Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205314 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Kusnul Khotimah
"Latar Belakang : Pasien anak merupakan pasien yang memiliki resiko tinggi mengalami penurunan kondisi klinis secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan pernapasan atau gangguan jantung (cardiac arrest) dan bisa menyebabkan kematian, tanggung jawab yang besar dimulai dari penerimaan, triase, penilaian awal, stabilisasi, kondisi akut, cedera, perawatan dan rujukan dan keperawatan berkelanjutan, Kematian anak di rumah sakit sering terjadi 24 jam pertama dalam penerimaan. Kematian dapat dicegah dengan identifikasi yang benar Salah satu strategi untuk mendeteksi kegawatan pasien seperti cardiac arrest pada anak saat masuk ke rumah sakit adalah dengan adanya instrumen yang baik dan akurat.Penelitian dilakukan untuk mengatehui perbandingan penggunaan Emergency Severity Index dan Emergency Department Paediatric Early Warning Score dalam mengidentifikasi kegawatan pasien anak Rumah Sakit.
Metode : Penelitian menggunkaan desain cross sectional study rumus besar sampel komparatik kesesuain kategorik yang akan di uji dengan uji kappa ini melibatkan 174 anak yang dirawat dirumah sakit berusia 1 bulan hingga 18 tahun.
Hasil : hasil uji menunjukan bahwa uji nilai p value < 0,05 (0,000) yang artinya terdapat kesepakatan antara penggunaan ESI dengan kegawatan anak di UGD Rumah Sakit Primaya Tangerang dan hasil yang di dapatkan nilai 1,000 yang artinya excellent agreement, dengan kesemuanya tidak ada yang menilai berbeda.
Kesimpulan :Penggunaan Paediatric Early Warning Score masih perlu dikembangkan dan diperbaiki kembali untuk penyempurnaan. Penelitian memberikan implikasi supaya hasil penelitian dapat dijadikan evidence base dalampengelolaan asuhan keperawatan anak di Instalasi Gawat Darurat.

Background : Pediatric patients are patients who have a risk of experiencing a sudden decline in clinical conditions caused by respiratory disorders or heart problems (cardiac arrest) and can cause death. The big responsibility starts from admission, triage, initial assessment, stabilization, acute conditions, injuries, care and referrals and ongoing nursing, Child mortality in hospital often occurs in the first 24 hours of admission. Death can be prevented by correct identification. One strategy to detect patient emergencies such as cardiac arrest in children upon admission to the hospital is to have good and accurate instruments. The study was conducted to determine the use of Emergency Severity Index and emergency department Paediatric Early Warning Score in identifying emergency pediatric hospital patients.
The research method used a cross-sectional study design. The formula for the comparative sample size of the categorical suitability to be tested with the kappa test involved 174 children who were hospitalized from 1 month to 18 years of age.
Results : the test results show that the test value of p value <0.05 (0.000) which means that there is an agreement between the use of ESI with pediatric emergencies in the Emergency Room of Primaya Hospital Tangerang and the results obtained are a value of 1,000 which means excellent agreement, with none of them rate differently.
