to existing incubators used in publications. The result of this comparison shows that PTC is capable of warming incubator to desired temperature and can be controlled with PID and fuzzy-logic PID. While the performance is inferior to majority of existing incubators, this tradeoff of more efficient power (120 Watt versus 350 – 400 Watt) can be considered as an alternative."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmelya Dini Nurjannah
"Kelahiran prematur atau bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu merupakan masalah kesehatan global yang memiliki risiko tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas bayi. Bayi prematur yang lahir kurang dari usia kehamilan 34 minggu memiliki pola menghisap-menelan-bernafas yang tidak terkoordinasi dengan sempurna. Koordinasi dan keterampilan menghisap merupakan faktor penting dalam mencapai pemberian oral yang aman dan sukses pada bayi prematur. Intervensi stimulasi oral dapat diterapkan untuk mendukung perkembangan refleks menghisap dan menelan serta mengurangi lama waktu transisi dari pemberian minum melalui enteral ke oral. Karya ilmiah ini memberikan gambaran mengenai proses asuhan keperawatan pada bayi prematur dan efektifitas penerapan Oromotor Stimulation (OMS) selama 8 hari perawatan. Pemberian stimulasi dilakukan 15-30 menit sebelum pemberian minum dengan durasi selama 15 menit. Hasil evaluasi menunjukkan Oromotor Stimulation (OMS) efektif dalam meningkatkan berat badan dan kesiapan minum secara oral. Setelah diberikan intervensi, berat badan bayi meningkat dengan rata-rata kenaikan 24,2 gram/hari. Hasil evaluasi objektif menggunakan instrumen Premature Oral Feeding Readiness Assessment Scale (POFRAS) menunjukkan peningkatan skor dari 23 menjadi 34 yang berarti bayi memiliki kesiapan minum per- oral yang baik.

Premature birth or infants born before 37 weeks of gestation is a global health problem that has a high risk of infant morbidity and mortality. Premature infants born less than 34 weeks of gestation have a pattern of sucking-swallowing-breathing that is not perfectly coordinated. Coordination and sucking skills are important factors in achieving safe and successful oral administration of preterm infants. Oral stimulation interventions can be used to support the development of sucking and swallowing reflexes and to reduce the transition time from enteral to oral feeding. This scientific work provides an overview of the process of nursing care for premature infants and the effectiveness of Oromotor Stimulation (OMS) for 8 days. Stimulation is given 15-30 minutes before feeding with a duration of 15 minutes. Evaluation results show that Oromotor Stimulation (OMS) is effective in increasing body weight and readiness to oral feeding. After being given the intervention, the baby's weight increased with an average increase of 24.2 grams/day. The results of an objective evaluation using the Premature Oral Feeding Readiness Assessment Scale (POFRAS) instrument showed an increase in score from 23 to 34 which means that the infant has good oral feeding readiness.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Karunia Wahyuni
"Minum merupakan tantangan bagi bayi prematur karena imaturitas dan penyakit yang menyertainya. Bayi prematur yang dinyatakan siap minum seringkali tidak mampu minum. Saat ini belum terdapat tata laksana yang konsisten dan mempertimbangkan kompleksitas proses minum secara komprehensif. Tujuan penelitian ini adalah menentukan berbagai faktor yang memengaruhi ketidakmampuan minum dan membuktikan efektivitas tata laksana metode baru terhadap kemampuan minum bayi prematur.
Penelitian dilakukan di lima rumah sakit di Jakarta pada bulan Agustus–November 2021. Studi potong lintang meneliti faktor yang memengaruhi ketidakmampuan minum 120 bayi prematur siap minum usia kehamilan 28–34 minggu, yaitu tonus postural fleksi fisiologis, stabilitas fisiologis, refleks rooting, kemampuan regulasi diri, morbiditas, dan behavioral state. Selanjutnya dilakukan randomized controlled trial (RCT) membandingkan tata laksana metode baru dan konvensional 70 bayi prematur belum mampu minum dari studi potong lintang. Metode baru mencakup therapeutic positioning fleksi fisiologis melalui pembedongan dan intervensi oromotor berupa stimulasi oral, gerakan sinergis three finger jaw control, dan isapan non-nutritif menggunakan empeng khusus. Metode konvensional mencakup pembedongan tradisional, stimulasi oral, dan isapan non-nutritif menggunakan empeng yang biasa digunakan di ruang perawatan. Analisis data studi potong lintang dilakukan dengan uji bivariat menghitung prevalence ratio (PR) dan nilai p; uji multivariat, penentuan titik potong skor faktor risiko ketidakmampuan minum melalui kurva Receiving Operating Characteristic (ROC), serta penentuan sensitivitas dan spesifisitasnya. Uji klinis membandingkan rentang waktu tercapainya kemampuan minum bayi yang diberikan kedua jenis metode. Data dianalisis dengan program STATA versi 14.2 (tingkat kemaknaan p < 0,05).
Hasil studi potong lintang menunjukkan regulasi diri sebagai faktor utama yang memengaruhi ketidakmampuan minum bayi prematur dengan PR 1,96 (1,61–3,34; IK 95%) dan p = 0,012, diikuti tonus postural, behavioral state, dan morbiditas (PR 1,91; 1,59; 1,56). Skor faktor risiko ketidakmampuan minum memiliki area under the curve (AUC) sebesar 0,698, titik potong optimal pada skor ≥ 7 dengan sensitivitas 71,4% dan spesifisitas 54%. Hasil uji klinis membuktikan metode baru lebih efektif dibandingkan metode konvensional (4 vs. 7 hari; p = 0,02).
Berbagai faktor yang memengaruhi ketidakmampuan minum bayi prematur siap minum adalah regulasi diri, tonus postural, behavioral state, dan morbiditas. Metode baru lebih efektif dibandingkan metode konvensional.

