Ditemukan 29121 dokumen yang sesuai dengan query
Sarah Khansha Suhada
"Rumah gadang dan perkembangannya merupakan sebuah ekspresi material dari adat Minangkabau yang berlandaskan pada falsafah “Alam terkembang jadi guru” yang mereka anut di sepanjang kehidupannya. Falsafah ini menjadi pedoman dalam memahami perkembangan ruang domestik yang menekankan bagaimana keterhubungan antara ruang domestik dan kebiasaan sosiokultural yang dianut. Namun karena pergeseran zaman, terjadi perubahan yang sebenarnya dapat merujuk kepada sebuah representasi yang baru. Pergeseran ini karena adanya penyesuaian dengan berbagai kepentingan, nilai, dan cara kehidupan masyarakat lokal saat ini. Tentunya konfigurasi ruang domestik tersebut bertransformasi, menjadi berbeda dengan yang sebelumnya. Penelitian ini memilih salah satu wilayah yang terletak di “Alam Minangkabau” atau the heartland of the Minangkabau world, yang dinamai Luhak Nan Tigo (Tanah Latar, Agam, dan Lima Puluh Koto) yaitu Nagari Taram, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota.
Rumah Gadang and its evolution are a true embodiment of Minangkabau customs based on the philosophy of "Alam terkembang jadi guru," which they embrace throughout their lives. This concept serves as a framework for analyzing the evolution of domestic space, emphasizing how the relationship between domestic space and sociocultural practices is accepted. However, due to the changing times, there has been a change that can actually refer to a new representation. This transformation is the result of adaptations to local people's present interests, values, and ways of life. Of course, the domestic space configuration is transformed to be different from the previous one. This research focused on Nagari Taram, Harau District, Limapuluh Kota Regency, which is located in "Alam Minangkabau," or the heartland of the Minangkabau world."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Buku Teks Universitas Indonesia Library
"This research describes religious symbols at rumah gadang Abai
Sangir Solok Selatan. The symbols lay on walls, stairs, doors, and
windows. Using the descriptive qualitative method and Paul Ricoer
theory, the research shows that the society put on their belief on those
symbols. How they live as person and society described on the symbols. "
390 WE 2:1 (2011)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Mohamad Sadikin
Jakarta: UI-Press, 2008
PGB 0291
UI - Pidato Universitas Indonesia Library
A.A. [Ali Akhbar] Navis, 1924-
Jakarta: Grafiti, 1984
959.8 NAV a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Alhayatul Rifqih
"
ABSTRAKUsaha untuk mencapai sustainabilitas hunian telah dilakukan manusia bahkan sebelum berkembangnya teknologi yang menunjang usaha tersebut. Teknologi sederhana yang digunakan mampu menciptakan hunian yang memenuhi aspek keberlanjutan. Rumah Gadang dapat dikatakan sebagai wujud usaha masyarakat Minangkabau untuk mencapai hunian yang berkelanjutan. Dapat terlihat dari proses pengembangan yang terjadi pada rancangan Rumah Gadang dari dulu sampai sekarang. Pengembangan pada rancangan Rumah Gadang dapat terus berkembang seiring dengan berubahnya kondisi alam, sumber daya, dan karakteristik berhuni masyarakat Minangkabau.Kata Kunci: Sustainabilitas Arsitektur, Rumah Gadang, Pengembangan Ruang.
