Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97686 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindita Dara Fitriani
"Pesatnya pembangunan kota membuat penggunaan media tanah semakin terbatas, ada baiknya untuk mengoptimalkan seluruh ruang yang dimiliki termasuk ruang sisa. Hal ini agar ruang sisa dapat bermanfaat dan membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan terhadap fenomena ini adalah dengan mengkaji teori ruang sisa oleh Trancik (1986) dan Loukaitou-Sideris (1996), serta teori dari Gehl (2010) dan Gehl (2011) mengenai ruang publik. Dalam mengumpulkan data, metode yang dilakukan adalah analisis studi kasus dengan mengamati langsung ruang dan aktivitas yang ada. Temuan dari hasil analisis pengamatan disampaikan secara naratif yang menjelaskan kondisi ruang. Pengamatan menunjukan ruang sisa bisa berubah menjadi ruang aktif apabila ada pemasukan program dan penambahan elemen ruang. Sementara faktor dan elemen yang mempengaruhinya adalah lokasi, ciri fisik, pengguna, aksesibilitas, dan pemeliharaan ruang.

The rapid development of the city makes land-use become more limited, it is better to optimize all the space owned including lost space. Thus, lost space can be useful and help meet the needs of the community. The approach taken to this phenomenon is by examining the theory of lost space by Trancik (1986) and Loukaitou-Sideris (1996), also with theory by Gehl (2010) and Gehl (2011) about public space. In collecting data, the method used is study case analysis by directly observing the space and activities. The findings from the observation analysis are presented in a narrative manner that explains the condition of the space. The observations reveal that lost space can be transformed into active space if there is program insertion and space elements addition. While the factors and elements that affect it are locations, physical characteristics, users, accessibility, and space maintenance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Hadi Yassin
"Perkembangan kota saat ini mengarah pada terbentuknya ruang sisa, karena proses pembangunan yang memperlakukan bangunan sebagai entitas terisolasi tanpa keterhubungan dengan jalanan dan lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman perancang kota dalam mengaitkan hubungan antara bangunan, ruang, dan perilaku manusia dalam desain kota. Akibatnya, kota cenderung mengalami pembangunan yang tidak berkelanjutan, dengan penurunan performa lingkungan, keterasingan sosial, dan peningkatan kejahatan. Istilah ruang sisa dapat menggambarkan ruang kota yang tidak memberikan dampak positif pada masyarakat dan lingkungannya, terbentuk secara tidak sengaja selama tahap perencanaan, terisolasi dari jaringan jalan utama, dan tidak diinginkan oleh pengguna dan lingkungan sekitar. Ruang sisa ini banyak ditemui di perkotaan terutama di area bawah jembatan layang. Meskipun telah dilakukan upaya revitalisasi di area bawah jembatan layang, masih saja ditemukan ruang yang tidak digunakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, penulisan ini akan membahas mengenai pemahaman lebih lanjut tentang aspek yang dapat menunjang keberhasilan suatu ruang sisa yang sudah direvitalisasi menjadi ruang publik.

The development of cities today leads to the formation of lost spaces, due to the development process that treats buildings as isolated entities with no connection to the streets and the surrounding environment. This is due to the lack of understanding of urban designers in linking the relationship between buildings, spaces, and human behavior in urban design. As a result, cities tend to experience unsustainable development, with reduced environmental performance, social alienation, and increased crime. The term lost space can be described as urban spaces that do not have a positive impact on the community and its environment, formed unintentionally during the planning stage, isolated from the main road network, and undesirable to users and the surrounding environment. The existence of these lost space can be found under bridges. Although revitalization has been done to this under bridge, there are still under bridge that have been revitalized with little visitors that can be found. Therefore, this paper will discuss further understanding of the aspects that can support the success of a lost space that has been revitalized into a public space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rahma
"Ruang di bawah jalan layang memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan. Studi dilakukan dengan melihat potensi pemanfaatan tersebut berdasarkan unsur fundamental dalam arsitektur yakni ruang. Kajian teori mencakup pengertian ruang, batas-batas ruang, hubungan antara ruang dan batas ruang, serta bagianbagian jalan layang yang memiliki pengaruh terhadap ruang di bawahnya. Studi kasus dilakukan di ruang di bawah jalan layang Kemanggisan dan Pasar Rebo yang memiliki bentuk dan pemanfaatan yang berbeda.
Kesimpulan yang didapatkan, jenis pilar sebagai batas ruang sangat mempengaruhi potensi pemnafaatan. Pilar yang bentuknya linier memberikan sifat terbuka sedangkan pilar berupa dinding cenderung bersifat tertutup.

