Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137280 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Raihan Suprajeni
"Stabilitas Oksidasi adalah salah satu sifat biodiesel yang perlu diuji sebelum biodiesel dinilai dapat digunakan. Kerendahan kestabilan oksidasi akan membuat kualitas biodiesel sebagai bahan bakar mudah turun dalam penyimpanan, ini membuat biodiesel tersebut memiliki umur penyimpanan yang rendah. Tujuan dari reaksi hidrogenasi parsial adalah untuk memecah ikatan kimia tidak jenuh yang menyebabkan turunya kestabilan oksidasi biodiesel tersebut. Untuk eksperimen ini, Pd dengan support activated carbon yang dibeli dari … dan Ni/Al2O3 akan digunakan sebagai katalis dan Biodiesel akan didapatkan dari Lemigas. Reaksi akan dilakukan dengan alat reactor Autoclave berpengaduk dengan kondisi operasi divariasikan yaitu suhu 120°C dan tekanan 3, 4, dan 5 bar. Hasil eksperimen menunjukkan H-FAME paling optimal didapatkan dari kombinasi Katalis Ni/Al2O3 suhu 120 °C dan tekanan 4 bar, dengan nomor Iodin 49.21, Nomor asam 1.46, kestabilan oksidasi 17.69 jam dan yield 7.85 %

Oxidation stability is one of the most critical properties that need to be assessed for a biodiesel to be suitable for use. A low oxidation stability will cause biodiesel to degrade easily upon storage thus lowering its effective storage age. The purpose of the partial hydrogenation reaction is to break the unsaturated bonds in FAME (Fatty Acid Methyl Ester) which lower the oxidation stability of a biodiesel. For this experiment, the catalyst used will be Pd with support of activated carbon and Ni/Al2O3. The biodiesel is gained from Lemigas. The synthesis will take place in an autoclave stirred reactor with the operating condition of 120°C with pressure of 3, 4, and 5 bar. From the result, it can be concluded that the most optimum result of H-FAME is achieved through reaction with Ni/Al2O3 catalyst in 120 °C and 4 bar, with the iodine number of 49.21, acidity number of 1.46, oxidation stability of xx hours and yield of 7.85%"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jamaludin
"ABSTRACT
Pemerintah Indonesia menargetkan pada tahun 2020 konsentrasi biodiesel dalam campuran bahan bakar minyak jenis solar Biosolar harus mencapai angka 30. Namun, untuk saat ini konsentrasi biodiesel yang lebih dari 20 bersifat tidak stabil dan mudah teroksidasi. Untuk meningkatkan stabilitas oksidasi perlu dilakukan modifikasi komponen biodiesel. Salah satu caranya yaitu dengan reaksi hidrogenasi parsial. Hidrogenasi parsial memecah sebagian ikatan tak jenuh pada biodiesel yang merupakan komponen kunci penentuan sifat oksidatif. Hidrogenasi parsial dengan kondisi operasi tekanan 10 bar, suhu 150 OC, rasio katalis 5 berhasil menurunkan bilangan iodin yang semula 113,35 menjadi 101,54 dengan stabilitas oksidasi H-FAME sebesar 880 menit. Katalis yang digunakan untuk Hidrogenasi Parsial adalah NiMo/Zeolit.

