Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184793 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Oktarini
"Penelitian mengenai efektivitas favipiravir pada COVID-19 di beberapa negara memberikan hasil yang beragam. Studi populasi Indonesia masih terbatas pada derajat sedang dan berat. Evaluasi efektivitas dan keamanan favipiravir pada tingkat keparahan ringan dan sedang diperlukan dalam melengkapi pedoman terapi dengan bukti yang sesuai. Penelitian dilakukan secara kohor retrospektif menggunakan rekam medis pasien COVID-19 derajat ringan dan sedang yang dirawat di RS Grha Permata Ibu Depok pada Juli 2020 hingga 2021. Efektivitas dinilai berdasarkan perbaikan klinis saat keluar rumah sakit, hasil PCR akhir, status oksigenasi, dan durasi rawat. 192 rekam medis pasien rawat inap COVID-19 dibagi dalam kelompok favipiravir (n=96) dan non-favipiravir (n=96). Favipiravir memberikan perbaikan klinis yang lebih baik dengan effect size yang kecil (p=0,038; RR=1,19; 95% CI=1,02-1,39). Namun setelah dikontrol variabel usia, jumlah komorbid, dan oksigenasi awal, pemberian favipiravir meningkat menjadi 2,55 kali lebih efektif daripada non-favipiravir. Favipiravir juga memberikan pengaruh signifikan pada hasil PCR akhir serta durasi rawat inap (p=0,009 ; 0,002) namun tidak memberikan perbedaan dalam status oksigenasi (p=0,097). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada proporsi kejadian yang tidak diinginkan (KTD) selama pemberian favipiravir (30%) dan non-favipiravir (23%) (p=0,33). Pemberian favipiravir secara signifikan terkait dengan peningkatan perbaikan klinis pasien COVID-19. KTD yang muncul selama terapi relatif aman.

Research on the effectiveness of favipiravir against COVID-19 has yielded mixed results in several countries. Study in Indonesian population was still limited in moderate to severe COVID-19. Assess the efficacy and safety of favipiravir at mild to moderate severity is necessary to complement therapy guidelines with appropriate evidence. The study was conducted in a retrospective cohort using medical records of COVID-19 hospitalized patients at Grha Permata Ibu Hospital Depok from July 2020 to 2021. Efficacy was assessed using clinical improvement at discharge, final PCR results, oxygenation status, and lenght of stay. Medical records of 192 COVID-19 hospitalized patients were divided into favipiravir (n=96) and non-favipiravir (n=96) groups. Favipiravir provided better clinical improvement with small effect size (p=0.038; RR=1.19; 95% CI=1.02-1.39). However, after controlling age, number of comorbidities, and initial oxygenation variables, favipiravir 2.55 times more potent than non-favipiravir. Favipiravir also had a significant effect on final PCR results and length of stay (p=0.009;0.002), but has no difference in oxygenation status (p=0.097). There was no difference in the adverse drug reactions during treatment with antiviruses (p=0.33). Favipiravir administration was significantly associated with enhanced clinical improvement in COVID-19 patients. Side effects that occur during treatment are relatively safe."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Lestari
"Kemampuan rumah sakit untuk bertahan dan menjalankan fungsinya sebagai penyedia pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam menghadapi tantangan dan situasi pandemi Covid-19, kemampuan bertahan dalam kondisi ketidakpastian membuat rumah sakit harus membuat perencanaan kontingensi. Penelitian ini bertujuan merancang perencanaan kontingensi Rumah Sakit Grha Permata Ibu Depok dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan design kasus melalui wawancara mendalam, telaah dokumen observasi dan decision making group. Hasil gambaran umum kesiapsiagaan RS GPI dalam menghadapi era pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa secara umum rumah sakit memiliki tingkat kesiapsiagaan yang adekuat untuk berespon terhadap Covid-19. Komponen yang memiliki performa kurang baik adalah komponen komunikasi yang cepat dan keterlibatan masyarakat, Komponen Kesehatan kerja, kesehatan mental, dan dukungan psikososial; komponen kesinambungan layanan dukungan penting dan identifikasi dan diagnosis cepat. Rumah sakit belum memiliki program kesehatan mental karyawan yang komprehensif terutama bagi tenaga kesehatan yang menangani Covid-19. Kesiapsiagaan dan respon rumah sakit terhadap pandemi tentunya harus dapat dipertahankan, ditingkatkan, dan dievaluasi sehingga disusunlah rencana kontingensi dalam menghadapi pandemi Covid-19 untuk mempertahankan keberlangsungan bisnis operasionalnya. Rencana kontingensi ini terdiri dari pra pandemi Covid-19, pandemi Covid-19 terkendali dan pandemi Covid-19 tidak terkendali. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang perencanaan kontingensi secara lebih komprehensif berdasarkan komponen kesiapsiagaan.

