Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198844 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochammad Faried Karesya
"Tingginya dampak fisiologis akibat tekanan panas telah terjadi pada pekerja Proyek Jabodebek LRT Depo Jatimulya salah satunya adalah gangguan pada fungsi organ tertentu dalam tubuh (heat related illness) dimana pekerja mengeluhkan cuaca panas jika di siang hari yang menyebabkan 7 (tujuh) pekerja diantaranya pusing dan 3 (tiga) pekerja lainnya mengeluhkan cepat haus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tekanan panas dan keluhan subjektif pada pekerja proyek LRT Jabodebek Depo Jatimulya, baik outdoor (area lintasan) maupun indoor (OCC Building) sebanyak 185 responden. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional dan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan selama periode Agustus-Desember 2021. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden bekerja dengan nilai WBGT lebih dari NAB (67,0%) dan mengalami keluhan subyektif berat (73,5%). Dimana variabel temperatur udara (p-value = 0,000), kelembaban udara (p-value = 0,000), beban kerja (p-value = 0,001), pakaian kerja (p-value = 0,001), dan indeks tekanan panas (pvalue = 0,000), memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan subyektif. Sedangkan kecepatan aliran udara (p-value = 0,240) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan subyektif. Didukung dengan hasil pemodelan akhir, bahwa variabel indeks tekanan panas merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan keluhan subyektif (OR 4,191). Diharapkan kedepannya perusahaan melakukan pengendalian teknik, pengendalian administratif, dan pengendalian personal, untuk meminimalisir risiko kejadian keluhan subyektif kepada para pekerja

Heat stress has had a large physiological impact on workers in Jabodebek Depo Jatimulya Light Rail Transit (LRT) Construction Project, one of which is a disruption in the function of certain organs in the body, where workers complain of hot weather during the day, which leads 7 (seven) workers had dizziness and 3 (three) other workers complain of thirst.The purpose of this study is to examine the association between workers' subjective complaints due to heat exposure among 185 workers, both outdoors and indoors. This study is quantitative research using a cross-sectional study design, primary and secondary data gathered between August and December 2021.The results showed that the majority of respondents worked with WBGT values of more than threshold values (67.0%) and experienced severe subjective complaints (73.5%). The air temperature (p-value = 0,000), air humidity (p-value = 0,000), workload (p-value = 0.001), workwear (p-value = 0.001), and heat pressure index (p-value = 0,000) have a significant relationship with subjective complaints, while the velocity of air flow (p-value = 0.240) does not. It is supported by the results of the final modeling that the heat pressure index variable is the most dominant factor related to subjective complaints (OR 4,191).It is hoped that in the future, the corporation will implement technical, administrative, and personal controls to reduce the likelihood of subjective complaints from employees."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Fitria Ilriyanti
"Pekerja konstruksi merupakan profesi dengan tingkat risiko yang tinggi, seringkali dijumpai pekerja mengalami kejadian stres akibat pekerjaan. Faktor yang berkontribusi pada kejadian stres kerja ini yaitu faktor bahaya fisik dan faktor psikososial, namun tidak menutup kemungkinan pengaruh dari karakteristik individu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tekanan panas dan faktor psikososial di tempat kerja dengan tingkat stres kerja pada pekerja konstruksi proyek pembangunan Depo LRT Jabodebek, Jatimulya, Bekasi Timur tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Faktor-faktor yang diteliti diantaranya yaitu faktor bahaya fisik berupa tekanan panas, faktor psikososial meliputi konten pekerjaan (beban kerja, jadwal kerja, dan desain tugas) dan konteks pekerjaan (peran dalam organisasi, hubungan interpersonal, dan kepuasan kerja), serta karakteristik individu yang dihubungkan dengan tingkat stres kerja. Sebanyak 185 pekerja konstruksi berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 155 pekerja konstruksi (83,8%) mengalami tingkat stres sedang dan 145 pekerja (78,4%) mengalami kejadian tekanan panas. Ditemukan hubungan yang signifikan antara faktor jadwal kerja, beban kerja, desain tugas, peran dalam organisasi, hubungan interpersonal, dan status pernikahan dengan tingkat stres kerja. Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap pajanan panas dan faktor psikososial yang terdapat pada proyek pembangunan Depo LRT Jabodebek supaya dapat meminimalisir terjadinya stres pada pekerja.