ABSTRACTEfforts to achieve a sustainability dwelling design has been performed even before the development of technologies that support these efforts. Simple technology that used to create a residential meets the sustainability aspect. Rumah Gadang can be considered as a form of Minangkabau society efforts to achieve sustainable housing. It can be seen from the development process that occurred in the design of the Rumah Gadang from the beginning until now. The development of the design of the Rumah Gadang can continue to evolve by changes in natural conditions, resources, and the dwelling characteristics of the Minangkabau society.Keywords Sustainability Architecture, Rumah Gadang, Development of Space. "
2017
S66853
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Andri Nur Oesman
"Masyarakat Minangkabau yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia mengalami penurunan rasa kepercayaan diri akan identitas. Untuk meningkatkannya, perlu pemahaman lebih terhadap unsur budaya. Gonjong sebagai salah satu elemen arsitektur sekaligus merupakan unsur budaya menjadi hal yang tepat untuk dipahami. Pemahaman dilakukan dengan pencarian pemaknaan gonjong yang merupakan bentuk atap yang digunakan pada Rumah Gadang. Pemaknaan gonjong dibahas berdasasarkan teori semiotika. Dalam semiotika terdapat proses semiosis abadi yaitu perkembangan pemaknaan yang terjadi terus menerus. Pembahasan perkembangan pemaknaan dalam semiotika membutuhkan latar belakang kebudayaan masyarakat yang mengalami. Dalam perkembangan kebudayaan masyarakat Minangkabau, pengaruh Islam yang sangat kuat menimbulkan banyak pergeseran pemaknaan. Pergeseran makna yang sudah tertanam berkembang pada perkembangan pemaknaan ke arah expression atau bentuk penanda, yaitu gonjong.
Minangkabau people which spreaded all around Indonesia is having a decreased self confidence in identity. To solve this issue, the people of Minangkabau needs a deeper understanding about their cultural elements. Gonjong as an architectural element which also acts as cultural elements are important to be understood. The understanding of gonjong is received by doing research on interpretation of gonjong as the roof of Rumah Gadang. Theory of semiotics is used to find the interpretation of gonjong. The theory of semiotics explains about the infinite process of semiosis which means the continuous evolution of interpretation. This evolution of interpretation have to be discussed along with the cultural background of the civilization. In the case of Minangkabau’s cultural development, the strong influence of Islam creates many shifting of meanings. The shifting of meanings is developed into “expression” or the form of the sign, which is gonjong."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55231
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
"Arsitektur rumah adat Lipo Kirek bagi masyarakat di desa Hewokloang dirancang bukan saja sebagai satu konstruksi fisik, tempat berdiam atau tempat tinggal, tetapi bermakna sebagai sosio cultural yang merangkum pelbagai dimensi hidup manusia, sebagai mahluk sosio religious yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan social dan kepercayaan masyarakat yang bersangkutan. Dalam kehidupan masyarakat arsitektur rumah adat memiliki fungsi dan peran ganda selain berfungsi sebagai tempat pertemuan untuk bermusyawarah, sebagai tempat untuk berkomunikasi dengan wujud tertinggi yang bersifat misteri dan tidak dapat dijangkau oleh manusia. Rumah adat dibangun berdasarkan norma-norma tertentu yang dilandasi oleh kondisi lingkungan, pengetahuan, kepercayaan dan tradisi. Penelitian arsitektur rumah adat Lipokirck meliputi struktur, teknik pembangunan, persiapan serta pelaksanaan upacara yang menyertainya."
902 JPSNT 21(1-2) 2014
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Zalfa Nada Atsilah
"This study explores various spatial experiences based on sensory perception to evoke collective emotion, which triggers a collective ego. It explores the interaction between sensory perception and spatial experiences, highlighting the transformative potential of built environments on cognitive and emotional responses. The research posits that space functions not merely as a physical construct but as an active medium shaping identity and collective ego. Through self-observations, which are wandering body responses on various locations located in Jakarta which have ego manifestation, this study incorporates bodily sensory experiences and movement to build interaction with the environment. The study is followed by the reconstruction of spatial environments, influencing identity and ego, which is examined through speculative experiments with visual-tactile sensory constructions. This approach enables the creation of architectural environments that utilize texture, lighting, form, and color to collectively influence self-perception and emotional states. The emotional aspects of spatial experiences, driven by sensory stimuli, demonstrate how manipulating architectural environments can regulate collective self-perception and emotional responses by processing sensory information to guide behavioral outcomes.