The ability of hospitals to survive and carry out their functions as providers of health services to the community in facing the challenges and situations of the Covid-19 pandemic, the ability to survive in conditions of uncertainty makes hospitals have to make contingency plans. This study aims to design a contingency plan for the Grha Permata Ibu Depok Hospital in dealing with the Covid-19 Pandemic. This study uses a qualitative approach with case design through in-depth interviews, review of observation documents and DMG. The results of the general description of the preparedness of the GPI Hospital in the face of the Covid-19 pandemic era show that in general hospitals have an adequate level of preparedness to respond to Covid-19. Components that have poor performance are components of rapid communication and community involvement, components of occupational health, mental health, and psychosocial support; critical support service continuity components and rapid identification and diagnosis. The hospital does not yet have a comprehensive employee mental health program, especially for health workers dealing with Covid-19. Hospital preparedness and response to the pandemic must of course be maintained, improved, and evaluated so that a contingency plan is drawn up in the face of the Covid-19 pandemic to maintain the continuity of its operational business. This contingency plan consists of pre-covid-19 pandemic, controlled Covid-19 pandemic and uncontrolled Covid-19 pandemic. Further research is needed on more comprehensive contingency planning based on the components of preparedness."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Eka Amanda Handika Putri
"Penelitian ini membahas budaya keselamatan pasien di RS Grha Permata Ibu tahun 2022. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien di RS Grha Permata Ibu, dengan menggunakan kuesioner Hospital Survey on Patient Safety Culture 2.0 dari AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 97 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RS Grha Permata Ibu memiliki budaya keselamatan pasien yang baik. Terdapat 3 dimensi budaya keselamatan dengan kategori baik (dimensi komunikasi tentang kesalahan, dimensi kerja sama tim, dan dimensi serah terima dan pertukaran informasi). Sedangkan dimensi budaya keselamatan dengan kategori sedang terdapat 7 dimensi (dimensi dukungan manajemen rumah sakit untuk keselamatan pasien, dimensi respon kesalahan, dimensi supervisor, manajer atau pemimpin klinis yang mendukung keselamatan pasien, dimensi pelaporan insiden keselamatan pasien, dimensi kepegawaian dan kecepatan kerja, dimensi keterbukaan komunikasi, dan dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi supervisor, manajer atau pemimpin klinis yang mendukung keselamatan pasien dengan asal unit pegawai. Saran perbaikan yang diperlukan yaitu penggunaan barcode yang berisikan google form pengisian pelaporan IKP, resosialisasi, monitoring, dan evaluasi budaya keselamatan pasien

This study discusses the patient safety culture at Grha Permata Ibu Hospital in 2022. The purpose of this study was to describe the patient safety culture at Grha Permata Ibu Hospital, using the Hospital Survey on Patient Safety Culture 2.0 questionnaire from AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality). This study used a quantitative research method with a cross-sectional approach with a total sample of 97 respondents. The results of the study show that Grha Permata Ibu Hospital has a good patient safety culture. There are 3 dimensions of safety culture with good categories (the dimension of communication about errors, the dimension of teamwork, and the dimension of hands-off and information exchange). While the dimensions of safety culture in the moderate category there are 7 dimensions (the dimension of hospital management support for patient safety, the dimension of response to error, the dimension of supervisors, managers or clinical leaders support for patient safety, the dimension of reporting patient safety events, the dimension of staffing and work pace, the dimension of communication openness, and the dimension of organizational learning and continuous improvement). The results also show a significant relationship between the dimension supervisors, managers, or clinical leaders support for patient safety and the origin of the employee unit. Suggestions for improvement needed are the use of a barcode that contains a google form for filling out IKP reporting, re-socialization, monitoring, and evaluating patient safety culture."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Utari Prasetya Ningrum
