Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117533 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riri Vidola
"Asam risinoleat memiliki struktur yang unik karena memiliki beberapa gugus fungsi yang dapat dimodifikasi melalui esterifikasi, amidasi, epoksidasi, oksidasi, hidrasi, dan hidrogenasi. Modifikasi yang terjadi pada asam risinoleat menyebabkan asam lemak ini memiliki beberapa bioaktivitas seperti antiinflamasi, antioksidan, antitumor, antimikroba, dan lainnya. Pada penelitian ini, asam risinoleat diesterifikasi dengan metanol lalu metil risinoleat yang terbentuk diamidasi dengan senyawa amina. Amina yang digunakan ialah monoetanolamina dan dietanolamina. Metil risinoleat yang disintesis memiliki konfigurasi cis berdasarkan data karakterisasi NMR. Senyawa lipoamida yang disintesis dari metil risinoleat dengan monoetanolamina dan dietanolamina diidentifikasi dengan KLT dengan eluen n-heksana dan etil asetat 1:3 v/v dan memiliki nilai retention factor sebesar 0,18 dan 0,10 secara berturut-turut. Lipoamida yang terbentuk juga dikarakterisasi dengan FTIR dan NMR. Pada spektrum FTIR, lipoamida yang disintesis dari metil risinoleat dan monoetanolamina memiliki serapan O-H pada bilangan gelombang 3500-3120 cm-1, serapan N-H pada 3297 cm-1, serapan C=O amida pada 1644 cm-1, serta serapan C-N pada 1061 cm-1. Lipoamida yang disintesis dari metil risinoleat dan dietanolamina memiliki serapan O-H pada bilangan gelombang 3500-3040 cm-1, serapan C=O amida pada 1618 cm-1, dan serapan C-N pada 1054 cm-1. Pengujian antimikroba terhadap lipoamida yang disintesis menghasilkan zona bening untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, tetapi aktivitas antimikroba lipoamida tersebut tergolong lemah. Zona bening yang terbentuk pada S. aureus adalah 7,00 mm untuk kedua lipoamida, sedangkan pada E. coli sebesar 6,67 mm untuk kedua lipoamida.

Ricinoleic acid has a unique structure because it has several functional groups that can be modified through esterification, amidation, epoxidation, oxidation, hydration, and hydrogenation. Modifications in ricinoleic acid cause this fatty acid has several bioactivities such as anti-inflammatory, antioxidant, antitumor, antimicrobial, and others. In this study, ricinoleic acid was esterified with methanol, and then the ester formed was amidated with two kinds of amines compound, namely monoethanolamine and diethanolamine. The synthesized methyl ricinoleate had a cis configuration based on the NMR characterization spectrum. Lipoamides synthesized from methyl ricinoleate with monoethanolamine and diethanolamine were identified by TLC with n-hexane and ethyl acetate 1:3 v/v as eluent and had retention factor values of 0.18 and 0.10, respectively. The lipoamides were also characterized by FTIR and NMR. In the FTIR spectrum, lipoamide synthesized from methyl ricinoleate and monoethanolamine had O-H absorption in the range of 3500-3120 cm-1, N-H absorption at 3297 cm-1, C=O amide absorption at 1644 cm-1, and C-N absorption at 1061 cm-1. Lipoamide synthesized from methyl ricinoleate and diethanolamine had O-H absorption in the range of 3500-3040 cm-1, C=O amide absorption at 1618 cm-1, and C-N absorption at 1054 cm-1. The synthesized lipoamides produced inhibition zone for both Staphylococcus aureus and Escherichia coli, but the antimicrobial activity of these lipoamides was weak. The inhibition zone formed in S. aureus was 7,00 mm for both lipoamides, while in E. coli it was 6.67 mm for both lipoamides."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bertha Lolo Lukita
"Caesalpinia pulcherrima (L) Swartz. yang termasuk genus Caesalpinia banyak tumbuh di Indonesia sebagai tanaman hias, sedangkan di negara Mexico tanaman ini secara tradisonal digunakan untuk mengobati infeksi gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa aktif dari fraksi aktif antimikroba penyebab infeksi gigi dan mulut secara in vitro dari tanaman Caesalpinia pulcherrima (L) Swartz. Bahan tanaman (bunga, batang, buah dan daun) Caesalpinia pulcherrima masing-masing dimaserasi dengan etanol 70% dan 96%, rendeman dengan jumlah yang besar dihasilkan maserasi menggunakan etanol 70%. Ekstrak etanol dari masing-masing bagian dilakukan uji aktivitas antimikroba terhadap dua bakteri gram positif (Streptococcus mutans dan Enterococcus faecalis ), Gram negatif anaerob (Porphyromonas gingivalis), dan fungi (Candida albicans). Ekstrak yang memberikan zona hambat terhadap keempat mikroba uji dan memiliki rendemen yang besar adalah ekstrak bagian bunga. Ektrak etanol bagian bunga diekstraksi secara bertingkat dengan menggunakan tiga macam pelarut (n-heksan, etil asetat, dan metanol) sehingga diperoleh tiga ekstrak. Uji aktivitas antimikroba 3 ekstrak ini dilakukan terhadap keempat mikroba uji dengan metode difusi agar. Ekstrak yang memberikan zona hambat, dilakukan uji aktivitas antimikroba kembali dengan metoda difusi agar pada konsentrasi 20.000 ppm ektrak dalam DMSO. Ekstrak yang memberikan zona hambat pada konsentrasi 20.000 ppm dilakukan uji konsentrasi hambat minimum (KHM) menggunakan metode dilusi dan kemudian difraksinasi menggunakan kromatografi kolom. Fraksi-fraksi