Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179422 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nensi Yuliyanti Dewi
"Candi merupakan peninggalan arkeologis yang menjadi bukti berkembangnya kebudayaan masa lalu di Indonesia. Penelitian tentang candi memang banyak dilakukan, namun pembahasan mengenai Candi Bhre Kahuripan secara terperinci belum pernah dilakukan hingga sekarang. Oleh karena itu, karya ini bertujuan untuk memaparkan bentuk, gaya bangunan, serta peran Situs Bhre Kahuripan pada masa Majapahit. Candi ditemukan dalam kondisi yang tidak utuh, hanya tersisa bagian batur dengan ukuran 14 x 14 m dengan yoni di tengahnya. Candi di situs Bhre Kahuripan diperkirakan merupakan jenis samkirna dikarenakan bahan pembuatannya lebih dari dua bahan. Baturnya dari susunan batu andesit, sumurannya campuran antara bata dan andesit, serta diatas batu-batu umpak diduga berdiri tiang kayu penopang atap dari bahan yang mudah rusak. Kemudian untuk mengetahui perkiraan bentuk utuh Candi Bhre Kahuripan dilakukan metode analogi atau membandingkan dengan candi serupa yang sudah dapat diketahui atributnya sehingga didapatkan suatu informasi tertentu. Hasil analisis memperlihatkan bahwa Candi Bhre Kahuripan termasuk dalam jenis candi batur seperti yang dikemukakan oleh Agus Aris Munandar, dan memiliki latar belakang agama Hindu Saiwa. Berdasarkan peninggalan yang ada, candi ini berfungsi sebagai tempat pendharmaan sekaligus peribadatan.

The temple is an archaeological relic that is evidence of the development of past culture in Indonesia. Research on temples has indeed been done a lot, but a detailed discussion of Bhre Kahuripan Temple has never been done until now. Therefore, this work aims to describe the shape, style of the building, and the role of the Bhre Kahuripan Site during the Majapahit era. The temple was found in an incomplete condition, only the batur section with a size of 14 x 14m remains with a yoni in the middle. The temple at the Bhre Kahuripan site is thought to be a type of samkirna because it is made of more than two materials. The batur are made of andesite stone, the sumuran are a mixture of brick and andesite, and on top of the umpak it is suspected that wooden pillars supporting the roof are made of easily damaged materials. Then to find out the approximate form of the Bhre Kahuripan Temple, an analogy method was used or compared with similar temples whose attributes could already be known so that certain information was obtained. The results of the analysis show that the Bhre Kahuripan Temple is included in the batur temple type as proposed by Agus Aris Munandar, and has a Saiwa Hindu religious background. Based on the existing relics, this temple functions as a place of pendharmaan as well as worship."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nengah Kristanti Supraba
"Skripsi ini membahas bangunan Pura Subak Kedangan dan Perannya di dalam sistem irigasi subak. Tujuan penelitian ini untuk merekonstruksi kegiatan religi pada masa Bali kuno lewat peninggalan bangunan Pura Subak Kedangan dan mengetahui perannya terhadap kegiatan irigasi subak serta kegiatan-kegiatan religi yang dilakukan di pura ini. Di dalam skripsi ini dijabarkan mengenai konsep subak serta fungsinya dalam hal religi, bangunan Pura Subak Kedangan secara keseluruhan dan tinggalan-tinggalan arkeologi di dalamnya, fungsi setiap bangunan dan makna simbolik ornamen hiasnya, serta upacara-upacara ritual padi yang dilakukan. Melalui penjelasan mengenai bangunan pura dan ritual upacara yang dilakukan, dapat diketahui bagaimana peran Pura Subak Kedangan dalam sistem subak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Peran Pura Subak Kedangan sangat berkaitan dengan kesuburan serta kemakmuran kegiatan pertanian dan persawahan milik para penyungsungnya.

This thesis discusses Pura Subak Kedangan building and its role in the subak irrigation system. The purpose of this study to reconstruct the religious activities in the period of ancient Bali through Pura Subak Kedangan and know its role on subak irrigation activities and religious activities are performed in this temple. In this thesis described about subak concept and the religious function, Pura Subak Kedangan building overall and and archaeological remains in it, the function of every building dan symbolic meaning of the ornament, and rice (paddy) ritual ceremonies are performed. Through the description of the building of temples and ritual ceremonies, it can be seen how the role of Pura Subak Kedangan in subak system. Based on the survey results revealed that the role of Pura Subak Kedangan is associated with fertility and prosperity of agriculture and paddy fields belonging to local people."
