Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140182 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desy Rinikasari
"Penelitian terfokus pada Formasi Klapanunggal pada kala Miosen Tengah tersusun atas batugamping yang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat dan Palung Bogor bagian Utara. Tujuan dari penelitian adalah menentukan karakteristik fasies, lingkungan pengendapan, dan sejarah diagenesis batugamping pada Formasi Klapanunggal, Jawa Barat. Metode penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data dan pengukuran penampang stratigrafi, analisis petrografi, X-ray Diffraction, dan Scanning Electron Microscope. Klasifikasi fasies yang didapatkan dari hasil deskripsi makroskopis dan analisis petrografi sebanyak enam (6) fasies, yaitu Skeletal Wackestone, Skeletal Packstone, Benthic Foram Grainstone, Skeletal Rudstone, Coral Rudstone, dan Bindstone. Kemudian, fasies-fasies tersebut diklasifikasikan menjadi asosiasi fasies berdasarkan makroskopis dan petrografi menghasilkan tiga (3) asosiasi fasies, yaitu Platform Interior (Open Marine), Platform Margin Reef, dan Slope. Selanjutnya, hasil analisis diagenesis dan paragenetik menghasilkan sejarah diagenesis batugamping pada Formasi Klapanunggal secara berurutan, yaitu tahapan eogenetik (marine phreatic dan meteoric phreatic), tahapan mesogenetik (burial), dan tahapan telogenetik (meteoric phreatic dan meteoric vadose). Kemudian, terdapat hubungan asosiasi fasies dengan diagenesis, yaitu fitur sementasi marine lebih intensif pada asosiasi fasies Platform Margin Reef dibandingkan dengan asosiasi fasies Slope dan Platform Interior (Open Marine). Selain itu, pengaruh kompaksi mekanik lebih kuat pada asosiasi fasies Platform Margin Reef dan Slope dibandingkan dengan asosiasi fasies Platform Interior (Open Marine).

The research focused on the Klapanunggal Formation during the Middle Miocene which was composed of limestone which was part of the West Java Basin and the Northern part of the Bogor Trench. The purpose of this research is to determine facies characteristics, facies association, depositional environment and the history of limestone diagenesis in Klapanunggal Formation, West Java. Research method is data collection and measurement of stratigraphic sections, petrographic analysis, X-ray Diffraction, and Scanning Electron Microscope. The classification of facies obtained from the result of macroscopic description and petrographic analysis as many as six (6) facies, namely Skeletal Wackestone, Skeletal Packstone, Benthic Foram Grainstone, Skeletal Rudstone, Coral Rudstone, and Bindstone. Then, those facies classified into facies association based on macroscopic and petrographic analysis produces in three (3) facies association, namely Platform Interior – Open Marine, Platform Margin Reef, and Slope Furthermore, the results of diagenesis and paragenetic analysis produce a history of limestone diagenesis in the Klapanunggal Formation sequentially, namely the eogenetic stages (marine phreatic and meteoric phreatic), mesogenetic (burial) stages, and telogenetic stages (meteoric phreatic and meteoric vadose). Then, there is a relationship between facies associations with diagenesis, namely marine cementation features are more intensive in the Platform Margin Reef facies association than the Slope and Platform Interior (Open Marine) facies associations. In addition, the effect of mechanical compaction is stronger on the Platform Margin Reef and Slope facies association compared to the Platform Interior (Open Marine) facies association."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Rahmat Adil Yusuf
