Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72377 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aldi Pahala Rizky
"Tulisan ini memaparkan mutuality of being yang tampak melalui tradisi mangain (mengangkat anak) dalam masyarakat Batak Toba yang telah berkembang dari waktu ke waktu. Mangain akrab bagi orang Batak Toba yang hendak melakukan pernikahan campuran dengan Suku Bangsa non-Batak. Keutuhan fungsi mangain kenyataannya berakar pada ‘mengangkat anak kecil’. Tradisi ini mengarahkan para penerima marga Batak Toba—saya sebut “orang Batak baru”—, tidak hanya masyarakat keturunan asli Batak Toba, kepada kehidupan kekerabatan Dalihan Na Tolu yang saling bergantung satu sama lain. Mangain, di sisi lain, tidak mendorong mereka untuk melupakan jasa orang tua yang telah melahirkan dan merawat mereka sampai dewasa. Mangain alhasil menjadi contoh tradisi yang dapat mengeratkan persatuan Indonesia yang merupakan negara plural karena kekerabatan tidak hanya dipandang dari keturunan darah. Keberagaman selama ini dipandang menjadi sumber konflik kepentingan antarkelompok di Indonesia. Hasil akhir tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi mangain mengakomodasi orang Batak Toba untuk mengasihi orang-orang non-Batak, begitu juga sebaliknya, yang terlihat dari implikasi mutuality of being di dalamnya. Data arsip, tulisan para akademisi dari berbagai bidang sampai bentuk karya tulis lainnya, menjadi basis penelitian kali ini. Wawancara informan yang telah terlibat langsung dalam proses mangain, bahkan ditulis dalam sebuah buku, kemudian melengkapi karya tulis ini.

This paper explains mutuality of being that is seen through the tradition of mangain (adopt a child) in Batak Toba society which has progressed over time. This tradition is familiar for the Batak Toba people who want to do mixed marriage with non-Batak ethnic groups. In the reality, the whole function of mangain is rooted on ‘child adoption’. This tradition directs people who receive a Batak Toba clan—I called it the “orang Batak baru”—, not only Batak Toba people, to a Dalihan Na Tolu life which is mutually dependent on each other. On the other hand, mangain does not encourage them forget their parents who gave birth to, and nurturanced for, them. Mangain has become an example of a tradition that can strengthen the unity of Indonesia, a plural country, because kinship in here is not only seen from procreation. Diversity has been seen as a source of conflict of interest between groups in Indonesia. The final result of this article showed that mangain tradition accommodates the Batak Toba people love non-Batak people, and vice versa, which can be seen from the implications of the mutuality of being in it. Archival data, writing of academics from various fields up to other forms of writing, became the basis of this research. Interviews of informants who have been directly involved in the mangain process, even wrote it in a book, then completed this paper."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Pahala Rizky
"Tulisan ini memaparkan mutuality of being yang tampak melalui tradisi mangain (mengangkat anak) dalam masyarakat Batak Toba yang telah berkembang dari waktu ke waktu. Mangain akrab bagi orang Batak Toba yang hendak melakukan pernikahan campuran dengan Suku Bangsa non-Batak. Keutuhan fungsi mangain kenyataannya berakar pada ‘mengangkat anak kecil’. Tradisi ini mengarahkan para penerima marga Batak Toba—saya sebut “orang Batak baru”—, tidak hanya masyarakat keturunan asli Batak Toba, kepada kehidupan kekerabatan Dalihan Na Tolu yang saling bergantung satu sama lain. Mangain, di sisi lain, tidak mendorong mereka untuk melupakan jasa orang tua yang telah melahirkan dan merawat mereka sampai dewasa. Mangain alhasil menjadi contoh tradisi yang dapat mengeratkan persatuan Indonesia yang merupakan negara plural karena kekerabatan tidak hanya dipandang dari keturunan darah. Keberagaman selama ini dipandang menjadi sumber konflik kepentingan antarkelompok di Indonesia. Hasil akhir tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi mangain mengakomodasi orang Batak Toba untuk mengasihi orang-orang non-Batak, begitu juga sebaliknya, yang terlihat dari implikasi mutuality of being di dalamnya. Data arsip, tulisan para akademisi dari berbagai bidang sampai bentuk karya tulis lainnya, menjadi basis penelitian kali ini. Wawancara informan yang telah terlibat langsung dalam proses mangain, bahkan ditulis dalam sebuah buku, kemudian melengkapi karya tulis ini.

