Ditemukan 79141 dokumen yang sesuai dengan query
Farhana Rizka Aqila
"Penelitian ini membahas mengenai peran salah satu produk hiburan Korea Selatan berupa tayangan variety show, yakni “Running Man”, dalam menyebarkan budaya Korea melalui tayangannya, serta pengaruh tayangan tersebut terhadap wawasan penontonnya terkait budaya Korea. Guna meningkatkan kegemaran masyarakat mancanegara akan Korea, pemerintah Korea Selatan terus menggadang-gadang hallyu sebagai alat kebijakan diplomasi budaya mereka. “Running Man”, sebagai produk industri hiburan yang juga bagian dari hallyu, turut berperan menjadi kendaraan dalam diplomasi budaya Korea Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran tayangan variety show “Running Man” sebagai produk hiburan dalam menyebarkan budaya Korea dan juga kaitannya dengan diplomasi budaya Korea Selatan. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode kualitatif berupa studi pustaka dan pendekatan kuantitatif berupa penyebaran kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa “Running Man” berperan dalam penyebaran budaya Korea melalui permainan dan misi yang dijalankan, serta memengaruhi wawasan penontonnya terkait budaya Korea.
This study discusses the role of one of South Korea's entertainment products in the form of variety shows, namely “Running Man”, in spreading Korean culture through its shows, as well as the influence of these shows on the audience's insight regarding Korean culture. In order to increase the international community's fondness for Korea, the South Korean government continues to look to hallyu as a tool for their cultural diplomacy policy. “Running Man”, as a product of the entertainment industry that is also part of hallyu, also plays a role as a "vehicle" in South Korean cultural diplomacy. This study aims to explain the role of the variety show “Running Man” as an entertainment product in spreading Korean culture and also its relation to South Korean cultural diplomacy. To answer the research questions, the author uses a qualitative method in the form of a literature study and a quantitative approach in distributing questionnaires. The result shows that “Running Man” plays a role in spreading Korean culture through games and missions, and influences the audience's insight into Korean culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Johan Rio Pamungkas
"Proyek akhir ini membahas tentang pengaruh Undang-Undang Diplomasi Publik Korea Selatan ditinjau dari peran industrialisasi budayanya. Undang-Undang Diplomasi Publik mempunyai tujuan untuk meningkatkan citra negara Korea Selatan. Citra negara bagi Korea Selatan sangat penting untuk menguatkan posisi mereka sebagai negara dengan kekuatan menengah serta untuk mengurangi persepsi negatif akibat konflik dengan Korea Utara. Dengan menggunakan konsep diplomasi publik serta metode sejarah, penelitian ini menganalisis alasan Korea Selatan memerlukan Undang-Undang Diplomasi Publik kemudian pelaksanaan diplomasi publik setelah pengesahan undang-undang tersebut dan manfaat dari undang-undang itu terhadap peningkatan citra negara Korea Selatan yang ditinjau secara kritis dari peran industrialisasi budaya Korea Selatan. Industrialisasi budaya Korea Selatan mencakup musik, festival film dan pariwisata. Industrialisasi budaya ini kemudian dimanfaatkan oleh Korea Selatan dalam diplomasi publiknya yang sejalan dengan penerapan Undang-Undang Diplomasi Publik. Hasil dari penelitian kemudian, memperlihatkan benar-benar ada peningkatan citra negara Korea Selatan setelah adanya Undang-Undang Diplomasi Publik yang dipengaruhi oleh industrialisasi budaya Korea Selatan.
This final project discusses the influence of South Korea's Public Diplomacy Law in terms of its cultural industrialization role. The Public Diplomacy Law has the objective of enhancing the image of the country of South Korea. The country's image for South Korea is very important to strengthen their position as a middle power country and to reduce negative perceptions due to conflict with North Korea. By using the concept of public diplomacy and historical methods, this study analyzes the reasons South Korea needs a Public Diplomacy Law then the implementation of public diplomacy after the ratification of the law and the benefits of the law on improving the image of the country of South Korea which is critically reviewed from its role South Korean cultural industrialization. South Korea's cultural industrialization includes music, film festivals and tourism. This cultural industrialization is then used by South Korea in its public diplomacy which is in line with the implementation of the Public Diplomacy Law. The results of later research show that there is actually an increase in the image of the country of South Korea after the Public Diplomacy Act was influenced by the industrialization of South Korean culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Adina Dwirezanti
"Skripsi ini bertujuan untuk membahas mengenai keberadaan budaya popular dalam hal ini adalah Korean Wave sebagai bagian dalam diplomasi Publik Korea. Pembahasan mengenai topik ini dibatasi dalam periode 2005-2010, dimana tahun 2005 ini menjadi awal dari digunakannya Korean Wave sebagai bagian dalam aktivitas diplomasi publik Korea. Pembahasan mengenai diplomasi publik melalui Korean Wave ini dibagi dalam dua aktivitas Korea, yaitu dalam bidang pariwisata dan program pertukaran dengan negara-negara lain. Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan penjabaran secara deskriptif melalui penjabaran mengenai program-program yang dilaksanakan Korea dalam bidang pariwisata dan program pertukaran tersebut.