Space under flyover has great potential to be used. This study investigates the potential used of space under flyover based on theory of space. The investigation includes the meaning of space, boundaries, the relation between space and boundaries, and flyover's elements that have influence to space underneath. The case used is the space under the Kemanggisan flyover and Pasar Rebo flyover that have different boundaries and use.
The conclusion of this study is that the pillars as main boundary have the most influence to the space under flyover to be use. Linear pillars provide an extrovert space while wall pillars provide an introvert space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miktha Farid Alkadri
"Skripsi ini membahas pemanfaatan ruang dikolong jembatan dan jalan layang bila dimanfaatkan sebagai ruang publik dengan mengambil studi kasus ruang kolong jembatan layang Tanjung Barat. Pembahasan mencakup mengenai ruang publik, ruang-ruang tidak terpakai atau lost space, perilaku manusia berkaitan dengan penguasaan ruang atau defensible space serta elemen-elemen arsitektur pembentuk ruang, termasuk pembentuk ruang publik.
Kesimpulannya adalah bahwa ruang kolong jembatan layang atau fly over, khususnya studi kasus fly over Tanjung Barat sebagai ruang sisa memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik. Penggunaan warna, lighting, material, dan instalasi seni menjadi sebuah gagasan yang berarti dalam hal intervensi menuju ruang publik. Pemnafaatan lahan sisa dengan intervensi yang tepat akan memberikan wajah baru bagi sebuah kota dan membentuk ruang publik yang terintegrasi dengan lingkungannya.

This study investigates the utilization of space located under flyover and elevated roads of public space. The case used is the space under the Tanjung Barat flyover. The investigation includes the nature of public space, the underutilized space or lost space, human behavior related to space or defensible space, and the architectural elements that make the space, especially related to public space.
The conclusion of this study is that underutilized space under flyovers, including those located under the Tanjung Barat flyover potentially can be utilized as public space. The use of color, lighting, building materials, and art installation can be included in the architectural intervention create good public space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1479
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Dwika Aprilian
"Skripsi ini membahas keberadaan ruang sisa (lost space) yang terjadi di bawah jembatan layang tengara suatu kota. Akibat mobilitas penduduk yang bergantung pada penggunaan kendaraan, ruang sisa tersebut hanya dipahami sebagai pemandangan yang dinikmati sekilas saja. Padahal, saya melihat place-making bisa menjadi strategi dalam mengolah ruang sisa di bawah jembatan layang yang menjadi tengara suatu kota menjadi found space yang bisa mengakomodasi manusia untuk melakukan aktivitas sementaranya (temporary inhabitation). Untuk itu, dilakukan studi kasus terhadap dua ruang sisa di bawah jembatan layang tengara, baik yang belum maupun yang sudah diolah, hingga didapat kesimpulan bahwa interior dan aktivitas bertinggal sementara juga bisa terjadi pada ruang kota dalam skala yang lebih intim.

This undergraduate thesis analyzes lost space which occurs under the flyover of cities landmark. Due to the high dependencies of citizen on the automobile, this lost space is usually perceived as ignored space or scenery by them. Through the concept of interiority, I found that place-making approach could be a strategy to evolve lost space into found space that can accommodate citizen to do their activities (temporary inhabitation). I analyze two case studies toward two of lost spaces under the flyover of cities landmark. So that it can be inferred, interior and inhabitation process also can be occurred within intimate scale in the city."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Auriana Permadi
"Pembangunan jalan layang hampir dapat dipastikan selalu menghasilkan ruang sisa dibawahnya. Pada umumnya, seiring berjalannya waktu, ruang-ruang tersebut akan digunakan, mengingart permasalahan kurangnya ruang terbuka di kota menjadikan ruang kosong apapun berpotensi dan berharga. Karena secara logika, karakteristik ruang dibawah jalan layang dapat dikatakan sangat berpotensi untuk mengundang orang untuk datang dan menggunakannya, bila dibandingkan dengan berbagai jenis ruang urban terbuka lainnya, mengingat keadaannya yang ldquo;terlindungi rdquo; dari hujan dan panas. Namun, pada kenyataannya, masih ada ruang-ruang dibawah jalan layang yang tidak terpakai dan tetap kosong. Hal ini memunculkan dugaan adanya faktor lain yang mempengaruhi persepsi orang terhadap penggunaan ruang ini. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi penggunaan ruang sisa dibawah jalan layang berdasarkan konsep persepsi manusia terhadap ruang dan konsep ruang urban temporer sebagai pertimbangan untuk variabel yang digunakan dalam studi kasus.