This paper explains mutuality of being that is seen through the tradition of mangain (adopt a child) in Batak Toba society which has progressed over time. This tradition is familiar for the Batak Toba people who want to do mixed marriage with non-Batak ethnic groups. In the reality, the whole function of mangain is rooted on ‘child adoption’. This tradition directs people who receive a Batak Toba clan—I called it the “orang Batak baru”—, not only Batak Toba people, to a Dalihan Na Tolu life which is mutually dependent on each other. On the other hand, mangain does not encourage them forget their parents who gave birth to, and nurturanced for, them. Mangain has become an example of a tradition that can strengthen the unity of Indonesia, a plural country, because kinship in here is not only seen from procreation. Diversity has been seen as a source of conflict of interest between groups in Indonesia. The final result of this article showed that mangain tradition accommodates the Batak Toba people love non-Batak people, and vice versa, which can be seen from the implications of the mutuality of being in it. Archival data, writing of academics from various fields up to other forms of writing, became the basis of this research. Interviews of informants who have been directly involved in the mangain process, even wrote it in a book, then completed this paper."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Wiradnyana
"ABSTRAK
Kerap fungsi menhir itu dikaitkan dengan medium pemujaan, tanda kubur, penjaga area/perkampungan atau tambatan hewan kurban. Fungsi-fungsi dimaksud diketahui terkait dengan aspek visual atau fungsi yang bersifat praktis. Menhir dalam budaya masyarakat Batak Toba di pulau Samosir yang disebut dengan tunggal panaluan dan borotan juga memiliki fungsi dimaksud. kedua benda budaya itu juga memiliki fungsi lainnya yang terkait dengan aspek kosmogono. Berkenaan dengan itu maka tujuan uraian ini adalah mengetahui fungsi tunggal panaluan dan borotan dalam kaitannya dengan kosmogoni. Hal tersebut dilakukan melalui metode deskriptif- intepretatif yang disertai data etnografi budaya Batak Toba untuk kemudian dibandingkan dengan budaya dan fungsi sejenis di tempat lainnya. Pemanfaatan metode tersebut dalam pencapaian tujuan penelitian menghasilkan fungsi tunggal panaluan dan borotan sebagai jembatan bagi roh untuk menyatukan ketiga tingkatan alam."
Medan: Balai Arkeologi Sumatera Utara, 2017
930 BAS 20:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Alfian Syahmadan
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan penelitian untuk memeriksa apakah Upa-upa dapat berfungsi sebagai piranti mnemonik untuk mempermudah proses transmisi dan pewarisan tradisi Mangkobar pada masyarakat Batak Angkola di Tapanuli Selatan Sumatra Utara. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Padangsidimpuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatra Utara. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dan sebagian besar data yang diperoleh adalah data lapangan. Sebagai data pendukung, penulis juga melakukan penelitian dan studi pustaka. Peneltian ini menggunakan teori formulaik Parry-Lord terutama pada konsep transmisi, pewarisan, formula, oralitas, piranti mnemonik (alat pengingat) dan pembentuk tema. Untuk menganalisis bagaimana sebuah bagian Upa-upa dapat berfungsi sebagai piranti mnemonik juga dipakai pendetakan semiotika khususnya konsep triadik peirce. Untuk menuangkan hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan dipergunakan pendekatan etnografi yang juga digunakan untuk menghimpun data kebudayaan dan keseharian masyarakat tempatan. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa Upa-upa sebagai benda konkrit dapat diolah bersama dengan kognisi masyarakat untuk diinterpretasi sebagai sebuah nasihat perkawinan yang penting. Penelitian ini dapat melihat bahwa secara internal tradisi mangkobar dapat ditransmisikan lewat formula yang berupa bunyi dan secara eskternal taradisi ini dapat ditransimi lewat simbol Upa-upa.