"Formasi jatiluhur merupakan salah satu formasi yang terletak di utara cekungan Bogor dengan persebaran lateral yang cukup luas dan diperkirakan diendapkan pada Miosen tengah hingga Miosen akhir. Formasi Jatiluhur merupakan formasi yang disusun oleh litologi campuran sedimen klastik berupa batupasir, batulanau, batulempung dan batugamping. Daerah penelitian berada di sepanjang Sungai Cipamingkis yang terletak di Desa Sukamakmur, Kecamatan Jonggol - Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik litologi yang ada pada daerah penelitian yang nantinya akan digunakan dalam penentuan kelompok mikrofasies yang ada pada daerah penelitian. Terdapat tiga metodologi digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu pengukuran penampang stratigrafi, analisis petrografi dan analisis mikropaleontologi. Panjang lintasan yang didapatkan pada pengukuran penampang stratigrafi adalah sekitar 280 meter dengan total data sampel yang didapatkan adalah sebanyak 27 sampel. Dari 27 sampel yang didapatkan dipilih sebanyak 14 sampel untuk dilakukan analisis petrografi dan 5 sampel untuk dilakukan analisis mikropaleontologi. Secara umum ukuran butir penyusun batuan pada daerah penelitian didominasi oleh pasir halus hingga silt dan keseluruhan sampel memiliki kandungan karbonat dengan struktur bioturbasi yang cukup dominan. Dari hasil analisis sayatan tipis, dihasilkan tiga Standard Microfacies (SMF) pada daerah penelitian yaitu SMF-18, SMF-23, dan SMF-24. Ketiga mikrofasies tersebut, penulis namakan SMF-18 sebagai Fasies C, SMF-23 sebagai Fasies B, dan SMF-24 sebagai Fasies A. Berdasarkan semua data yang telah terkumpul, dihasilkan tiga event atau kejadian geologi yang terjadi pada daerah penelitian dengan lingkungan pengendapan berada pada brackish-clastic dominated, brackish-marine dominated dan platform interior restricted.

Jatiluhur Formation is one of the unique formations found in the North of Bogor Basin which spread widely and deposited in the Middle Miocene to Upper Miocene. Jatiluhur Formation consists of mixed siliciclastics with carbonate such as sandstone, siltstone, claystone, and limestone. The research area is along the Cipamingkis River which is located in Sukamakmur Village, Jonggol District - Bogor. This study aims to determine the lithological characteristics present in the study area which will later be used in determining the microfacies groups present in the study area. There are three methodologies used by the authors in this study, namely stratigraphic cross-sectional measurements, petrographic analysis and micropaleontological analysis. The path length obtained from the stratigraphic cross-section measurement is about 280 meters with a total sample data obtained of 27 samples. Of the 27 samples obtained, 14 samples were selected for petrographic analysis and 5 samples for micropaleontological analysis. In general, the grain size of the rock constituents in the study area was dominated by fine sand to silt and all samples contained carbonate with a fairly dominant bioturbation structure. From the results of thin section analysis, three Standard Microfacies (SMF) were produced in the study area, namely SMF-18, SMF-23, and SMF-24. The authors call the three microfacies SMF-18 as Facies C, SMF-23 as Facies B, and SMF-24 as Facies A. Based on all the data that has been collected, three geological events have occurred in the study area with depositional environments on brackish-clastic dominated, brackish-marine dominated and restricted interior platforms."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Mutiara Listanti
"Lokasi penelitian berada pada Formasi Cinambo wilayah Daerah Jatinunggal, Sumedang Jawa Barat. Pada lokasi ini, tersingkap dengan baik beberapa singkapan sepanjang Anak Sungai Ci Jaweu pada Desa Cibuyung dan Desa Cimanintin yang terbagi menjadi dua lintasan. Litologi penyusunnya adalah feldspathic wacke, allochemic mudstone, foraminiferal-packstone, foraminiferal-wackestone, dan batulanau. Porositas batuannya memiliki rentang poor – excellent (>25%). Berdasarkan pengamatan lapangan, pengukuran stratigrafi, dan analisis petrografi, lokasi penelitian tersusun atas Kelompok Fasies B, C, D, dan G yang terbagi lagi menjadi 7 anggota litofasies. Kelompok-kelompok fasies yang saling berasosiasi kemudian dikelompokan menjadi 3 asosiasi fasies yaitu Sandy-silt lobe distal, distal levee, dan distal silt-mud lobe. Analisis mikrofosil yang dilakukan, menunjukan lapisan pada lokasi penelitian memiliki umur Miosen Tengah/Miosen Akhir dan terendapkan pada lingkungan upper-lower bathyal. FormasiCinambo yang tersingkap pada daerah ini diinterpretasikan berada pada lingkungan kipas laut dalam bagian tengah (middle fan).