The construction of flyover leave empty spaces underneath, which in this research goes by the term residual space. Most of the time, as time goes by, these space would be occupied, as the scarcity of open space in the city makes any urban empty spaces, or urban voids precious and potential. With the uniqueness and characteristics it possesses, logically residual space under flyover would provoke people to come and use it. Compared to other forms of urban open space, space under flyover has qualitative value added because it is ldquo sheltered rdquo from the weather. But I reality, there are still residual spaces under flyover that remain empty or underused. This arises a presumption that there are contextual factors that affect the occupancy of these spaces. This thesis seeks to acknowledge those factors, which would be explored through the concept of human perception towards space and the concept of temporary urban space, as a consideration while deciding what variables to use in the case studies. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Destiny Marisa
"ABSTRAK
Tidak dapat dipungkiri, dalam suatu kota yang terus berkembang tentunya
akan selalu ada ruang-ruang kota yang kehilangan fungsi dan identitasnya, atau
dapat juga disebut lost space. Kehadiran lost space membuat berbagai elemen
yang ada dalam suatu kawasan menjadi kurang terintegrasi dan mengakibatkan
orang-orang yang tinggal di dalamnya kehilangan kesempatan untuk beraktivitas
secara efektif dan berinteraksi dengan penduduk lainnya. Secara khusus pada
kawasan neighborhood, kehadiran suatu ruang publik sangat berpengaruh
terhadap terbentuknya ikatan sosial (neighborhood social ties) yang memiliki
sense of community. Berdasarkan fenomena tersebut, para perancang urban
menggunakan konsep placemaking untuk memanfaatkan lost space pada kawasan
neighborhood sebagai ruang publik untuk meningkatkan interaksi sosial dan
ikatan sosial dalam suatu kawasan neighborhood.
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan, ruang sisa pada kawasan
neighborhood dapat dimanfaatkan menjadi ruang terbuka publik melalui konsep
redesign dan placemaking. Hal tersebut dilakukan dengan melihat potensi konteks
tidak hanya dari segi dua dimensi, tapi juga tiga dimensi serta kondisi masyarakat
sebagai pengguna ruang. Selain itu, karakteristik neighborhood juga
mempengaruhi penggunaan serta interaksi sosial yang terjadi dalam suatu ruang
publik.

ABSTRAK
It is undeniable that in a developing city there will always some city spaces
which lose their function and identity, called as lost space. Lost space presence
makes city elements become less integrated and causes the people who lives there
to lose their opportunity for doing their activities effectively and interacting with
other people. Especially in inner-city neighborhood, the presence of public space
is highly influential to the formation of neighborhood social ties which have sense
of community within it. Due to those phenomenon, urban designers use
placemaking concept to utilize lost space in inner-city neighborhood as public
space to increase neighborhood social interaction and social ties.
Based on the analysis of case studies, lost space in inner-city neighborhood
can be utilized as public open space through redesigning and placemaking
concepts. The concepts are performed by analyzing the potential of context not
only two dimentionally but also three dimentionally and observing the condition
of the people who lives in there. Moreover, the neighborhood characteristics also
determine the usage of public space and social interaction within it."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganishtasya Endhys Saputri
"Tulisan ini membahas proses sebuah in-between space yang awalnya dianggap sebagai ruang sisa dapat beralih sebagai sebuah place yang memiliki nilai di dalamnya. Tujuan dari penulisan ini untuk memahami bahwa hadirnya manusia dan kualitas ruang fisik memengaruhi transformasi tersebut. In-between space sebagai ruang sisa sendiri merupakan ruang yang terbentuk secara tidak terencana dan berada diantara elemen urban lain. Uniknya, ruang tersebut tetap memungkinkan beragam aktivitas hadir. Kehadiran makna dan sense of place lah yang memicu proses place-making. Dalam memahami konsep transformasi in-between space, skripsi ini menggunakan kasus Kolong Jembatan Slipi yang dianalisis berdasarkan tiga aspek: 1) identifikasi kualitas fisik dan ruang in-between space sebagai ruang sisa; 2) proses kehadiran aktivitas manusia di dalam in-between space; 3) sense of place yang hadir melalui beragam aktivitas. Melalui analisis tersebut menunjukkan bahwa kualitas ruang in-between space dan hadirnya aktivitas manusia memicu perubahan in-between space dari ruang sisa menjadi sebuah place.