Construction workers are professions with a high level of risk since it is often found that workers experience work-related stress. Factors which contribute to the occurrence of work stress are physical hazard factors and psychosocial factors, but it does not rule out the influence of individual characteristics. The aim of this study is that to analyze the relationship between heat stress and psychosocial factors in the workplace to work stress levels on construction workers at the Jabodebek LRT Depot development project, Jatimulya, East Bekasi in 2021. Furthermore, this study was a quantitative study with a cross-sectional study design. The factors studied including physical hazard factors in the form of heat stress, psychosocial factors including work content (workload, work schedule, and task design) and work context (role in the organization, interpersonal relationships, and job satisfaction), as well as individual characteristics associated with work stress levels. A total of 185 construction workers participated in this study. The result shows that 155 construction workers (83.8%) experience moderate stress levels and 145 workers (78.4%) experience heat stress events. Moreover, there is a significant relationship between work schedule, workload, task design, role in the organization, interpersonal relationships, and marital status with work stress levels. In addition, based on the result it is necessary to control the heat exposure and psychosocial factors in the Jabodebek LRT Depot development project to minimize stress on workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Suci Rahmawati
"Pembangunan infrastruktur dan kegiatan konstruksi menjadi salah satu cara bagi pemerintah Indonesia untuk membangun perekonomian nasional. Namun disisi lain proses kerja kegiatan konstruksi memiliki bahaya dan risiko, salah satunya bahaya fisik yang menjadi bahaya paling tinggi salah satunya adalah unsafe condition seperti lingkungan kerja panas yang merupakan kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan udara, dan suhu radiasi. Apabila kombinasi tersebut dihubungkan dengan produksi panas tubuh maka akan menyebabkan tekanan panas (heat stress). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan tekanan panas (heat stress), dan faktor individu (usia, indeks massa tubuh, riwayat keturunan hipertensi, dan status hidrasi) dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini dilakukan pada Agustus-Desember 2021 pada pekerja konstruksi proyek Depo Light Rail Transit (LRT) Jabodebek Jatimulya, Jawa Barat. Pendekatan menggunakan kuantitatif observasional deskriptif analitik dengan studi cross sectional dan melibatkan 185 responden yang diambil menggunakan cluster proporsional random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 67% pekerja mengalami tekanan panas, 69,7% berusia < tahun, 76,8% memiliki IMT tidak berlebih, 73% tidak memiliki riwayat keturunan hipertensi, 91,9% mengalami dehidrasi tidak berat. Berdasarkan hasil analisis, variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi adalah variabel tekanan panas (heat stress), usia, dan riwayat keturunan hipertensi (P value= 0,05).