Conclusion : The use of ED PEWS still needs to be developed and improved again to refinement. The research has implications so that research results can be used as an evidence base in managing child nursing care in the Emergency Room
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oluebube Magnificient Eziefule
"Doxorubicin (DOX) dilemahkan oleh toksisitas jantung dan ginjal meskipun efektif melawan kanker. Walaupun dexrazoxane tersedia untuk mengatasi toksisitas DOX, efektivitasnya terbatas, begitu pula obat konvensional seperti beta-blocker dan statin. Penelitian ini menyelidiki efek perlindungan ekstrak etanol daun Andrographis panikulata (EEAP) terhadap toksisitas jantung dan ginjal yang diinduksi oleh DOX pada tikus sehat dengan fokus pada mekanisme anti-inflamasi dan mitokondria. Sebanyak 30 ekor (5 kelompok) tikus Sprague Dawley diaklimatisasi selama 2 minggu. Kelompok normal mendapat saline (ip) selama 4 minggu. Kelompok DOX menerima doxorubicin (4mg/kg/minggu). Kelompok perlakuan (DOX+EEAP) menerima doksorubisin dan ekstrak daun Andrographis Paniculata dengan dosis bervariasi (125, 250, 500 mg/kg/hari) secara oral selama 4 minggu. Setelah darah dan organ (jantung, ginjal) dikumpulkan, darah dianalisis untuk elektrolit (kalsium dan natrium). Jaringan dianalisis sebagai penanda inflamasi (NF-κB, IL-1β, NLRP-3), fungsi mitokondria (PGC1-α, TFAM), dan gambaran histopatologis yang menggunakan pewarnaan hematoxylin dan eosin (H&E) serta pewarnaan trikrom Masson. Kadar kalsium jantung juga diukur. Pengobatan bersama EEAP menurunkan natrium dan kalsium plasma dan kadar penanda inflamasi IL-1β dan NLRP-3 di jaringan jantung dan ginjal tetapi tidak menunjukkan efek signifikan pada ekspresi PGC1-α dan TFAM dibandingkan dengan kelompok DOX. Selain itu, kadar kalsium jantung berkurang. Lebih lanjut, konsentrasi NF-кB berkurang sedikit oleh EEAP dibandingkan dengan kelompok DOX saja. EEAP kemungkinan besar terlindungi dari peradangan yang disebabkan oleh DOX yang mengarah pada pemulihan histologi jantung dan ginjal menjadi normal. Efek perlindungan EEAP dalam penelitian ini dimediasi, setidaknya sebagian, oleh modulasi jalur NF-ĸB/NLRP3/IL-1β.

Doxorubicin (DOX), despite its effectiveness against cancer, is compromised by cardiac and renal toxicity. While dexrazoxane exists for DOX toxicity, its effectiveness is limited, as are conventional drugs like beta-blockers and statins. This study investigates the protective effects of an ethanolic extract of Andrographis paniculata leaves (EEAP) against DOX-induced cardiac and renal toxicity in healthy rats, focusing on anti-inflammatory and mitochondrial mechanisms. 30 Sprague Dawley rats (5 groups) were acclimatized for 2 weeks. The normal group received saline (ip) for 4 weeks. The DOX group received only doxorubicin (4mg/kg/week). Treatment groups (DOX+EEAP) received doxorubicin and varying doses (125, 250, 500 mg/kg/day) of Andrographis paniculata leaf extract orally for 4 weeks. After sacrifice, blood and organs (heart, kidneys) were collected. Blood was analysed for electrolytes (calcium and sodium). Tissues were analysed for inflammatory markers (NF-κB, IL-1β, NLRP-3), mitochondrial function (PGC1-α, TFAM), and histopathological features using hematoxylin and eosin (H&E) or Masson’s trichrome stain. Cardiac calcium levels were also measured. EEAP co-treatment lowered plasma sodium and calcium, decreased levels of inflammatory markers (IL-1β and NLRP-3) in heart and kidney tissues, but showed no significant effect on PGC1-α and TFAM expression compared to the DOX group. Additionally, cardiac calcium levels were reduced. Further, NF-кB concentration was slightly reduced by EEAP compared to the DOX only group. EEAP likely protected against DOX-induced inflammation, leading to a restoration of normal heart and kidney histology. EEAP's protective effects in this study were mediated, at least in part, by modulation of the NF-ĸB/NLRP3/IL-1β pathway."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Prastio
"

Kondisi pasien selama di Instalasi Gawat Darurat dapat mengalami perburukan, sehingga perlu melakukan deteksi dini dengan Early Warning Score yang harus dilaksanakan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi perawat mengenai kesesuaian pelaksanaan Early Warning Score. Penelitian deskriptif ini menggunakan purposive sampling yang melibatkan 70 perawat di Instalasi Gawat Darurat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 44 perawat (62,9%) telah mempersepsikan dirinya melaksanakan Early Warning Score sesuai Standar Prosedur Operasional. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal untuk penelitian selanjutnya dan menjadi evaluasi bagi perawat dalam pelaksanaan Early Warning Score sesuai Standar Prosedur Operasional di Rumah Sakit.