yang memberikan penghambatan terhadap Porphyromanas gingivalis dan Streptococcus mutans adalah fraksi D, E, F, G, J, dan L. Fraksi E memberikan penghambatan paling tinggi terhadap kedua mikroba uji, terhadap P.gingivalis 5000 ppm dan terhadap S.mutans 1250 ppm. Fraksi E kemudian dilakukan isolasi dengan menggunakan kromatografi kolom, HPLC prep, kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP), dan direkristalisasi. Pemurnian dilakukan pada fraksi E2. Hasil pemurnian fraksi diperoleh isolat E2-16. Isolat yang diperoleh diidentifikasi menggunakan FTIR, spektrofotometri UV-Vis, Spektrofotometer 1HNMR, CNMR, HMBC, dan LCMS (Liquid Chromatography Mass Spektrofotometry). Hasil identifikasi struktur senyawa dari isolat adalah metil galat. Metil galat memberikan aktivitas antimikroba terhadap Porphyromanas gingivalis pada konsentrasi 625 ppm dan Streptococcus mutans pada konsengtrasi 312,5 ppm lebih aktif dari fraksinya.

Caesalpinia pulcherrima (L) Swartz. which belongs to the genus Caesalpinia is widely grown in Indonesia as ornamentals, while in Mexico this plant used to treat the dental and oral infection. This study aims to isolate and identify of antimicrobial active compounds against that cause dental and oral infection by in vitro from Caesalpinia pulcherrima (L) Swartz. Each plant material (flowers, stems, fruits, and leaves) were macerated by 70 % ethanol and 96% ethanol, a large amount of yield produced by maceration using 70% ethanol. Antimicrobial test of each ethanol extracts was performed on two gram-positive bacteria (Streptococcus mutans and Enterococcus faecalis), gram-negative anaerobic bacteria (Porphyromonas gingivalis), and fungi (Candida albicans). Extracts of flower that provide inhibit zone of the four test microbes and have a large yield. Extracts of a flower were extracted successively by using three kinds of solvent (n-hexane, ethyl acetate, dan methanol) to obtain three extracts. Antimicrobial tests of 3 extracts were performed on four test microbes. Extracts that provide inhibit zone, retard zone test conducted using 20.000 ppm extract in DMSO by the diffusion method. Extracts that gave the drag zone at 20.000 ppm concentration were tested for minimum inhibitory concentrations (MIC) using the dilution method and then fractioned using column chromatography. The fractions that gave inhibition on Porphyromanas gingivalis and Streptococcus mutans are D, E, F, G, J, and L. The fraction E that gave inhibition on Porphyromanas gingivalis at 5000 ppm and Streptococcus mutans at 1250 ppm and then isolated using chromatography columns, preparative HPLC, preparative thin layer chromatography (P-TLC), and recrystallization. Further purification and isolation were carried out at fraction E2. the purification result of the fraction was obtained compound E2-16. The isolates obtained were identified using FTIR, UV-Vis spectrophotometry, 1HNMR spectrophotometry, CNMR spectrophotometry, HMBC, and LCMS (Liquid Chromatography-Mass spectrophotometry). The result of the structure of the compound is methyl gallate. The MIC of Metil Galat against Porphyromanas gingivalis was 625 ppm and Streptococcus mutans at 312 ppm, more active than a fraction."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T52492
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Irsyad Satrio Gunawan
"Kemampuan asam lemak sebagai antimikroba telah diteliti sejak lama dan diketahui senyawaan amida dari beberapa asam lemak memiliki aktivitas antiproliferatif pada sel kanker. Pada penelitian ini, dilakukan sintesis senyawa lipoamida dekanoat-etanolamina dan lipoamida palmitat-etanolamina melalui reaksi amidasi langsung dengan mereaksikan masing-masing starting material-nya dengan etanolamina, p-xilena dan gel silika. Produk dilakukan uji bioaktivitas antimikroba dan sitotoksik antikanker dari lipoamida dekanoat-etanolamina dan lipoamida palmitat-etanolamina. Lipoamida selanjutnya diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT), dimurnikan dengan kromatografi kolom, diuji titik leleh dan dikarakterisasi menggunakan FT-IR (Fourier transform-infrared), dan 1H-NMR (nuclear magnetic resonance). Rendemen reaksi lipoamida dekanoat-etanolamina sebesar 59% dan lipoamida palmitat-etanolamina sebesar 9%. Selanjutnya, struktur produk sudah terkonfirmasi dari hasil karakterisasi dengan FTIR dan 1H-NMR. Pengaruh panjang rantai alkil dari kedua senyawa memiliki peran yang berbeda dari kedua aplikasi uji yang telah dilakukan. Lipoamida dekanoat-etanolamina menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada uji antimikroba sedangkan lipoamida palmitat-etanolamina pada uji antikanker sifat sitotoksiknya lebih tinggi dibanding lipoamida dekanoat-etanolamina. Hasil pengujian bioaktivitas antimikroba menunjukkan bahwa lipoamida dekanoat-etanolamina (1000 ppm) lebih aktif dalam respon pembentukan zona hambat yang terbentuk terhadap bakteri E. coli dan S. aureus sebesar 7,70 dan 6,55 ppm. Uji toksisitas antikanker terhadap sel HeLa menggunakan reagen MTT menghasilkan nilai IC50 dari produk lipoamida dekanoat-etanolamina dan lipoamida palmitat-etanolamina secara berturut sekitar (63.60 µM) dan (44,15 µM).