2013
S46465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Dwi Nugroho
"Skripsi ini membahas tentang menara sudut pipi tangga candi, khususnya pada candi masa Singhasari dan Majapahit dengan meninjau dari segi bentuk dan keletakannya. Data penelitian diperoleh melalui studi lapangan dan kepustakaan. Data lapangan diperoleh dengan melakukan pengamatan untuk kegunaan deskripsi dan dokumentasi. Data kepustakaan diperoleh melalui penelaahan terhadap sejumlah buku, jurnal ilmiah dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan candi masa Singhasari-Majapahit. Data tersebut dikumpulkan dan kemudian diolah menggunakan analisis bentuk dan keletakan. Pada analisis ini beragam menara sudut pipi tangga yang terdapat pada candi masa Singhasari-Majapahit dikelompokan berdasarkan atribut bentuk dan keletakan. Hasilnya berupa gambaran mengenai bentuk-bentuk menara sudut yang terdapat pada candi masa Singhasari-Majapahit, fungsi serta peranannya dalam system arsitektur candi.
This study discusses about the corner tower of temples stairs (menara sudut pipi tangga candi), especially at the temples of Singhasari-Majapahit periods by reviewing the terms of form and position. The research data obtained through field studies and literature. Field data obtained by making observations for a description and documentation usability. Data obtained through a literature review of a number of books, scientific journals and research results related to the Singhasari-Majapahit temple. The data that was collected and then processed using the analysis of shape and position. In this analysis various the corner tower of temples stairs (menara sudut pipi tangga candi) that contained on the temples of Singhasari-Majapahit's periods are grouped based on attributes of shapes and position. The result is an overview of the forms contained on the corner tower of temples stairs (menara sudut pipi tangga candi) at the temples of Singhasari-Majapahit periods, function and role in the system of temple architecture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S228
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Juniawan Dahlan
"Skripsi ini membahas tentang bentuk penggambaran figurin berbentuk manusia yang terbuat dari bahan terakota yang banyak ditemukan di daerah Trowulan. Data penelitian melalui studi lapangan diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung terhadap figurin yang terkumpul dan menjadi koleksi Pusat Informasi Majapahit, Trowulan. Selain itu, data lainnya berupa foto relief pada candi-candi masa Singasari dan Majapahit digunakan sebagai pembanding bentuk dengan figurin yang ada.
This paper discusses the depiction of human-shaped terracotta figurins which are found in Trowulan area. The research data were obtained through field observation in Majapahit Information Center, Trowulan. In addition, other data such as relief photographs on the temples of Singasari and Majapahit period were used to be compared with the existing form of the figurins."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S495
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Qamara
"Kerajaan Majapahit sebagai salah satu kerajaan kuno terbesar di Indonesia dikenal sebagai peradaban yang relatif maju, salah satunya dalam bidang gaya seni arca. Arca-arca Majapahit dikenal memiliki ciri khusus yang mampu menandakan identitasnya, namun hal tersebut sering dijumpai pada arca-arca dewa saja. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana gaya seni pada arca bukan dewa masa Majapahit Koleksi Museum Nasional serta menjelaskan persamaan dan perbedaan gaya seni antara arca-arca tersebut dengan arca dewa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Terdapat 15 arca yang dijadikan data, seluruhnya diklasifikasikan ke dalam tiga kategori figur; yaitu laki-laki, perempuan, dan lain-lain. Berdasarkan penelitian ini, gaya seni arca-arca yang tidak memiliki ciri dan atribut dewa masa Majapahit koleksi Museum Nasional dapat diketahui melalui dua aspek, yaitu ukuran dan atribut. Ukuran arca-arca tersebut adalah chala atau yang mudah dipindahkan, sedangkan dari aspek atribut berupa perhiasan atau busana, terdapat variasi kelengkapan dan jenis tergantung dari kelompok figur arca tersebut. Tidak ada gaya seni atau aturan ikonografi yang mutlak pada arca-arca yang tidak memiliki ciri dan atribut dewa masa Majapahit.