The condition of the patient while in the Emergency Department can be deteriorating, so it is necessary to conduct early detection with an Early Warning Score which must be carried out in accordance with Standard Operating Procedures. This study aims to determine the perceptions of nurses regarding the suitability of the implementation of Early Warning Score. This descriptive study used purposive sampling involving 70 nurses in the Emergency Department. The results of this study indicate that 44 nurses (62.9%) have perceived themselves to be implementing Early Warning Score according to the Standard Operating Procedures. This research is expected to be preliminary data for further research and can be used as evaluation for nurses in implementing Early Warning Score according to the Standard Operating Procedures at the hospital.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrinilla Alresna
"Latar Belakang: Rapid Emergency Medicine Score (REMS) merupakan sistem skor yang sudah tervalidasi dengan baik dalam memprediksi mortalitas selama rawat untuk pasien non bedah yang mengunjungi instalasi gawat daruat (IGD). Namun penggunaanya pada populasi usia lanjut yang umumnya menunjukkan tanda vital normal walaupun kondisi medik berat masih belum diketahui. Kami bertujuan untuk mengevaluasi performa REMS dengan menambahkan nilai kadar natrium dan lingkar lengan atas yang rendah dalam memprediksi mortalitas di rumah sakit pada pasien usia lanjut non bedah yang datang ke IGD.
Tujuan: Untuk mengetahui nilai tambah kadar natrium dan lingkar lengan atas pada skor REMS dalam memprediksi mortalitas di rumah sakit pada pasien usia lanjut non bedah yang datang ke IGD.
Metode: Studi kohort prospektif dengan subjek penelitian pasien usia ³60 tahun, non bedah, yang datang ke IGD RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) periode September- Oktober 2018. Subjek diikuti sampai diketahui luaran selama rawat di rumah sakit. Uji Hosmer-Lemeshow dan kurva ROC digunakan untuk mengetahui performa kalibrasi dan diskriminasi dari REMS dan modifikasi REMS.
Hasil: Dari 272 subjek, median usia adalah 66 tahun (rentang 7). Insiden kematian selama rawat di rumah sakit sebesar 22,1%. Nilai Area Under Curve (AUC) untuk REMS adalah 0,72 (95% CI 0,56-0,74), dan modifikasi REMS dengan menambahkan kadar natrium dan lingkar lengan atas adalah 0,79, p=,000 (IK95% 0,72-0,85), dengan nilai performa kalibrasi menggunakan uji Hosmer-Lemeshow yaitu p=0,759.
Simpulan: Kadar natrium dan lingkar lengan atas memiliki nilai tambah pada skor REMS dalam memprediksi mortalitas selama rawat di rumah sakit pada pasien usia lanjut non bedah yang datang ke IGD RSCM.

Background. Rapid Emergency Medicine Score (REMS) is a well validated scoring system in predicting in-hospital mortality for non-surgical patients visiting Emergency Department (ED). None has been known about its use in elderly population who frequently shows normal vital signs despite of severe condition. We aim to evaluate the performance of REMS by adding value of sodium level and mid-upper arm circumference (MUAC), to predict in hospital mortality of elderly visiting ED in Indonesia.
Objective. To evaluate added value of sodium serum level and mid-upper arm circumference to REMS in predicting in-hospital mortality for non-surgical elderly patients visiting Emergency Department (ED).
Methods. A prospective cohort study in non-surgical elderly aged 60 years or older visiting ED of Cipto Mangunkusumo hospital (RSCM) between September to October 2018 was performed. Subjects were followed during hospitalization for outcome assesment. Hosmer-Lemeshow test and area under receiving operating characteristic (ROC) curve were used to determine the calibration and discrimination of REMS and modified REMS.