The research location is in the Cinambo Formation in the Jatinunggal Region, Sumedang, West Java. At this location, several outcrops along the Ci Jaweu River in Cibuyung Village and Cimanintin Village are well exposed and are divided into two tracks. Its constituent lithologies are feldspathic wacke, allochemic mudstone, foraminiferal-packstone, foraminiferal-wackestone, and siltstone. The rock porosity ranges from poor to excellent (>25%). Based on field observations, stratigraphic measurements, and petrographic analysis, the study site is composed of Facies B, C, D, and G which are further divided into 7 lithofacies. Facies groups that are associated with each other are then grouped into 3 facies associations namely distal Sandy-silt lobe, distal levee, and distal silt-mud lobe. The microfossil analysis performed showed that the layers at the study site are Middle Miocene/Lower Miocene and were deposited in an upper-lower bathyal environment. The Cinambo Formation exposed in this area is interpreted to be in the middle fan environment."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Cecilia
"Daerah penelitian berada pada Formasi Klapanunggal, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Formasi Klapanunggal berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir yang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat. Daerah penelitian memiliki jenis litologi berupa batugamping. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan melakukan rekonstruksi lingkungan purba daerah penelitian. Metode penelitian terdiri dari pengukuran penampang stratigrafi, analisis petrografi, dan analisis mikropaleontologi. Pada daerah penelitian, terdapat klasifikasi fasies yang terdiri dari fasies Coral Framestone, Skeletal Floatstone, Larger Foraminifera Floatstone, dan Skeletal Rudstone. Keempat fasies tersebut berasosiasi dengan Platform-margin Reef dengan lingkungan zona koral yang terdiri dari back reef, reef front, dan fore reef. Berdasarkan analisis yang dilakukan, daerah penelitian memiliki rentang umur dari N9 hingga N16 (Zonasi Blow) dan Tf 1 hingga Tf 3 (Letter Stage) berdasarkan biozona dari foraminifera Asterorotalia yabei. Hasil rekonstruksi daerah penelitian menunjukkan lingkungan purba dengan karakteristik energi tinggi, intensitas cahaya mesofotik hingga oligofotik, salinitas euhalin hingga sedikit mengarah ke hipersalin, temperatur 18°C hingga lebih dari 25°C yang mengindikasikan iklim subtropis hingga tropis, dan kedalaman laut sekitar 0 meter hingga 70 meter.

The research area is located in Klapanunggal Formation, Klapanunggal District, Bogor Regency, West Java Province. Klapanunggal Formation is formed in Middle Miocene to Late Miocene which is part of the West Java Basin. The research area has type of lithology in the form of limestone. The purpose of this study is to analyse and reconstruct the paleoenvironment of the research area. The research method consisted of measuring section, petrographic analysis, and micropaleontological analysis. In the study area, there are facies classification consisting of Coral Framestone, Skeletal Floatstone, Larger Foraminifera Floatstone, and Skeletal Rudstone facies. The four facies are associated with the Platform-margin Reef with a coral zone environment consisting of the back reef, reef front, and fore reef. Based on the analysis conducted, the research area has an age range from N9 to N16 (Blow Zone) and Tf 1 to Tf 3 (Letter Stage) based on the biozone of the foraminifera Asterorotalia yabei. The results of the reconstruction of the study area show a paleoenvironment with high energy characteristics, mesophotic to oligophotic light intensity, euhaline salinity to slightly hypersaline, temperatures from 18°C ​​to more than 25°C indicating a subtropical to tropical climate, and sea depths of 0 to 70 meters.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Chiara Ayu