The Majapahit Empire as one of the biggest ancient kingdoms in Indonesia known as a relatively advance civilization for its time, of which one of the fields is the sculpture art style. The sculptures of Majapahit are known to have distinct character which set their identity, but these traits are only found on the gods sculptures. This research is conducted to find out the characters of the non-god sculptures of Majapahit from the national museum collection and to explain the similarities and differences they have with their god type counterparts.The method used in this research is the descriptive analysis. There are 15 sculptures used as data, they are classified into three categories; male, female, and others. Based on this research, the sculpture that do not have the characteristics and attributes of the gods of the Majapahit era, the National Museum collection can be identified through two aspects; size and attributes. The size of the statues is a chala or other word movable, while from the aspect of attributes in the form of jewelry or clothing, there are variations in completeness and type depending on the group of statues. There are no sculpture or absolute iconographic rules on statues that do not have the characteristics and attributes of the gods of the Majapahit era."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anto Sudharyanto
"Masjid merupakan salah satu bukti peninggalan arkeologi Islam yang menandakan suatu tempat memeluk agama Islam. Masjid Kaliwulu terletak di Desa Kaliwulu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Masjid Kaliwulu memiliki keunikan yaitu terdapat bangunan pawestren sendiri dan memiliki tiang yang bercabang tiga pada ruang utama. Bedasarkan nilai arkeologi bangunan Masjid Kaliwulu merupakan masjid kuno sesuai dengan ciri-ciri masjid kuno yang telah disampaikan oleh Pijper. Kekunoan ini terlihat pada denah masjid, pondasi, mihrab, atap, dan tembok keliling pada Masjid Kaliwulu. Berdasarkan hasil perbandingan dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan, Masjid Kaliwulu memiliki gaya bangunan yang hampir sama dengan Masjid Panjunan dan bisa jadi Masjid Kaliwulu dibangun pada periode yang sama dengan Masjid Panjunan.

A mosque is one of the evidence of the Islamic archaeology artifact that indicates some people in an area are Moslems. Kaliwulu Mosque is located in Kaliwulu village, Weru subdistrict, Cirebon district. This mosque has a uniquness, it is the pawestren room and three-branched pillars in the main room. Kaliwulu Mosque is an ancient mosque based on Pijper?s characteristics. The antiquites are proved in groun paln, foundation, mihrab, roof, and wall that surround the Kaliwulu mosque. Based on the comparation with The Great Mosque of Sang Cipta Rasa and Panjunan mosque, Kaliwulu mosque has similar architectural style with Panjunan mosque and it can be a verdict that Kaliwulu mosque was built in the same era with Panjunan mosque."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyati Rahayu
"Latar belakang penelitian ini adalah ditemukannya prasasti-prasasti pendek dengan angka tahun termasuk ke dalam periode masa Majapahit. Tujuan penelitian ini adalah mencari karakteristik prasasti-pendek tersebut dan merekonstruksi masyarakat penghasilnya. Hasil penelitian ini adalah prasasti-prasasti pendek ini memiliki karakter yang berbeda dari prasasti Majapahit pada umumnya dan prasasti pendek tersebut dihasilkan oleh kaum agamawan yang tinggal di tempat sunyi. Untuk merekonstruksi kehidupan kaum agamawan tersebut memakai sumber data dari prasasti dari Pasrujambe dan Sukuh. Hasil dari penelitian ini mengungkap bahwa ada suatu komunitas keagamaan di Pasrujambe yang menganut agama Siwa Pasupata, dan berdasarkan informasi dari prasasti Sukuh bahwa kaum agamawan harus melalui upacara penahbisan.