Results. From the 272 partcipants, the median age was 66 years (range 10). The incidence of in-hospital mortality was 22.1%. The area under curve (AUC) score of REMS was 0,72 (95% CI 0.65-0.80), and the modified REMS by adding sodium level and mid-upper arm circumference was 0.79, p=.000 (IK95% 0.72-0.85), with calibration performance using Hosmer-Lemeshow test showed p=0,759.
Conclusion. Serum sodium level and mid-upper arm circumference have added value to REMS in predicting in-hospital mortality of non-surgical elderly patient visiting RSCM ED.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Dwi Purnamasari
"Early Warning System EWS merupakan alat skoring yang digunakan untuk memantau kondisi pasien di ruang perawatan maupun di Instalasi Gawat Darurat IGD. Pada IGD yang cenderung overcrowded dan memiliki arus perpindahan pasien yang lambat penggunaan EWS digunakan untuk memantau kondisi pasien melalui tanda-tanda vital sehingga perburukan kondisi pasien dapat segera dikenali.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang initial assessment dengan penatalaksanaan EWS. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif dengan desain cross-sectional yang dilakukan kepada 70 perawat IGD.
Hasil menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat terhadap initial assessment dengan penatalaksanaan EWS di IGD p= 0.001 yang menunjukan semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat tentang EWS yang terdapat dalam initial assessment maka penatalaksanaan EWS yang dilakukan semakin baik, sehingga peningkatan pengetahuan melalui pelatihan perlu ditingkatkan agar penatalaksanaan EWS yang baik dapat dilaksanaakan secara menyeluruh.

Early warning system EWS is a physiological scoring to observe the patients condition not only in hospital wards but also in Emergency Department ED. At an overcrowded ER that have slow of patient flow, EWS is use as an early detection of patients deterioration by observing the vital signs.
The purpose of this study is to identify the relationship between nurses knowledge of initial assessment and the application of EWS at emergency department. This is a quantitative study that used descriptive correlative with cross sectional design toward 70 emergency nurses.
The result showed there is a relationship between Nurses Knowledge of Initial Assessment and The Use of Early Warning System at Emergency Room p 0 .001 that show that the higher the level of nurses knowledge, their behavior is better. It is recommended to maintain the use of EWS in ED that already good through training regularly re sertification.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalya Angela
"Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas early warning score terhadap kejadian henti jantung pasien di instalasi rawat inap rumah sakit tingkat IV TNI AD dr.Bratanata Jambi Tahun 2019. Penelitian dilaksanakan di bulan Desember 2018 sampai April 2019 di instalasi rawat inap dengan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik untuk memperoleh data adalah dengan wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan adanya kejadian yang tidak diharapkan berupa kejadian henti jantung mengarahkan kepada penerapan early warning score yang belum optimal. Ketidakpatuhan terhadap pengisian, pengkajian, dan pengaktifan protokol early warning score di lapangan antara lain dipengaruhi oleh maldistribusi perawat, beban kerja perawat yang tidak sesuai dengan kompetesinya, pengetahuan perawat, dan komunikasi antara perawat dengan dokter. Hambatan penerapan EWS di lapangan antara lain ketidaksesuaian jumlah perawat berbanding dengan pasien, beban kerja perawat di luar pelayanan kesehatan, dan kurangnya pengetahuan dari staf mengenai penurunan kondisi klinis pasien. Hal ini bermuara kepada standar operasional prosedur yang belum lengkap dan penyusunan pola ketenagaan yang masih belum efektif dan efisien, juga monitoring-evaluasi dan pelatihan berkesinambungan yang belum berjalan dengan baik sehingga implementasi early warning score tidak optimal. Rekruitmen pegawai sesuai dengan kompetensi dan profesionalitas, pembuatan kebijakan yang menggabungkan pola kebijakan top-down dan bottom-up, pengaturan ulang penempatan sumber daya perawat, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan merupakan upaya yang dapat meningkatkan keberhasilan implementasi early warning score.