"Daerah penelitian terletak pada Formasi Klapanunggal, di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan umur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kisaran umur litologi, karakteristik fasies, dan paleoekologi Formasi Klapanunggal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data lapangan, pengukuran penampang stratigrafi, analisis petrografi, dan analisis mikropaleontologi. Berdasarkan analisis makroskopis melalui data lapangan dan analisis mikroskopis melalui analisis petrografi, didapatkan lima klasifikasi fasies pada daerah penelitian, yaitu Larger Foraminifera Floatstone, Larger Foraminifera Rudstone, Coral Bindstone, Skeletal Floatstone, dan Skeletal Rudstone. Berdasarkan distribusi dan kelimpahan foraminifera bentonik yang ada pada daerah penelitian yaitu Alveolinella quoyi, Amphistegina lessonii, Amphistegina radiata, Archaias angulatus, Asterorotalia yabei, Borelis melo, Elphidium craticulatum, Operculina ammonoides, Operculina complanata, Pyrgo depressa, Sphaerogypsina globulus, dan Triloculina oblonga, mencerminkan intensitas cahaya pada zona mesophotic sampai oligophotic menempel pada substrat berbutir kasar maupun halus dengan kedalaman air laut hingga 50 meter di bawah permukaan laut dan memiliki salinitas normal hingga hypersaline. Hidup pada zona tropis yang memiliki kandungan nutrisi yang rendah, sehingga foraminifera bersimbiosis dengan alga yang berperan sebagai sumber makanan bagi organisme.

The research area is located in the Klapanunggal Formation, Klapanunggal District, Bogor Regency, West Java Province with an age of Middle Miocene to Late Miocene. The purpose of this study was to identify the age range of the lithology, facies characteristics, and paleoecological condition of the Klapanunggal Formation. The methods that used in this research were field data collection, stratigraphic cross-sectional measurement, petrographic analysis, and micropaleontological analysis. Based on macroscopic analysis trough field data and microscopic analysis through petrographical analysis, five facies classifications were obtained in the research area, namely Larger Foraminifera Floatstone, Larger Foraminifera Rudstone, Coral Bindstone, Skeletal Floatstone, and Skeletal Rudstone. Based on the distribution of benthic foraminifera in the area, namely Alveolinella quoyi, Amphistegina lessonii, Amphistegina radiata, Archaias angulatus, Asterorotalia yabei, Borelis melo, Elphidium craticulatum, Operculina ammonoides, Operculina complanata, Pyrgo depressa, Sphaerogypsina globulus, and Triloculina oblonga, reflecting light intensity in the mesophotic to oligophotic zone attached to coarse and fine grained substrates with sea water depths up to 50 meters under the sea level and having normal to hypersaline salinities. Living in tropical zone which have low nutrient content, so foraminifera are in symbiosis with algae which act as food sources for organisms."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Riil Akbar Pertantyo
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai sifat atau sifat fisik dan parameter kuat geser dari tanah ekspansif dan tanah lempung serpih. Sampel tanah tanah ekspansif dan clay shale diambil langsung dari lokasi pengumpulan dengan metode mesin bor untuk pengujian laboratorium nanti. Hasil yang diperoleh adalah nilai berat jenis 2,707 untuk tanah lempung serpih dan 2.719 - 2.738 untuk lahan ekspansif, dari hasil tersebut diklasifikasikan sebagai tanah lempung non organik. Hasil yang didapat dari pengujian hidrometer dan Analisis saringan untuk tanah clay shale berupa fraksi clay 43% dan lanau 57%, sedangkan untuk tanah ekspansif fraksi lempung berkisar antara 34% - 42% dan lumpur 58% - 66%. Dari hasil pengujian, kedua jenis tanah tersebut diklasifikasikan sebagai jenis tanah lumpur tanah liat. Selain itu, dari hasil pengujian batas atterberg
Artinya, tanah ekspansif dan clay shale soil merupakan jenis tanah
memiliki plastisitas dan potensi ekspansi yang relatif tinggi. Hasil
Ini bersama-sama dengan hasil parameter kekuatan geser kemudian dibandingkan baik tanah maupun dengan penelitian sebelumnya yang akan diperoleh karakteristik tanah lempung serpih dan tanah ekspansif.