Infrastructure development and construction activities are one way for the Indonesian government to develop the national economy. On the other hand, the process of construction activities has dangers and risks, that physical hazard that is the highest, one of which is unsafe conditions such as a hot work environment which is a combination of air temperature, humidity, air velocity, and radiation temperature. If this combination is associated with the production of body heat, it will cause heat stress. This study aims to determine the description and relationship of heat stress (heat stress) and individual factors (age, body mass index, history of hereditary, and hydration status) with the incidence of hypertension. This research was conducted in August-December 2021 on construction workers of the Depo Light Rail Transit (LRT) project in Jabodebek Jatimulya, West Java. The approach with descriptive-analytic quantitative a cross-sectional study involving 185 respondents that was taken using cluster proportional random sampling. The results showed that 67% of workers experienced heat stress, 69.7% were aged < years, 76.8% had a moderate BMI, 73% had no history of hereditary disease, and 91.9% had mild dehydration. Based on the results of the analysis bivariate, the variables that had significant relationships with the incidence of hypertension were heat stress, age, and history of hereditary (P-value = 0.05)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Sasongko
"Pembangunan Depo Light Rail Transit (LRT) Jabodebek memiliki luas sekitar 12 ha yang mana 80% areanya merupakan area terbuka (terpajan panas). Mekanisme terjadinya heat stress terjadi karena kombinasi dari faktor lingkungan, faktor pekerjaan, dan karakteristik pekerjaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang telah dilakukan pada bulan Agustus 2021 dengan 185 responden (126 pekerja outdoor dan 59 pekerja indoor). Hasil penelitian menunjukan indeks WBGT outdoor berada pada kisaran 25,9º C - 33,1º C dengan rata-rata 29,4º C dan WBGT indoor yaitu berada diantara 25,9º C - 35,3º C dengan rata-rata 30,4º C. Setelah dilakukan observasi dan perhitungan antara beban kerja, pola kerja dan faktor koreksi pakaian yang merujuk dari Peraturan Menteri Kesehatan nomor 70 Tahun 2016, diketahui bahwasannya 100% responden penelitian mengalami kejadian tekanan panas. Pada pekerja outdoor terdapat 56,35% merasakan keluhan ringan dan 43,65% merasakan keluhan berat. Persentase keluhan/gangguan kesehatan tertinggi yang dirasakan yaitu jarang buang air kecil (98,41%), lemas (88,89%), dan banyak keringat (85,71%). Sedangkan untuk pekerja indoor terdapat 67,80% merasakan keluhan ringan dan 32,20% merasakan keluhan berat. Persentase keluhan/gangguan kesehatan tertinggi yang dirasakan yaitu kurang konsentrasi (62,71%), kram otot tungkai bawah (57,63%) dan kram otot lengan (55,93%). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian terhadap pajanan panas yang terdapat di proyek pembangunan depo LRT Jabodebek agar dapat meminimalisir dampak keluhan/gangguan kesehatan pada pekerja sehingga pekerja tidak menderita Heat Related Symptoms.

The construction of the Jabodebek Light Rail Transit (LRT) Depo has an area of ​​about 12 ha of which 80% of the area is an open area (exposed to heat). The mechanism of heat stress occurs due to a combination of environmental factors, job factors, and job characteristics. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design that was conducted in August 2021 with 185 respondents (126 outdoor workers and 59 indoor workers). The results showed that the outdoor WBGT index was in the range of 25.9º C - 33.1º C with an average of 29.4º C and indoor WBGT was between 25.9º C - 35.3º C with an average of 30.4º C. After observing and calculating the workload, work patterns and clothing correction factors referring to the Regulation of the Minister of Health number 70 of 2016, it is known that 100% of research respondents experienced heat stress events. In outdoor workers, 56.35% felt mild complaints and 43.65% felt severe complaints. The highest percentage of perceived health complaints/disorders were infrequent urination (98.41%), weakness (88.89%), and a lot of sweating (85.71%). Meanwhile, for indoor workers, 67.80% felt mild complaints and 32.20% felt severe complaints. The highest percentage of perceived health complaints/disorders were lack of concentration (62.71%), lower leg muscle cramps (57.63%) and arm muscle cramps (55.93%). Based on this, it is necessary to carry out various efforts to control heat exposure in the Jabodebek LRT depot development project in order to minimize the impact of complaints/health problems on workers so that workers do not suffer from Heat Related Symptoms."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Salsabila
"Penelitian ini membahas tentang hubungan antara tekanan panas dengan fatigue atau kelelahan pada pekerja di Depo LRT Jabodebek tahun 2021. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Bidang konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko fatigue. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2021 dengan melibatkan 185 Pekerja Depo LRT Jabodebek. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tekanan panas dengan faktor risiko, yaitu faktor lingkungan, faktor pekerjaan (masa kerja dan beban kerja), faktor pakaian kerja, dan faktor individu (usia dan status gizi). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tekanan panas dan fatigue.