This study aims to assess the effectiveness of the application of early warning score on patients cardiac arrest events in the inpatient at installation level IV Army Hospital Dr.Bratanata Jambi in 2019. The study was conducted in December 2018 to April 2019 in inpatient installations with a qualitative approach with a case study method. The technique for obtaining data is through in-depth interviews, document review, and direct observation. The results of the study show that the occurrence of adverse events such as cardiac arrests lead to an unoptimal implementation of an early warning score. Nurses noncompliance in filling, assessing and activating early warning score protocol in the field is influenced by nurses maldistribution, nurses workloads that are not in accordance with their competencies, nurses knowledge, and communication between nurses and doctors. Barriers to the application of EWS in the field include the mismatch of the number of nurses compared to patients, the workload of nurses outside of health services, and the lack of knowledge from staff regarding the decline in the patients clinical condition. This leads to incomplete operational standard procedures and the formulation of work patterns that are still ineffective and inefficient, as well as ongoing evaluations and training that have not run well so that the implementation of an early warning score is not optimal. Employee recruitment in accordance with competence and professionalism, policy making that combines topdown and bottom-up policy patterns, rearranging the placement of nurse resources, continuing education and training is an effort that can increase the success of the implementation of an early warning score."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cekli Wahyuwidowati
"ABSTRAK
Latar belakang : Kunjungan dan angka mortalitas pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) semakin meningkat dengan kondisi penyakit yang bervariasi, sehingga deteksi yang cepat dan tepat pada pasien dengan risiko mortalitas tinggi sangat penting. Skor Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG Changes, and Loss of Independence (HOTEL) sangat baik dan penting untuk diterapkan pada pasien gawat darurat karena menggunakan variabel-variabel yang mudah dan cepat diperoleh. Namun demikian skor tersebut belum divalidasi di Indonesia.
Tujuan : untuk menilai performa skor HOTEL dalam memprediksi mortalitas 24 jam pasien non bedah di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM pada bulan Oktober hingga November 2012. Variabel bebas yang dinilai adalah tekanan darah sistolik, saturasi oksigen perifer, suhu tubuh, perubahan elektrokardiogram (EKG), dan kemampuan berdiri tanpa bantuan. Luaran yang dinilai adalah mortalitas dalam 24 jam setelah masuk IGD. Performa kalibrasi dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC).
Hasil: Terdapat 815 pasien non bedah yang datang ke IGD RSCM selama bulan Oktober hingga November 2012. Sebanyak 804 (98,7%) subjek memenuhi kriteria inklusi dengan mortalitas 24 jam sebesar 30 (3,7%) subjek. Performa kalibrasi HOTEL dengan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan p = 0,753. Performa diskriminasi ditunjukkan dengan nilai AUC 0,86 (IK 95% 0,781; 0,931).
Simpulan: Skor HOTEL memiliki performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi mortalitas 24 jam pada pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM.

ABSTRACT
Background: The number of visit and mortality rate of emergency patients at Emergency Department (ED) have been increasing from time to time. Those patients have wide spectrum conditions. Appropriate identification of the patients with high mortality risk is crucial. The Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG changes, and Loss of Independence (HOTEL) score is easy and important to be applied in the ED, however, the score has not been validated in Indonesia.
Objective: to evaluate performance of HOTEL score in predicting the 24-hour mortality non-surgical patients in ED of Sakit Cipto Mangunkusumo hospital.
Method: This was a retrospective cohort study. The research subjects were the non-surgical patients who admitted to ED of RSCM between October-November 2012. We collected systolic blood pressure, peripheral oxygen saturation, body temperature, ECG changes, and loss of independence. Those data were evaluated based on the HOTEL scoring system. The outcome were evaluated in 24- hour after admission (alive or dead). The calibration was evaluated with the Hosmer-Lemeshow test. The discrimination performance was evaluated with area under the curve (AUC).
Results: There were 815 non-surgical patients admitted to the ED between October until November 2012. There were 804 (98,7%) subjects included. The 24-hour mortality rate was 30 subjects (3,7%). The calibration performance with the Hosmer-Lemeshow test showed p = 0,753. The discrimination performance was shown with the AUC score 0,86 (95% CI 0.781; 0.931).