The ability of fatty acids as antimicrobials has been studied for a long time. It is known that the amide compounds of several fatty acids have antiproliferative activity in cancer cells. In this research, the synthesis of lipoamide decanoic-ethanolamine and lipoamide palmitic-ethanolamine was carried out through direct amidation reaction by reacting each starting material with ethanolamine, p-xylene, and silica gel. The product was tested for antimicrobial and cytotoxic anticancer bioactivity of decanoic-ethanolamine lipoamide and palmitic-ethanolamine lipoamide. Lipoamide was then identified by thin layer chromatography (TLC), purified by column chromatography, tested for melting point, and characterized using FT-IR (Fourier transform-infrared), and 1H-NMR (nuclear magnetic resonance). The yield of lipoamide decanoate-ethanolamine was 59% and lipoamide palmitic-ethanolamine was 9%. Furthermore, the product structure has been confirmed from the results of characterization with FTIR and 1H-NMR. The influence of the alkyl chain length of the two compounds has a different role from the two test applications that have been carried out. Lipoamide decanoate-ethanolamine showed higher results in the antimicrobial test while lipoamide palmitic-ethanolamine in the anticancer test had higher cytotoxic properties than lipoamide decanoate-ethanolamine. The results of the antimicrobial bioactivity test showed that decanoic-ethanolamine lipoamide (1000 ppm) was more active in response to the formation of inhibition zones formed against E. coli and S. aureus bacteria of 7.70 and 6.55 ppm. The anticancer toxicity test on HeLa cells using the MTT reagent yielded IC50 values of the decanoic-ethanolamine lipoamide and palmitic-ethanolamine lipoamide products respectively around (63.60 µM) and (44.15 µM)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Siti Silfi Ambarwati
"ABSTRAK
Tanaman Garcinia latissima Miq. yang tumbuh di Pulau Seram Maluku dan Papua dan dibudidayakan di Kebun Raya Bogor kemungkinan mempunyai potensi sebagai antimikroba. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan isolat senyawa aktif dari fraksi aktif sebagai antibakteri atau antifungi dan mendapatkan struktur senyawa aktif dari tanaman G. latissima Miq. Bahan tanaman kulit buah, kulit batang, dan daun Garcinia latissima Miq. masing-masing dimaserasi secara bertingkat dengan menggunakan tiga macam pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol sehingga diperoleh sembilan ekstrak. Uji antimikroba 9 ekstrak ini dilakukan terhadap dua bakteri gram positif Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis , dua bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli dan dua jamur Candida albicans dan Trichophyton mentagrophytes dengan menggunakan uji zona hambat. Ekstrak yang memberikan zona hambat, dilakukan uji zona hambat kembali dengan menggunakan 2 ekstrak dalam DMSO. Ekstrak yang memberikan zona hambat pada konsentrasi 2 dilakukan uji konsentrasi hambat minimal KHM menggunakan metode dilusi dan kemudian difraksinasi menggunakan kromatografi kolom. Fraksi-fraksi yang diperoleh diuji zona hambat dan penetapan nilai KHM secara mikrodilusi. Fraksi yang memberikan penghambatan terhadap bakteri kemudian diuji secara bioautografi sehingga dapat diketahui ada tidaknya komponen dari fraksi yang dapat memberikan zona hambat. Fraksi yang mempunyai KHM 2.500 ppm atau kurang dan yang mempunyai bobot fraksi yang memungkinkan kemudian dilakukan isolasi dengan menggunakan kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis preparatif KLTP , dan rekristalisasi. Isolat yang diperoleh diidentifikasi menggunakan spektrometri UV-Vis, FTIR, LCMS Liquid Chromatography Mass Spectrofotometry , spektrometri 1HNMR, 13CNMR, HMQC, dan HMBC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat kulit buah dan ekstrak etil asetat kulit batang pada konsentrasi 2 memberikan zona hambat terhadap B. subtilis dan P. aeruginosa. Ekstrak metanol kulit buah 2 dan ekstrak metanol kulit batang 2 memberikan zona hambat terhadap B. subtilis dan S. aureus. Ekstrak metanol kulit buah 2 juga memberikan zona hambat terhadap P. aeruginosa. Ekstrak etil asetat daun dan ekstrak metanol daun pada konsentrasi 2 memberikan zona hambat terhadap B. subtilis. Dari hasil isolasi fraksi yang mempunyai KHM le; 2.500 ppm diperoleh empat senyawa yang baru pertama kali diisolasi dari G. latissima yaitu 6-deoksijakareubin dari fraksi C ekstrak etil asetat kulit buah G. latissima Miq. , senyawa friedilin dari fraksi A ekstrak etil asetat daun , senyawa robustaflavon dari fraksi D ekstrak etil asetat daun , dan senyawa amentoflavon dari fraksi B dan fraksi C ekstrak metanol daun . Hasil uji KHM 6-deoksijakareubin terhadap B. subtilis 156,25 ppm lebih aktif dari fraksi C ekstrak etil asetat kulit buah 1.250 ppm.