ABSTRACT
Indonesian Government targets that by 2020 the concentration of biodiesel in diesel fuel mix Biosolar have to reach 30. However, the current issue is that more than 20 biodiesel concentration is unstable and easily oxidized. To improve oxidation stability it is necessary to modify the biodiesel component. One way is by partial hydrogenation reaction. Partial hydrogenation breaks up some unsaturated bonds in biodiesel which is a key component of the determination of oxidative properties. Partial Hydrogenation at 10 bar, 150 oC, and catalyst ratio 5 can decrease iodine number of unsaturated bond from 113,35 to 101,54 g I2 100g with oxidation stability of H FAME for 880 minutes. The catalyst that used in Partial Hydrogenation is NiMo Zeolith."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Agitia Fransisca
"Menipisnya cadangan minyak bumi membuat banyak orang berusaha mencari alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan memanfaatkan bahan bakar yang berasal dari minyak nabati. Pada penelitian ini akan dibuat suatu bahan bakar alternatif generasi kedua biofuel yang dikenal dengan nama renewable diesel. Sintesis renewable diesel ini dilakukan dengan metode deoksigenasi menggunakan katalis Pd/C dan NiMo/C dengan bahan baku yang digunakan adalah asam oleat. Pada reaksi deoksigenasi ini dilakukan variasi tekanan 9 bar dan 15 bar, dengan temperatur 400°C, kecepatan pengaduk 800 rpm dan lamanya reaksi 2 jam. Uji densitas dan viskositas produk ini menunjukkan hasil yang mendekati sifat fisik solar komersial. Dari hasil uji densitas, viskositas, FTIR dan GC-FID dapat disimpulkan bahwa produk optimum reaksi terjadi pada sampel yang menggunakan katalis Pd/C dengan tekanan 9 bar dalam waktu 2 jam. Berdasarkan hasil uji tersebut, produksi renewable diesel pada penelitian ini memiliki konversi 76,01%, selektivitas 50,14% dan yield 24,86%.

Depletion of petroleum make a lot of people trying to find alternative fuels that are environmentally friendly, one of which is derived from vegetable oils. This research will be a second generation biofuels known as renewable diesel. Synthesis renewable diesel is done by deoxygenation method using catalysts Pd/C and NiMo/C with the raw material used is oleic acid. Deoxygenation reaction was conducted on the variation of pressure 9 bar and 15 bar, with a temperature of 400°C, stirrer speed of 800 rpm and duration reaction of 2 hours. Physical property test result such as density and viscosity of this product and commercial solar shows closed similarity. According the test results density, viscosity, FTIR and GC-FID can be concluded that the optimum reaction product occurred in the sample using the catalyst Pd/C with a pressure of 9 bar in 2 hours. Based on these test results, the production of renewable diesel in this study has a 76.01% convertion, 50.14% selectivity and 24.86% yield of renewable diesel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42893
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afinii Nuryati
"Biodiesel merupakan bahan bakar terbarukan dari minyak nabati yang dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar minyak. Di camping keunggulan yang dimiliki biodiesel seperti sumbernya yang terbarukan dan emisinya yang lebih rendah, kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi menyebabkan ketidakstabilan oksidasi selama penyimpanan. Pyrogallol diketahui sebagai antioksidan fenolik yang memiliki performa paling baik dalam meningkatkan stabilitas oksidasi biodiesel. Namun, pyrogallol memiliki kepolaran yang berbeda dengan biodiesel sehingga mudah mengendap. Penelitian telah dilakukan untuk membuat senyawa turunan pyrogallol dari reaksi antara pyrogallol dengan metil linoleat murni menggunakan katalis 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fayola Fedoria
"Penggunaan antioksidan alami sebagai penyerap radikal bebas diperkirakan akan terus meningkat terutama dengan adanya peningkatan permintaan global pada industri kesehatan, farmasi, cat, dan pelapisan. Lignin dari biomassa lignoselulosa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) akan melalui hidrogenolisis pada kondisi operasi optimum hingga dapat menghasilkan senyawa fenolik sebagai antioksidan alami. Pra perlakuan TKKS menggunakan NaOH dilanjutkan dengan isolasi lignin teknis menggunakan HCl. Lignin yang diperoleh kemudian dihidrogenolisis menggunakan katalis Pd/C dan deep eutectic solvent choline chloride/ethylene glycol dengan dilakukan variasi rasio katalis dengan lignin (1:5, 1:7,5, 1:10 b/b), rasio lignin dengan DES (1:10, 1:20, 1:30 b/v), serta waktu reaksi (1, 3, 5, 7, 9 menit) yang akan diamati kontribusinya terhadap derajat depolimerisasi, yield bio-oil, karakterisasi kandungan senyawa, total kandungan fenolik, dan aktivitas antioksidan. Penelitian ini menemukan bahwa derajat depolimerisasi dan yield bio-oil terbaik bernilai 44,8% dan 31,0%. Berdasarkan nilai total kandungan fenolik, kondisi operasi optimum adalah 1:10 (b/b), 1:10 (b/v), dan 7 menit. Berdasarkan nilai aktivitas antioksidan, kondisi operasi optimum adalah 1:5 (b/b), 1:20 (b/v), dan 3 menit. Berdasarkan nilai yield bio-oil, kondisi operasi optimum adalah 1:10 (b/b), 1:30 (b/v), dan 9 menit. Berdasarkan analisis kandungan senyawa, sampel terbaik memiliki 4 senyawa kumarin dan lignanoid serta 2 senyawa fenol.

