Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217867 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novia Widjaja
"Tesis ini merupakan penelitian pertama di Indonesia yang membahas pemanfaatan ultrasonografi tiroid dalam deteksi dini kelainan tiroid  pada kehamilan. Abnormalitas penanda tiroid pada kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan janin. Rekomendasi dari American Thyroid Association tahun 2017 menganjurkan deteksi kelainan tiroid pada kehamilan berisiko. Biaya pemeriksaan penanda tiroid relatif mahal. Tujuan penelitian ini untuk melakukan analisis apakah pemanfaatan ultrasonografi dapat digunakan sebagai alternatif dalam rancangan alur prosedur deteksi dini kelainan tiroid pada kehamilan. Metoda penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Uji yang dilakukan adalah uji validitas dengan analisis sensitivitas dan spesifisitas, kesesuaian dengan pendapat pakar, dan analisis biaya. Hasil dari penelitian ini didapatkan 20 responden ibu hamil berusia 30-39 tahun, 12 orang trimester dua dan 8 orang trimester tiga, dengan faktor risiko terbanyak riwayat keluarga kelainan tiroid, didapatkan hasil USG abnormal 12 (60%) dan penanda tiroid abnormal 11 (55%). Analisis validitas menunjukkan sensitivitas sebesar 100 % dan spesifisitas sebesar 88,89 %, dengan prediktif negatif 100%. Pada analisis biaya ditemukan selisih pembiayaan sebesar Rp. 150.500,00 dibanding alur deteksi yang lama. Hal-hal yang dapat menimbulkan bias dalam penelitian ini adalah jumlah sampel yang kurang, terdapat sejumlah sampel (3 reponden; 15%) yang diambil pada waktu yang tidak seragam, ada sebagian sampel (5 sampel; 25 %) yang dikerjakan oleh laboratorium lain, dan faktor intrinsik peneliti sendiri pada saat pengerjaan ultrasonografi. Sensitivitas yang baik dan nilai prediktif negatif dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pemanfaatan ultrasonografi tiroid mungkin dapat menjadi pilihan bagi rancangan alur prosedur alternatif deteksi dini kelainan tiroid pada kehamilan. Direkomendasikan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan jumlah sampel lebih besar, keseragaman pengerjaan sampel, dan melakukan pengujian keragaman interpretasi ultrasonografi oleh dua pakar sebelum penelitian untuk menyingkirkan bias, untuk selanjutnya dapat diajukan kepada pemangku kebijakan sehingga pemanfaatan ultrasonografi tiroid dapat menjadi alur prosedur alternatif deteksi dini kelainan tiroid pada kehamilan dalam panduan praktek klinis di rumah sakit.

This thesis the first in Indonesia, discusses the utilization of thyroid ultrasound in early detection of thyroid disorders in pregnancy. Abnormalities of thyroid function in pregnancy can affect fetal development. Recommendations from the American Thyroid Association in 2017 recommend periodic thyroid screenings for pregnant woman whom at risk of thyroid disorders. The cost of thyroid examinations is relatively expensive. The purpose of this study was to analyze whether the utilization of ultrasound can be used as an alternative pathway in the design of early detection procedures for thyroid disorders in pregnancy. The method of this research is qualitative descriptive.The analysis is using validity tests with sensitivity and specificity analysis, conformity with expert opinion, and cost analysis. The results of this study were obtained by 20 respondents of pregnant women aged 30-39 years, 12 people in the 2nd trimester and 8 people in the 3rd trimester, with the most risk factors for a family history of thyroid disorders, with abnormal ultrasound results of 12 (60%) and abnormal thyroid markers 11 (55%). Validity analysis showed sensitivity and specificity 100% and 88.89% respectively, with 100% negative predictive value. There is a financing difference of Rp. 150,500.00 compared to the current pathway. The bias in this study could be because of the lack of the number of samples, there are 3 blood sampling (15%) taken at the different schedule time, there are 5 samples (25 %) sent to other laboratories, and intrinsic factors during capturing ultrasound figures. The good sensitivity and negative predictive value of the study concluded that the utilization of thyroid ultrasound may be an option for the design of alternative procedures for early detection of thyroid disorders in pregnancy. It is recommended in further researchers to conduct studies with a larger number of samples, to design the samples as homogeneous as possible, and conduct diversity testing of ultrasound interpretation by two experts before the study begin, to keep out the biases, and further be submitted to stakeholders so that the utilization of thyroid ultrasound could be a pathway of alternative procedures for clinical practice guidelines of early detection of thyroid disorders in pregnancy in hospitals."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rohmana