"Vaksinasi dan penggunaan antivirus remdesivir dan favipiravir merupakan strategi yang dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan COVID-19. Namun penelitian tentang pengaruh vaksinasi terhadap efektivitas terapi antivirus pada pasien COVID-19 secara klinis masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh vaksinasi terhadap efektivitas terapi remdesivir dan favipiravir pada pasien terkonfirmasi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain kohort retrospektif dilakukan di rumah sakit Universitas Indonesia, Depok. Data diambil dari rekam medis RS periode Januari 2021 hingga Agustus 2022. Efektivitas terapi ditentukan dengan menilai kelompok sudah vaksin dan belum vaksin berdasarkan perbaikan kondisi klinis pasien, lama rawat inap, dan kematian pada pasien COVID-19. Hasil analisis menunjukkan bahwa vaksinasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan kondisi klinis, lama rawat inap, dan kematian (p < 0,05) pada pasien yang diberi terapi remdesivir dan telah divaksin dibandingkan dengan pasien yang belum divaksin. Pada pasien yang diberi terapi favipiravir vaksinasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan kondisi klinis, lama rawat inap, dan kematian pada pasien yang telah divaksin dibandingkan dengan pasien yang belum vaksin. Vaksinasi memiliki pengaruh yang baik terhadap efektivitas terapi remdesivir pada pasien COVID-19, yaitu dapat meningkatkan perbaikan kondisi klinis pasien kearah yang lebih baik, mengurangi lama rawat inap dan kematian. Namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas terapi favipiravir.

Vaccination and the use of the antivirals remdesivir and favipiravir are strategies that can be used to suppress the growth of COVID-19. However, clinical research on the effect of vaccination on the effectiveness of antiviral therapy in COVID-19 patients is still limited. This study aims to analyze the effect of vaccination on the effectiveness of remdesivir and favipiravir therapy in patients with confirmed COVID-19. This study was an observational study with a retrospective cohort design conducted at Universitas Indonesia Hospital, Depok. Data were taken from medical records for the period from January 2021 to August 2022. The effectiveness of therapy was determined by assessing the vaccine and non-vaccine groups based on improvement in the patient's clinical condition, length of stay, and mortality in COVID-19 patients. The results of the analysis showed that vaccination had a significant effect on improving clinical condition, length of stay, and mortality (p <0.05) in patients who were given remdesivir therapy and vaccinated compared to patients who not vaccinated. In patients who were given favipiravir, the vaccination did not show a significant effect on improving clinical conditions, length of stay, and death in patients who had been vaccinated compared to patients who not vaccinated. Vaccination has a positive effect on the effectiveness of remdesivir therapy in COVID-19 patients, which can improve the patient's clinical condition, reducing length of stay and mortality. However, it does not have a significant effect on the effectiveness of favipiravir therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Sartikasari
"Penelitian ini membahas mengenai hubungan persepsi perawat terhadap kejadian insiden keselamatan pasien berdasarkan laporan adanya kejadian insiden keselamatan pasien yang terjadi di rumah sakit. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan terhadap 81 perawat pelaksana dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan variabel komunikasi dengan nilai-p 0,019. Dengan kata lain kurangnya komunikasi antara perawat dengan tenaga medis lainnya berpengaruh terhadap kejadian insiden keselamatan pasien. Peneliti menyarankan membuat kebijakan pengisian bukti pemberian KIE, setiap pergantian shift melakukan briefing, monitoring dan evaluasi serta membuat jalur komunikasi dengan tenaga medis lainnya agar tercipta umpan balik terkait keselamatan pasien.