This study aims to obtain the value of physical properties or traits
and the parameter of shear strength of expansive soil and shale clay. Soil samples for expansive soil and clay shale were taken directly from the collection site using a drilling machine method for later laboratory testing.
The result obtained is a specific gravity value of 2.707 for clay soil
shale and 2,719 - 2,738 for expansive land, from these products classified as non organic clay. The results obtained from hydrometer testing and sieve analysis for clay shale soil were clay fraction 43% and silt 57%, while for expansive soil the clay fraction ranged from 34% - 42% and mud 58% - 66%. From the test results, the two types of soil are classified as soil types
clay mud. In addition, from the results of atterberg limit testing
This means that expansive soil and clay shale soil are types of soil
has relatively high plasticity and expansion potential. Result
This together with the results of the shear strength parameters are then compared with both the soil and previous studies which will obtain the characteristics of the shale clay and expansive soil.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Askin Putra Fanela
"Teluk Kendari merupakan salah satu kawasan yang berdekatan dengan pusat kegiatan masyarakat. Kondisi seperti ini akan menyebabkan terjadinya ancaman di sekitar teluk berupa sedimentasi. Sedimentasi yang tinggi pada perairan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi total padatan tersuspensi yang berdampak pada terhambatnya penetrasi cahaya pada perairan akibat terhalang oleh partikel sedimen. Sebagai konsekuensinya, tingginya konsentrasi TSS dapat menurunkan tingkat fotosintesis dan akan menurunkan kandungan klorofil-a dalam perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk, menganalisis karakteristik sedimen (ukuran butir), menganalisis sebaran total padatan tersuspensi dan klorofil-a serta mensintesa hubungan antara total padatan tersuspensi dengan kandungan klorofil-a. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari sampai maret 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan mengumpulkan data primer berupa data karakteristik ukuran butir sedimen, konsentrasi total padatan tersuspensi dan kandungan klorofil-a, serta data skunder berupa TSS dan Klorofil-a pada tahun 2010, 2015 dan 2018 yang diambil dari citra satelit Landsat 5 TM dan Landsat 8 OLI. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik sedimen dengan ukuran butir yang paling halus berada pada wilyah tengah teluk yang dimana pada wilayah itu merupakan wilayah dengan kandungan TSS tertinggi sedangkan yang lebih besar berada pada mulut teluk. Total spadatan tersuspensi berpengaruh terhadap kandungan klorofil-a perairan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.79 yang berarti sebesar 79% variable TSS mempengaruhi kandungan klorofil-a.

Kendari Bay is one of areas adjacent to the center of community activities at Southeast Sulawesi. Such conditions will cause a threat around the bay in the form of sedimentation. High sedimentation in the waters resulted in increas of total suspended solid (TSS) concentration. As a light light penetration in the will be low. TSS usually consist of < 2 I¼m. High TSS concentrations can reduce photosynthesis levels and the chlorophyll-a content in waters. This study was aimed to analyse the sediment grain size, the distribution patterns of total suspended solids and chlorophyll-a and tosynthesize the correlations between total suspended solids and chlorophyll-a content. This research was conducted in January to March 2018. The method used in this study was the survey method by collecting primary data such as sediment grain size, total suspended solid concentration and chlorophyll-a content, and secondary data such as TSS and chlorophyll-a in 2010, 2015 and 2018 taken from the image Landsat 5 TM and Landsat 8 OLI satellites. The results of this study indicated that the characteristics of sediments with the finest grain size was in the middle of the bay while the larger ones were at the mouth of the bay which is the region with the highest TSS content. TSS affected the chlorophyll-a content of waters as shown by the coefficient of determination (R2) of 0.79 which means that 79% of the TSS variable affects the chlorophyll-a content."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraiman Febiansyah