Feeding for premature infants is a challenge because of their immaturity and comorbidities. Premature infants who are ready to feed are often not able to feed. Current managements have not been consistent and consider the complexity of the feeding process comprehensively. The purpose of this study was to determine various factors influencing feeding inability of premature infants and to verify the effectiveness of a new method management on the premature infants’ feeding ability.
The study was conducted in five hospitals in Jakarta in August–November 2021. A cross-sectional study examined factors influencing the oral feeding inability on 120 ready to feed premature infants born at 28–34 weeks of gestation. Evaluation of feeding inability risk factors included physiological flexion postural tone, physiological stability, rooting reflex, self-regulation ability, morbidity, and behavioral state. Subsequently, a randomized controlled trial (RCT) comparing the new and conventional method was conducted in 70 premature infants who were not able to feed from the cross-sectional study participants. The new method encompasses physiological flexion therapeutic positioning swaddling, and oromotor intervention consisting of oral stimulation, synergic three finger jaw control, and non-nutritive sucking by using a specific pacifier. The conventional method consists of traditional swaddling, oral stimulation, and non-nutritive sucking using the usual pacifier in the nursery room. In the cross-sectional study, bivariate analysis was done to determine the prevalence ratio (PR) and p value; multivariate analysis, Receiving Operating Characteristic (ROC) curve to determine the scoring system cut-off point, as well as its sensitivity and specificity. Clinical trial data analysis compared the new and conventional method effectivity in terms of duration needed to achieve feeding ability in premature infants. STATA version 14.2 was used for data analysis (level of significance p < 0,05).
The results from the cross-sectional study showed that self-regulation had the highest influence of feeding inability with PR 1,96 (1,61–3,34; IK 95%) and p = 0,012, followed by postural tone, behavioral state, and morbidity (PR 1,91; 1,59; 1,56). The feeding inability risk score had an area under the curve (AUC) of 0.698, an optimal cut–off point of ≥ 7, as well as sensitivity of 71,4%, and specificity of 54%. In clinical trials, it was proven that the new method was more effective than the conventional method (4 vs. 7 days; p = 0,02).
Factors influencing feeding inability in premature infants were self-regulation, postural tone, behavioral state, and morbidity. The new method management was more effective than the conventional method.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Retno Wulan
"Bayi Prematur lahir disertai berbagai masalah kesehatan. Masalah yang sering terjadi adalah distress pernapasan dan lemahnya refleks hisap dan menelan yang mengakibatkan masalah pemberian nutrisi. Stimulasi NNS dan latihan oral motorik dapat membantu bayi prematur untuk meningkatkan kemampuan menghisap dan menelan. Penelitian ini menggunakan rancangan uji klinik acak terkontrol dengan menggunakan pendekatan pre dan post test control group. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 bayi prematur yang dirawat di tiga RSUD di sekitar Kota Sukabumi. Sampel terbagi menjadi dua kelompok intervensi, masing-masing 13 responden untuk setiap kelompok.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rerata skor kesiapan minum sebelum dan setelah intervensi stimulasi NNS dan latihan oral motorik pada bayi prematur dengan pemasangan alat bantu napas NCPAP p0,05. Stimulai NNS dan latihan oral motorik dapat meningkatkan kesiapan minum pada bayi prematur dengan pemasangan alat bantu napas NCPAP yang ditandai dengan peningkatan skor kesiapan minum melalui oral, sehingga perlu diimplementasikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada bayi prematur. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah membandingkan stimulasi NNS, latihan oral motorik, dan gabungan dari kedua intervensi tersebut.

Premature baby is born with various health problems. The most common problems are respiratory distress and poor suction and swallowing reflexes that lead to nutritional problems. NNS stimulation and oral motor stimulation can help premature babies to improve their ability to suck and swallow. This study used a randomized controlled clinical trial design using pre and post test control group approaches. The sample in this study amounted to 26 premature infants treated in three hospitals around the city of Sukabumi, 13 respondents for each intervention group.
The results of this study indicate that there is a significant difference mean of oral feeding readiness score before and after NNS stimulation and oral motor stimulation intervention in premature infant with NCPAP p 0.05 . Stimulation of NNS and oral motor may improve oral feeding readiness in premature infants with NCPAP characterized by increasing oral feeding readiness scores, so it needs to be implemented in nursing care in premature infants. The recommendation for further research is to compare NNS stimulation and oral motor exercise with a combination of both interventions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>