This research discusses the correlation between heat stress and fatigue among workers at Depo LRT Jabodebek in 2021. This study is a quantitative study with a cross- sectional design. Construction is one of the industrial sectors that has the risk of fatigue. The study was conducted in August 2021 involving 185 Depo LRT Jabodebek workers. The independent variable in this study is heat stress with risk factors, environmental factors, work factors (work period and workload), work clothes factors, and individual factors (age and nutritional status). The results showed that there was a correlation between heat stress and fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzy Primawati Gusniarni
"

Tekanan panas dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia, seperti tekanan darah, kecepatan denyut jantung ataupun nadi, ketahanan fisik, dan daya konsentrasi. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik, darah akan mendapatkan beban tambahan karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Selain itu juga harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal tersebut merupakan beban tambahan bagi jantung harus memompa darah lebih banyak lagi. Penelitian ini betujuan untuk menganalisis tekanan panas, karakteristik (usia, masa kerja, durasi kerja, riwayat keturunan tekanan darah tinggi, indeks masa tubuh, aktivitas fisik), dan perilaku pekerja (penggunaan APD, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, status hidrasi) dengan tekanan darah tinggi. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah cross sectional pada 60 responden di unit water pump. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan panas (P value 0,012 ; OR 9,545 ; 95% CI 1,627-55,989) dan riwayat keturunan tekanan darah dengan tekanan darah tinggi (P value 0,001 ; OR 25,8 ; 95% CI 2,785-238,985).

Kata Kunci:Tekanan Panas, Tekanan Darah Tinggi, Iklim Kerja

 


Heat stress can affect human body functions, such as blood pressure, heart rate or pulse, physical endurance, and concentration. When workers are doing physical endurance, blood will geat an additional burden because they have to carry oxygen to the muscles that are working. It also carry heat from the body to the surface of the skin. This is an additional burden for the heart to pump more more blood. This study aims to analyze heat stress, characteristics (age, work period, work duration, history of hereditary high blood pressure, body mass index, and physical activity) and worker behavior (personal protective equipment, smoking habits, alcohol drinking habits, hyration status) with high blood pressure. The research design used a cross-sectional on the 60 workers at Water Pump. Chi square test results showed that there was a significant relationship between heat stress (P value 0,012 ; OR 9,545 ; 95% CI 1,627-55,989) and heritary history of blood pressure with blood pressure  (P value 0,001 ; OR 25,8 ; 95% CI 2,785-238,985).

Keyword: Heat Stress, High Blood Pressure, Work Climate

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Poerwanto
"Latar belakang: Peningkatan suhu tubuh ekstrim menyebabkan denaturasi protein,
terhentinya reaksi enzimatik, hilangnya aktivitas dan integritas membran, serta
memicu terjadinya kerusakan sel. Peningkatan suhu tubuh juga mempengaruhi
terjadinya efek inotropik dan kronotropik positif pada jantung. Diperkirakan bahwa
pajanan panas dapat meningkatkan ekspresi protein Transient Receptor Potential
Vanilloid 1 (TRPV1), Heat Shock Factor 1 (HSF1) dan Heat Shock Protein 70
(Hsp70) pada kardiomiosit berperan penting dalam proses termotoleran dan
aklimatisasi terhadap panas serta berguna sebagai mekanisme adaptasi secara sistemik
dan seluler. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis ekspresi TRPV1, HSF1,
dan Hsp70 pada jantung sebagai respons protektif terhadap pajanan panas.
Metode: Penelitian bersifat eksperimental in vivo menggunakan hewan coba tikus
jenis Sprague Dawley (SD) berumur 12 minggu dengan berat badan 200-300 gram di
laboratorium hewan Balitbangkes Kemenkes RI, pada Oktober-Desember 2014.
