Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khalisa Zahra Khairunnisa
"Latar Belakang: Demam Berdarah Dengua (DBD) adalah infeksi virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Vektor utama yang menularkan virus Dengue adalah Aedes aegypti, dan Aedes albopictus. Kota dengan jumlah kejadian DBD tertinggi di Indonesia pada tahun 2021 adalah Kota Depok sebesar 3.155 kasus dengan angka Incidence Rate (IR) 151,2 kasus per 100.000 penduduk. Selama 10 tahun terakhir sejak tahun 2012-2020, trend kasus DBD di Kota Depok cenderung meningkat. Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor iklim dan kepadatan penduduk dengan kejadian DBD di Kota Depok tahun 2012-2021. Metode: Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara faktor iklim (suhu, kelembaban, dan curah hujan) pada bulan yang sama (non-time lag), faktor iklim dengan jeda 1 bulan (time lag 1), dan kepadatan penduduk dengan Incidence Rate DBD. Hasil: Hasil analisis korelasi menujukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban non time lag dan kelembaban time lag 1 dengan Incidence Rate DBD (p=0,000 dan p=0,000) dengan kekuatan hubungan sedang berpola positif (r=0,332 dan r-0,451). Hasil uji regresi linear ganda menghasilkan bentuk model prediksi dengan persamaan IR DBD = -47.353 + 0.784 (Suhu) + 0.394 (Kelembapan) + 0.023 (Curah Hujan). Berdasarkan hasil persamaan regresi, jika disimulasikan dengan kombinasi suhu 26,1 oC, kelembaban 82,9%, dan curah hujan 14,9 mm, maka akan terjadi peningkatan IR DBD sebanyak 10 kasus per 100.000 penduduk.

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a viral infection transmitted to humans through the bite of an infected mosquito. The main vectors that transmit the dengue virus are Aedes aegypti and Aedes albopictus. The city with the highest number of dengue cases in Indonesia in 2021 is Depok City with 3,155 cases with an Incidence Rate (IR) of 151.2 cases per 100,000 population. During the last 10 years from 2012- 2020, the trend of dengue cases in Depok City tends to increase. Objective: To determine the relationship between climatic factors and population density with the incidence of DHF in Depok City in 2012-2021. Methods: This study uses an ecological study with correlation analysis to see the relationship between climatic factors (temperature, humidity, and rainfall) in the same month (non-time lag), climatic factors with a 1-month lag (time lag 1), and density population with DHF Incidence Rate. Results: The correlation analysis results showed a significant relationship between non-time lag humidity and time lag 1 humidity with DHF Incidence Rate (p = 0.000 and p = 0.000) with the strength of the relationship being positive (r = 0.332 and r-0.451). The results of the multiple linear regression test produce a predictive model with the equation IR DBD = -47.353 + 0.784 (Temperature) + 0.394 (Relative Humidity) + 0.023 (Rainfall). Based on the results of the regression equation, if it is simulated with a combination of the temperature of 26,1oC, humidity of 82.9%, and rainfall of 14.9 mm, there will be an increase in IR of DHF by 10 cases per 100,000 population."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Dea Plasenta
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut dengan pendarahan minor atau mayor, trombositopenia, dan kebocoran plasma yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. WHO mencatat sejak tahun 1968-2009, Indonesia menjadi negara urutan pertama di Asia Tenggara dengan kasus DBD terbanyak dan urutan kedua di dunia. Di tahun 2015, Kemenkes RI telah mencatat peningkatan jumlah Kabupaten/Kota yang terjangkit DBD di Indonesia. Dari 384 Kabupaten dan Kota meningkat menjadi 446 Kabupaten dan Kota. Salah satu Kabupaten/Kota dengan kasus DBD yang tinggi adalah Kota Tangerang Selatan. Bahkan, pada tahun 2014, Kota Tangerang Selatan menjadi penyumbang kasus DBD terbanyak di Provinsi Banten dengan 768 kasus. Terdapat faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab tingginya kasus DBD, yaitu faktor iklim, kepadatan penduduk, dan populasi nyamuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim, kepadatan penduduk, dan Angka Bebas Jentik (ABJ) dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ecological time series dengan metode kuantitatif dan analisis korelasi dan regresi linear ganda. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan; Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan; dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara suhu, kelembaban, dan ABJ dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 (p = 0,016; r = -0,282) (p = 0,000; r = 0,506) (p = 0,000; r = -0,558), sementara untuk curah hujan dan kepadatan penduduk menunjukkan hasil tidak signifikan dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 (p = 0,064; r = 0,220) (p = 0,759; r = -0,037). Dari hasil regresi linear ganda, didapatkan hasil bahwa variabel yang masuk model akhir adalah variabel kelembaban dan ABJ dan dapat menjelaskan 39,9% variasi variabel dependen kejadian DBD (R square = 0,399). Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 adalah variabel kelembaban.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute febrile disease with minor or major bleeding, thrombocytopenia, and plasma leakage caused by the dengue virus and transmitted by the Aedes aegypti mosquito vector. WHO noted that from 1968-2009, Indonesia became the first country in Southeast Asia with the most dengue cases and the second in the world. In 2015, the Indonesian Ministry of Health has recorded an increase in the number of districts/cities infected with dengue fever in Indonesia. From 384 regencies and cities, it increased to 446 regencies and cities. One of the districts/cities with high dengue cases is South Tangerang City. In 2014, South Tangerang City became the largest contributor to DHF cases in Banten Province with 768 cases. There are factors that can be the cause of high dengue cases, namely climate factors, population density, and mosquito populations. The purpose of this study was to determine the relationship between climatic factors, population density, and larval free rate (LFR) with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021. This research uses an ecological time series design study with quantitative methods and correlation analysis and multiple linear regression. This study uses secondary data from the South Tangerang City Health Office; Central Bureau of Statistics of South Tangerang City; and the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG). The results of this study are that there is a significant relationship between temperature, humidity, and LFR with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021 (p = 0.016; r = -0.282) (p = 0.000; r = 0.506) (p = 0.000 ; r = -0.558), while rainfall and population density showed insignificant results with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021 (p = 0.064; r = 0.220) (p = 0.759; r = -0.037). From the results of multiple linear regression, it was found that the variables that entered the final model were humidity and LFR variables and could explain 39.9% of the variation in the dependent variable of DHF incidence (R square = 0.399). The most influential variable on the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016- 2021 is the humidity variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Anita Sari
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit berbasis vektor yang disebabkan oleh nyamuk, khususnya nyamuk Ae.aegypti dengan agennya virus dengue. Penyebaran kasus DBD telah dilaporkan terjadi diberbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Sejak ditemukan di Indonesia, penyebaran kasus DBD menunjukan peningkatan dan penyebaran wilayah yang terjadi. Tinggi dan rendahnya kasus DBD di Kota Depok pada tahun 2015 – 2017 sebagian besar terjadi dalam tiga tahun berturut-turut dimusim hujan, yakni sebesar ≥ 10% terjadi dibulan Januari – Maret dan sebesar ≤ 10% terjadi dibulan Oktober- Desember. Berdasarkan fakta tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perbedaan variabilitas iklim disetiap musim terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Depok Periode April 2011 – Maret 2017, yakni hubungan suhu udara dengan DBD saat musim kemarau dan hubungan curah hujan dengan DBD saat musim hujan. Desain penelitian yang digunakan adalah studi ekologi dengan analisis korelasi dan regresi linear. Hasil penelitian disetiap tahunnya menunjukan adanya hubungan searah dengan korelasi yang kuat antara suhu udara saat musim kemarau (p=0,01; r=0,94) )dan curah hujan saat musim hujan (p=0,03; r= 0,85). Namun, dari hasil penelitian dikeseluruhan musimnya menunjukan tidak ada hubungan antara DBD dengan suhu udara saat musim kemarau (p=0,48) dan curah hujan saat musim hujan (p=0,59). Adanya perbedaan sudut pandang hasil penelitian ini kemungkinan dikarenakan perbedaan variasi data yang dipakai saat analisa, namun demikian data iklim dan data kejadian DBD yang dipakai untuk analisa disetiap tahunnya telah terdistribusi normal, artinya hasil penelitian disetiap tahun lebih mewakili daripada dikeseluruhan musim. Suhu udara yang tinggi saat musim kemarau, akan berpengaruh terhadap naiknya kejadian DBD disetiap tahunnya. Begitu juga dengan curah hujan yang tinggi saat musim hujan, akan berpengaruh terhadap naiknya kejadian DBD disetiap tahunnya. Hubungan ini kemungkinan terjadi karena suhu yang panas saat musim kemarau akan mempercepat inkubasi nyamuk, sedangkan tingginya curah hujan saat musim hujan akan menambah peluang perindukan nyamuk karena air yang tergenang.