ABSTRACT
This Thesis is a research about transmission proses in Batak Angkola Oral Tradition. This is to check if Upa-upa can be functioned as a mnemonic device in order to make the transmission and the inheritance process of Mangkobar tradition easier in Batak Angkola Communityy in South Tapanuli North Sumatra. The research took places in Kota Padangsidimpuan and Tapanuli Selatan Region in North Sumatra. The Research is a field research and the biggest amount of the datum that was collected is field data. As a supporting, the researcher was also doing literary observation and study. This research using formulaic theory Parry-Lord especially in transmission, inheritance, formula, orality, mnemonic devices dan the building of theme as in formulaic theory. In order to analyses how an Upa-upa part can be functioned as a mnemonic device the researcher is also using the semiotika approach especially triadic ? peircean concepts. In the term of wiriting, the researcher using the ethnographic approach in order to collect the cultural data and the ethnic gorup daily data. This research was able to prove that Upa-upa as a representament can be analysed along with the ethnic group cognition in order to be interpreted as an important marital advices. The research was able to indicate that internally mangkobar tradition can be transmitted by formula which is sounds and formulas can be transmitted by symbol which is Upa-upa."
2015
T45145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Alfian Syahmadan
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan penelitian untuk memeriksa apakah Upa-upa dapat berfungsi sebagai piranti mnemonik untuk mempermudah proses transmisi dan pewarisan tradisi Mangkobar pada masyarakat Batak Angkola di Tapanuli Selatan Sumatra Utara. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Padangsidimpuan dan Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatra Utara. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dan sebagian besar data yang diperoleh adalah data lapangan. Sebagai data pendukung, penulis juga melakukan penelitian dan studi pustaka. Peneltian ini menggunakan teori formulaik Parry-Lord terutama pada konsep transmisi, pewarisan, formula, oralitas, piranti mnemonik (alat pengingat) dan pembentuk tema. Untuk menganalisis bagaimana sebuah bagian Upa-upa dapat berfungsi sebagai piranti mnemonik juga dipakai pendetakan semiotika khususnya konsep triadik peirce. Untuk menuangkan hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan dipergunakan pendekatan etnografi yang juga digunakan untuk menghimpun data kebudayaan dan keseharian masyarakat tempatan. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa Upa-upa sebagai benda konkrit dapat diolah bersama dengan kognisi masyarakat untuk diinterpretasi sebagai sebuah nasihat perkawinan yang penting. Penelitian ini dapat melihat bahwa secara internal tradisi mangkobar dapat ditransmisikan lewat formula yang berupa bunyi dan secara eskternal taradisi ini dapat ditransimi lewat simbol Upa-upa

ABSTRACT
This Thesis is a research about transmission proses in Batak Angkola Oral Tradition. This is to check if Upa-upa can be functioned as a mnemonic device in order to make the transmission and the inheritance process of Mangkobar tradition easier in Batak Angkola Communityy in South Tapanuli North Sumatra. The research took places in Kota Padangsidimpuan and Tapanuli Selatan Region in North Sumatra. The Research is a field research and the biggest amount of the datum that was collected is field data. As a supporting, the researcher was also doing literary observation and study. This research using formulaic theory Parry-Lord especially in transmission, inheritance, formula, orality, mnemonic devices dan the building of theme as in formulaic theory. In order to analyses how an Upa-upa part can be functioned as a mnemonic device the researcher is also using the semiotika approach especially triadic ? peircean concepts. In the term of wiriting, the researcher using the ethnographic approach in order to collect the cultural data and the ethnic gorup daily data. This research was able to prove that Upa-upa as a representament can be analysed along with the ethnic group cognition in order to be interpreted as an important marital advices. The research was able to indicate that internally mangkobar tradition can be transmitted by formula which is sounds and formulas can be transmitted by symbol which is Upa-upa."
