Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116949 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faiz Amer Abdat
"Salah satu masalah yang menggaris bawahi ketidakstabilan dan rendahnya kinerja UKM adalah kurangnya literasi keuangan yang mengarah pada pengambilan keputusan yang salah. Informasi keuangan diperlukan untuk pemahaman yang lebih baik dalam menghitung laba operasi, pengendalian biaya, dan manajemen arus kas. Pengelolaan dan pencatatan keuangan yang baik dapat meminimalkan kerugian, membantu merumuskan strategi penetapan harga yang baik, mendorong efisiensi biaya yang lebih terukur, dan menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang. Salah satu UKM di industri jasa laundry telah sampai pada kondisi di mana kurangnya informasi keuangan mengakibatkan penetapan harga dan penentuan biaya tenaga kerja yang tidak tepat. Pelaksanaan business coaching dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan survei kepada pemilik, karyawan, dan pelanggan UKM. Sistem keuangan dan aplikasi anggaran dibuat untuk pemilik usaha guna menyiapkan rencana keuangan serta menyusun strategi keputusan operasional baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan lebih baik

One of the problems that underlines the instability and low performance of SMEs is the lack of financial literacy which leads to wrong decision making. Financial information is required to better understanding when calculating operating profits, cost control, and cash flow management. Good financial management and records can minimize losses, assist in formulating a good pricing strategy, encourage more measurable cost efficiency, and maintain long-term business continuity. One SMEs in the laundry services industry has come to a term where the lack of financial information has resulted in the improper calculation of pricing and labour cost. The Business Coaching is conduct using a descriptive qualitative approach. Data were collected through in-depth interviews and surveys to the owners, employees, and customers of the SMEs. The Financial system and budgeting tools were created which allow the owner to better calculating the financial plan as well as to line up the strategy of its short-term and long-term operational decision."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Aziz
"Literasi keuangan merupakan suatu kemampuan seseorang dalam mengetahui aspek-aspek dalam bidang keuangan termasuk dengan mengelola keuangan dan investasi yang dapat dilakukan. Kemampuan yang dimiliki individu terhadap keuangan dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam mengelola keuangan mereka dan dapat mempengaruhi mereka dari terhindarnya bias yang bisa terjadi terhadap pengambilan keputusan mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh dari financial literacy dan behavioral biases terhadap portfolio diversification yang dilakukan oleh investor pasar saham. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey menggunakan purposive sampling. Jumlah responden pada penelitian ini yaitu terdapat 189 orang yang didapat melalalui kuesioner online. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa behavioral biases memiliki pengaruh signifikan terhadap portfolio diversification dengan pengaruh signifikan terbesar terdapat pada familiarity biases sedangkan untuk financial literacy tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap portfolio diversification. Untuk variabel kontrol yaitu sosio demografis dan ukuran portofolio memiliki pengaruh yang signifikan lebih besar saat dimasukan dalam uji kepada portfolio diversification investor pasar saham di Bursa Efek Indonesia. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengumpulkan data responden secara proporsional sesuai kategori yang diuji seperti jenis kelamin

Financial literacy is the ability that a person has in knowing aspects in the financial sector including managing finances and investing that can be done. The abilities that individuals have towards finances can influence their behavior in managing their finances and can influence them from avoiding the bias that can occur in their decision making. The purpose of this study is to analyze the effect of financial literacy and behavioral biases on the portfolio diversification of stock market investors. This study uses a quantitative approach with a survey method using purposive sampling. The number of respondents in this study was 189 people who were obtained through online questionnaires. The results of this study indicate that behavioral biases have a significant influence on portfolio diversification with the greatest significant effect on familiarity biases, while financial literacy does not have a significant effect on portfolio diversification. For control variables, socio-demographics and portfolio size have a significantly greater effect when included in the test on the portfolio diversification of stock market investors on the Indonesia Stock Exchange. For further research, it's expected that can collect data respondents proportionally according to the categories tested such as gender"
Depok: Fakultas Ilmu Adminstrasi Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Suryadi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman instruktur literasi informasi
perpustakaan Universitas Indonesia (UI) terhadap program literasi keuangan di
perpustakaan. Penelitian ini juga mengidentifikasi strategi yang dapat dijalankan
perpustakaan UI untuk meningkatkan literasi keuangan penggunanya. Penelitian
ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Pengumpulan
data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Analisis hasil wawancara
terhadap informan menunjukkan bahwa informan secara keseluruhan telah
memahami dengan baik konsep literasi informasi. Sebagian besar informan
memahami bahwa perpustakaan UI perlu turut berperan serta dalam membangun
civitas academica atau pengguna perpustakaan yang memiliki kemampuan melek
keuangan (financial literate). Perpustakaan UI berpotensi untuk berperan sebagai
penyedia akses informasi yang berkaitan dengan keuangan untuk membantu
penggunanya memiliki kemampuan literasi keuangan. Strategi yang dapat
dilakukan perpustakaan UI untuk mendukung program literasi keuangan ini
diantaranya membangun kerjasama dengan lembaga bidang keuangan, meminta
bantuan pakar subjek (subject specialist) bidang keuangan dan dapat juga dengan
membuat percontohan program pelatihan literasi keuangan pada lingkup yang
lebih kecil di tingkat fakultas untuk diadopsi pada tingkat universitas

ABSTRACT
This research aims to know the understanding of information literacy instructor of
University of Indonesia (UI) library about financial literacy programs in libraries.