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a vector-based disease caused by mosquitoes, especially the Ae.aegypti mosquito with its agent the dengue virus. The spread of dengue cases has been reported to occur in various parts of the world, including Indonesia. Since it was discovered in Indonesia, the spread of dengue cases shows an increase and spread of the area that occurred. The high and low cases of dengue in Depok City in 2015 - 2017 mostly occur in three consecutive years in the rainy season, which is equal to ≥ 10% occurring in January - March and at ≤ 10% occurs in October-December. Based on these facts, this study aims to determine the relationship of differences in climate variability in each season to the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever in Depok City April 2011 - March 2017, namely the relationship between air temperature and DHF during the dry season and the relationship between rainfall and DHF during the rainy season. The research design used was ecological studies with correlation analysis and linear regression. The results of the study each year showed a direct correlation with a strong correlation between the air temperature during the dry season (p= 0.01; r= 0.94)) and rainfall during the rainy season (p= 0.03; r= 0.85 ) However, from the results of research in the entire season, there was no relationship between DHF and the air temperature during the dry season (p= 0.48) and rainfall during the rainy season (p= 0.59). The different viewpoints of the results of this study may be due to differences in the data used during the analysis, however climate data and incident DHF data used for analysis each year have been normally distributed, meaning that the results of research every year are more representative than in the whole season. High temperatures during the dry season will affect the increase in the incidence of DHF each year. Likewise with high rainfall during the rainy season, it will affect the increase in the incidence of DHF each year. This relationship is likely to occur because hot temperatures during the dry season will accelerate mosquito incubation, while high rainfall during the rainy season will increase the chances of mosquito breeding due to stagnant water."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Astarina
"Demam berdarah dengue di Kota Administrasi Jakarta Selatan mengalami fluktuasi selama 5 tahun terakhir dan pada tahun 2016 angka insiden naik lebih dari 3 kali lipat dari tahun sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim curah hujan, kelembaban, suhu dan kepadatan penduduk dengan angka insiden DBD. Studi ini merupakan studi ekologi time series dan dianalisis dengan uji korelasi. Data angka insiden DBD diperoleh dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Data iklim bulanan diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Jakarta. Data kepadatan penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistika DKI Jakarta. Hasil penelitian menyatakan bahwa suhu dan kepadatan penduduk tidak memiliki hubungan bermakna dengan angka insiden DBD p > 0,05 . Angka insiden DBD memiliki hubungan yang bermakna dengan curah hujan r = 0,384 ; p = 0,002 , kelembaban r = 0,496 ; p = 0,000.

Dengue hemorrhagic fever DHF in South Jakarta Administration City was fluctuating during 2012 2016 and in 2016 the incidence rate IR was more than tripled from the previous year. This study aims to determine the relationship between climatic factors rainfall, humidity, temperature and population density with the incidence rate IR of DHF. This study is a time series ecology study and was analyzed by correlation test. Incidence rate IR data was obtained from the South Jakarta District Health Office. Monthly climate data was obtained from the Meteorology, Climatology and Geophysics Department of Jakarta. Population density data was obtained from the Central Statistics Department of DKI Jakarta. The results demonstrate that temperature and population density have no significant correlation with dengue incidence rate p 0,05 . The incidence rate IR had a significant correlation with rainfall r 0.384 p 0.002 , humidity r 0.496 p 0,000."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Adrian
"Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang seringkali melanda Indonesia dan disebabkan oleh virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi. Iklim merupakan salah satu faktor yang diketahui dapat mempengaruhi kejadian DBD. Selama tahun 2014-2020, Kabupaten Bogor menjadi wilayah dengan jumlah kasus meninggal akibat DBD tertinggi di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor iklim dengan kejadian DBD di Kabupaten Bogor pada tahun 2017-2021 dengan desain studi ekologi. Hasil penelitian dengan uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa faktor kelembaban (r=0,351; p=0,006) dan curah hujan (r=0,258; p=0,046) memiliki hubungan berkekuatan sedang dengan kejadian DBD, sedangkan suhu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian DBD (p>0,05).