ABSTRACT
Garcinia latissima Miq. which grows on the island of Seram Maluku and Papua and cultivated in the Bogor Botanical Gardens may have potential as an antimicrobial. The purpose of this study was to obtain isolates of active compounds from the active fractions as antibacterial or antifungal and to obtain the structure of the active compound of the G. latissima Miq plant. Each plant material fruits, stembark, and leaves were macerated succesively by using n-hexane, ethyl acetate, and methanol subsequently obtaining 9 extracts. Antimicrobial tests of 9 extracts were performed on two Gram-positive bacteria Staphylococcus aureus and Bacillus subtilis , two Gram-negative bacteria Pseudomonas aeruginosa and Escherichia coli and two fungi Candida albicans and Trichophyton mentagrophytes using inhibitory zone tests. Extracts that provide inhibition zone, retard zone test conducted using 2 extract in DMSO. Extracts that gave the inhibition zone at 2 concentration were tested for minimum inhibitory concentrations MIC using the dilution method and then fractionated using column chromatography. The fractions were tested inhibit zone and stipulation of MIC values ?? ??by microdilution. Fractions that gave inhibition to the bacteria were then tested by performing bioautography assay to determine which component of the fraction that able to inhibit bacteria growth. A fraction having MIC of 2500 ppm or less and having a feasible fractional weight is then isolated by column chromatography, preparative thin layer chromatography Prep-TLC , and recrystallization. The isolates obtained were identified using UV-Vis spectrophotometry, FTIR, LCMS Liquid Chromatography Mass Spectrophotometry , 1H-NMR spectrophotometry, 13C-NMR, HMQC, and HMBC. The results showed that the fruits ethyl acetate extract and the stembark ethyl acetate extract at 2 concentration gave inhibition zone against B. subtilis and P. aeruginosa. The fruits methanol extract 2 and stembark methanol extract 2 gave inhibition zone against B. subtilis and S. aureus. The fruits methanol extract 2 also provided inhibitory zone against P. aeruginosa. The leaves ethyl acetate extract and the leaves methanol extract at 2 concentration gave inhibition zone against B. subtilis. The isolation result from fractions having MIC le; 2,500 ppm obtained four compounds which were first isolated from G. latissima, 6-deoxijacareubin from fraction C of fruit ethyl acetate extract , friedelin from fraction A of leaves ethyl acetate extract , robustaflavone from fraction D of leaves ethyl acetate extract , and amentoflavone from fraction B and fraction C of leaves methanolic extract . The MIC of 6-deoxijacareubin against B. subtilis was 156.25 ppm more active than fraction C of fruits ethyl acetate extract of 1250 ppm ."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
D2467
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhian Chitra Ayu Fitria Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh variasi medium
pertumbuhan terhadap pembentukan miselium aerial dan aktivitas antimikroba delapan
isolat rare Actinobacteria termofilik dari tanah di sekitar geiser Cisolok, Jawa Barat.
Pengujian pertumbuhan, pembentukan miselium aerial, dan aktivitas antimikroba
dilakukan dengan menumbuhkan isolat pada medium ISP 1 agar, ISP 1 gellan gum, ISP
2 agar, ISP 2 gellan gum, ISP 3 agar, ISP 3 gellan gum, Bennett’s agar, Bennett’s gellan
gum, Minimal (Mm) 3 agar, Mm 3 gellan gum, 2% agar, dan 2% gellan gum. Isolat
kemudian diinkubasi pada suhu 45 °C selama 7 dan 14 hari. Konfirmasi suhu
pertumbuhan menunjukkan 2 isolat dapat tumbuh hingga suhu 45 °C dan 6 isolat dapat
tumbuh hingga 50 °C. Hasil pengujian variasi medium pertumbuhan menunjukkan semua
isolat rare Actinobacteria dapat menghasilkan miselium substrat pada semua medium.