Sebanyak 28 ekor tikus jantan dengan n=4 pada tiap kelompoknya, dibagi dalam
kelompok Kontrol (K) dan kelompok Perlakuan (P). Kelompok perlakuan terdiri dari
6 subkelompok (kelompok hari ke-1,3,7,10,14 dan 21) mendapatkan pajanan panas di
dalam hyperthermic chamber bersuhu (45oC ± 0.3oC) dan kelembaban relatif (70% ±
3%) selama 60 menit. Dilakukan pengukuran berat badan, suhu kulit, suhu rektal dan
frekuensi denyut jantung. Perubahan morfologi kardiomiosit diamati menggunakan
pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Ekspresi TRPV1, HSF1 dan Hsp70 diperiksa
menggunakan metode imunohistokimia dan ELISA.
Hasil: Penelitian menunjukan pajanan panas 45oC; kelembaban relative 70% selama
60 menit menyebabkan penurunan berat badan sejak hari ke-1 hingga hari ke-21
perlakuan. Terjadi peningkatan suhu kulit, suhu rektal dan heart rate yang puncaknya
terjadi pada hari ke-7, dan menurun mulai pada hari ke-10 sampai pada hari ke-21
meskipun intensitas pajanan panas tetap sama. Hal tersebut menandakan mekanisme
aklimatisasi dan proses termotoleransi telah terjadi pada hari ke-7 perlakuan. Terjadi
penambahan ukuran lebar kardiomiosit dan peningkatan berat pada jantung seiring
lamanya pajanan panas, Hasil ini menunjukkan terjadinya hipertrofi jantung namun
tidak disertai adanya fibrosis. Secara molekuler melalui pemeriksaan Imunohistokimia
dan ELISA pada kardiomiosit menunjukkan ekspresi TRPV1, HSF1 dan Hsp70 yang
bersifat sebagai protein protektif dan kardioprotektor cenderung mengalami
peningkatan sejak hari ke-1 sampai pada hari ke-7 perlakuan dan cenderung menurun
pada hari ke-10 sampai dengan hari ke-21. Perubahan kadar ekspresi TRPV1, HSF1
dan Hsp70 sejalan dengan perubahan yang terjadi pada suhu kulit, suhu rektal dan
heart rate.
Kesimpulan: Pajanan panas pada tubuh memberikan pengaruh pada jantung berupa
terjadinya hipertrofi konsentris disertai adanya peningkatan ekspresi TRPV1, HSF1
dan Hsp70 yang berperan penting sebagai protein protektif dan kardioprotektor
Background: Increased extreme body temperature causes protein denaturation,
cessation of enzymatic reactions, loss of membrane activity and integrity, and triggers
cellular damage. Increased body temperature also affects the occurrence of positive
inotropic and chronotropic effects on the heart. It is postulated that increase in
expression Transient Receptor Potential Vanilloid 1 (TRPV1), Heat Shock Factor 1
(HSF1), Heat Shock Protein 70 (Hsp70) in cardiomyocytes is activated by extreme
temperatures and has an important role in thermotolerance and heat acclimatization
processes -and as a mechanism of systemic and cellular adaptation. The aim of the
study was to analyze the expression of TRPV1, HSF1, and Hsp70 on cardiac muscle
as a protective response to heat exposure.
Methods: This in vivo experimental research was conducted using Sprague-Dawley
(SD) rats (age 12 weeks, 200-300 gram) in animal laboratory National Institute of
Health Research and Development, Indonesian Ministry of Health, October-December
2014. A total of 28 male rats with n = 4 in each group, divided into Control group (K)
and Treatment group (P). The treatment group consisted of 6 sub-groups (i.e.
1,3,7,10,14 and 21 days) received heat exposure in hyperthermic chamber at (45oC ±
0.3oC) and (70% ± 3%) with relative humidity of 60 minutes. Body weight, skin
temperature, rectal temperature and heart rate were measured. Changes in
cardiomyocyte morphology were observed using Hematoxylin-Eosin staining.