This paper discusses about an in-between space that was originally considered as a lost space can turn into a place that has meaning and value in it. The purpose of this paper is to understand that the presence of humans and the quality of physical space influence the transformation. In-between space as lost space is a space that is formed unplanned and is located between other urban elements. These activities are influenced by the characteristics of the physical space between spaces as lost space and also by different human perceptions. In understanding the concept of transformation of the in-between space, this paper uses the case of Kolong Jembatan Slipi, which determines based on three aspects: 1) identification of the physical quality of the in-between space as lost space; 2) the process of the presence of human activities in the in-between space; 3) the emergence of meaning and a sense of place from the connection between human activity and the physical space between spaces. So, it can be said that this paper wants to show that the quality of the in-between space and the presence of human activity triggers the change in the in-between space from as lost space to a place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahreza Aditya
"ABSTRACT
Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhannya, manusia menggunakan ruang kota sebagai tempat beraktivitas. Setiap kegiatan manusia pada ruang kota, dipengaruhi oleh persepsi dan latar belakang masing-masing individu. Hal ini membentuk akitivitas yang beragam, sehingga menjadikan kota sebagai ruang yang kompleks dan dinamis. Karena hal ini, banyaknya aktivitas manusia di ruang kota sulit untuk dipahami, sehingga fungsi ruang kota yang dapat memberi manfaat kepada kehidupan manusia justru terabaikan. Fotografi sebagai ekstensi dari indera visual, memiliki kemampuan untuk menangkap kejadian dengan membekukan kejadian ke dalam objek visual berupa foto, sehingga segala kejadian yang ditangkap dapat dievaluasi lebih lanjut. Oleh karena itu, skripsi ini akan fokus untuk membahas fotografi yang digunakan sebagai perangkat membaca aktivitas manusia dalam menggunakan ruang kota, sebagai upaya untuk memahami cara dari masing-masing individu dalam menggunakan ruang kota. Dalam kajian ini kegiatan pasar di dalam ruang kota akan dijadikan sebagai contoh studi kasus. Skripsi ini juga dilakukan untuk mendalami fotografi sebagai perangkat yang digunakan dalam kajian keruangan, sehingga fotografi dapat digunakan sebagai perangkat dalam meninjau lebih lanjut tentang ruang kota dan pengaruhnya terhadap manusia.

ABSTRACT
In an effort to fulfill their needs, humans use the city space as a place of activity. Every human activity in urban space is influenced by the perception and background of each individual, making the city a complex and dynamic space. Because of this, the function of urban space that can provide benefits to human become neglected because of the difficulty to comprehend the number of human acitvities in urban space. Photography as an extension of the visual sense has the ability to capture events by freezing it into visual objects in the form of photographs, so that all the events captured can be further evaluated. Therefore, this study will focus on discussing photography used as a tool for reading human activities, in an attempt to understand the ways of each individual in using urban space. In this study, market activity within the city space will serve as the case study. This study also explores photography as a tool used in spatial studies, so that it can be used as a tool in reviewing more about urban space and its effects on human life. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Natanael
"ABSTRAK
Jalan layang adalah salah satu solusi untuk masalah persinggungan titik
transportasi jalur darat. Namun keberadaan jalan layang berdampak pada munculnya ruang bawah jalan layang tempat kolom-kolom penahan jalan layang tersebut. Jalan layang yang berbeban besar membutuhkan kolom berukuran besar pula, dan kolom berukuran besar membutuhkan ruang yang berukuran besar pula. Pada ruang-ruang bawah jalan layang ini kerap dijumpai tindakan vandalisme. Vandalisme menjadi sampah visual di wajah kota dan menimbulkan rasa tidak aman bagi masyarakat kota. Namun dalam beberapa kasus, ruang-ruang bawah jalan layang justru dimanfaatkan sebagai taman graffiti, sebuah tempat berekspresi dan menyampaikan pesan-pesan sosial yang positif bagi masyarakat kota.
Studi kasus dilakukan dengan membandingkan vandalisme dan graffiti yang terjadi di beberapa jalan layang yang terdapat di kota Jakarta. Lokasi, kepadatan lalu lintas, dan kondisi sekitar yang berbeda dari jalan layang ternyata memberikan perbedaan hasil yang mucul di ruang bawah jalan layang, apakah vandalisme atau seni graffiti. Dengan melakukan perbandingan analisis dalam studi kasus antara ruang bawah jalan layang yang mendapat tindakan vandalisme dan seni graffiti, akan didapat jawaban apa faktor dibalik terjadinya vandalisme seni graffiti di ruang bawah jalan layang.

abstrack
Flyover is one of solution for the contiguity of land transportation tracks problem. However, a flyover give an impact for its existence and it is the emergence of space underneath that flyover. Space underneath a flyover is an absolute impact of the flyover?s big columns. A flyover with huge load require a lot of big colums, and a lot of big colums require a big underneath space. It is not a shocking fact if people have seen many vandalism acts in these underneath spaces. Vandalism is visual trashes for urban face and make people feel insecure. But in some cases,
spaces underneath the flyovers were used as graffiti parks, places where people express and deliver positive massages for urban people through graffiti art. Writer do the case studies by comparing vandalism act and graffiti art in several flyovers? spaces underneath in Jakarta. Different location, traffic density, and sorrounding environment of each flyover turn out to be some causes of the result difference, whether it is vandalism act or graffiti art. By comparing analysis of the
space underneath a flyover with vandalism act and the space underneath a flyover with graffiti art, writer will know the causes behind emergence of vandalism act and graffiti art in space underneath the flyovers."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42769
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>