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penilaian diameter trakea praanestesia merupakan hal yang sangat penting dalam memilih ukuran diameter pipa endotrakea tanpa kaf yang sesuai, untuk meminimalisi penggunaan alat bantu jalan napas yang berlebihan dan risiko trauma jalan napas. Rumus yang paling umum digunakan saat ini di RSUPN Cipto Mangunkusumo dalam memprediksi ukuran diameter pipa endotrakea tanpa kaf pada pasien pediatrik adalah rumus Cole [ usia dalam tahun/4 4 mm]. Rumus Cole memiliki kekurangan yaitu tidak memperhitungkan perbedaan perkembangan fisik dan ras pada pasien pediatrik, sehingga kurang menggambarkan diameter trakea secara aktual. Metode baru untuk memprediksi diameter pipa endotrakea adalah dengan menggunakan teknik ultrasonografi. Pengukuran ultrasonografi memiliki kelebihan mampu memprediksi diameter pipa endotrakea tanpa kaf secara aktual, tidak dipengaruhi oleh perkembangan fisik anak dan ras.Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik komparatif untuk membandingkan ketepatan pengukuran ultrasonografi dengan rumus Cole dalam memprediksi ukuran diameter pipa endotrakea tanpa kaf pada pasien pediatrik ras Melayu usia 1-6 tahun di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Setelah mendapatkan persetujuan izin etik dari Komite Etik Penelitian FKUI-RSCM, didapatkan sampel sebanyak 60 subjek. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS dan McNemar.Hasil: Didapatkan proporsi ketepatan pengukuran ultrasonografi dalam memprediksi diameter pipa endotrakea tanpa kaf pada pasien pediatrik ras Melayu usia 1-6 tahun di RSUPN Cipto Mangunkusumo sebesar 95 , sedangkan proporsi ketepatan prediksi berdasarkan rumus Cole hanya sebesar 51,7 populasi. Prediksi diameter pipa endotrakea tanpa kaf berdasarkan pengukuran ultrasonografi secara statistik signifikan lebih tepat dibandingkan prediksi diameter pipa endotrakea berdasarkan rumus Cole p
ABSTRACT
Background Preanesthesia measurement of the diameter of the trachea remains important step to select the appropriate tube size. This aims to minimalize the use of exagerate breathing support and airway trauma. In Cipto Mangunkusumo Hospital, Cole formula is commonly used to predict the uncuffed endotracheal tube size in pediatric patients. However, this formula does not measure the difference in race and physicial development in pediatric patients. Recent method to predict the uncuffed endotracheal tube size is by using ultrasound. Ultrasound is able to predict the actual size for the uncuffed endotracheal tube regardless the race and physical development. Method This was a comparative analytic observational study to compare the accuracy of ultrasound measuremnt in comparison with Cole formula to predict the uncuffed endotracheal tube size in pediatric patients among Malay race age 1 6 years old in Cipto Mangunkusumo Hospital. Following the approval from the Ethical Committee, there were 60 samples obtained. Data were analysed by using SPSS and Mc Nemar test. Result The proportion of ultrasound accuracy to predict the size of the uncuffed endotracheal tube among pediatric patients was 95 , while proportion of Cole formula accuracy was only 51.7 . This reslt was statistically significant p"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kuspuji Dwitanto Rahardjo
"Latar Belakang: Beberapa penelitian telah menunjukkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh kongesti paru pada pasien hemodialisis. Pemeriksaan yang dilakukan selama ini untuk menentukan pasien telah bebas kongesti paru atau dianggap mencapai berat badan kering adalah dengan menggunakan pemeriksaan fisik. Penilaian kemampuan pemeriksaan fisik untuk deteksi kongesti paru belum jelas.