The use of natural antioxidants as free radical scavengers is expected to increase continuously especially with the increasing global demand in the health, pharmacy, paint, and coating industries. Lignin from oil palm empty fruit bunches (OPEFB) lignocellulosic biomass will undergo hydrogenolysis at optimum operating conditions to produce phenolic compounds as natural antioxidants. The pre-treatment of OPEFB using NaOH is followed by technical lignin isolation using HCl. The lignin obtained is then hydrogenolyzed using Pd/C catalyst and deep eutectic solvent choline chloride/ethylene glycol by varying the ratio of catalyst to lignin (1:5, 1:7,5, 1:10 w/w), the ratio of lignin to DES (1 :10, 1:20, 1:30 w/v), as well as reaction time (1, 3, 5, 7, 9 minutes) which will be observed for their contribution to the degree of depolymerization, bio-oil yield, the characterization of compounds contained, the total phenolic content, and the antioxidant activity. This study found that the best degree of depolymerization and bio-oil yield was 44,8% and 31,0%. Based on the total phenolic content value, the optimum operating conditions are 1:10 (w/w), 1:10 (w/v), and 7 minutes. Based on the antioxidant activity value, the optimum operating conditions are 1:5 (w/w), 1:20 (w/v), and 3 minutes. Based on the bio-oil yield value, the optimum operating conditions are 1:10 (w/w), 1:30 (w/v), and 9 minutes. Based on the compounds analysis, the best sample had 4 coumarin and lignanoid compounds and 2 phenol compounds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Denaputri Sudewo
"Kunyit Curcuma longa merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan untuk pengobatan tradisional. Zat aktif antibakteri yang terkandung dalam kunyit adalah senyawa turunan kurkuminoid yang berwarna kuning kemerahan. Namun karena warnanya, aplikasi kunyit untuk obat kumur herbal belum optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu reaksi yang dapat mengubah senyawa golongan kurkuminoid menjadi tidak berwarna namun tetap memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri zona bening senyawa hasil reaksi hidrogenasi kurkuminoid dari ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Fusobacterium nucleatum. Senyawa kurkuminoid diekstraksi dari rimpang kunyit dengan metode sokhlet yang kemudian dianalisis dengan menggunakan kromatografi lapis tipis KLT dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan spektrometer FTIR. Ekstrak kurkuminoid hasil ekstraksi ini dimodifikasi strukturnya dengan reaksi hidrogenasi menggunakan katalis logam Pd-C untuk menghilangkan ikatan rangkap terkonjugasi dari senyawa kurkuminoid membentuk senyawa turunan tetrahidrokurkuminoid. Senyawa turunan tetrahidrokurkuminoid kemudian dimurnikan dengan kromatografi kolom gravitasi dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan spektrometer FTIR. Hasil dari karakterisasi tersebut menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada pergeseran panjang gelombang dari 419 nm menjadi 288 nm pada spektrum UV-VIS, dan terdapat adanya serapan pada bilangan gelombang 2900 cm-1 pada spektrum FTIR yang menandakan adanya gugus C-Hsp3 yaitu hilangnya ikatan rangkap. Dengan demikian dapat dikatakan reaksi hidrogenasi sudah berhasil. Terhadap senyawa turunan kurkuminoid dan tetrahidrokurkuminoid dilakukan uji antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan F. nucleatum dengan metode disk cakram. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terhadap bakteri S. aureus tetrahidrokurkuminoid memiliki aktivitas antibakteri yang termasuk kategori sedang dengan zona hambat sebesar 5,5 mm pada konsentrasi 1000 ppm sedangkan senyawa kurkuminoid memiliki zona hambat sebesar 2 mm yang termasuk kategori lemah. Sedangkan uji terhadap bakteri F. nucleatum senyawa turunan tetrahidrokurkuminoid memiliki zona hambat sebesar 2,75 mm sedangkan senyawa kurkuminoid sebesar 2,5 mm pada konsentrasi 1000 ppm dimana keduanya termasuk kategori lemah. Adanya aktivitas antibakteri ini membuat senyawa turunan tetrahidrokurkumin berpotensi untuk dapat dikembangkan selanjutnya dalam pemanfaatan obat kumur.