Melalui analisa data-data aktivitas diplomasi dan signifikansi aktivitas diplomasi tersebut, penulis mendapat beberapa temuan mengenai peran Korean Wave dalam diplomasi publik Korea, yaitu meningkatkan citra Korea, Menarik minat kedatangan masyarakat asing, mendorong kemajuan bidang-bidang lain dari Korea, dan mendorong terjalinnya kerjasama antara Korea dengan negara-negara lainnya. Beberapa peran tersebut dapat tercapai dikarenakan tiga faktor yang ditemukan penulis sangat dominan dalam Korean Wave, yaitu komitmen pemerintah, kepopuleran dari Korean Wave itu sendiri, dan faktor informasi.
This research aims to explain about the existence of popular culture, in this case is Korean Wave as part of Korean public diplomacy. The explanation of this topic is will be limited in 2005-2010, which in 2005 was the beginning of Korean Wave as part of public diplomacy of Korea. The explanation of this public diplomacy through the Korean Wave is divided in two activities, tourism and exchange program with other countries. This research used qualitative research metods with descriptive explanation about the public diplomacys program that implemented in the field of tourism and Korean Exchange program. Through analysis of the data on the activity of diplomacy and the significance of the diplomacy activity, the author concludes that?s there are some roles that played by the Korean Wave in Korean public diplomacy, such as improving image of Korea, Attracting the arrival of foreign people to come to Korea, encourage the progress of other parts of Korea, and encourage the cooperation between Korea and the other country. Some of these roles can be achieved due to the three aspect that the author was found, such as the government?s commitment, the popularity of the Korean Wave itself, and information about Korean Wave itself."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
"[Penelitian ini membahas peran penonton sebuah variety show Korea Selatan, Running Man, sebagai salah satu medium diplomasi publik dalam membangun engagement publik asing dengan negara terebut. Beranjak dari paradigma konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif, data penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam. Penelitian ini menggunakan berbagai konsep engagement dan diplomasi publik untuk memperlihatkan pola aktivitas yang dilakukan partisipan. Hasil penelitian menunjukkan variety show memiliki peran membangun engagement publik dengan negara asing melalui tampilan produk-produk kebudayaan seperti kuliner, bahasa dan tempat wisata yang ditayangkan. Engagement partisipan kepada Korea terlihat dari antusiasme terhadap produk-produk Korea Selatan, dan menganggap produk-produk Korea bermanfaat untuk diri partisipan., This research explain the audience of Running Man’s role as one of the medium for Korea’s public diplomacy to build engagement with public abroad. Used constructivism as paradigm with qualitative approach, the datas were collected by the in depth interview. Researcher apply various concepts in engagement and public diplomacy to recognize the patterns of participants activities. Researcher found that variety show program has a role in building public engagement through placement of the cultural products on the program such as culinary, language, and tourism spots. Therefore, participant engagement with Korea showed through antusiasm and thought that Korea’s products are beneficial.]"
[, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2016
S62035
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ismawati
"Skripsi ini membahas mengenai pelestarian warisan budaya dan sejarah melalui pariwisata dalam kasus Korean DMZ. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana upaya pelestarian budaya dan sejarah melalui pariwisata di Korean DMZ. Korean DMZ memiliki kekayaan budaya dan sejarah berupa berbagai peninggalan perang serta lingkungan alam yang asri dengan beragam flora dan fauna serta menjadi destinasi wisata yang populer di kalangan wisatawan mancanegara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pariwisata merupakan motivasi dan sumber dana untuk mengembangkan daerah wisata yang bertujuan untuk melestarikan budaya, sejarah, dan alam.