This study also identifies strategies that could be undertaken to improve financial
literacy of UI Library users. The study was conducted using a qualitative approach
and case study methods. Data collection is done by observation and interviews.
Analysis of the results of the interviews indicated that the informants have
understood the concept of information literacy very well. The majority of
informants understand that UI Library need to contribute in establishing financial
literacy program to develop financial literacy skills of UI civitas academica and
UI Library users. UI Library has the potential to become information access
provider of information sources related to the financial issues, to help its users to
have the capability of financial literacy. The strategy can be done by UI Library to
support this financial literacy program is by building cooperation with financial
institutions, asking the assistance of subject specialist, and may also by making
financial literacy training program on the small scale that can be adopted at
faculty or university level."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arthur, Chris
"[Utilizing concepts from Marx, Foucault, Bourdieu and Baudrillard this book challenges those who claim that ‘there is no alternative’ to neoliberal insecurity and reduce education to a consumerist training of entrepreneurial consumer-citizens who can continually invest in themselves and the market. Through an analysis of consumer fi nancial literacy education’s present and historical supports, as well as its likely effects, this book argues that the choice before us is not fi nancial illiteracy or fi nancial literacy. Rather, the choice is between subjugation to the requirements of perpetual competition or overcoming alienation, insecurity and exploitation, aims the critical fi nancial literacy education outlined at the end of this book supports. ;Utilizing concepts from Marx, Foucault, Bourdieu and Baudrillard this book challenges those who claim that ‘there is no alternative’ to neoliberal insecurity and reduce education to a consumerist training of entrepreneurial consumer-citizens who can continually invest in themselves and the market. Through an analysis of consumer fi nancial literacy education’s present and historical supports, as well as its likely effects, this book argues that the choice before us is not fi nancial illiteracy or fi nancial literacy. Rather, the choice is between subjugation to the requirements of perpetual competition or overcoming alienation, insecurity and exploitation, aims the critical fi nancial literacy education outlined at the end of this book supports. , Utilizing concepts from Marx, Foucault, Bourdieu and Baudrillard this book challenges those who claim that ‘there is no alternative’ to neoliberal insecurity and reduce education to a consumerist training of entrepreneurial consumer-citizens who can continually invest in themselves and the market. Through an analysis of consumer fi nancial literacy education’s present and historical supports, as well as its likely effects, this book argues that the choice before us is not fi nancial illiteracy or fi nancial literacy. Rather, the choice is between subjugation to the requirements of perpetual competition or overcoming alienation, insecurity and exploitation, aims the critical fi nancial literacy education outlined at the end of this book supports. ]"
Rotterdam: [Sense, ], 2012
e20399544
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Utari Kumalaningtyas
"Peningkatan literasi kesehatan mental dapat membantu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi tanda dan gejala dari penyakit dan kesejahteraan mental serta penanganannya, termasuk pengobatan dan metode pencegahan yang mudah dijangkau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran literasi kesehatan mental mahasiswa sarjana Universitas Indonesia ditinjau dari atribut-atribut literasi kesehatan mental oleh Jorm (1997). Sebanyak 744 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Sumber data primer adalah data hasil penyebaran kuesioner online. Penelitian dilakukan di lingkungan Universitas Indonesia pada bulan Oktober-Desember 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 78,6% responden memiliki tingkat literasi kesehatan mental yang baik, 20,8% responden memiliki tingkat literasi kesehatan mental sedang, dan 0,5% responden memiliki tingkat literasi kesehatan mental rendah. Atribut yang menunjukkan responden dengan skor yang baik adalah atribut mengenai kemampuan untuk mengenali gangguan kesehatan mental secara spesifik dengan 93,3% dari jawaban responden adalah jawaban benar. Sebagian responden masih memberikan jawaban yang kurang positif/optimis pada kesediaan untuk beraktivitas atau berkeluarga dengan pengidap gangguan mental serta pada kesediaan untuk menemui tenaga ahli kesehatan apabila mereka mengidap gangguan kesehatan mental.. Mengurangi stigma dan mengelola pandangan yang optimis dan positif pada gangguan kesehatan mental dan pengidapnya adalah salah satu kunci yang dapat membantu dan mendorong proses pencarian bantuan dan penanganan yang sesuai.