Turmeric Curcuma longa is one of the most commonly used plants for traditional medicine. An antibacterial active substance contained in turmeric is a group of red yellow curcuminoid compounds. On the other hands, because of its color, turmeric application for herbal mouthwash has not been optimized. Therefore it is necessary to conduct a reaction that can change curcuminoid derivatives to be colorless but still have an antibacterial activity. The aim of this research is to analyze the effect of antibacterial clear zone of tetrahydrocurcuminoid, compound derived from curcuminoid hydrogenation reaction from turmeric extract, to the growth of Staphylococcus aureus and Fusobacterium nucleatum bacteria. The curcuminoid compound was extracted from turmeric by soxhlet method which then was analyzed by using thin layer chromatography TLC and characterized by UV Vis spectrophotometers and FTIR spectrometers. The curcuminoid extract was modified in structure by hydrogenation reaction using a Pd C metal catalyst to remove the conjugated double bond of the curcuminoid compound to form a tetrahydrocurcuminoid derivative compound. Tetrahydrocurcuminoid derivatives then were purified by gravity column chromatography and characterized by UV Vis spectrophotometers and FTIR spectrometers. The characterization showed that the wavelength shifted from 419 nm to 288 nm in the UV Vis spectrum absorption at the 2900 cm 1 wavenumber on the FTIR spectrum indicating the presence of the C H sp3 group because of double bond loss. Thus it can be said that the hydrogenation reaction haf been successful. Curcuminoid and tetrahydrocurcuminoid derivatives then were tested on antibacterial activity against S. aureus and F. nucleatum bacteria by using disk disc method. The antibacterial activity showed that tetrahydrocurcuminoid had a medium activity against the bacteria S. aureus with inhibiting zone of 5,5 mm at concentration 1000 ppm where as curcuminoid compound has 2 mm inhibitory zone which belongs to the weak activity. The antibacterial activity of bacterium F. nucleatum of tetrahydrocurcuminoid derivatives showed the inhibition zone of 2.75 mm while the curcuminoid compound of 2.5 mm at a concentration of 1000 ppm where both were classified into the weak activity. The existence of antibacterial activity made tetrahydrocurcuminoid derivative compounds had to be potential for further developed in mouthwash.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Denaputri Sudewo
"Kunyit Curcuma longa merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan untuk pengobatan tradisional. Zat aktif antibakteri yang terkandung dalam kunyit adalah senyawa turunan kurkuminoid yang berwarna kuning kemerahan. Namun karena warnanya, aplikasi kunyit untuk obat kumur herbal belum optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu reaksi yang dapat mengubah senyawa golongan kurkuminoid menjadi tidak berwarna namun tetap memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri zona bening senyawa hasil reaksi hidrogenasi kurkuminoid dari ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Fusobacterium nucleatum. Senyawa kurkuminoid diekstraksi dari rimpang kunyit dengan metode sokhlet yang kemudian dianalisis dengan menggunakan kromatografi lapis tipis KLT dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan spektrometer FTIR. Ekstrak kurkuminoid hasil ekstraksi ini dimodifikasi strukturnya dengan reaksi hidrogenasi menggunakan katalis logam Pd-C untuk menghilangkan ikatan rangkap terkonjugasi dari senyawa kurkuminoid membentuk senyawa turunan tetrahidrokurkuminoid. Senyawa turunan tetrahidrokurkuminoid kemudian dimurnikan dengan kromatografi kolom