Dengue haemorrhagic fever (DHF) is a disease that frequently affects Indonesia and caused by the dengue virus from infected Aedes aegypti mosquitoes. Climatic factors are known to affect DHF incidence. In 2014-2020, Bogor Regency became the region with the highest DHF deaths in West Java. This study aims to analyze several climatic factors with DHF incidence in Bogor Regency in 2017-2021 using an ecological study design. Using Spearman’s rank correlation coefficient, the results indicate that humidity (r=0,351; p=0,006) and rainfall (r=0,258; p=0,046) have a moderate effect on DHF incidence, while temperature has no effect on DHF incidence (p>0,05)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Handayani
"Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular akibat virus dengue dan disebarluaskan nyamuk Aedes sp. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian DBD adalah iklim. DKI Jakarta merupakan wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim. Setiap tahun DBD menjadi satu dari sepuluh kasus penyakit terbanyak di DKI Jakarta yang berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB). Penelitian ini merupakan studi ekologi yang dilakukan untuk mengetahui hubungan iklim dengan kejadian DBD di DKI Jakarta tahun 2008-2011.
Hasil penelitian menyatakan kejadian DBD memiliki hubungan sedang dengan suhu (r=-0,279;p=0,000), kelembaban (r=0,301;p=0,000), curah hujan (r=0,316;p=0,000), dan lama penyinaran matahari (r=-0,392;p=0,000), sedangkan dengan kecepatan angin hubungannya tidak siginifikan (p>0,05).

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an infectious disease caused by dengue virus and the spread of Aedes sp. One of the factors that influence the incidence of dengue is the climate. Jakarta is a region vulnerable to climate change. Each year, dengue became one of top ten cases of the disease in Jakarta that could potentially Extraordinary Events. This study is an ecological study conducted to determine the relationship of climate with the incidence of dengue fever in Jakarta in 2008-2011.
The study stated the incidence of dengue fever are being linked with temperature (r=-0.279, p=0.000), humidity (r=0.301, p=0.000), rainfall (r=0.316, p = 0.000), and duration of solar radiation (r=-0.392, p=0.000), whereas the wind velocity relationship is not significant (p> 0.05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Purwoko Widodo
"Kota Mataram adalah salah satu daerah endemis penyakit DBD di Indonesia, karena sejak Tahun 2003 hingga Tahun 2012, selalu ditemukan kasus penyakit DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik, perilaku dan lingkungan rumah penduduk dengan kejadian DBD. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancangan kasus kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah penduduk Kota Mataram, sedangkan sampel penelitian adalah sebagian penduduk Kota Mataram yang berasal dari semua kecamatan yang ada di Kota Mataram. Kasus adalah penduduk Kota Mataram yang pernah dirawat di rumah sakit pada periode Januari?Maret 2012 dan didiagnosis menderita suspek DBD/DD/DBD. Kontrol adalah tetangga kasus yang tidak pernah diagnosis menderita suspek DBD/DD/DBD pada periode yang sama.
