Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184078 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azmi Jundan Taqiy
"Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki lebih dari 17 ribu pulau. Hal ini menyebabkan adanya tantangan tersendri untuk mewujudkan konektivitas antar pulaunya, terutama pada daerah terpencil dan tertinggal. Pelayaran perintis merupakan pelayaran yang disubsidi oleh pemerintah Indonesia dengan tujuan utama meningkatkan perekonomian di daerah terpencil dan tertinggal. Namun saat ini, kinerja pelayaran perintis masih belum optimal untuk mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut ditandai dengan lamanya round voyage suatu trayek yang dapat mencapai 14 hari serta rendahnya capaian target voyage pelayaran perintis. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi serta efisiensi rute pelayaran perintis. Salah satu yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi rute pelayaran perintis adalah dengan melakukan re-routing trayek pelayaran perintis. Penelitian ini melakukan re-routing pelayaran perintis di wilayah NTT-Maluku Barat Daya dengan pertama melakukan clustering menggunakan DBSCAN (Density-Based Spatial Clustering of Applications with Noise) serta optimasi dengan pendekatan TSP (Travelling Salesman Problem). Hasil yang didapatkan adalah terdapat pengurangan dari rata-rata jarak tempuh trayek pelayaran perintis sebesar 55% (dari 1276 NM menjadi 569,3 NM) serta pengurangan angka rata-rata lama round voyage trayek sebesar 74% (dari 13,3 hari menjadi 3,5 hari). Selain itu, terjadi penurunan ketimpangan antar trayeknya yang dilihat dari nilai jangkauan (range) dari jumlah pelabuhan, jarak tempuh, serta lama round voyage pada trayek pelayaran perintis di wilayah NTT-Maluku Barat Daya.

Indonesia, as an archipelagic country, has more than 17,000 islands. This causes challenges in realizing inter-island connectivity, especially in remote and underdeveloped areas. Pelayaran Perintis is a shipping program that the Indonesian government subsidizes to improve the economy in remote and underdeveloped areas. However, the performance of Pelayaran Perintis is still not optimal for achieving this goal. This is indicated by the length of the round voyage of a route that can reach 14 days and the low achievement of the Pelayaran Perintis voyage target. Therefore, there is a need for evaluation and efficiency of Pelayaran Perintis routes. One thing that can be done to increase the efficiency of Pelayaran Perintis routes is by re-routing Pelayaran Perintis routes. This study re-routes Pelayaran Perintis in the NTT-Maluku Southwest region by first clustering using DBSCAN (Density-Based Spatial Clustering of Applications with Noise) and optimization with the TSP (Travelling Salesman Problem) approach. The results obtained are a reduction in the average mileage for Pelayaran Perintis routes by 55% (from 1276 NM to 569.3 NM) and a reduction in the average length of round voyage routes by 74% (from 13.3 days to 3, 5 days). In addition, there has been a decrease in inequality between routes, which can be seen from the range value of the number of ports, distance traveled, and round voyage length on Pelayaran Perintis routes in the NTT-Southwest Maluku region.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annan Mikail Ramadhan Atmawidjaja
"Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang membentuk satu negara, dengan lima pulau utama dan 30 kepulauan yang lebih kecil dengan total lebih dari 18.110 pulau dan pulau kecil, di mana sekitar 6.000 di antaranya berpenghuni. Oleh karena itu, Pelayaran melalui jalur laut merupakan moda transportasi utama antar pulau di Indonesia. Namun, hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam mewujudkan konektivitas antar pulau, terutama di daerah terpencil dan tertinggal. Pelayaran Perintis adalah layanan pelayaran publik yang didanai oleh pemerintah dengan tujuan utama untuk mendukung perekonomian di daerah terpencil dan tertinggal. Namun pada saat tulisan ini dibuat, kinerja pelayaran perintis dinilai masih belum memadai atau belum efisien untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini ditandai dengan lamanya round voyage pelayaran rute tersebut, yang dapat mencapai hingga 14 hari, dan rendahnya frekuensi pelayaran pelayaran perintis dapat menghambat pembangunan ekonomi. Akibatnya, efisiensi rute pelayaran perintis harus dievaluasi kembali. Re-routing dan mengoptimasi rute pelayaran perintis merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi rute pelayaran perintis. Penelitian ini direalisasikan dengan melakukan rerouting pelayaran perintis di wilayah Kepulauan Riau dengan terlebih dahulu melakukan clustering pelabuhan-pelabuhan menggunakan metode clustering DBSCAN (Density Based Spatial Clustering of Applications with Noise) dan optimalisasi dengan pendekatan metode penyelesaian TSP (Travelling Salesman Problem). Hasil yang diperoleh adalah terjadi penurunan rata-rata jarak tempuh pelayaran perintis sebesar 39,5% (dari 1.156,1 NM menjadi 699,5 NM) dan penurunan rata-rata lama durasi round voyage sebesar 66,9% (dari 12 hari menjadi 3,97 hari). Selain itu, terjadi penurunan ketimpangan antar rute yang terlihat dari nilai rentang jumlah pelabuhan, jarak tempuh, dan durasi round voyage pelayaran pada rute pelayaran perintis di Kepulauan Riau.