This research is a quantitative research conducted on 81 implementing nurses with cross sectional study design. The results showed that there is a correlation of communication variables with p value 0,019. In other words, the lack of communication between nurses and other medical personnel influences the incidence of patient safety incidents. The researchers suggested that make policy of charging proof of giving of KIE, each shift change to do briefing, monitoring and evaluation as well as make communication line with other medical personnel to create patient safety related feedback. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S70021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Audrienna
"Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang tidak dapat disembuhkan dan jika tidak dikelola dengan baik maka dapat menyebabkan eksaserbasi akut PPOK. Obat inhalasi merupakan terapi utama bagi pasien PPOK yang bila digunakan secara optimal dapat meningkatkan efektivitas terapi PPOK yang kemudian mencegah kejadian eksaserbasi akut dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi seluler mengenai edukasi cara penggunaan obat inhalasi yang baik dan benar terhadap tingkat efektivitas terapi dan kualitas hidup pasien penderita PPOK. Penelitian ini berlangsung dari Februari sampai Mei 2021 dengan desain penelitian pre-eksperimental dan dilakukan secara prospektif di Rumah Sakit Grha Permata Ibu Depok. Sebanyak 47 pasien yang menjadi subjek penelitian diperiksa kualitas hidupnya menggunakan kuesioner CAT (COPD Assessment Test) dan diperiksa ketepatan penggunaan obat inhalasinya menggunakan daftar tilik obat inhalasi khusus, dan kemudian diberikan akses terhadap aplikasi seluler yang kemudian diunduh ke dalam telepon seluler mereka masing-masing. Setelah satu bulan, kualitas hidup dan ketepatan penggunaan obat inhalasi pasien kembali diperiksa. Hasil rerata median skor CAT seluruh subjek penelitian setelah pemberian intervensi menunjukkan adanya perubahan yang signifikan (p<0,05) yaitu penurunan skor lebih dari 2 poin dari skor CAT sebelum intervensi [13 (2-27) vs 6 (0-26)]. Pemberian intervensi berpengaruh dalam meningkatkan ketepatan penggunaan obat inhalasi pasien pengguna obat inhalasi jenis diskus, breezhaler, pMDI, dan respimat secara signifikan (p<0,05). Oleh karena itu,  dapat disimpulkan bahwa aplikasi seluler mengenai edukasi penggunaan obat inhalasi yang tepat berpengaruh terhadap meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK.

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is one of the uncurable airway disease, and may progress into acute excacerbation if the disease is not controlled. Appropiate use of inhaler is the main therapy for COPD patients which may increase medication effectiveness for COPD and in turn may prevent excacerbation and improves patient’s quality of life. This study aims to determine the effect of mobile application, which is developed by our research team, regarding education on proper use of ihaler to the therapeutic effectiveness and quality of life of patients with COPD. This research took place from February 2021 to May 2021 with a pre-experimental research design and was carried out prospectively at Grha Permata Ibu Hospital Depok. A total of 47 patients who became the subject of the study were examined for their quality of life using CAT (COPD Assessment Test) questionnaire and their accuracy in using their inhalers using a special inhaler checklist. Patients are then given access to the mobile application which is then installed to their respective mobile phones. After one month, the patients’ quality of life and accuracy of inhaler technique were re-examined. The ratio of median CAT score of all subjects from the CAT score before the intervention and after the intervention showed a significant change (p<0,005), namely a decrease of more than 2 points [12 (2-27) vs 6 (0-26)]. The intervention also showed an effect on increasing the accuracy of patients’ inhaler technique, as the patients using discus, breezhaler, pMDI, and respimat inhaler experienced a significant increase of  score (p<0,05) from before the intervention and after the intervention. So we can conclude here that mobile application regarding education on proper use of inhaler have an effect on improving the quality of life of COPD patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firna Rania Rizkiani Fouady
"Transformasi layanan kesehatan dari tradisional ke layanan yang berpusat kepada pasien membuat arah pelayanan menjadi lebih holistik. Dengan implementasi layanan tersebut, SDM kesehatan dituntut untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya sehingga dapat memberikan layanan yang terbaik kepada pasien. Kinerja pada SDM kesehatan dapat ditingkatkan melalui implementasi desain pekerjaan yang memenuhi kelima dimensi pekerjaan, yaitu variasi keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi, dan umpan balik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik pekerjaan beserta lima dimensinya dan kinerja SDM kesehatan di RS Grha Permata Ibu dengan metode penelitian kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara daring dengan metode self-administered questionnaire. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara karakteristik pekerjaan, identitas tugas, signifikansi tugas, dan umpan balik dengan kinerja SDM kesehatan di RS Grha Permata Ibu. Sementara itu, terdapat hubungan yang lemah dan signifikan antara variasi keterampilan dan otonomi dengan kinerja SDM kesehatan. Rekomendasi yang diberikan dari hasil penelitian ini adalah mengidentifikasi kesesuaian antara variasi keterampilan yang dibutuhkan dengan yang dimiliki individu sebagai bahan pengembangan SDM, mendorong SDM kesehatan untuk terlibat penuh dalam seluruh proses kerjanya melalui impelementasi rotasi kerja, meninjau kembali kebijakan yang mengatur terkait otonomi kerja, mempromosikan budaya kerja yang mendorong inisiatif SDM kesehatan, serta mengevaluasi efektivitas sistem pemberian umpan balik.