Expressions of TRPV1, HSF1 and Hsp70 were examined using immunohistochemical
and ELISA methods.
Results: The results of this study showed that heat exposure at 45oC;70% RH for 60
minutes resulted in weight loss from day 1st to day 21st of the treatment. Peaks
elevation in skin temperature, rectal temperature and heart rate were reached at day
7th, and decreased gradually from day 10th to day 21st even though the intensity of
heat exposure was unchanged. This indicated the mechanism of acclimatization and
thermotolerance process had occurred on the 7th day of heat treatment. There was
increased in the size of the cardiomyocyte width and heart weight along with the
duration of heat exposure. These results indicated the occurrence of heart hypertrophy
but not accompanied by fibrosis. Molecular aspects on cardiomyocytes through
Immunohistochemistry and ELISA showed TRPV1, HSF1 and Hsp70 expression as
protective proteins and cardioprotectors, which tended to increase from day 1st to 7th
day of treatment and decrease gradually on day 10th to day 21st. Changes in
expression levels of TRPV1, HSF1 and Hsp70 coincided with changes in skin
temperature, rectal temperature and heart rate.
Conclusion: Heat exposure to the body induced the development of heart hypertrophy
and coincided with the increased expression of TRPV1, HSF1 and Hsp70 which act as
a protective protein and cardioprotector."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ayu Vernawati
"ABSTRAK
Latar Belakang : Para pekerja yang melakukan aktivitas fisik di lingkungan panas tinggi dapat mengalami gangguan pada ginjal. Selain glomerulus, bagian tubulointerstium yang memiliki fungsi penting reabsorsi dan sekresi, diduga juga mengalami gangguan. Ingin diketahui lebih lanjut ada tidaknya gangguan pada sel tubulus ginjal para pekerja setelah 4 jam pajanan panas tinggi melalui pemeriksaan NGAL urin yang lebih spesifik.
Metode : Desain penelitian ini adalah baseline study dan pre-post study.Dilakukan di bagian hotpress outsole pabrik sepatu di Tangerang bulan April 2015. Data primer didapat melalui wawancara, pemeriksaan langsung tinggi dan berat badan serta pengambilan sampel NGAL urin dilakukan 2 kali, sebelum dan sesudah 4 jam kerja terpajan tekanan panas tinggi (29,0 oC - 31,05 oC ISBB). Untuk pemeriksaan kadar NGAL menggunakan kit komersial (Quantikine kit Human Lipocalin-2/NGAL Immunoassay).
Hasil : 68 pekerja memenuhi kriteria inklusi penelitian dan 100 % adalah laki-laki berusia 20-40 tahun yang sehat. Didapatkan nilai NGAL urin awal sebelum terpajan panas antara 0.03 ng/ mL ? 12,82 ng/mL dengan median 1.52 ng/mL. Dari pemeriksaan setelah 4 jam kerja terpajan panas terdapat 25 responden (36,8% ) mengalami kenaikan nilai NGAL dalam urin dengan median kenaikan sebesar 0,35 mg/dL sedangkan 43 responden (63,2%) tidak mengalami kenaikan nilai NGAL dalam urin .
Simpulan: Tidak terdapat peningkatan yang dianggap bermakna pada rerata nilai NGAL dalam urin para pekerja pabrik yang tepajan tekanan panas tinggi selama 4 jam kerja.

ABSTRACT
Background : Workers performing physical activities in heat-stress environment could have kidney disorder. Beside glomerulus, tubulointerstitium which has important function of reabsorption and secretion, is suspected to also have injury. Further exploration on the impact on kidney tubules cells on the workers after 4 hours exposed to heat-stress through more specific examination of urine NGAL (uNGAL).
Method : Design of this research are baseline study and pre-post study, conducted at the hotpress outsole department at a shoe factory in Tangerang in April 2015. Primary data obtained through interview, direct examination on height and weight and taking sample of uNGAL twice time, before and after 4 hours of moderate working activities in the area of high heat-stress (29,0 oC - 31,05 oC WGBT) . Examining NGAL level by using commercial kit (Quantikine kit Human Lipocalin-2/NGAL Immunoassay).