Indonesia is the world's biggest archipelago to constitute a single state, with five main islands and 30 smaller archipelagoes totaling over 18,110 islands and islets, of which approximately 6,000 are inhabited. Hence, Shipping through sea is the main mode of inter-island transport in Indonesia. However, this creates its own challenge in realizing inter-island connectivity, especially in remote and underdeveloped areas. Perintis shipping is a government-funded publicly available shipping service with a primary objective of supporting the economy in remote and underdeveloped areas. However, as of this writing, the performance of perintis shipping is still inadequate or inefficient to achieve this goal. This is characterized by the lengthy round voyage duration of the routes, which can reach up to 14 days, and the low frequency of perintis shipping voyages could hinder economic development. As a result, the efficiency of perintis shipping routes must be assessed. Re-routing the perintis shipping routes is one way to increase the efficiency of the perintis shipping routes. This research reroutes perintis shipping in the Riau Archipelago region by first clustering the ports using the DBSCAN (Density Based Spatial Clustering of Applications with Noise) clustering method and optimizing with the TSP (Travelling Salesman Problem) solving method approach. The results obtained were that there was a reduction in the average mileage of pioneer shipping routes by 39.5% (from 1,156.1 NM to 699.5 NM) and a reduction in the average length of round voyage routes by 66.9% (from 12 days to 3.97 days). In addition, there was a decrease in inequality between routes as seen from the value of the range of the number of ports, distance traveled, and round voyage duration on pioneer shipping routes in the Riau Archipelago."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ariqulhakim
"Banyaknya pulau di Indonesia menyebabkan adanya tantangan untuk menjaga konektivitas antar pulaunya, mendorong untuk dibutuhkannya moda transportasi agar meningkatkan konektivitas antar pulau khususnya di wilayah 3T. Di masa ini pelayaran perintis menjadi moda transportasi yang ditugaskan oleh pemerintah guna melayani daerah 3T. Namun, pada penerapannya pelayaran perintis masih dinilai kurang optimal sehingga perlu dilakukannya optimasi. Optimasi merupakan aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan nilai maksimal atau minimal berdasarkan fungsi dan tujuan yang ingin dicapai, dengan tetap memenuhi fungsi kendala yang berlaku. Optimasi dinilai penting untuk keberlanjutan akses transportasi laut khususnya pelayaran perintis di Sulawesi Selatan-Nusa Tenggara. Seluruh Pelabuhan yang dilayani trayek pelayaran perintis diklasterkan menggunakan metode Density Based Spatial Clustering of Applications with Noise (DBSCAN). Penelitian ini ditujukan untuk memberikan rekomendasi untuk optimasi rute pelayaran perintis. Terdapat 3 klaster yang terbentuk untuk menyesuaikan ketersediaan kapal perintis yang berjumlah 3 kapal. Masing-masing klaster dilakukan optimasi menggunakan Travelling Salesman Problem (TSP). Hasil optimasi didapatkan lebih optimal dengan total jarak tempuh rata-rata di ketiga klaster yang terbentuk sebesar 630 NM dibandingkan dengan rute eksisting sebesar 1211 NM dengan penurunan sebesar 48%