Improving mental health literacy will help advancing one’s ability to identify signs and symptoms of ailments in mental health and wellbeing, including the available treatment and affordable prevention methods. This research aims to assess the health literacy of undergraduate students in University of Indonesia based upon the attributes of mental health literacy cited from Jorm (1997). A total of 744 respondents participated in this research. Primary data is taken by distributing online questionnaires. The data is analyzed in univariate manner. Eesearch took place in University of Indonesia on October-December 2022. Result shows 78,6% of the respondents are showing good mental health literacy, 20,8% show moderate mental health literacy, and 0,5% show inadequate mental health literacy. Attribute showing most respondents with good scores is the ability to recognize specific disorders, with 93,3% of respondents answers are correct. Most respondents submitted less than positive/optimistic answers on the willingness to work and have family with person suffering from mental health disorder and willingness to seek help immediately instead of keeping the mental disorder to themselves. Reducing stigma and maintaining positive and optimistic view on mental health disorder and its patients will help and encourage the process of help seeking and appropriate treatment.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zeinia Maulida
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas proses berbagi informasi antar pustakawan hukum pada Asosisasi Pekerja Informasi Hukum Indonesia APIHI berdasarkan motivasi yang mereka miliki, media yang digunakan, jenis informasi yang dibagikan dan alur dalam berbagi informasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana berbagi informasi antar pustakawan hukum, di satu sisi mereka harus berbagi dan di sisi lain pengguna pengacara tempat bekerja mereka bersaing. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang yang terdiri dari anggota dan pengurus asosiasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa berbagi informasi telah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh pustakawan guna membantu pekerjaan mereka dalam memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Namun, proses berbagi terkadang berjalan hanya satu arah dimana informasi hanya disediakan oleh satu anggota dan informasi yang ditanyakan tidak mendapat tanggapan dari anggota lain.

ABSTRACT
This study discusses the process of information sharing among the law librarians of the Association of Indonesia rsquo s Information Law Workers, based on their motivation, media usage, type and flow of information sharing. The purpose of this research is to find out how the law librarians share information among themselves, where they have to share but at the same time their users lawyers compete to each other. This research using a qualitative approach with a case study methode. Six informants were selected using snowball sampling technique. The results showed that information sharing has become a routine activity performed by librarians to assist themselves fulfilling the users information needs. However, the process of sharing information is not always two way, there are times when someone shares information gets responses from other members but the sharing process sometimes runs only one way in which the information is only provided by one member and the information requested does not receive any response from other members."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sopacua, PI Jaclyn
"Sejak tahun 2004, Perpustakaan UI mulai mencanangkan program information skills bagi sivitas akademika UI dan tahun 2005 Perpustakaan UI berhasil membuat modul untuk pelatihan information skills. Tujuan utama pembuatan modul information skills tersebut adalah memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada pengguna perpustakaan untuk dapat mengidentifikasi, mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pustakawan mengenai program information skills dan kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan program tersebut di UI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif karena metode ini lebih tepat untuk menggali persepsi informan mengenai topik yang dibahas. Peneliti mewawancarai 13 pustakawan dari 13 fakultas di lingkungan UI (10 orang kepala pustakawan dan 3 orang pustakawan rujukan). Model operasional menggunakan model SCONUL. Model ini berfungsi untuk mengarahkan peneliti dalam mengajukan pertanyaan dan menganalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para informan sangat memahami pentingnya program information skills di perguruan tinggi untuk mendukung visi universitas menghasilkan lulusan berkualitas dan menjadi pembelajar seumur hidup.