Hasil pengamatan setelah inkubasi selama 7 hari pada suhu inkubasi 45 °C menunjukkan
isolat-isolat tersebut dapat menghasilkan miselium aerial pada medium ISP 1 agar (2
isolat), Mm 3 agar (3 isolat), 2% agar (5 isolat), dan 2% gellan gum (5 isolat). Hasil
pengamatan setelah inkubasi selama 14 hari menunjukkan isolat-isolat tersebut dapat
menghasilkan miselium aerial pada medium ISP 1 gellan gum (2 isolat), ISP 2 agar (1
isolat), ISP 2 gellan gum (3 isolat), ISP 3 agar dan gellan gum (2 isolat), Mm 3 agar 3
isolat, dan Mm 3 gellan gum (3 isolat). Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan
isolat SL3-2-R-11 yang ditumbuhkan pada medium ISP 3 gellan gum dan SL3-1-R-7
yang ditumbuhkan pada Bennett’s agar selama 7 hari dapat menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus. Hasil pengujian aktivitas antikhamir menunjukkan isolat SL3-2-
R-11 yang ditumbuhkan pada medium ISP 3 gellan gum dan SL3-1-R-7 pada medium
Bennett’s agar selama 14 hari dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Hasil
pengujian aktivitas antifungi menunjukkan tidak ada isolat yang dapat menghambat
pertumbuhan Aspergillus flavus.

This study aims to obtain information about the effect of growth medium variations on
the formation of aerial mycelium and antimicrobial activity of eight thermophilic rare
Actinobacteria isolates from the soil around Cisolok geyser, West Java. The ability to
grow at various media, aerial mycelium formation, and antimicrobial activity were carried
out by growing isolates on medium ISP 1 agar, ISP 1 gellan gum, ISP 2 agar, ISP 2 gellan
gum, ISP 3 agar, ISP 3 gellan gum, Bennett’s agar, Bennett’s gellan gum, Minimum (Mm)
3 agar, Mm 3 gellan gum, 2% agar, and 2% gellan gum. The isolates were then incubated
at 45 oC for 7 and 14 days. Growth test at various temperatures showed that two isolates
could grow at a temperature of 45 oC and six isolates could grow up to 50 oC. The results
of the growth medium variation test showed that all rare Actinobacteria isolates could
produce substrate mycelium in all mediums. Observations after incubation for 7 days at
45 °C showed that these isolates could produce aerial mycelium on ISP 1 agar medium
(2 isolates), Mm 3 agar (3 isolates), 2% agar (5 isolates), and 2% gellan gum (5 isolates).
Observations after incubation for 14 days showed that these isolates could produce aerial
mycelium on the medium ISP 1 gellan gum (2 isolates), ISP 2 agar (1 isolate), ISP 2
gellan gum (3 isolates), ISP 3 agar and gellan gum (2 isolates), Mm 3 agar 3 isolates, and
Mm 3 gellan gum (3 isolates). The results of antibacterial activity test showed that isolates
SL3-2-R-11 grown on ISP 3 gellan gum and SL3-1-R-7 grown on Bennett’s agar for 7
days could inhibit the growth of Staphylococcus aureus. The antifungal activity test of
isolates SL3-2-R-11 grown on ISP 3 gellan gum medium and SL3-1-R-7 on Bennett’s
agar for 14 days showed inhibition towards Candida albicans. Meanwhile, all isolates did
not show antifungal activity against Aspergillus flavus"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Wati Zahroh
"Empat belas isolat actinomycetes berhasil diisolasi dari tanah di sekitar kawasan geothermal Cisolok, Jawa Barat. Keseluruhan isolat actinomycetes dilakukan pengujian pertumbuhan pada berbagai suhu dan medium pertumbuhan untuk mengetahui pertumbuhan optimum. Hasil pengujian diperoleh bahwa empat belas isolate mampu tumbuh pada suhu 25, 30, 35, 40 dan 45 °C yang diinkubasi pada ISP 1 agar selama 7 hari, namun pertumbuhan optimal mencapai batas suhu tertinggi terjadi pada suhu 45 °C dibandingkan pada suhu 50 dan 55 °C. Pada suhu 50 °C diketahui 10 dari 14 isolat mampu tumbuh dan 14 isolat tidak mampu tumbuh apada suhu 55 °C. Uji pertumbuhan pada berbagai medium diperoleh bahwa empat belas isolat mampu tumbuh pada 6 jenis medium pertumbuhan (ISP 1 agar, ISP 2 agar, ISP 3 agar, Modiffied Bennet’s agar, Mm 1 agar, dan Mm2 agar) yang di inkubasi pada suhu 45 °C selama 7 dan 14 hari, namun tumbuh optimal pada medium ISP 1 agar dan ISP 3 agar. Penelitian ini juga bertujuan untuk diperoleh isolat actinomycetes termofilik yang potensial sebagai penghasil senyawa antimikroba