The large number of islands in Indonesia poses a challenge to maintain connectivity between islands, encouraging the need for modes of transportation to increase inter-island connectivity, especially in the 3T region. At this time perintis shipping became a mode of transportation assigned by the government to serve the 3T areas. However, in its implementation, perintis shipping is still considered less than optimal, so optimization is needed. Optimization is an activity that aims to get the maximum or minimum value based on the function and goals to be achieved, while still meeting the applicable constraints. Optimization is considered important for the sustainability of access to sea transportation, especially perintis shipping in South Sulawesi-Nusa Tenggara. All ports served by perintis shipping routes are clustered using the Density Based Spatial Clustering of Applications with Noise (DBSCAN) method. This research is intended to provide recommendations for optimizing perintis shipping routes. There are 3 clusters formed to adjust the availability of perintis ships, which total 3 ships. Each cluster is optimized using the Traveling Salesman Problem (TSP). Optimization results obtained are more optimal with the total average mileage in the three clusters formed of 630 NM compared to the existing route of 1211 NM with a decrease of 48%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fastabiq Rahmat Imanu
"Density-Based Spatial Clustering of Application with Noise (DBSCAN) merupakan salah satu metode klastering berdasarkan kepadatan data yang menggunakan parameter radius jarak dari titik data tersebut dan jumlah minimal titik data untuk menghasilkan sebuah klaster. Traveling Salesman Problem (TSP) merupakan aplikasi dari optimasi yang menentukan sebuah rute yang diawali dan diakhiri di titik yang sama dengan hasil jarak paling minimum. Permasalahan konektivitas pelayaran perintis merupakan bagian yang sangat penting untuk menjaga agar daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) terkoneksi. Wilayah Papua Barat memiliki moda transportasi yang terbatas dan Indeks Desa Membangun (IDM) yang paling rendah yaitu 0.5045 yang mengakibatkan tingginya angka desa 3T pada wilayah tersebut, untuk meningkatkan angka IDM di wilayah tersebut dibutuhkan moda transportasi yang dapat diakses secara rutin untuk merangsang perekonomian dan mobilitas penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rute pelayaran baru dengan meminimalkan jarak dan waktu tempuh. Dengan menggunakan DBSCAN dan TSP diperoleh 7 rute baru untuk 7 unit kapal perintis, dengan total jarak yaitu 3393 Nautical Miles dan rata-rata waktu pelayaran yaitu 3 hari, frekuensi kunjungan dapat dilakukan 4 kali dalam 12 hari pelayaran.

The Density-Based Spatial Clustering of Application with Noise (DBSCAN) is a clustering method based on data density that uses the radius parameter of the distance from the data point and the minimum number of data points to create a cluster. Traveling Salesman Problem (TSP) is an optimization application that determines a route that starts and ends at the same point with the minimum distance. The problem of pioneer ship connectivity is a very important for part of connecting the Isolated Places in Indonesia. The West Papua region is one of the regions in Indonesia that has limited transportation modes and the lowest Village Development Evaluation is 0.5045, Affecting the high number of underdeveloped villages in that region. Therefore, to increase the Village Development Evaluation number in West Papua, hence the underdeveloped villages can be accessed regularly to stimulate the economy and mobility. This research aims to obtain a new shipping route by minimizing the distance and travel time. By using DBSCAN and TSP, 7 new routes were obtained for 7 pioneer ships, with a total distance is 3393 Nautical Miles and an average voyage time are 3 days, the frequency of visits can be done 4 times in a 12-day cruise.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Afriadi Nafis
"

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki pulau – pulau kecil yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Hal ini menjadi tantangan untuk meningkatkan konektivitas antar pulau nya, terutama di beberapa wilayah terpencil dan masih tertinggal. Beberapa wilayah ini sangat membutuhkan akses transportasi yang layak khususnya transportasi laut untuk menopang perekonomiannya. Maka dari itu, pelayaran perintis yang merupakan jasa pelayaran yang didanai oleh APBN dalam rangka membantu daerah – daerah yang membutuhkan askes transportasi laut, pelayaran ini juga bertujuan untuk mendukung perkembangan perekonomian di beberapa daerah terpencil Indonesia. Rute pelayaran saat ini masih belum efektif, terutama rute pelayaran perintis di Pelabuhan Bitung, Kepulauan Sulawesi Utara ditunjukkan dengan waktu pelayaran keliling selama 22 hari. Dengan waktu selama itu, intensitas kapal untuk mengunjungi setiap daerah menjadi lebih sedikit. Pada penelitian ini, beberapa faktor yang mempengaruhi konektivitas antar pulau akan dioptimasi, dengan cara mengurangi jarak tempuh pelayaran untuk mengurangi pengeluaran anggaran APBN, dan mengurangi waktu pelayaran keliling yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas kunjungan ke setiap daerah terpencil. Proses optimasi untuk mendukung kedua hal itu dilakukan dengan metode DBSCAN (Density Based Spatial Clustering of Application with Noise) dan TSP (Traveling Salesman Problem). Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa rekomendasi rute baru untuk Pelabuhan Bitung (R-35 dan R-36).