Tanggapan informan terhadap program information skills mencakup hal-hal berikut :
1) Program information skills adalah bagian dari information literacy
2) Program information skills adalah bagian dari pendidikan pengguna yang dirancang secara sistematis dan lebih mendalam.
3) Information skills mencakup kemampuan mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi secara tepat dan efektif.
4) Information skills bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan pengguna dalam
mengelola informasi dan mencegah pengguna melakukan tindakan plagiat.
5) IS membutuhkan pengetahuan mengenai perpustakaan (basic library skills) dan
ketrampilan teknologi (IT skills).
6) Modul information skills UI cukup lengkap dan mencakup semua materi dalam
information skills, namun belum spesifik sesuai kebutuhan semua fakultas.
7) Program information skills merupakan tanggung jawab pustakawan sebagai penyedia
informasi dan sebagai partner staf pengajar dalam penyelenggaraan proses
pembelajaran di perguruan tinggi.
8) Pustakawan yang mengajarkan information skills harus memiliki kemampuan soft skills, hard skill dan memiliki latar belakang pendidikan perpustakaan atau menguasai berbagai macam sumber-sumber informasi serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.
9) Pustakawan harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang baik mengenai perkembangan ilmu, khususnya subjek ilmu di fakultasnya masing-masing.
10) Pustakawan berperan sebagai fasilitator atau intermediary (perantara) bagi pengguna.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa program information skills di UI belum berjalan sebagaimana diharapkan oleh Perpustakaan UI. Para informan mengakui bahwa banyak kendala yang dihadapi di lapangan yang membutuhkan tindakan lebih serius dari lembaga. Adapun kendala-kendala yang dihadapi adalah:
1) Keterbatasan SDM yang mampu mengajarkan IS kepada pengguna. Pustakawan di lingkungan UI tidak semuanya dapat diandalkan mengajarkan keahlian informasi
kepada pengguna.
2) Kebijakan yang tidak mendukung dari pimpinan dan staf pengajar.
3) Fasilitas yang tidak memadai (komputer, akses Internet),
Melihat kendala-kendala diatas, Perpustakaan UI perlu melibatkan dosen dan mahasiswa untuk menjalankan program information skills. Hal ini dapat ditempuh dengan memasukkan program information skill dalam kurikulum pendidikan dan bekerja sama dengan organisasi-organisasi kemahasiswaan, seperti BEM atau Senat Mahasiswa. Perpustakaan UI juga harus dapat memastikan bahwa sarana dan fasilitas yang ada di tiap fakultas memadai untuk membuka kelas information skills. Supaya kegiatan dapat dilakukan, perlu pendekatan resmi kepada pimpinan fakultas karena hal ini menyangkut fasilitas kegiatan akademik.Langkah konkrit yang dapat dilakukan adalah promosi terus menerus terhadap sivitas akademika UI dan mengorganisir pelaksanaan program tersebut secara terpadu.

In 2004, the library of the University of Indonesia decided to introduce training in information skills to the academic community. In 2005, the UI Library UI prepared a module for training in information skills. This module aims especially at giving library users the knowledge and skills to identify, access, evaluate and use information effectively. This research is based on a survey of UI librarians concerning their perceptions about the training program and the constraints faced in applying it at UI. The research method is qualitative because this method is more appropriate for probing perceptions in regard to the topic. The researcher interviewed .13 Librarians from 13 faculties at UI (10 Library directors and 3 reference librarians). The SCONUL model was used to guide the researcher in raising question and conducting analysis.