Conclusion: The HOTEL score has a good calibration and discrimination performance in predicting the 24-hour mortality of the non-surgical patients in ED of Cipto Mangunkusumo hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Dumastoro
"Pendahuluan: Skor TRISS menjadi salah satu alat yang paling umum digunakan mengukur keberhasilan pelayanan trauma. Saat ini belum ada data penggunaan Skor TRISS pada penanganan pasien politrauma di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penelitian ini disusun untuk mengetahui kemampuan skor TRISS memprediksi kematian pasien politrauma di IGD RSCM.
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian kohor retrospektif. Data diambil dari rekam medis pasien politrauma tahun 2011- 2014 yang datang di IGD RSCM. Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan skor TRISS dengan prognosis pasien. Dilakukan analisa bivariat dan multivariat dengan menggunakan program SPSS 18.
Temuan Penelitian dan Diskusi: Terdapat 70 data pasien yang memenuhi inklusi pada pasien ini. Mayoritas pasien adalah laki-laki (65%) dan berusia muda. Terdapat 69 pasien yang mengalami trauma tumpul dengan kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab terbanyak trauma paling banyak(94,3%). Sebanyak 26 pasien meninggal dunia dan 54 pasien survive setelah mendapat perawatan. Pada analisis bivariat dan multivariat didapatkan hubungan bermakna antara skor TRISS dengan prognosis pasien. Skor TRISS mampu memprediksi kuat mortalitas pasien politrauma (AUC = 0,899; IK95% 0,824-0,975). Skor TRISS mempunyai sensivitas 84,6% dan spesifivitas 81,8 % dengan titik potong optimal ≤90,5.
Simpulan: Skor TRISS dapat memprediksi kematian pasien politrauma yang di rawat di RSCM.

Introduction: TRISS score is one of the most commonly used trauma score. Currently there is no data about using TRISS score in the care of polytrauma patients at emergency department of Ciptomangunkusumo Hospital. This research is to determine whether TRISS score can predict the mortality of polytrauma patients at Ciptomangunkusumo Hospital.
Methods: It was a retrospective cohort study. Data was collected from medical records of polytrauma patients who was admitted to emergency department of Ciptomangunkusumo Hospital 2011-2014. From there, we analyze the relationship between TRISS score and patient?s prognosis. Furthermore, we conducted bivariate and multivariate analysis by SPSS 18 software.
Result and Discussion: Seventy medical records was included in this study. Majority of our patients was male (65%) in young age. There were 69 patients who experienced blunt trauma, with the majority of them (94,3%) was caused by motor vehicle accident. After receiving trauma care, there were 26 deaths, while other 54 patients survived. From bivariate and multivariate analysis, we found a significant association between TRISS score and patient?s prognosis. TRISS score strongly predicts polytrauma patient?s mortality (AUC 0,899; IK95% 0,824-0,975). TRISS score has 84,6% sensitivity and 81.8% specificity with optimal intersection point ≤90,5.
Conclusion: TRISS score can predict the mortality of polytrauma patients at Ciptomangunkusumo Hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Srie Wulan Nurhasty
"Penggunaan ventilasi mekanik yang memanjang merupakan salah satu komplikasi utama pada pasien pasca-bedah jantung yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Prediksi lama penggunaan ventilasi mekanik merupakan hal penting dalam penatalaksanaan pasien operasi jantung. Skor ACEF (Age, Creatinine, Ejection Fraction) merupakan sistem prediksi sederhana dengan menggunakan tiga variabel pra-bedah yang diukur secara objektif, memiliki performa yang baik dalam memprediksi morbiditas dan mortalitas pada pasien pasca-bedah jantung. Penggunaan skor ACEF dalam memprediksi kejadian penggunaan ventilasi mekanik memanjang pasca-bedah jantung belum ada, namun variabel yang dipakai pada sistem skor ini merupakan prediktor terkuat kejadian penggunaan ventilasi mekanik memanjang pasca-bedah jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan skor ACEF dalam memprediksi kejadian penggunaan ventilasi mekanik yang memanjang pada pasien pasca-bedah jantung dewasa di PJT RSCM. Penelitian ini adalah penelitian kohort retrospektif yang melibatkan 206 subjek penelitian yang menjalani operasi jantung terbuka di Pelayanan Jantung Terpadu RSCM. Hasil penelitian ini didapatkan hasil AUC = 0,6336 (95% CI : 0,55-0,71), nilai sensitivitas sebesar 35,8%, spesivisitas 88%, dan akurasi 67,48%. Dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan Skor ACEF memiliki kemampuan prediksi yang kurang dalam memprediksi kejadian penggunaan ventilasi mekanik memanjang pada pasien pasca-bedah jantung.