dan amilase berdasarkan pendekatan OSMAC yaitu variasi medium dan suhu inkubasi. Penapisan aktivitas antimikroba dilakukan pada isolat yang ditumbuhkan di 6 jenis medium pertumbuhan yang diinkubasi pada suhu 45 °C selama 7 dan 14 hari menggunakan metode agar plug diffusion. Hasil penapisan aktivitas antimikroba diperoleh bahwa 8 dari 14 isolat menunjukkan hasil positif terhadap aktivitas antimikroba yaitu SL1-1-R-1, SL1-1-R-3, SL1-1-R-6, SL1-1-R-10, SL2-2-R-6, SL2-2-R-13, SL3-2-R-38 A2 dan SL3-2-R-38 A3. Aktivitas antibakteri terhadap S. aureus ditemukan pada tiga isolat (SL1-1-R-1, SL2-2-R-6, dan SL3-2-R-38 A3), B. subtilis pada dua isolat (SL3-2-R-38 A2 dan SL3-2-R-38 A3), dan K. rhizophila ditemukan pada tiga isolat (SL1-1-R-1, SL2-2-R-13, dan SL3-2-R-38 A3). Aktivitas antifungi terhadap C. albicans ditemukan pada empat isolat (S SL1-1-R-3, SL1-1-R-6, SL1-1-R10, dan SL2-2-R-6), A. niger pada empat isolat (SL1-1-R-1, SL1-1-R-3, SL1-1-R-6, dan SL2-2- R-6,) dan A. flavus pada satu isolat (SL2-2-R-6). Penapisan aktivitas amilolitik dilakukan dengan metode starch agar plate pada medium Mm + 1 % pati terlarut yang diinkubasi pada tiga suhu berbeda yaitu 45, 50 dan 55 °C selama 3 dan 7 hari. Hasil penapisan aktivitas amilolitik diperoleh bahwa 14 isolat positif terhadap aktivitas amilolitik. Sebanyak 14 isolat mampu mendegradasi pati pada suhu 45 °C (11 isolat mulai mendegradasi pati di hari ke-3 sedangkan 14 isolat mendegradasi pati pada hari ke-7), dua belas isolat mampu mendegradasi pati pada suhu 50 °C (9 isolat mendegradasi pati mulai dari hari ke-3 hingga hari ke-7 dan tiga isolat lainnya hanya pada hari ke-7).

Fourteen of actinomycetes isolates were successfully isolated from the soil around the Cisolok geothermal area, West Java. All actinomycetes isolates were tested for growth at various temperatures and growth mediums to determine optimum growth. The results obtained the 14 isolates were able to grow at temperatures of 25, 30, 35, 40, and 45 °C were incubated at ISP 1 agar for 7 days, but optimal growth reached the highest temperature limit at 45 °C compared to 50 and 55 °C. At 50°C, it was found that 10 out of 14 isolates were able to grow and 14 not able to growth at 55 °C. Growth tests on various media showed that fourteen isolates were able to grow on six types of growth medium (ISP 1 agar, ISP 2 agar, ISP 3 agar, Modified Bennet's agar, Mm 1 agar, and Mm2 agar) were incubated at 45 °C for 7 and 14 days, but grew optimally on ISP 1 agar and ISP 3 agar. This study also aims to obtain thermophilic actinomycetes isolates that have the potential to produce antimicrobial compounds and amylase based on the OSMAC approach (variation of medium and temperatures). The screening for antimicrobial activity was carried out on isolates grown in 6 types of growth medium which were incubated at 45 °C for 7 and 14 days using the agar plug diffusion methods. The results showed that 8 out of 14 isolates showed positive results for antimicrobial activity, namely SL1-1-R-1, SL1-1-R-3, SL1-1-R-6, SL1-1-R-10, SL2 -2-R-6, SL2-2-R-13, SL3-2-R-38 A2, and SL3-2-R-38 A3. Antibacterial activity against S. aureus was found in three isolates (SL1-1-R-1, SL2-2-R-6, and SL3-2-R-38 A3), B. subtilis in two isolates (SL3-2-R -38 A2 and SL3-2-R-38 A3), and K. rhizophila were found in three isolates (SL1-1-R-1, SL2-2-R-13, and SL3-2-R-38 A3). Antifungal activity against C. albicans was found in four isolates (S SL1-1-R-3, SL1-1-R-6, SL1-1-R-10, and SL2- 2-R-6), A. niger in four isolates (SL1-1-R-1, SL1-1-R-3, SL1-1-R-6, and SL2-2-R-6,) and A. flavus on one isolate (SL2-2-R-6). Screening for amylolytic activity using starch agar plate methods was carried out on Mm medium + 1% soluble starch and was incubated at three different temperatures; 45, 50, and 55 °C for 3 and 7 days. The results showed that 14 isolates were positive for amylolytic activity. A total of 14 isolates were able to degrade starch at 45 °C (11 isolates began to degrade starch on day 3 , while 14 isolates degraded starch on day 7), twelve isolates were able to degrade starch at 50 °C (9 isolates degraded starch from day 3 to day 7, and three other isolate only on day 7).