Results show that all informants have a good understanding of the importance of the program on information skills in support of the vision of a high-quality university graduate who becomes a lifetime learner. Responses included the following:
1. The program of information skills is part of information literacy.
2. A program information skill is a kind of consumer education designed in a systematic and thorough way.
3. Information skills include the ability to access, evaluate and use information precisely and effectively.
4. Information skills aim to increase consumer skills in managing information and avoiding plagiarism.
5. IS requires a knowledge of basic library skills and information technology skills.
6. The UI information skills program is comprehensive enough and includes all the relevant materials in information skills, but has not yet been adapted to the needs of each faculty.
7. The program in information skills is a responsibility of librarians, who serve as resources of information and as partners of teaching staff in managing the study process in college.
8. Librarians who teach users need to have soft skills, hard skills and a background in library science, together with good communications skills.
9. Librarians need to have a good knowledge of scientific development, especially in regard to one's own faculty.
10. Librarians need to function as facilitators or intermediaries for users.
Survey results indicate that the UI program in information skills has not yet been implemented as expected by the UI Library department. As a group, the informants mentioned many constraints requiring more serious action from the [which?] institute. These include:
1. Limited skills on the part of librarians. Not all of them have the mastery needed to teach information skills to users
2. Policies that are not effectively supported by leaders and teaching staff
3. Inadequate facilities (computers, Internet access).
Considering these constraints, the UI Library department needs to involve students and teachers in the program for developing information skills. This could be accomplished by introducing an IS program in the regular curriculum, and collaborating with student organizations, including the BEM and Student Senate. The Library Department also needs to ensure that equipment and facilities are provided in every faculty to support classes in information skills. In order that this support be obtained, a formal approach to faculty leaders is needed. On this basis, the IS program can be promoted to the entire academic community and implemented in an integrated way."
2006
T17236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Anisa Amidha
"Banyak tenaga pendidik PAUD yang menyadari pentingnya kemampuan guru dalam meningkatkan pengetahuan tentang anak yang terlambat berbicara di kelas, khususnya pada bidang literasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Program Intervensi Fonetrik dapat meningkatkan kemampuan para guru PAUD dalam memfasilitasi literasi anak prasekolah dengan speech sound difficulties (SSD). Penelitian ini diikuti oleh 15 orang guru PAUD yang memiliki peserta didik dengan speech sound difficulties. Penelitian selama empat sesi ini mengukur dua ranah, yakni kognitif dan psikomotor. Pengambilan data kognitif dilakukan sebelum dan sesudah program intervensi (one-group pretest-posttest design) melalui instrumen LAP-SSD 1. Kemudian, data psikomotor diukur melalui instrumen LAP-SSD 2 pada sesi microteaching (one-group posttest design). Analisa statistik menggunakan Wilcoxon Signed-Rank Test serta asesmen pendukung berupa data deskriptif menunjukkan adanya perubahan skor secara signifikan baik pada ranah kognitif maupun psikomotor. Dengan demikian, Program Intervensi Fonetrik berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan guru dalam memfasilitasi literasi anak prasekolah dengan speech sound difficulties. Limitasi serta rekomendasi akan dituliskan dalam penelitian ini.