Penelitian ini mengeksplorasi ragam pengalaman spasial berdasarkan indra dalam membangkitkan emosi yang memicu ego kolektif. Penelitian ini menelusuri interaksi antara persepsi sensorik dan pengalaman spasial dengan menyoroti potensi transformatif dari lingkungan binaan dalam membentuk respons kognitif dan emosional. Dengan menggabungkan pengalaman indrawi tubuh dan gerakan dalam interaksi dengan lingkungan, penelitian ini menyatakan bahwa ruang tidak hanya berfungsi sebagai. Melalui observasi diri, yang merupakan respons tubuh yang berkelana di berbagai lokasi di Jakarta yang memiliki manifestasi ego, penelitian ini menggabungkan pengalaman sensorik tubuh dan gerakan untuk membangun interaksi dengan lingkungan. Penelitian ini dilanjutkan dengan rekonstruksi lingkungan spasial yang memengaruhi identitas dan ego, yang ditelusuri melalui eksperimen spekulatif dengan konstruksi sensorik visual-taktil. Pendekatan ini memungkinkan penciptaan lingkungan arsitektur yang memanfaatkan tekstur, pencahayaan, bentuk, dan warna untuk secara kolektif memengaruhi persepsi diri dan keadaan emosional. Aspek emosional dari pengalaman spasial, yang didorong oleh rangsangan sensorik, menunjukkan bagaimana manipulasi lingkungan arsitektur dapat mengatur persepsi diri kolektif dan respons emosional dengan memproses informasi sensorik untuk membimbing hasil perilaku."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Vemi Xafiera
"Rumah Gadang adalah arsitektur vernakular Minangkabau yang merefleksikan identitas budaya masyarakat setempat. Penelitian ini mengkaji adaptabilitas Rumah Gadang di Kawasan Saribu Rumah Gadang, Solok Selatan, dalam upaya pelestarian arsitektur vernakular Minangkabau. Melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam, penelitian ini menganalisis perubahan yang terjadi pada aspek tangible (bentuk, material, dan tata ruang) dan intangible (hubungan antara masyarakat dan wisatawan) Rumah Gadang sebagai upaya adaptasi terhadap perkembangan zaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa revitalisasi Rumah Gadang oleh Kementerian PUPR dan renovasi oleh masyarakat setempat dengan melibatkan Tukang Tuo, menggunakan material lokal, dan mempertahankan bentuk dan tata ruang asli, merupakan upaya pelestarian yang selaras dengan prinsip-prinsip arsitektur vernakular. Kehadiran wisatawan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian masyarakat dan menjadi faktor pendorong pelestarian Rumah Gadang. Dengan demikian, perubahan yang terjadi pada Rumah Gadang di Kawasan Saribu Rumah Gadang dapat dipandang sebagai upaya adaptasi untuk melestarikan warisan budaya Minangkabau agar dapat terus berkembang di masa depan.
Rumah Gadang is a Minangkabau vernacular architecture that reflects the cultural identity of the local community. This research examines the adaptability of Rumah Gadang in the Saribu Rumah Gadang Area, South Solok, in an effort to preserve Minangkabau vernacular architecture. Through field observations and in-depth interviews, this study analyzes the changes occurring in the tangible aspects (form, materials, and layout) and intangible aspects (relationship between community and tourists) of Rumah Gadang as an effort to adapt to the changing times. The results show that the revitalization of Rumah Gadang by the Ministry of Public Works and Public Housing and renovations by the local community, involving Tukang Tuo (traditional builders), using local materials, and maintaining the original form and layout, are preservation efforts that are in line with the principles of vernacular architecture. The presence of tourists has made a positive contribution to the community's economy and has become a driving factor for the preservation of Rumah Gadang. Thus, the changes occurring in Rumah Gadang in the Saribu Rumah Gadang Area can be seen as an effort to adapt and preserve the Minangkabau cultural heritage so that it can continue to develop in the future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library