Penelitian ini menemukan, variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD di Kota Mataram pada Tahun 2012 adalah variabel pekerjaan (OR bekerja=2,04 ; 95%CI=1,032-4,015 ; OR bersekolah=3,80 ; 95%CI=1,281-11,302) dan penggunaan kassa nyamuk (OR=0,42 ; 95%CI=0,218-0,810). Bagi masyarakat, perlu peningkatan upaya perlindungan diri terhadap penularan penyakit DBD, terutama saat beraktifitas di luar rumah (saat bekerja/bersekolah), diantaranya dengan menggunakan pakaian yang dapat mencegah gigitan nyamuk dan penggunaan obat nyamuk oles (repellent). Bagi Dinas Kesehatan Kota Mataram, perlu intensifikasi pemeriksaan jentik dan PSN DBD di tempat-tempat umum, khususnya di sekolah-sekolah dan perkantoran bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektor terkait.

Mataram city is one of the endemic areas of dengue fever in Indonesia, because since the Year 2003 to 2012, is always found dengue fever cases. This study aims to determine the relationship between the characteristics, behavior and home environment of the population with the incidence of dengue. This study is an analytical study with case-control design. The population in this study were residents of the city of Mataram, while the study sample was part of the population Mataram from all districts in the city of Mataram. Case is a resident of the city of Mataram who had been treated in hospital in the period from January to March 2012 and was diagnosed with suspected DHF / DD / DHF. Control is a neighbor of cases that never diagnosed with suspected DHF / DD / DHF in the same period.
This study found that variables related to the incidence of dengue in the city of Mataram in the year 2012 is the variable of work (OR worker=2,04 ; 95%CI=1,032-4,015 ; OR student=3,80 ; 95%CI=1,281-11,302) and the use of mosquito net (OR=0,42 ; 95%CI=0,218-0,810). For society, need to increase efforts to protect themselves against dengue disease transmission, especially when activities outside the home (at work / school), such as by using clothing to prevent mosquito bites and use mosquito repellent ointment. For Mataram City Health Department, need to the intensification of larvae and eradication of DHF mosquito breeding places examination in public places, especially in schools and offices, to work with cross sector / program linked.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31924
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yasin
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegyptie diduga memiliki hubungan dengan kondisi iklim. Pada penelitian ini, dengan menggunakan desain studi ekologi, penulis ingin mengetahui hubungan antara variabilitas iklim dengan insiden DBD di Kota Bogor dalam kurun waktu 2004-2011.
Penelitian menggunakan data sekunder dimana data kasus DBD diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, sedangkan data iklim diperoleh dari Stasiun Klimatologi Klas 1 BMKG, Dramaga-Bogor. Variabel iklim yang digunakan adalah suhu, curah hujan, hari hujan, dan kecepatan angin. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dengan menggunakkan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji korelasi dan regresi linier.
Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara curah hujan dengan insiden DBD (nilai-p = 0,046; r = 0,204) serta adanya hubungan yang signifikan antara hari hujan dengan insiden DBD (nilai-p = 0,001; r = 0,362). Sedangkan untuk variabel suhu dan kecepatan angin tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan insiden DBD dengan nilaip berturut-turut sebesar 0,874 dan 0,519.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are caused by a virus and transmitted by Aedes aegyptie mosquitoes was suspected of having links with climatic conditions. In this study, using the ecological design studies, the authors wanted to determine the relationship between climate variability with the incidence of dengue in Bogor City in the period 2004 to 2011.
The study used secondary data which of dengue cases data obtained from the Bogor City Health Department, while the climate data obtained from the Climatological Station Class 1 BMKG, Dramaga - Bogor. Climate variables used were temperature, rain fall, rainy days, and wind velocity. The analysis used the univariate analysis by using frequency of distribution and the bivariate analyzes by using correlation and linear regression.
Based on the results of the study revealed that is a significant relationship between rainfall and dengue incidence (p-value = 0.046; r = 0.204) and significant relationship between the incidence of dengue rainy days (p-value = 0.001; r = 0.362). However there are no significant relationship between variable temperature and wind velocity with the dengue incidences, p-values respectively of 0.874 and 0.519.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Kadafi
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue. Kota Tanjungpinang merupakan daerah endemis DBD karena sejak tahun 2005 hingga 2015, selalu ada kasus DBD.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara keberadaan jentik dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD di Kota Tanjungpinang Propinsi Kepulauan Riau tahun 2015. Penelitian ini menggunakan studi analitik dengan rancangan studi kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini ini adalah penduduk kota Tanjungpinang. Hasil penelitian ini menemukan, hubungan antara Keberadaan Jentik dengan DBD adalah sebesar OR = 1,9 ; (95 % CI = 0,939 ? 3,955) dan hubungan antara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan DBD adalah sebesar OR = 0,9 ; (95 % CI = 0,478 ? 1,758) setelah dikontrol variabel kovariat.

Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) is an acute infectious disease caused by the dengue virus. Tanjungpinang a dengue endemic area because since 2005 until 2015 , there is always a case DBD.Tujuan this study was to determine the relationship between the existence of larva and mosquito nest eradication ( PSN ) with incidence of dengue in Tanjungpinang , Riau Islands Province in 2015. This research used studies analytical case control study . The population in this study are the city dwellers Tanjungpinang. Results of this study found that the relationship between the presence of the dengue larva amounted OR = 1.9 ; ( 95 % CI = 0.939 to 3.955 ) and the relationship between mosquito nest eradication ( PSN ) with DBD amounted OR = 0.9 ; ( 95 % CI = 0.478 to 1.758 ) after controlling for covariates variables."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julita Pangesti
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue, ditularkan oleh nyamuk dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. DBD disebabkan oleh berbagai faktor risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara spasial keterkaitan antara faktor-faktor risiko DBD yaitu kepadatan penduduk, ketinggian wilayah, indikator kepadatan vektor (HI, ABJ), cakupan PHBS (rumah tangga, TTU), dan pelayanan kesehatan (puskesmas) dengan kejadian DBD di tiap kelurahan Kota Depok pada tahun 2020-2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan spasial yang signifikan dengan pola sebaran kasus mengelompok yaitu pada variabel kasus DBD terhadap wilayah geografis tahun 2020 dan 2021, kepadatan penduduk terhadap kasus DBD tahun 2020 dan 2021, cakupan PHBS RT terhadap kasus DBD tahun 2020 dan 2021, cakupan PHBS TTU terhadap kasus DBD tahun 2021, dan variabel puskesmas terhadap kasus DBD tahun 2021.Sedangkan variabel pada tahun lainnya tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Hasil skoring prioritas wilayah dengan risiko paling tinggi terhadap kejadian DBD di Kota Depok yaitu kelurahan Pancoran Mas, Beji, dan Kemirimuka. Peningkatan pengendalian DBD yang berfokus pada kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB), penguatan komitmen stakeholder untuk monitoring dan evaluasi pengendalian DBD, serta penguatan program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), pelatihan kader DBD, dan pemantau jentik di lingkungan masyarakat dan tempat-tempat umum diharapkan dapat menjadi kunci keberhasilan pengendalian kejadian DBD di wilayah Kota Depok.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue virus, transmitted by mosquitoes and is still a major public health problem in Indonesia. DHF is caused by various risk factors. This study aims to spatially identify the relationship between DHF risk factors, that is population density, altitude, vector density indicators (house index, free larva index), clean and healthy live behavior or PHBS (households, public places), and health services (puskesmas) with DHF incidents in each urban village area of Depok City in 2020-2021. The results showed that there was a significant spatial relationship with the pattern of distribution of cases in clusters, that is the variable DHF cases for geographical areas in 2020 and 2021, population density for DHF cases in 2020 and 2021, PHBS households coverage for DHF cases in 2020 and 2021, PHBS public coverage for DHF cases in 2021, and puskesmas for DHF cases in 2021. Meanwhile, the variables in other years do not show a significant relationship. The results of the priority scoring areas with the highest risk of DHF incidents in Depok City are the Pancoran Mas, Beji, and Kemirimuka sub-districts. Increasing DHF control that focuses on community empowerment activities with the Mosquito Nest Eradication (PSN) movement and Periodic Larvae Monitoring (PJB) activities, strengthening stakeholder commitment to monitoring and evaluating DHF control, as well as strengthening the Movement of 1 House 1 Jumantik (G1R1J) program, DHF cadre training, and larva monitoring in the community and public places is expected to be the key to successful control of DHF incidents in the Depok City area.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>