The transformation of healthcare services from traditional models to patient-centered care has led to a more holistic approach to patient care. This shift has placed increased demands on healthcare professionals to continuously improve their performance in order to deliver the best possible care to patients. One approach to enhancing healthcare workforce performance is to implement job design principles that fulfill the five dimensions of work: skill variety, task identity, task significance, autonomy, and feedback. This research aimed to investigate the relationship between job characteristics and their five dimensions, and the performance of healthcare professionals at Grha Permata Ibu Hospital. A quantitative research methodology was employed, utilizing self-administered online questionnaires for data collection. The findings revealed a positive and significant relationship between job characteristics, task identity, task significance, and feedback with the performance of healthcare professionals at Grha Permata Ibu Hospital. However, a weak yet significant relationship was observed between skill variety and autonomy with healthcare worker performance. The research suggests several strategies to improve the performance of healthcare professionals at Grha Permata Ibu Hospital by identify the alignment between required and individual skill sets as a basis for workforce development initiatives, encourage active involvement of healthcare professionals in the entire work process by implementing job rotation strategies, review internal policies regarding work autonomy to enhance empowerment and decision-making capabilities, promote a work culture that encourages initiative, and evaluate the effectiveness of the feedback system.  "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Entis Fitriasi
"Skripsi ini membahas karakteristik dokter terhadap kelengkapan pengisian Informed Consent pasien bedah caesar di RS Grha Permata Ibu. Informed Consent adalah salah satu aspek penting sebelum melakukan tindakan terhadap pasien terutama dalam melakukan tindakan yang memiliki resiko tinggi seperti bedah caesar.
Dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) menyebutkan bahwa Informed Consent harus lengkap 100%, bagi dokter Informed Consent dapat membuat rasa aman dalam menjalankan tindakan medis pada pasien, sekaligus dapat digunakan sebagai pembelaan diri terhadap kemungkinan adanya tuntutan dari pasien atau keluarga pasien bila terjadi akibat yang tidak dikehendaki, sedangkan bagi pasien Informed Consent merupakan penghargaan terhadap hak-hak pasien oleh dokter dan dapat digunakan sebagai alasan gugatan terhadap dokter apabila terjadi penyimpangan praktik dokter dari maksud diberikannya persetujuan pelayanan kesehatan.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif, pada penelitian kuantitatif dilakukan telaah dokumen berdasarkan lembar Informed Consent pasien bedah caesar pada bulan Januari-Maret 2015, sedangkan pada penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara terhadap seluruh dokter spesialis kebidanan dan kandungan di RS Grha Permata Ibu dan wawancara terhadap informan kunci dari perawat dan manajemen. Berdasarkan analisis didapatkan hasil bahwa ketidaklengkapan pengisian lembar Informed Consent pasien bedah caesar di RS Grha Permata Ibu sebesar 63,7%. Variabel yang paling banyak tidak terisi adalah jam penandatanganan sebanyak 68,5%, hubungan antara pemberi pernyataan dan pasien sebanyak 37,9% dan nomor rekam medis sebanyak 29,8%.

This undergraduate thesis discusses about the characteristics of the doctor to the informed consent completeness of cesarean patients in Grha Permata Ibu Hospital. Informed consent is one of the important aspects before taking action to the patients, especially in carrying out the actions which have a high risk such as cesarean.
The Minimum Service Standards states that informed consent must complete 100%, for the doctors informed consent can create a sense of security in carrying out medical procedures on patients, and can be used as a defense against possible claims from the patient or the patient's family if undesirable thing happened, whereas for patients informed consent is a tribute to the rights of patients by the doctors and can be used as an excuse lawsuit against a doctor if irrelevance medical practices happened.