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiah Septiana
"COVID-19 merupakan penyakit pernapasan yang telah menjadi pandemi sejak 2020. Terapi yang digunakan untuk menangani COVID-19 antara lain adalah antibiotik dan antivirus yang keduanya termasuk ke dalam kelompok antimikroba. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat beberapa kesalahan dalam penggunaan antimikroba selama masa pandemi COVID-19. Pengetahuan dan persepsi dinilai sebagai faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan antimikroba selama pandemi COVID-19. Sebelumnya belum ada penelitian di Indonesia yang menganalisis hubungan antara pengetahuan dan persepsi terhadap perilaku penggunaan antimikroba untuk COVID-19 dengan menggunakan metode Health Belief Model. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tersebut. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Subjek peneitian ini adalah pengguna antimikroba untuk COVID-19 yang berdomisili di Jabodetabek, berusia minimal 18 tahun, dan tidak memiliki latar belakang pendidikan kesehatan. Sampel yang digunakan sebanyak 191 sampel menggunakan kuesioner yang telah disusun. Berdasarkan hasil, diperoleh 70,2% responden telah memiliki pengetahuan yang baik, 59,2% responden memiliki perilaku yang baik, dan mayoritas responden memiliki tingkat persepsi ancaman yang tinggi yakni sebanyak 56,5%. Hasil menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara pengetahuan dengan perilaku (p = <0,001; r = 0,647) dan korelasi yang sedang antara persepsi hambatan dan perilaku (p = <0,001; r = -0,349). Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat korelasi yang signifikan secara statistik antara variabel pengetahuan dan persepsi hambatan terhadap perilaku penggunaan antimikroba untuk COVID-19.

COVID-19 is a respiratory disease that has been a pandemic since 2020. Therapies used to treat COVID-19 include antibiotics and antivirals, both of which belong to the antimicrobial group. Previous research has shown some errors in use of antimicrobials during the COVID-19 pandemic. Knowledge and perception assessed as factors that can influence the use of antimicrobials during the COVID-19 pandemic. Previously, there were no studies in Indonesia that analyzing the relationship between knowledge and perception of antimicrobial use attitude for COVID-19 using the Health Belief Model method. Therefore, this study was conducted to find out the relation between them. This study used a Cross-Sectional research design with purposive sampling techniques. The subject of this study is an antimicrobial for COVID-19 user who is domicile in Jabodetabek, is at least 18 years old, and does not have a health education background. The sample used was 191 samples using a questionnaire. Based on the results, 70.2% of respondents had good knowledge, 59.2% of respondents had good attitude, and the majority of respondents had a high level of threat perception, which is 56.5%. The results show that there is a strong correlation between knowledge and attitude (p = <0.001; r = 0.647) and a moderate correlation between the perception of obstacles and attitude (p = <0.001; r = -0.349. Based on these results, there are statistically significant differences between the variables of knowledge and perception of barriers to the attitude of antimicrobial use for COVID-19."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Rut Juliany
"Penyakit akibat infeksi merupakan penyebab tertinggi kedua kematian di dunia. Untuk mengatasi infeksi bakteri diperlukan antibiotik, namun pada kenyataannya saat ini resistensi terhadap antibiotik menjadi masalah yang serius. Skrining aktivitas antimikroba ekstrak metanol kulit batang Garcinia latissma telah dilakukan pada penelitian sebelumnya dan memberikan efek hambat terhadap pertumbuhan Bacillus subtilis. Penelitan ini bertujuan untuk menguji fraksi-fraksi dari ekstrak metanol kulit batang Garcinia latissima yang menunjukkan aktivitas antimikroba paling aktif terhadap Bacillus subtilis. Uji difusi zona hambat menggunakan kertas disk dilakukan dan diikuti oleh mikrodilusi konsentrasi hambat minimum (KHM), serta uji bioautografi dengan metode kontak. Hasil yang diperoleh menunjukkan fraksi-fraksi ekstrak metanol kulit batang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis. Uji zona hambat dan uji KHM menunjukkan bahwa fraksi yang paling potensial adalah fraksi semipolar dengan diameter zona hambat yang paling lebar adalah 0,78 dan nilai KHM yang paling rendah adalah 2500 ppm. Pada uji bioautografi fraksi-fraksi ekstrak metanol kulit batang, hasil pengamatan menunjukkan bahwa bercak yang menghasilkan zona hambat paling jelas ditunjukkan oleh fraksi E dengan Rf = 0,58 dan 0,60; fraksi F dengan Rf = 0,50; 0,51 dan 0,61; fraksi G dengan Rf = 0,60 dan fraksi H dengan Rf = 0,50. Adapun fraksi yang paling potensial dari seluruh fraksi adalah fraksi G.