The background of this research is the discovery of short inscriptions in Central and East Java. Based on the year mentioned in those inscription, it is known that those inscriptions are from Majapahit Era. The purpose of this study are to find the characteristics of short inscriptions and reconstruct society who wrote those inscriptions. The results is that short inscriptions have different characteristics from the Majapahit inscriptions in general and short inscriptions were produced by religious community who lived in seclusion. To reconstruct the life of the religious community is using the inscription of Pasrujambe and Sukuh. The results is that there is a religious community in Pasrujambe who believe in Shiva Pasupata, and based on the information of Sukuh inscriptions that those clergy have to go through the ceremony of ordination."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D2323
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idmand Perdina
"Bangunan sudut sebagai salah satu peninggalan masa kolonial dapat memperlihatkan perpaduan pengaruh arsitektur Eropa dengan kearifan lokal dalam bentuk yang lebih menarik dibandingkan bangunan di sekitarnya. Peninggalan tersebut banyak dijumpai di Kawasan Kota Lama Semarang sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan untuk wilayah Jawa bagian tengah yang memiliki karakteristik unik karena terdapat ratusan bangunan di lahan dengan luas sekitar 30 hektar sehingga tata bangunannya memunculkan banyak bangunan sudut. Keletakan dan bentuknya yang berbeda mengandung unsur-unsur yang dapat menjadi tanda perkembangan gaya arsitektur sehingga menarik untuk diteliti. Unsur-unsur tersebut kemudian didata dan dianalisis untuk mengetahui posisi Kota Lama Semarang dalam perkembangan gaya arsitektural. Hasilnya menunjukkan bahwa bangunan sudut di Kota Lama Semarang mengalami dua fase perkembangan gaya, yaitu gaya transisi dan gaya kolonial modern. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Kota Lama Semarang adalah kota yang dinamis meskipun sudah berdiri sejak abad 17.

Corner building as one of the relics of the colonial period can show the combination of European architectural influences with local wisdom in a more interesting form compared to the surrounding buildings. These relics are often found in Semarang Old City as an economic and government center for the central part of Java, which has unique characteristics because there are hundreds of buildings on a land area of about 30 hectares so that the building layout raises many corner buildings. The layout and the different forms contain elements that can be a sign of the development of architectural style so that it is interesting to study. The elements are then recorded and analyzed to determine the position of Semarang Old City in the development of architectural styles. The results show that the corner building in Semarang Old City underwent two phases of style development, namely the transition style and the modern colonial style. It also shows that Semarang Old City is a dynamic city even though it was founded in the 17th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mundardjito
"ABSTRAK
Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu-Budha terbesar yang pernah berperan dalam abad 13-15 di wilayah Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Namun kebesaran tersebut umumnya dikaitkan dengan aspek sejarah, geo-politik, agama maupun kesenian, sedangkan gambaran tentang permukimannya masih sedikit sekali diketahui. Padahal sebagaimana dikemukakan Gordon R. Willey:
"....settlement patterns are, to a large extent, directly shaped by widely
held cultural needs, they offer a strategic starting point for the functional interpretation of archaeological cultures.... " (Willey 1953)
Dengan ungkapan tokoh arkeologi permukiman tersebut jelaslah bahwa pola permukiman merupakan awal yang strategis untuk memahami berbagai aspek budaya dari masyarakat pendukungnya, meliputi sistem teknologi, sistem sosial, dan sistem ideologi. Pala permukiman merupakan wilayah kajian yang diteliti oleh berbagai disiplin selain arkeologi, seperti: antropologi, sejarah, sosiologi, dan arsitektur. Dengan kata lain kajian permukiman merupakan tempat bertemunya berbagai peniikiran dari sejumlah disiplin. Sifat multidisipliner inilah yang mengharuskan arkeologi menggali dan menjajikan data dari kebudayaan mesa lalu untuk selanjutnya dimanfaatkan oleh berbagai disiplin lain.
Sumber-sumber sejarah seperti karya sastra, prasasti, berita asing dan relief relief pada candi memang telah membantu kita mengetahui sebagian kecil atau beberapa hal mengenai permukiman di Majapahit, tetapi gambaran tersebut hanyalah bersifat umum dan belum tentu terkait dengan pemukiman di situs Trowulan. Oleh sebab itu untuk memperoleh bukti konkret yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable) mengenai permukiman Majapahit di situs Trowulan diperlukan tipe penelitian arkeologi dengan cara ekskavasi (digging research).
Situs Trowulan yang letaknya lebih kurang 10 km di sebelah tenggara Mojokerto adalah sebuah situs yang berdasarkan penelitian regional terakhir (Mundardjito dkk. 1995) memiliki luas lebih kurang 9 x 11 km. Sedemikian luasnya sehingga dapat difahami jika sites ini dikategorikan oleh para peneliti sebagai situskota. Kitab Nagarakertagama memberikan gambaran umum tentang pola perkotaan ibukota Majapahit, tetapi struktur setiap satuan bangunannya atau gugusannya tidak dapat diketahui secara pasti. Relief-relief candi memberi bantuan untuk memahami bentuk umum suatu satuan bangunan, tetapi sifatnya yang terbatas tidak memungkinkannya untuk memberikan rincian dari unsur-unsur bangunan itu.