Prolonged mechanical ventilation is one of the main complications in post-cardiac surgery patients that can cause morbidity and mortality. Prediction of the duration mechanical ventilation is important in the management of cardiac surgery patients. The ACEF score (Age, Creatinine, Ejection Fraction) is a simple prediction system using three measured pre-operative variables objectively, which performs well in predicting post-operative morbidity and mortality in cardiac surgery patients. The use of the ACEF score in predicting prolonged mechanical ventilation after cardiac surgery does not yet exist, but the variables used in this scoring system are the strongest predictors of prolonged mechanical ventilation after cardiac surgery. This study aims to determine the ability of the ACEF score to predict the incidence of prolonged of mechanical ventilation in post-cardiac surgery patients at RSCM PJT. This study is a retrospective cohort study involving 206 subjects who underwent open heart surgery at PJT RSCM. The results of this study showed that AUC = 0.6336 (95% CI: 0.55-0.71), the sensitivity is 35,8%; specificity is 88%, and accuracy is 67,48%. From the results obtained, it can be concluded that the ACEF score has poor predictive ability in predicting the incidence of prolonged mechanical ventilation in post-cardiac surgery patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Hannani Adina Putri
"Pada pasien dengan penyakit jantung terutama pada pasien pasca Intervensi Koroner Perkutan (IKP) penting dilakukan perawatan lanjutan yaitu rehabilitasi jantung. Data menunjukkan bahwa jumlah partisipasi pada rehabilitasi jantung menurun, terutama pada fase II. Padahal banyak manfaat yang didapatkan dari mengikuti rehabilitasi jantung salah satunya adalah mengurangi tingkat mortalitas dan meningkatkan kesehatan jantung. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi rehabilitasi jantung fase II pada pasien pasca Intervensi Koroner Perkutan (IKP). Desain penelitian menggunakan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 84 responden yang telah melakukan IKP dan sudah mengikuti rehabilitasi jantung Fase I. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi rehabilitasi jantung fase II dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, riwayat merokok, efikasi diri, dan dukungan keluarga dengan efikasi diri menjadi faktor dominan. Penelitian ini merekomendasikan untuk dilakukan pengkajian keperawatan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rehabilitasi jantung fase II dan melakukan edukasi serta memberi pilihan untuk melakukan rehabilitasi jantung di rumah.

Cardiac Rehabilitation was important for patient with cardiac disease especially patient post Percutaneous Coronary Intervention. Data shows that participation of cardiac rehabilitation in Phase II was decreasing, whereas a lot of benefit from cardiac rehabilitation, including decrease mortality rate and increase the cardiac health. Aim of this study was to identify factors that Affecting Participation of Cardiac Rehabilitation phase II at Patient Post Percutaneous Coronary Intervention. The research configuration utilized a cross sectional review. The example in this study added up to 84 individuals who had percutaneous coronary intervention and already participate in cardiac rehabilitation phase I. Result shows that participation of cardiac rehabilitation phase II was affected by age, education level, smoking history, self efficacy and family support. The dominant factor was self efficacy. This research recommend to do nursing assesment to know the factors that affecting participation of cardiac rehabilitation phase II and made health education for patient and give them choises to do cardiac rehabilitation at home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>