"Gunung Endut merupakan salah satu gunung yang berada pada Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Daerah Gunung Endut didominasi oleh batuan vulkanik kuarter produk Gunung Endut, Sedimen tersier dari Formasi Bojongmanik dan batuan intrusi tersier. Formasi Bojongmanik tersusun atas batupasir tufan, batulempung, konglomerat, dan sisipan batubara muda. Sisipan batubara pada Formasi Bojongmanik memiliki ketebalan sekitar 2cm – 2m. Karakteristik batubara Formasi Bojongmanik pada daerah penelitian masih belum diketahui. Oleh karena itu, hal ini penting dilakukan untuk mengkarakterisasi batubara agar dapat mengetahui kualitas dari batubara tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi batubara dari Formasi Bojongmanik di daerah Gunung Endut menggunakan analisis batubara maseral, analisis proksimat, dan analisis ultimat. Lima sampel batubara dari darah penelitian telah dikumpulkan dan dianalisis. Analisis petrografi menunjukkan bahwa empat dari lima sampel menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan dari batubara tersebut merupakan rawa yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga kualitas batubara buruk. Tetapi ada satu sampel batubara yang memiliki kualitas cukup baik namun tetap memiliki kandungan abu yang cukup tinggi, yaitu sampel batubara yang berada cukup dekat dengan intrusi batuan beku. Selain itu, hasil analisis proksimat dan ultimat menunjukkan bahwa hampir seluruh sampel memiliki kandungan abu yang tinggi dan mineral pirit yang cukup banyak sehingga menyebabkan nilai kalori batubara pada daerah ini buruk. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas batubara pada daerah penelitian ini memiliki kualitas yang buruk namun terdapat satu sampel batubara yang memiliki kualitas yang cukup baik.

Gunung Endut is a mountain positioned in Lebak Regency, Banten Province. The region is consisted of Quarternary volcanic rocks of Gunung Endut and Tertiary Bojongmanik Formation. The Bojongmanik Formation consisted of tuf f aceous sandstone, mudstone, conglomerate, and intercalation of young coal, with thickness from 2cm to 2 m. The coal characteristic s of Bojongmanik formation in study area are still not well known. Therefore, its important to characterise the coal in order to understand its quality.
This study attempted to characterise the coal from the Bojongmanik Formation in the Endut Mountain Area using coal maceral analysis, proximate analysis, and ultimate analysis. Five coal samples from the study area have been collected and analysed. Petrographic analysis indicate that four of the five samples has swamp depositional environment that was still affected by tidal sea water, causing the poor coal quality. However, there is one sample of coal that has a fairly good quality althoughstill has a fairly high ash content, which is a coal sample that is quite close to igneous intrusion. In addition, the results of the proximate and ultimate analysis showed that almost all samples had high ash content and pyrite minerals which caused the calorific value of coal in this area is poor. From these results, it can be concluded that the quality of coal in this study area is poor but there is one sample of coal still has a fairly good quality.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cattleya Randi
"Penelitian dilakukan pada reservoir batupasir di Lapangan "Deju" Formasi Talang Akar, Sub Cekungan Ciputat, Jawa Barat Utara. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah setengah graben dengan fasies pengendapan yang berkembang dari endapan fluvio-delta hingga endapan laut dangkal di puncak formasi Talang Akar. Karakterisasi waduk di lapangan sangat penting terutama dalam menentukan zona prospek waduk yang akan dikembangkan. Oleh karena itu, identifikasi sebaran litologi batuan reservoir dilakukan dengan menggunakan metode inversi seismik post stack dan sifat fisik reservoir menggunakan analisis petrofisika dapat memudahkan interpreter dalam mengkarakterisasi suatu reservoir. Metodologi penelitian meliputi pengolahan data seismik dan wireline logging, interpretasi horizon dan sesar, pembuatan peta struktur waktu, inversi seismik, dan analisis parameter petrofisika. Dengan metode inversi impedansi akustik seismik didapatkan bahwa trend sebaran reservoir batupasir hanya terkonsentrasi disekitar cekungan dengan range nilai impedansi akustik berkisar antara (8600 - 11000) (m / s) * (g / cc). Dalam perhitungan petrofisika diketahui bahwa sumur LL1 dan LL3 memiliki prospek hidrokarbon yang relatif baik, sedangkan sumur LL4 merupakan sumur prospek non hidrokarbon (dry hole).