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vergouwen, J.C.
Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2004
340.53 VER m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Di dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, musik (gondang) merupakan bagian yang integral.Bergai aktivitas musik (margondang) adalah hal yang sangat dominan dapat kita jumpai di bernbagai upacara tradisional baik menyangkut kegiatan adat serta ritual keagamaan(kebutuhan sosial yang bersifat publik) dan juga dalam kehidupan sehari-hari (kebutuhan pribadi/privat)
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Eva Solina
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan penelitian tentang konflik kapital simbolik dan kapital
budaya yang terjadi pada Injil dan ulos Batak Toba yang ditunjukkan melalui
pertarungan wacana dalam tiga milis Batak Toba, yaitu Silaban Brotherhood,
Batak Cyber Community dan Batak Gaul Community. Rumusan permasalahan
dari tesis ini adalah bagaimana ulos dapat berperan sebagai kapital simbolik yang
digunakan dalam usaha perebutan kekuasaan oleh kelompok yang masih
mempertahankan adat (tradisionalisme) terhadap kelompok yang berusaha
mereformasi adat yang berbau religi lama dan menggantinya dengan religi baru.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang berupa analisis wacana
(discourse analysis). Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teori
Bourdieu yang membahas tentang habitus dan bagaimana strategi perlawanan
yang digunakan dalam perebutan kekuasaan untuk mendapatkan suatu kekuasaan
simbolik melalui tiga milis Batak Toba yaitu Silaban Brotherhood, Batak Cyber
Community dan Batak Gaul Community. Pada penelitian ini, penulis menemukan
pada akhirnya agama (Injil) tidak dapat mengubah masyarakat Batak Toba
melalui permasalahan yang timbul akan resistensi adat dan ulos. Hal ini
disebabkan oleh pertahanan identitas kebatakan yang telah melekat ?kental? dan
mendarah daging pada setiap orang Batak Toba yang ditunjukkan melalui
kepemilikan kapital simbolik dan kapital budaya yang tidak hanya berfungsi
sebagai simbol/lambang budaya tetapi juga berfungsi sebagai simbol kedudukan,
solidaritas/kekeluargaan dan simbol komunikasi.

Abstract
This thesis is a study about conflicts of symbolic capital and cultural capital that
occurs in the Gospel and Toba Batak traditional cloths. It is shown through
struggling discourses in three mailing lists of Toba Batak namely Silaban
Brotherhood, Batak Batak Cyber Community and Community Gaul. At first, the
contradiction between ulos (custom) and the Gospel has been going on since the
beginning of the entry of Christianity in the land of Batak. The main problem of
this thesis is how ulos can act as a symbolic capital that is used to get a power by
those who still maintain the custom (traditionalism) from groups who are seeking
a reformation of the old religion and replacing it with a new religion. The method
of this thesis used a qualitative method of discourse analysis (discourse analysis).
In conducting this study, the author used Bourdieu?s theory of habitus and
discusses how the strategies of resistance that are used in a power struggle to get a
symbolic power. In this research, the author found that religion (gospel) does not
change the Toba Batak society through important whether or not to maintain the
customs and ulos. This is caused by a defense that has been attached the
Bataknese identity and ingrained in each of the Batakness people as they basically
are an open society who are supposed to chew again its elements and can be used
in maintaining Batak identity."
2012
T30473
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Robert
Jakarta: Pusat Bahasa, 2004
499.224 62 ROB s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>