Selain data sejarah (historical record) kita masih dapat memanfaatkan data lain, yaitu artefak-artefak, untuk memahami secara lebih faktual dan jelas mengenai pola permukiman masyarakat Majapahit. Sebagaimana diketahui Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buda terakhir yang berkuasa sekitar 200 tahun (1293-1478), dan sites Trowulan adalah satu-satunya contoh situs-kota dari masa Hindu-Buda yang sisa-sisa pemukimannya masih dapat kita lihat sekarang (Bandingkan dengan lokasi sejumlah situs-kota yang sampai kinibelum diketahui seperti dari: kerajaan Mulawarman abad 5 di Kalimantan Timur, Tarumanagara abad 6 di Jawa Barat, Sriwijaya abad 7 di Sumatera, Mataram abad 7--10 di Jawa Tengah, Kediri abad I I dan Singhasari abad 12 di Jawa Timur). Di situs Trowulan, yang merupakan wakil utama dari sisa kegiatan manusia Majapahit, ditemukan sejumlah indikator penting yang dapat membantu kita memahami aspek-aspek permukiman dalam skala mikro secara lebih jelas. Indikator tersebut antara lain berupa sisa-sisa struktur, bailk dari sebuah unit bangunan (household) maupun dari gugusan bangunan (household cluster). Sebagai suatu himpunan temuan data tersebut sesungguhnya mencerminkan satu bagian dari suatu sistem yang kompleks, yaitu sistem kehidupan masyarakat kota Majapahit yang lebih menyeluruh. ltulah sebabnya usaha penelitian yang diawali dari data arkeologi yang paling dasar dalam skala mikro, dapat memberikan sumbangan yang sangat penting untuk memberi isi kepada gambaran dari satuan pemukiman yang lebih besar.
Usaha untuk merekonstruksi pola permukiman ibukota Majapahit telah dilakukan. Namun usaha-usaha tersebut dihadapkan pada banyak masalah. Bukti-bukti fisik yang hingga kini diyakini sebagai sisa ibukota Majapahit tidak menunjukkan kesesuaian dengan uraian sumber-sumber tertulis mengenai tempat tersebut. Usaha untuk menjawab masalah-masalah tersebut tentu tidak dapat dilaksanakan seketika, melainkan memerlukan perencanaan penelitian bertahap dan perlu melibatkan sejumlah disiplin. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hardianti
"Prasasti Batur terdiri dari tiga lempengan tembaga. Prasasti tidak berangka tahun tetapi berdasarkan isi prasasti diperkirakan berasal dari Ratu Tribhuwanottuṅgadewī Jayawişņuwarddhanī. Pada lempeng A Prasasti Batur menyebutkan nama-nama tokoh yang berkenaan dengan birokrasi di Majapahit yang terdiri dari Rakryān Mantri ri Pakirakirān, Dharmmādhyakşa dan para Dharmmopapatti. Pada lempeng B dan C berisi mengenai pembagian waktu-waktu pemujaan kepada Sang Hyang Kabuyutan di Kalyasěm dan Sang Hyang Kabuyutan di Kalihan yang harus dilakukan oleh maņḍala di Kaņḍawa, Talun, Wasana dan di Sāgara. Disebutkan juga mengenai penjagaan batur di Talun. Nama-nama maņḍala tersebut juga diceritakan dalam kitab Tantu Panggelaran dan Nagarakrtagama.

Batur Inscription consists of three copper plates. The inscription no mention of date. However, based on the inscription content, it is predicted originally from Tribhuwanottuṅgadewī Jayawişņuwarddhanī era. The plate A of Batur Inscription mentioned figure names related to bureaucracy in Majapahit which consists of Rakryãn Mantri ri Pakirakirãn, Dharmmãdhyakşa and the Dharmmopapattis. Plate B and C contain allocation of worship times to The Sang Hyang Kabuyutan in Kalyasěm and Sang Hyang Kabuyutan in Kalihan which had to be conducted by maņḍala in Kaņḍawa, Talun, Wasana and Sāgara. It is also mentioned about batur custody in Talun. The maņḍala names also being narrated in the book of Tantu Panggelaran and Nagarakrtagama."
2016
S62453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>