The research was conducted at a sandstone reservoir in the "Deju" Field of the Talang Akar Formation, Ciputat Sub Basin, North West Java. The geological structure that develops in the study area is a half graben with depositional facies that develops from fluvio-deltaic deposits to shallow marine deposits at the top of the Talang Akar formation. Reservoir characterization in the field is very important, especially in determining the zone of the reservoir prospect to be developed. Therefore, identification of reservoir rock lithology distribution is carried out using post stack seismic inversion method and reservoir physical properties using petrophysical analysis can facilitate interpreters in characterizing a reservoir. The research methodology includes seismic data processing and wireline logging, interpretation of horizons and faults, creation of time structure maps, seismic inversion, and analysis of petrophysical parameters. With the seismic acoustic impedance inversion method, it is found that the distribution trend of the sandstone reservoir is only concentrated around the basin with a range of acoustic impedance values ​​ranging from (8600 - 11000) (m / s) * (g / cc). In petrophysical calculations, it is known that LL1 and LL3 wells have relatively good hydrocarbon prospects, while LL4 wells are non-hydrocarbon prospects (dry hole)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adlirrahman Aufar Mujiyanto
"ABSTRAK
Singkapan di Sungai Cipamingkis yang termasuk dalam Formasi Jatiluhur memiliki sekumpulan struktur sedimen yang disebut Sequence Bouma. Sekuen Bouma merupakan salah satu kumpulan struktur sedimen yang terbentuk dari proses aliran turbidit. Aliran turbidit terjadi pada kedalaman air rata-rata 2000m, sehingga sulit untuk diamati secara langsung untuk memahami proses sedimentasi secara komprehensif. Aliran turbidit dalam penelitian ini difokuskan pada klasifikasi berdasarkan Bates (1953) dan sifat kohesivitasnya. Data yang diperoleh dari singkapan dalam penelitian ini berupa kolom Pengukuran Penampang Stratigrafik. Data tersebut akan menjadi data utama dalam melakukan eksperimen fisika. Eksperimen fisik tangki flume merupakan salah satu metode dalam memahami proses sedimentasi aliran turbidit. Pendekatan yang dilakukan dalam percobaan fisika ini adalah dengan menggunakan Froude Number dan Reynold Number. Percobaan fisis yang dilakukan memiliki 5 data percobaan dengan hasil berupa bilangan Froude, bilangan Reynold, perbandingan massa jenis campuran dengan massa jenis tangki flume air, kecepatan aliran maksimum, dan hasil geometri. Geometri hasil yang diperoleh dari percobaan fisika ini akan menjadi analog perbandingan singkapan di daerah penelitian.
ABSTRACT
The outcrop in the Cipamingkis River which is included in the Jatiluhur Formation has a collection of sedimentary structures called Sequence Bouma. The Bouma sequence is a collection of sedimentary structures formed from the process of turbidite flow. Turbidite flow occurs at an average water depth of 2000m, so it is difficult to observe directly to understand the sedimentation process comprehensively. The turbidite flow in this study focused on the classification based on Bates (1953) and its cohesive properties. The data obtained from the outcrop in this study were in the form of a Stratigraphic Cross-sectional Measurement column. These data will be the main data in conducting physics experiments. The physical experiment of the flume tank is one method in understanding the process of turbidite flow sedimentation. The approach taken in this physics experiment is to use Froude Number and Reynold Number. The physical experiments carried out have 5 experimental data with the results in the form of Froude number, Reynold number, ratio of the density of the mixture to the density of the water flume tank, maximum flow velocity, and geometric results. The geometry of the results obtained from this physics experiment will be analogous to the comparison of outcrops in the research area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>