Result : 68 workers fit with criteria inclusion study and 100% are healthy men aged between 20-40 years. The result of uNGAL initial scores are between 0.03 ng/ mL ? 12,82 ng/mL with median of 1.52 ng/mL. After 4 hours of moderate working activities in the area of high heat-stress there are 25 workers ( 36,8% ) have increase uNGAL level with median of 0,35 mg/dL, while the other 43 workers (63,2%) have not.
Summary : There is no significant changes of urine NGAL score after 4 hours of working within worker population in the area of high heat-stress.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurmala Dewi
"Indonesia telah diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memiliki tren peningkatan suhu sekitar 0.03 °C setiap tahunnya sehingga diperkirakan akan meningkatkan risiko penyakit terkait panas di Indonesia. Peningkatan suhu diprediksi akan menimbulkan kerugian ekonomi karena penurunan kesehatan seperti meningkatnya tekanan darah atau penyakit terkait panas lainnya dan peningkatan angka kematian. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan tekanan panas dan faktor individu terhadap tekanan darah pekerja sektor konstruksi proyek Depo Light Rail Transit (LRT) Jabodebek. Penelitian ini menggunakan analisis analitik dengan desain crosssectional dan menggunakan analisa data univariat, bivariat dan multivariat. Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus uji hipotesis proporsi dua populasi dan diambil dengan metode pengambilan sampel secara acak sederhana berjumlah 185 pekerja. Variabel dalam penelitian ini adalah tekanan darah, tekanan panas dan faktor individu. Tekanan panas diukur menggunakan alat Thermal Environment Monitor QuestTemp 34o dan anemometer. Sedangkan tekanan darah diukur menggunakan Spygmomanometer (Merk Omron tipe HEM-7130). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan panas (OR= 4,356; 95% CI: 2,003 – 9,474), usia (OR= 4,611; 95% CI: 1,598 – 13,304), status hidrasi (OR= 3,942; 95% CI: 1,031 – 15,077), riwayat keluarga mengalami hipertensi (OR= 4,038; 95% CI: 1,329 – 12,269) dan merokok (OR= 11,020; 95% CI: 3,593 – 33,801) berhubungan signifikan dengan tekanan darah pekerja. Untuk mencegah kejadian tekanan darah tinggi, perusahaan disarankan segera melakukan pengendalian lingkungan kerja dan meningkatkan program promosi kesehatan agar risiko penyakit terkait panas dapat diantisipasi khususnya kepada pekerja yang berisiko (mengalami tekanan panas, berusia ≥ 40 tahun, dehidrasi, memiliki riwayat keluarga mengalami hipertensi dan merokok).

The Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency predicted that Indonesia would have a trend of increasing temperatures of around 0.03 °C every year, so it is estimated that it will increase the risk of heat-related diseases in Indonesia. An increase in temperature is predicted to cause economic losses due to declining health, such as increased blood pressure or other heat-related diseases and increased mortality. The purpose of this study was to determine the relationship between heat stress and blood pressure of workers in the construction sector of the Depo project Light Rail Transit (LRT) Jabodebek. This cross-sectional study analyses WBGT and blood pressure data from construction workers. The number of samples in this study was calculated using the hypothesis test formula for the proportion of two populations and was taken with a simple random sampling method totaling 185 workers. The variables in this study were blood pressure, heat pressure and individual factor. Thermal pressure was measured using a QuestTemp 34o Thermal Environment Monitor tool and an anemometer. While blood pressure is measured using a sphygmomanometer (Omron brand type HEM-7130). The results showed that heat stress (OR= 4,356; 95% CI: 2,003 – 9,474), age (OR= 4,611; 95% CI: 1,598 – 13,304), hydration status (OR= 3,942; 95% CI: 1,031 – 15,077), genetic factor (OR= 4,038; 95% CI: 1,329 – 12,269), and smoking (OR= 11,020; 95% CI: 3,593 – 33,801) relationship with blood pressure of workers. The company is suggested to immediately control the work environment and improving health promotion programs to anticipate the risk of heat-related diseases especially for workers who are at risk (heat stress, dehydration, age, family history of hypertension and smoking)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Dwi Puji
"Berdasarkan data Health and Safety Executive (HSE) pada tahun 2016 terdapat 507.000 pekerja yang menderita gangguan otot rangka. Berdasarkan data HSE, industri konstruksi merupakan salah satu dari tiga jenis industri dengan tingkat gangguan otot rangka
tertinggi periode tahun 2014 - 2016. Salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja dan kecacatan pekerja di negara negara maju dan berkembang adalah gangguan otot rangka. Peneitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko dan keluhan
gangguan otot rangka pada pekerja proyek Konstruksi Pembangunan Prasarana LRT Jabodebek Depo Jatimulya tahun 202. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulan Agustus – Desember 2021
dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data faktor lingkungan, psikososial dan individu diambil menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Ramdhan (2021).
Data postur kerja diambil menggunakan menggunakan metode ergonomic risk assesment REBA (Rapid Entire Body Assesment). Data keluhan gangguan otot rangka menggunakan Nordic Body Map dengan mengambil batasan bahwa keluhan gangguan otot rangka yang terjadi dialami dalam tujuh hari terakhir. Data kemudian dianalisis dengan uji statistik
chi square. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 71,9% responden merasakan adanya keluhan gangguan otot rangka dan 28,1% responden tidak merasakan adanya keluhan gangguan otot rangka. Dari penelitian ini juga diketahui terdapat hubungan antara postur kerja (OR = 2,372), tuntutan kerja (OR=3,273), stress kerja (OR=3,452),
kepuasan kerja (OR=6,741) dan dukungan sosial (OR=2765) dengan keluhan gangguan otot rangka pada pekerja (p<0,05). Sedangkan faktor lingkungan (temperature), faktor individu (umur, lama kerja, konsumsi rokok dan indeks masa tubuh) diketahui tidak memiliki hubungan dengan keluhan gangguan otot rangka pada pekerja (p>0,05).

Based on data from the Health and Safety Executive (HSE) in 2016, there were 507,000
workers suffering from musculoskeletal disorder. Based on HSE data, the construction
industry is one of the three types of industries with the highest level of musculoskeletal
disorder in the period 2014 - 2016. One of the main causes of work accidents and worker
disability in developed and developing countries is musculoskeletal disorder. This study
aims to analyze the risk factors and complaints of musculoskeletal disorder in workers of
the Jabodebek LRT Infrastructure Development Project Depo Jatimulya in 202. This
study is a quantitative study with a cross sectional study design conducted in August –
December 2021 using primary and secondary data. secondary. Data on environmental,
psychosocial and individual factors were taken using a questionnaire developed by
Ramdhan (2021). Work posture data was taken using the REBA (Rapid Entire Body
Assessment) ergonomic risk assessment method. The data on complaints of skeletal
muscle disorders uses the Nordic Body Map by taking the limitation that complaints of
skeletal muscle disorders that have occurred have been experienced in the last seven days.
The data were then analyzed by chi square statistical test. The results of the study showed
that 71.9% of respondents felt complaints of skeletal muscle disorders and 28.1% of
respondents did not feel any complaints of skeletal muscle disorders. From this study, it
is also known that there is a relationship between work posture (OR = 2,372), work
demands (OR = 3,273), job stress (OR = 3,452), job satisfaction (OR = 6.741) and social
support (OR = 2765) with complaints of disorders. skeletal muscle in workers (p<0.05).
Meanwhile, environmental factors (temperature), individual factors (age, length of work,
cigarette consumption and body mass index) are known to have no relationship with
complaints of skeletal muscle disorders in workers (p>0.05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>