gravitasi dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan spektrometer FTIR. Hasil dari karakterisasi tersebut menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada pergeseran panjang gelombang dari 419 nm menjadi 288 nm pada spektrum UV-VIS, dan terdapat adanya serapan pada bilangan gelombang 2900 cm-1 pada spektrum FTIR yang menandakan adanya gugus C-Hsp3 yaitu hilangnya ikatan rangkap. Dengan demikian dapat dikatakan reaksi hidrogenasi sudah berhasil. Terhadap senyawa turunan kurkuminoid dan tetrahidrokurkuminoid dilakukan uji antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan F. nucleatum dengan metode disk cakram. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terhadap bakteri S. aureus tetrahidrokurkuminoid memiliki aktivitas antibakteri yang termasuk kategori sedang dengan zona hambat sebesar 5,5 mm pada konsentrasi 1000 ppm sedangkan senyawa kurkuminoid memiliki zona hambat sebesar 2 mm yang termasuk kategori lemah. Sedangkan uji terhadap bakteri F. nucleatum senyawa turunan tetrahidrokurkuminoid memiliki zona hambat sebesar 2,75 mm sedangkan senyawa kurkuminoid sebesar 2,5 mm pada konsentrasi 1000 ppm dimana keduanya termasuk kategori lemah. Adanya aktivitas antibakteri ini membuat senyawa turunan tetrahidrokurkumin berpotensi untuk dapat dikembangkan selanjutnya dalam pemanfaatan obat kumur.

Turmeric Curcuma longa is one of the most commonly used plants for traditional medicine. An antibacterial active substance contained in turmeric is a group of red yellow curcuminoid compounds. On the other hands, because of its color, turmeric application for herbal mouthwash has not been optimized. Therefore it is necessary to conduct a reaction that can change curcuminoid derivatives to be colorless but still have an antibacterial activity. The aim of this research is to analyze the effect of antibacterial clear zone of tetrahydrocurcuminoid, compound derived from curcuminoid hydrogenation reaction from turmeric extract, to the growth of Staphylococcus aureus and Fusobacterium nucleatum bacteria. The curcuminoid compound was extracted from turmeric by soxhlet method which then was analyzed by using thin layer chromatography TLC and characterized by UV Vis spectrophotometers and FTIR spectrometers. The curcuminoid extract was modified in structure by hydrogenation reaction using a Pd C metal catalyst to remove the conjugated double bond of the curcuminoid compound to form a tetrahydrocurcuminoid derivative compound. Tetrahydrocurcuminoid derivatives then were purified by gravity column chromatography and characterized by UV Vis spectrophotometers and FTIR spectrometers. The characterization showed that the wavelength shifted from 419 nm to 288 nm in the UV Vis spectrum absorption at the 2900 cm 1 wavenumber on the FTIR spectrum indicating the presence of the C H sp3 group because of double bond loss. Thus it can be said that the hydrogenation reaction haf been successful. Curcuminoid and tetrahydrocurcuminoid derivatives then were tested on antibacterial activity against S. aureus and F. nucleatum bacteria by using disk disc method. The antibacterial activity showed that tetrahydrocurcuminoid had a medium activity against the bacteria S. aureus with inhibiting zone of 5,5 mm at concentration 1000 ppm where as curcuminoid compound has 2 mm inhibitory zone which belongs to the weak activity. The antibacterial activity of bacterium F. nucleatum of tetrahydrocurcuminoid derivatives showed the inhibition zone of 2.75 mm while the curcuminoid compound of 2.5 mm at a concentration of 1000 ppm where both were classified into the weak activity. The existence of antibacterial activity made tetrahydrocurcuminoid derivative compounds had to be potential for further developed in mouthwash.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Atmi Sutrisniningrum