This study used quantitative and qualitative research, quantitative research conducted document review based on the informed consent of cesarean patients from January to March 2015, whereas in qualitative research used interview method to all specialists in obstetrics and gynecology at Grha Permata Ibu Hospital and interviewed with nurses and management. Based on the analysis showed that the incompleteness informed consent of cesarean patients in Grha Permata Ibu hospital is 63.7%. The variable that is most widely unfilled is hours signing, 68.5%, the relation between the people who give the statement and patients is 37.9% of patients and medical record numbers is 29.8%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adetya Rahma Dinni
"Latar Belakang: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) memiliki berbagai spektrum gejala klinis salah satunya sesak napas. Sesak napas disertai hipoksia merupakan prediktor penurunan kapasitas fungsional. Uji jalan 6 menit dapat mengidentifikasi sesak napas dan hipoksia pasca-uji latih pada pasien COVID-19 saat perawatan dan pascarawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat sesak pada pasien COVID-19 yang dirawat dan pascarawat Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif yang dilakukan pada Bangsal COVID-19 dan poli paru RSUP Persahabatan dari Agustus 2021 – Juni 2022. Subjek penelitian adalah pasien COVID-19 derajat ringan atau sedang yang dirawat di Bangsal COVID-19 yang memenuhi kriteria penelitian. Subjek penelitian akan dilakukan uji jalan 6 menit, penilaian skala Borg, saturasi oksigen, skor RALE dan arus puncak ekspirasi saat perawatan dan akan di evaluasi pada 1 bulan dan 3 bulan pascarawat. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan 40 subjek penelitian. Nilai rerata uji jalan 6 menit pasien COVID-19 yang dirawat 279,9 m (SB ± 75,4), 1 bulan pascarawat 332 m ((SB ± 63,7) dan 3 bulan pascarawat 394,52 m (SB ± 58). Median saturasi oksigen pasien COVID-19 yang dirawat 97%, 1 bulan pascarawat 97,5% dan 3 bulan pascarawat 98%. Nilai median skala Borg pasien COVID-19 yang dirawat 2, 1 bulan pascarawat 1, 3 bulan pascarawat 1. Arus puncak ekspirasi pasien COVID-19 250 L/menit, 1 bulan pascarawat 310 L/menit dan 3 bulam pascarawat 370 L/menit. Median skor RALE pasien COVID-19 yang dirawat 3, 1 bulan pascarawat 2,5 dan 3 bulan pascarawat 1,5. Terdapat korelasi bermakna skala Borg dengan uji jalan 6 menit, saturasi oksigen dengan uji jalan 6 menit dan uji jalan 6 menit dengan skor RALE, terdapat korelasi bermakna arus puncak ekspirasi dengan skala Borg pada pasien COVID-19 yang dirawat dan 1 bulan pascarawat, terdapat korelasi bermakna saturasi oksigen dengan skala Borg pada pasien COVID-19 yang dirawat dan 1 bulan pascarawat Kesimpulan: Terdapat perbaikan derajat sesak yang ditunjukkan dari hasil uji jalan 6 menit, skala Borg, saturasi oksigen, skor RALE dan arus puncak ekspirasi pada pasien COVID-19 ringan dan sedang yang dirawat dibandingkan 1 bulan pascarawat dan 3 bulan pascarawat.