This thesis discusses the preservation of the cultural and historical heritage through tourism in case of the Korean DMZ. The method used is qualitative method with descriptive analytic approach. This study was conducted to determine how the cultural and historical preservation efforts through tourism in the Korean DMZ. Korean DMZ has a rich culture and history in the form of various war relics and beautiful natural environment with diverse flora and fauna as well as being a popular tourism destination among foreign tourists. These results indicate that tourism is the motivation and the resources to develop a tourist area that aims to preserve the culture, history, and nature."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Zahra Anindya Prameswari
"YouTube, sebagai media digital, dapat menjadi alat untuk mengonstruksi dan merepresentasikan identitas sosial. Dapat diakses oleh audiens dari seluruh dunia, YouTube juga membuat batasan antara dunia Barat dan Timur semakin semu, memberi jalan bagi orang-orang dari kedua budaya tersebut untuk berbagi pengaruh kepada audiens mereka. Dalam video YouTube mereka, Korean Englishman mengonstruksi dan merepresentasikan budaya Korea, dimana hal ini menunjukkan adanya narasi pasca-kolonial yaitu orang Barat bernarasi tentang orang Timur. Melalui Model Diskursif dari Pendekatan Konstruksionis dalam Teori Representasi oleh Stuart Hall serta perspektif pasca-kolonial dalam Teori Orientalisme, makalah ini menganalisis bahwa meskipun Korean Englishman bertujuan memperkenalkan budaya Korea kepada orang Inggris dan dunia, terdapat jejak-jejak pandangan Orientalisme dalam representasi mereka terhadap budaya Korea yang terlihat dalam 2 video yang akan dianalisis dalam makalah ini. Dalam mengidentifikasi tanda-tanda Orientalisme, analisis tekstual akan digunakan sebagai metode. Makalah ini menemukan bahwa perspektif Orientalisme seperti pembedaan, stereotip, dan eksotisisasi budaya Timur ditemukan dalam representasi budaya Korea oleh orang Inggris yang juga menyebabkan normalisasi perspektif Orientalisme yang dapat dilihat melalui penggunaan bahasa dan nada percakapan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pasca-kolonial masih terjadi di zaman digital, meskipun disampaikan melalui sarana yang berbeda dan cara yang lebih halus.
YouTube, as a digital medium, can be used as a tool to construct and represent social identities. Having the ability to reach a worldwide audience, YouTube also makes the barrier between the West and the East more subtle, paving the way for people embodying both cultures to share and create influence towards their audience. In their YouTube videos, Korean Englishman construct and represent Korean culture, which reflects a postcolonial narration of the West narrating the East. Through the Discursive Model of the Constructionist Approach of Representation by Stuart Hall and the postcolonial perspective of Orientalism, the paper attempts to analyze how although Korean Englishman aimed to capture and introduce Korean culture to British people and the world, there are traces of Orientalist views in their representation of Korean culture which are shown in 2 of their videos that are analyzed in this paper. In identifying the signs of Orientalism, the analysis will use textual analysis as a method. The article discovers that orientalist values such as otherness, stereotyping, and exoticization of the East are found in the representation of Korean culture by the British which perpetuates the normalization of orientalist views impacted by the language use and tone of the conversations. This reveals how postcolonial events are still prevalent in the digital era, although displayed in different mediums and delivered in a more indirect manner."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Seoul: God's Win, 2010
R KOR 495.72 YOK
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Neysa Prima Ridzkia
"Skripsi ini membahas tentang budaya teh serta upacara minum teh di Korea sebagai bagian dari kebudayaan Korea yang dilatarbelakangi oleh nilai-nilai ajaran Konfusianisme, Buddhisme, dan Taoisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai kebudayaan yang melatarbelakangi tradisi upacara minum teh di Korea dan penerapan nilai-nilai Darye dalam upacara minum teh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif berupa pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Hasil dari penelitian ini adalah budaya minum teh di Korea erat kaitannya dengan tiga ajaran atau kepercayaan di Korea yang ada pada masa lalu, yaitu Konfusianisme, Seon Buddhisme, dan Taoisme. Upacara minum teh merupakan warisan budaya Korea, sekaligus merupakan salah satu bagian terpenting dari sejarah. Kegiatan upacara minum teh masih tetap dilaksanakan hingga saat ini di Korea sebagai ritual penghormatan kepada leluhur yang dilaksanakan saat hari raya Seollal dan Chuseok.