Many PAUD teachers are aware of the importance of teaching skills in increasing the knowledge of children with speech sound difficulties in class, especially in the area of literacy. The purpose of this study is to determine whether the Fonetrik Intervention Program can increase the ability of PAUD teachers regarding literacy of preschoolers with speech sound difficulties (SSD). There were 15 PAUD teachers who have students with speech sound difficulties that participated in this study. The two domains that were measured in this four-session study were cognitive and psychomotor. A one-group pretest-posttest research design to test the cognitive domain and a one-group posttest design to test the psychomotor domain. The LAP-SSD 1 instrument was used to gather cognitive data before and after the intervention program. Then, the LAP-SSD 2 instrument was used to collect psychomotor data throughout the microteaching session. Statistical analysis using the Wilcoxon Signed-Rank Test and supporting assessments in the form of descriptive data showed a significant change in scores both in the cognitive and psychomotor domains. As a result, the Fonetrik Intervention Program has a positive impact in enhancing teachers' ability to facilitate literacy of preschoolers with speech sound difficulties. This study will include limitations and recommendations."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Azhar
"Information literacy adalah serangkaian kemampuan seseorang dalam menyatakan kebutuhan informasi sendiri dengan mencari, menyeleksi, mengevaluasi, menggunakan, dan menyampaikan kepada orang lain. Jika seseorang sudah memiliki serangkaian kemampuan tersebut maka ia dapat dikatakan melek inforrnasi (information literate). Information literacy merupakan kemampuan yang dapat digunakan sepanjang hayat, karena kemampuan tersebut dapat mendidik pemakai dalam memanfaatkan sumber informasi dan cara memperoleh pengetahuan. Mengingat pentingnya memiliki kemampuan information literacy maka ilmu ini sudah selayaknya diajarkan dan mulai diterapkan dalam dunia pendidikan yang dimulai dari tingkat sekolah. Karena kemampuan information literacy penting diterapkan pada siswa tingkat sekolah, maka sekolah perlu mencantumkan program infcrmnation literacy sebagai salah satu program wajib yang mendukung dalam kurikulum sekolah. Oleh karena itu penelitian ini ingin membahas mengenai pengaruh program information literacy siswa Sekolah Internasionai Stella Maris dalam penulisan esai. Alasan pemilihan Sekolah Internasional Stella Maris sebagai tempat penelitian dikarenakan sekolah tersebut sudah mencantumkan program information literacy ke dalam kurikulum dan melaksanakannya sebagai mata pelajaran wajib. Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif berbentuk studi kasus dengan pendekatan kualitatif Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada informan dan melakukan studi literatur sebagai bahan acuan untuk teori pendukung. Hasil dari data tersebut disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa program information literacy yang dilaksanakan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar dan sangat membantu siswa dalam menulis tugas esai di sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari masing-masing pemahaman siswa dalam menerapkan kemampuan information literacy pada setiap esai yang dibuat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15480
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Galuh Saraswati
"Perkembangan teknologi memengaruhi sektor jasa keuangan. Berdasarkan Survei Literasi Keuangan Nasional yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan pada Tahun 2019, jumlah inklusi keuangan masyarakat di Indonesia khususnya pada sektor pasar modal tidak diikuti oleh kenaikan literasi keuangan. Pertumbuhan investor pasar modal membutuhkan alternatif yang terjangkau dan mudah diakses salah satunya salah satunya adalah robo-advisor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari transaksi penyerahan robo-advisor. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pungumpulan data wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengenaan PPN atas robo-advisor dapat beragam dari objeknya hingga mekanisme pemungutannya tergantung dari model bisnis robo-advisor dalam penyerahannya. Lebih lanjut, penyerahan robo-advisor sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.03/2022 sebagai penyerahan jasa, namun setelah dianalisis lebih lanjut berdasarkan proses bisnisnya menunjukkan bahwa robo-advisor dapat dikenakan PPN sebagai penyerahan Jasa Kena Pajak maupun Barang Kena Pajak Tidak Berwujud. Selain itu, perbandingan kebijakan atas pengenaan pajak atas konsumsi robo-advisor antara Indonesia dengan Amerika Serikat dapat dilihat persamaan karakterisasi objek robo-advisor berdasarkan proses bisnisnya.

The development of ICT affects every aspect and sector of life including financial service. According to National Survei on Finansial Literacy by OJK, the financial inclusion growth in Indonesia is not followed by finansial literacy especially in capital market sector. The investors needs assistance to achieve their personal investement goals using robo-advisor as a helpful tools. This study analyzes the Value Added Tax (VAT) policy on robo-advisors supplies based on their transcation schemes and business models. This research condecuted using qualitative approach. Data used in this research collected through in-depth interview and literature study. The analysis carried out by breaking down each business model occurs on the supplies of robo-advisors and analyzed according Indonesia VAT regulation, then compared to consumption tax treatment on robo-advisor in the United States. The result of this study shows that VAT levied on robo-advisor can vary from the object and the administrative mechanism depends on the business model used when supplies occurred. Furthermore, even under current regulation namely Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.03/2022 robo-advisor’s VAT levied as supply of service, but after being analyzed using related theory and regulations upon its business model, it shows that robo-advisor’s supplies are consisted of supplies of service and intangible good. This research also shows that the comparation between the policy in Indonesia and United States has the similarity in criteria in determining robo-advisor as consumption tax object

"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>