Background: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) has various clinical symptoms, one of which is shortness of breath. Exertional dyspnea is a predictor of decreased functional capacity. The 6-minute walk test can identify exertional dyspnea and hypoxia in COVID-19 patients during hospitalization and post-hospitalization. This study aims to determine the degree of shortness of breath in hospitalized and post-hospitalized COVID-19 patients. Methods: A prospective cohort study was conducted in the COVID-19 isolation ward and pulmonology clinic National Respiratory Center Persahabatan Hospital from August 2021 – June 2022. The study subjects were mild or moderate COVID-19 patients admitted to the COVID-19 isolation ward who met the research criteria. Patients underwent a 6-minute walk test, assessment of Borg scale, oxygen saturation, RALE score, and peak expiratory flow rate and will be evaluated at a month and three months post-hospitalization. Results: There were 40 subjects participating in this study. The mean of the 6-minute walk test of COVID-19 patients was 279.9 m (SD ± 75.4), one-month post-hospitalized was 332 m (SD ± 63.7) and three months post-hospitalized was 394.52 m (SD±58) Median oxygen saturation of COVID-19 patients was 97%, one-month post-hospitalized was 97.5% and three months post-hospitalized was 98%. Median Borg scale of COVID-19 patients was 2, 1-month post-hospitalized was 1, 3 months post-hospitalized was 1. The median peak expiratory flow rate of COVID-19 patients was 250 L/min, one-month post-hospitalized was 310 L/min and three months post-hospitalized was 370 L/min. Median RALE scores for COVID-19 patients was 3, 1-month post-hospitalized was 2,5 and 3 months post-hospitalized was 1,5. There was a significant correlation between Borg scale and 6-minute walk test, oxygen saturation with the 6-minute walk test and the 6-minute walk test with RALE score. There was a significant correlation between peak expiratory flow and the Borg scale in hospitalized and one-month post-hospitalized COVID-19 patients. There was a significant correlation between oxygen saturation with the Borg scale in COVID-19 patients and one-month post-hospitalized COVID-19 patients. Conclusion: There was an improvement in the degree of dyspnea in mild and moderate COVID-19 patients as indicated by 6-minute walk test distance, Borg scale, oxygen saturation, RALE score and peak expiratory flow rate compared to a-month and three-months post-hospitalized."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adzka Khairiy Nazmi
"Kasus positif Covid-19 yang berkembang pesat di Indonesia harus diimbangi dengan kualitas penanganan yang baik, salah satunya dengan menjanjikan peningkatan jumlah pasien sembuh. Favipiravir merupakan obat antivirus yang efektif menghambat infeksi virus Covid-19. Dalam penggunaan dan peresepan favipiravir sebagai obat antivirus, dapat terjadi kesalahan yang akan menyebabkan pengobatan bagi pasien Covid-19 tidak efektif, salah satunya adalah Masalah Terkait Obat (MTO). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis MTO pada pasien Covid-19 dengan terapi favipiravir di Rumah Sakit Universitas Indonesia tahun 2021. Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil secara retrospektif dari rekam medis dan Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) pasien. Klasifikasi masalah terkait obat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada klasifikasi Hepler dan Strand. Analisis dilakukan terhadap 131 pasien Covid-19 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya masalah terkait obat pada pasien Covid-19 dengan terapi favipiravir di RSUI tahun 2021 sebanyak 92 kejadian dengan persentase interaksi obat sebesar 58,69%, Reaksi Obat Tidak Diinginkan (ROTD) sebesar 22,83%, kegagalan dalam penerimaan obat sebesar 10,87%, dosis subterapi sebesar 6,52%, dosis berlebih sebesar 1,09%, kesalahan pemilihan obat sebesar 0,0%, penggunaan obat tanpa indikasi sebesar 0,0%, dan indikasi yang tidak diobati sebesar 0,0%. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan pasien Covid-19 dengan terapi favipiravir di Rumah Sakit Universitas Indonesia berpotensi mengalami masalah terkait obat, yang mana MTO yang paling banyak terjadi adalah interaksi obat.

Positive cases of Covid-19 which are increasing rapidly in Indonesia must be improved with good quality of treatment, one of which is by increasing the number of recovered patients. Favipiravir is an antiviral drug that is effective at preventing infection with the Covid-19 virus. In the use and prescribing of favipiravir as an antiviral drug, errors can occur that will cause treatment for Covid-19 patients to be ineffective, one of which is Drug Related Problems (DRP). This study aims to analyze DRP in Covid-19 patients with favipiravir therapy at the University of Indonesia Hospital in 2021. The study design used was a cross-sectional study. The data used in this study are secondary data taken retrospectively from the patient's medical records and Integrated Patient Development Records. The classification of drug-related problems used in this study refers to the Hepler and Strand classification. The analysis was carried out on 131 Covid-19 patients who met the inclusion criteria. The results of the study showed that there were drug-related problems in Covid-19 patients with favipiravir therapy at University of Indonesia Hospital in 2021 as many as 92 incidents with the proportion of events for drug interactions is 58.69%, Adverse Drug Reactions is 22.83%, failure to receive drugs is 10.87%, subtherapeutic dosage is 6.52%, overdosage is 1.09%, improper drug selection is 0,0%, drug use without indication is 0.0%, and untreated indication is 0.0%. Based on the results of this analysis, it is certain that Covid-19 patients with favipiravir therapy at the University of Indonesia Hospital is experiencing drug-related problems, which the most DRP occurs is drug interactions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>