"Kurangnya stabilitas oksidasi biodiesel menyebabkan banyak kendala dalam pemanfaatannya. Untuk mengatasi hal ini, stabilitas oksidasi biodiesel perlu ditingkatkan melalui proses hidrogenasi parsial yang dapat dilakukan dalam reaktor multifasa. Reaktor Slurry Bubble Column, salah satu jenis reaktor multifasa, yang telah banyak digunakan dalam proses hydrotreating, berpotensi untuk menyelenggarakan proses ini dalam sistem kontinyu. Akan tetapi, belum ada penelitian yang mempelajari penggunaan reaktor Slurry Bubble Column untuk mengubah biodiesel menjadi H-FAME melalui proses hidrogenasi parsial. Oleh karena itu, tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan model matematis reaktor Slurry Bubble Column 2 dimensi axis-symmetric untuk proses hidrogenasi parsial. Model yang akan dibangun didasarkan pada persamaan kontinuitas untuk transport massa dan transport energi dengan modifikasi koefisien dispersi, juga penurunan tekanan dan distribusi katalis di sepanjang sumbu reaktor dan disimulasikan pada COMSOL MultiPhysic 5.4. Dalam penelitian ini, digunakan model kasus dasar reaktor kolom berbentuk silinder vertikal dua dimensi. Reaktor ini beroperasi pada 500 kPa, suhu saluran masuk 150 ° C. Umpan terdiri dari metil linoleat murni yang mewakili biodiesel dan hidrogen murni. Kecepatan gas masuk adalah 0,02 m/s, dan kecepatan cairan masuk adalah 0,00025 m/s. Hasil simulasi menunjukkan bahwa konversi metil-linoleat adalah 76,98%, hasil H-FAME adalah 54,8% berat, dengan kemurnian 54,45% berat.

Biodiesel`s lacks of oxidation stability presents many constraints in its utilization. To enhance this property, biodiesel needs to be upgraded through partial hydrogenation process which can be carried out in a multiphase reactor. Slurry bubble column, a type of multiphase reactor, which has been widely used in hydro-treating process, has potential to perform this process in a continuous system. However, no previous studies had shown the usage of slurry bubble column for upgrading biodiesel to H-FAME via partial hydrogenation process. Therefore, this study purpose was to develop a two-dimensional axis-symmetric reactor model for this process. The model was based on equation of continuity on mass transport and energy transport with dispersion coefficient, also pressure drop and catalyst distribution along the reactor axis and simulated on COMSOL MultiPhysic 5.4. In this study, a base case model, two-dimensional, axis-symmetry, vertical cylinder-shape slurry bubble column reactor was used. This reactor operated in 500 kPa, inlet temperature of 150 °C. The feed consisted of pure methyl-linoleate as biodiesel representation and pure hydrogen. The inlet gas velocity was 0.02 m/s, and the inlet liquid velocity was 0.00025 m/s. Simulation results show that the conversion of methyl-linoleate was 76,98%, H-FAME yield was 54.8% wt, with 54.45% wt purity. Keywords: Biodiesel, Partial Hydrogenation, H-FAME, Slurry Bubble Column Reactor, dispersion model, COMSOL, multiphase, Methyl Linoleate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Budi Santoso
"Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang aplikasinya pada mesin masih terkendala karena memiliki keterbatasan diantaranya stabilitas oksidasi yang rendah sehingga berpengaruh kepada kualitas penyimpanan biodiesel. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan proses hidrogenasi parsial. Pada proses hidrogenasi parsial, FAME direaksikan dengan hidrogen dan katalis untuk memecah ikatan tak jenuh. Penggunaan katalis nikel yang disangga pada alumina (Ni/Al2O3) lebih menguntungkan karena harganya yang murah dan mempunyai aktivitas katalitik yang tinggi. Reaksi hidrogenasi parsial dilakukan pada reaktor trickle bed dengan hidrogen pada fase gas, katalis pada fase padat, dan FAME pada fase cair. Penggunaan reaktor jenis ini memiliki kelebihan yaitu jatuh tekanan yang rendah (pressure drop), kehilangan katalis yang rendah, tidak memiliki elemen yang bergerak, dan biaya perawatan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem reaktor tiga fasa dan uji kinerja reaktor trickle bed untuk hidrogenasi parsial Biodiesel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaktor trickle bed berhasil memecah ikatan tak jenuh ganda (C19:2) pada rantai ikatan FAME menjadi ikatan tak jenuh tunggal (C19:1) dan ikatan jenuh (C19:0). Konversi biodiesel terbesar (8,93 %) diperoleh dengan kondisi operasi: tekanan hidrogen 7 bar, laju alir hidrogen 250 ml/menit dan laju alir biodiesel 0,667 ml/menit.

Biodiesel is an alternative fuel whose application to the engine is still constrained because it has limitations including low oxidation stability which affects the quality of biodiesel storage. One solution to overcome this problem is the partial hydrogenation. In the partial hydrogenation, FAME is reacted with hydrogen and a catalyst to break down unsaturated bonds. The use of nickel catalyst supported on alumina (Ni/Al2O3) is more advantageous because the price is low and has high catalytic activity. Partial hydrogenation reactions were carried out on trickle bed reactor. The use of this type of reactor has advantages such as low catalyst loss, no moving elements, and low maintenance costs. The research investigated partial hydrogenation of fatty acid methyl esters in a trickle-bed reactor. The result showed that the partial hydrogenation of polyunsaturated FAMEs in a trickle bed reactor had break down the polyunsaturated bond (C19:2) on the FAME into a monounsaturated bond (C19:1) and saturated bond (C19:0) and the best conversion of polyunsaturated FAMEs is 8.93% achieved with reaction condition: H2 pressure 7 bar, H2 flow rate 250 ml/min and biodiesel flow rate 0.667 ml/min."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Handayani
"Karet alam berperan penting sebagai sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Akan tetapi karet alam tidak tahan terhadap oksidasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya dengan menambahkan antioksidan sebagai aditif pada pembuatan barang jadi karet. Akan tetapi cara ini rentan mengalami blooming sehingga menimbulkan cacat produk dan penurunan daya antioksidasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan oksidasi karet alam melalui pengikatan antioksidan secara kimia ke dalam lateks yang sudah diepoksidasi. Lateks kebun dideproteinisasi menggunakan enzim papain sebanyak 0,06 phr, setelah itu diepoksidasi menggunakan asam format dan hidrogen peroksida pada suhu 70°C dengan kecepatan pengadukan 700 rpm selama 3 jam. Ke dalam lateks epoksi tersebut kemudian ditambahkan 4-ADPA pada tiga variasi dosis antara 0,025-0,1 mol/100 gram karet, dan empat variasi suhu antara 27-80°C. Dari hasil penelitian diperoleh kondisi optimum untuk pengikatan adalah 27°C dengan dosis antioksidan sebanyak 0,1 mol/100 gram karet. Hasil spektrum FTIR menunjukkan telah terjadi pengikatan 4-ADPA ke dalam lateks yang telah terepoksidasi sebanyak 1,93 phr. Hasil analisis kurva reometer menunjukkan karet yang mengikat 4-ADPA secara kimia lebih tahan terhadap pengusangan berdasarkan nilai R300."
Pusat Penelitian Karet ; Institut Teknologi Bandung, 2016
530 KKP 32:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>