Indonesia is an archipelagic country that has small islands spread from Sabang to Merauke. This is a challenge to improve inter-island connectivity, especially in some remote and underdeveloped areas. Some of these areas really need access to proper transportation, especially sea transportation to support their economy. Therefore, Perintis Shipping routes which is a shipping service funded by the State Budget in order to help areas that need access to sea transportation, this cruise also aims to support economic development in several remote areas of Indonesia. Current shipping routes are still ineffective, especially the Perintis Shipping routes at Bitung Port, North Sulawesi Archipelago with a circumnavigation time of 22 days. With that long, the intensity of ships to visit each area becomes less. In this study, several factors affecting inter-island connectivity will be optimized, by reducing shipping distances to reduce spending on the state budget, and reducing circumnavigation time which aims to increase the intensity of visits to each remote area. The optimization process to support both of these is carried out using the DBSCAN (Density Based Spatial Clustering of Application with Noise) and TSP (Traveling Salesman Problem) methods. The final result of this research is a new route recommendation for Bitung Port (R-35 and R-36).

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eryawan Deise Ulul
"[ABSTRAK
Hierarchical clustering merupakan metode yang efektif dalam membentuk pohon
filogenetik dengan mengetahui matriks jarak antar barisan DNA. Salah satu cara
untuk membuat matriks jarak yaitu dengan cara menggunakan metode -mer.
Kelebihan dari metode -mer yaitu lebih efisien dalam segi waktu. Langkahlangkah
dalam membuat matriks jarak dengan metode -mer dimulai dengan
membentuk -mer sparse matrix dari masing barisan DNA. Selanjutnya,
membentuk -mer singular value vector. Pada tahap akhir yaitu menghitung jarak
antar vektor. Pada tesis ini akan dilakukan analisis terhadap barisan DNA MERSCoV
dengan mengimplementasi Hierarchical clustering menggunakan -mers
sparse matrix sehingga dapat diketahui leluhur dari masing-masing barisan DNA
MERS-CoV.

ABSTRACT
Hierarchical clustering is an effective method in creating phylogenetic by
knowing the distance matrix between DNA sequence. One of methods to make the
distance matrix use -mer method. -mer is more efficient than others. The steps
to make distance matrix using -mer method starts from creating -mer sparse
matrix. Then, creating -mer singular value vector. The last steps is counting
distance each vectors. This thesis will analyze the sequence of DNA MERS-CoV
by implementing Hierarchical clustering using k-mers sparse matrix so that will
be known the ancestor of each sequence of DNA MERS-CoV., Hierarchical clustering is an effective method in creating phylogenetic by
knowing the distance matrix between DNA sequence. One of methods to make the
distance matrix use -mer method. -mer is more efficient than others. The steps
to make distance matrix using -mer method starts from creating -mer sparse
matrix. Then, creating -mer singular value vector. The last steps is counting
distance each vectors. This thesis will analyze the sequence of DNA MERS-CoV
by implementing Hierarchical clustering using k-mers sparse matrix so that will
be known the ancestor of each sequence of DNA MERS-CoV.]"
Lengkap +
2015
T44260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ant-based document clustering is a cluster method of measuring text documents similarity based on the shortest path between nodes (trial phase) and determines the optimal clusters of sequence do-cument similarity (dividing phase). The processing time of trial phase Ant algorithms to make docu-ment vectors is very long because of high dimensional Document-Term Matrix (DTM). In this paper, we proposed a document clustering method for optimizing dimension reduction using Singular Value Decomposition-Principal Component Analysis (SVDPCA) and Ant algorithms. SVDPCA reduces size of the DTM dimensions by converting freq-term of conventional DTM to score-pc of Document-PC Matrix (DPCM). Ant algorithms creates documents clustering using the vector space model based on the dimension reduction result of DPCM. The experimental results on 506 news documents in Indo-nesian language demonstrated that the proposed method worked well to optimize dimension reduction up to 99.7%. We could speed up execution time efficiently of the trial phase and maintain the best F-measure achieved from experiments was 0.88 (88%).
Klasterisasi dokumen berbasis algoritma semut merupakan metode klaster yang mengukur kemiripan dokumen teks berdasarkan pencarian rute terpendek antar node (trial phase) dan menentukan sejumlah klaster yang optimal dari urutan kemiripan dokumen (dividing phase). Waktu proses trial phase algoritma semut dalam mengolah vektor dokumen tergolong lama sebagai akibat tingginya dimensi, karena adanya masalah sparseness pada matriks Document-Term Matrix (DTM). Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan sebuah metode klasterisasi dokumen yang mengoptimalkan reduksi dimensi menggunakan Singular Value Decomposition-Principal Component Analysis (SVDPCA) dan Algoritma Semut. SVDPCA mereduksi ukuran dimensi DTM dengan mengkonversi bentuk freq-term DTM konvensional ke dalam bentuk score-pc Document-PC Matrix (DPCM). Kemudian, Algoritma Semut melakukan klasterisasi dokumen menggunakan vector space model yang dibangun berdasarkan DPCM hasil reduksi dimensi. Hasil uji coba dari 506 dokumen berita berbahasa Indonesia membuk-tikan bahwa metode yang diusulkan bekerja dengan baik untuk mengoptimalkan reduksi dimensi hingga 99,7%, sehingga secara efisien mampu mempercepat waktu eksekusi trial phase algoritma se-mut namun tetap mempertahankan akurasi F-measure mencapai 0,88 (88%)."
Lengkap +
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Faculty of Information Technology, Department of Informatics Engineering, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Claudya Carolina
"Tugas kelancaran semantik merupakan salah satu tes neuropsikologis yang sedang dikembangkan di Indonesia. Sampai saat ini, belum ada penelitian di Indonesia yang dilakukan untuk menginvestigasi strategi kognitif yang dilakukan partisipan saat mengeluarkan performanya pada tugas kelancaran semantik, yaitu clustering dan switching. Sejumlah studi di beberapa negara menemukan bahwa terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan clustering dan switching pada tugas kelancaran semantik. Sementara itu, studi lain menemukan perbedaan clustering dan switching pada partisipan di tingkat pendidikan berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap clustering dan switching tersebut. Peneliti melakukan analisis clustering dan switching dari tugas kelancaran semantik terhadap 157 partisipan sehat yang berasal dari jenis kelamin dan tingkat pendidikan berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan satu-satunya variabel yang mempengaruhi clustering dan switching pada tugas kelancaran semantik. Sementara itu, tidak ditemukan adanya pengaruh jenis kelamin maupun pengaruh interaksi antara jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap clustering dan switching. Maka dari itu, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif, khususnya yang terlibat dalam clustering dan switching tersebut.