Infectious diseases are the second largest death causes in the world. Antibiotic is crucial in treating infectious diseases. However, the resistances of bacteria towards existing antibiotics requires more study in finding alternative drugs which potentially work as antibiotics. Antimicrobial activity screening of stem bark methanol extract of Garcinia latissima had been carried out previously and showed growth inhibition effect against Bacillus subtilis. This study aimed to examine the fractions of stem bark methanol extract of Garcinia latissima which showed the most active antimicrobial activity against Bacillus subtilis. The inhibitory zone diffusion assay using paper disk was conducted and followed by microdilution minimum inhibitory concentration (MIC), as well as bioautography test with contact method. In this study, the fractions of stem bark methanol extract exhibited antibacterial activity against Bacillus subtilis. The inhibitory zone test and MIC test showed the most potential fraction is semipolar fraction, with widest inhibitory zone was 0,78 cm and lowest MIC value was 2500 ppm. The result of bioautography test of the fractions showed that the best inhibitory activity was shown by fraction E, Rf value = 0,58 and 0,60; followed by fraction F, Rf value = 0,50; 0,51; and 0,61 and fraction G, Rf value = 0,60 and also fraction H, Rf value = 0,50. The most potential fraction of all tested fractions was fraction G."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Rosalyn S.
"Lengkuas merah (Alpinia purpurata K Schum) merupakan salah satu
contoh tanaman yang mempunyai efek dalam pengobatan secara tradisional.
Parutan rimpang lengkuas merah sering digunakan sebagai obat penyakit
kulit, terutama yang disebabkan oleh jamur, seperti: panu, kurap, eksim,
jerawat, koreng, bisul, dan lain - lain. Penelitian ini bertujuan untuk
mengekstrak bahan aktif dari lengkuas yang memberikan aktivitas
antimikroba dan melihat perbedaan aktivitas antimikroba dari masing-masing
fraksinya. Ekstrak kental diperoleh dengan merendam serbuk lengkuas
merah dengan pelarut organik, sedangkan minyak atsiri diperoleh dengan
cara destilasi uap. Hasil ekstraksi n-heksana, etil asetat dan metanol dari
lengkuas merah diperoleh masing - masing: 7,9 g ( 7,9% '): 9 g ( 9% )
dan 17,3 g (17,3% i). sedangkan minyak atsiri diperoleh 4,5 g (0,6%).
Masing - masing terhadap ekstrak kental dan minyak atsiri dilakukan uji
aktivitas antimikroba menggunakan Candida albicans dengan metode kertas
cakram. Minyak atsiri lengkuas merah' rnenunjukkan aktivitas antimikroba,
sedangkan ketiga ekstrak lengkuas merah, hanya fraksi metanol yang
mempunyai aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans. Dari hasil
Kromatografi Lapis Tipis silika gel terhadap ekstrak metanol diperoleh empat
spot. Senyawa aktif yang bersifat antimikroba pada ekstrak metanol
kemungkinan merupakan hasil sinergi dari keempat komponen yang terlihat
pada KLT."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Chiko
"Asam risinoleat dalam bentuk ester diketahui dapat dimanfaatkan sebagai emulsifier dan antimikroba. Pada penelitian ini, dilakukan sintesis ester asam risinoleat teroksidasi. Proses oksidasi dilakukan dengan oksidator KMnO4 encer dalam suasana basa dan menghasilkan penurunan bilangan iod untuk asam risinoleat komersial dari 7,34 mg/g menjadi 4,63 mg/g. Esterifikasi dilakukan pada asam risinoleat teroksidasi dengan pereaksi gliserol dan etilen glikol serta katalis ZnCl2 dengan rasio molar 3:1, diperoleh persen konversi ester gliserol dan ester etilen glikol sebesar 87,6% dan 82%. Karakterisasi dengan KLT menunjukkan spot pemisahan produk ester dengan nilai Rf pada rentang 0,18-0,87. Karakterisasi dengan FT-IR menunjukkan terdapatnya gugus fungsi OH, C=O dan C-O ester. Produk ester yang diperoleh dapat berperan sebagai emulsifier setelah pengamatan selama 24 jam dengan tipe emulsi air dalam minyak (w/o). Selain itu, dilakukan pula analisis mengenai potensi antimikroba pada produk ester asam risinoleat teroksidasi terhadap bakteri Gram positif Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis menggunakan metode dilusi.

Ricinoleic acid in the form of an ester is known to be used as an emulsifier and antimicrobial. In this research, the synthesis of oxidized ricinoleic acid ester was carried out. The oxidation process was carried out with a thin oxidizer KMnO4 in an alkaline solution and resulted in depression of iodine number for commercial ricinoleic acid from 7.34 mg/g to 4.63 mg/g. Esterification was carried out on oxidized ricinoleic acid with glycerol and ethylene glycol as well as ZnCl2 catalyst with a molar ratio of  3: 1, the percent conversion of glycerol and ethylene glycol esters was 87.6% and 82%. Characterization with TLC showed the spot separation of the ester product with Rf value in the range 0.18-0.87. Characterization with FT-IR shows the functional groups OH, C=O, and C-O esters. The obtained ester product can be an emulsifier after 24 hours of observation with a water-in-oil (w/o) type emulsion. Besides, an analysis of the antimicrobial potential of ricinoleic acid esters was oxidized against Gram-positive bacteria Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis using the dilution method.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>