This research discusses the tea culture and tea ceremony in Korea as part of Korean culture is based by the values of Confucianism, Buddhism, and Taoism. This research aimed to know to determine the values underlying cultural tradition tea ceremony in Korea and the application of the values Darye in the tea ceremony. The method used is descriptive method qualitative form of exposure or depiction in words clearly and in detail. The results of this study is the tea culture in Korea is closely related to three teachings or belief in Korea that is in the past, Confucianism, Seon Buddhism, and Taoism. Tea ceremony is the cultural heritage of Korea, it is also one of the most important part of history. Activity tea ceremony still performed to this day in Korea as a tribute to ancestral rituals performed during the holidays Seollal and Chuseok."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61152
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ameni Nazaretha
"Hallyu atau Gelombang Korea di Indonesia membuat masyarakat Indonesia memiliki hiburan baru dan juga membuat masyarakat Indonesia semakin terlibat di dalamnya. Salah satu bentuk keterlibatan yang terjadi adalah dalam Drama Korea, termasuk dalam alur cerita dan aktor yang memainkannya. Fenomena ini yang dimanfaatkan oleh pemasar dan pebisnis untuk meningkatkan engagement khalayak dengan brand yang mereka miliki, yakni melalui mengaitkan brand mereka dengan Drama Korea maupun aktor yang memainkannya. Everwhite, brand kecantikan asal Indonesia juga turut memanfaatkan momentum ini dengan menjadikan Kim Seon Ho, salah satu aktor Drama Korea yang sedang naik daun, sebagai brand ambassador. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis strategi branding dan marketing communication yang dilakukan Everwhite melalui penggunaan brand ambassador asal Korea Selatan yakni Kim Seon Ho. Dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, penulis menemukan bahwa Everwhite menggunakan brand ambassador Kim Seon Ho dalam strategi advertising, sales promotion, dan digital marketing. Everwhite memilih Kim Seon Ho untuk berperan dalam hal endorsement dan menjadi actor untuk mempromosikan Everwhite, mempertimbangkan karakteristik transference, congruence, kredibilitas, daya tarik dan power yang ia miliki.
Hallyu or Korean Wave in Indonesia makes Indonesian people have new entertainment and makes Indonesian people involved in it. One form of involvement occurs in Korean Drama, including in the storyline and the actors who play it. This phenomenon is what marketers and businesspeople use to increase audience engagement with their brands by linking them with Korean Dramas and actors who play them. Everwhite, a beauty brand from Indonesia, also took advantage of this momentum by making Kim Seon Ho, one of the rising Korean Drama actors, the brand ambassador. This paper aims to analyze Everwhite's branding and marketing communication strategy through a brand ambassador from South Korea, namely Kim Seon Ho. By using a qualitative descriptive analysis method, the authors found that Everwhite uses brand ambassador Kim Seon Ho in advertising, sales promotion, and digital marketing strategies. Everwhite chose Kim Seon Ho to play a role in the endorsement and actor role to promote Everwhite, considering the characteristics of transference, congruence, credibility, attractiveness, and power."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Farah Tsani Almasah
"Industri budaya populer Korea Selatan telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa jika dibandingkan pada awal perkembangannya di tahun 2000-an. Meskipun telah banyak penelitian yang memberikan wawasan mengenai hubungan antara budaya populer dan pariwisata, masih sedikit yang membahas mengenai bagaimana industri budaya populer Korea Selatan berperan dalam membentuk dan mengubah citra negaranya. Penelitian ini kemudian hadir untuk mengonfirmasi hubungan antara budaya populer Korea Selatan (Hallyu) dengan citra negara Korea Selatan dengan menggunakan musik (K-Pop), serial drama (K-Drama), dan film Korea Selatan sebagai objek penelitiannya. Survei diikuti oleh 280 responden usia sekolah menengah atas (perempuan = 66,1%) yang familiar dengan budaya populer Korea Selatan. Temuan menunjukkan bahwa Hallyu berpengaruh terhadap citra negara Korea Selatan. Akan tetapi, hasil dari uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa Hallyu bukanlah faktor pemengaruh satu-satunya dalam pembentukan citra negara Korea Selatan (R2 = 36,8%).
South Korea's popular culture industry has seen tremendous growth compared to its early development in the 2000s. While studies have provided many insight into the relationship between popular culture and tourism, little has been discussed about how South Korea's popular culture industry plays a role in shaping and changing its country's image. This research is then aimed to confirm the relationship between South Korean popular culture (Hallyu) and the country image of South Korea by using music (K-Pop), drama series (K-Drama), and South Korean films as the research objects. Valid survey responses were collected from 280 high school students respondents (female = 66,1%) who are familiar with South Korean popular culture. The findings showed that Hallyu has an effect on the country's image of South Korea. However, the coefficient of determination analysis test shows that Hallyu is not the only influencing factor that could contribute to South Korea's country image (R2 = 36,8%)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library