Semantic fluency task is one of the neuropsychological assessment that is being developed in Indonesia. To date, there was no previous research in Indonesia that had been conducted to investigate the clustering and switching strategies on semantic fluency task. A number of studies in some countries showed that there was a difference between men and women on clustering and switching in semantic fluency task. Meanwhile, another studies revealed that there were clustering and switching differences between participants from different level of educational background. The purpose of this study was to evaluate whether there was an effect of sex and level of education on clustering and switching. One hundred and fifty seven male and female participants who come from different educational level were analyzed on clustering and switching in semantic fluency task. The results suggested that educational level was the only factor which influenced clustering and switching scores. Besides, there was no effect on sex or interaction between sex and level of education on that scores. Therefore, it can be concluded that education is one of the factor influencing cognitive ability, especially in clustering and switching.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Alfina
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2000
S26949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaola Rachma Adzima
"Penerapan algoritma partisi k-means dalam metode HOPACH clustering dalam penelitian ini dilakukan untuk mengelompokkan barisan DNA virus ebola. Proses dimulai dengan mengumpulkan barisan DNA virus ebola yang diambil dari GenBank, kemudian dilakukan ekstraksi ciri menggunakan n-mers frequency. Hasil ekstraksi ciri barisan DNA tersebut dikumpulkan dalam sebuah matriks dan dilakukan normalisasi menggunakan normalisasi min-max dengan interval [0, 1] yang akan digunakan sebagai data masukan. Hasil pengelompokan barisan DNA virus ebola pada penelitian ini diperoleh 8 kelompok dengan nilai MSS (Mean Split Silhouette) minimum 0,50266. Proses clustering pada penelitian ini menggunakan program open source R.

The implementation of k-means partitioning algorithm in HOPACH clustering method in this thesis is used to clustering DNA sequences of ebola viruses. The clustering process is started with collecting DNA sequences of ebola viruses that are taken from GenBank, then performing the extraction of DNA sequences using n-mers frequency. The extraction results are collected as a matrix and normalized using the min-max normalization with interval [0, 1] which will be used as an input data. As the results, we obtained 8 clusters with minimum MSS (Mean Split Silhouette) 0,50266. The clustering process in this thesis is using the open source program R."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T44900
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>