Tujuan: Untuk membandingkan kemampuan pemeriksaan fisik dengan ultrasonografi paru dalam menilai kongesti paru pada pasien hemodialisis.
Metode: Penelitian potong lintang terhadap data primer pasien hemodialisis yang menjalani dialisis kronik di RSCM antara Juni sampai Juli 2015. Analisis dilakukan untuk mendapatkan proporsi, sensitifitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif disertai dengan rasio kemungkinan positif.
Hasil: Jumlah sampel yang diteliti adalah 60 pasien. Pada pemeriksaan interobserver di 20 pasien didapatkan angka korelasi interobserver kappa 0,828. Pada pemeriksaan keseluruhan 63 pasien didapatkan kongesti paru pada 36 pasien (57,1 %), yaitu kategori ringan 24 (38,1 %) dan sedang 12 (19 %). Pada pemeriksaan DVJ dibandingkan dengan USG paru didapatkan angka Sensitivitas = 0,47 (IK95% 0,31-0,63), spesifisitas = 0,73 (IK95% 0,54-0,86), Nilai Duga Positif = 0,51 (IK95% 0,36-0,67), Nilai Duga Negatif = 0,70 (IK95% 0,49 - 0,84), Rasio Kemungkinan Positif = 1,75 (IK95% 0,88 - 3,47), Rasio Kemungkinan Negatif = 0,72 (IK95% 0,47 - 1,12). Sedangkan untuk pemeriksaan auskultasi paru didapatkan sensistivitas = 0,56 (IK95% 0,39 - 0,71), spesifisitas = 0,54 (IK95% 0,35 - 0,71), NDP = 0,61 (IK95% 0,44 - 0,76), NDN = 0,48(IK95% 0,31 - 0,66), RKP = 1,21 (IK95% 0,73 - 2,0) dan RKN = 0,82 (IK95% 0,49 - 1,38).
Simpulan: Akurasi pemeriksaan DVJ dan auskultasi paru fisik tidak baik dalam mendiagnosis kongesti paru. Proporsi kongesti paru pada pasien-pasien hemodialisis kronik yang telah mencapai berat badan kering di RSUPN CM adalah 57,1%.

Background: A few research has shown hemodialysis patient with lung congestion had a high morbidity and mortality. Patient was assumed to be lung congestion free if they had reached their dialysis dry weight. To achieve this usually physical examination were used. The accuracy of physical examination in detecting lung congestion has not been established yet.
Objective: To compare the capability of physical examination in compare with lung ultrasound in detection of lung congestion.
Methods: A cross sectional data collection was done in hemodialysis patients in RSUPN CM between June to July 2015. Analysis was done to obtain proportion,sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value and positive likelihood ration.
Results: Sixty patients were obtained as sample. From the inter observer of 20 patients we found the kappa was 0,828. From th all 60 patients, we found 36 patients (57,1 %) had lung congestion. Mild lung congestion were found in 24 (38,1 %) and 12 (19 %) had moderate degree. In the analysis comparing jugular venous pressure to lung ultrasound we found sensitivity = 0,47 (CI95% 0,31 - 0,63), specificity = 0,73(CI95% 0,54 - 0,86), Positive Predictive Value (PPV) = 0,51 (CI95% 0,36 - 0,67), Negative Predictive Value (NPV) = 0,70 (CI95% 0,49 - 0,84), Positive Likelihood Ratio (PLR) = 1,75 (CI95% 0,88 - 3,47), Negative Likelihood Ratio (NLR) = 0,72 (CI95% 0,47 - 1,12). For lung auscultation we found sensitivity = 0,56 (CI95% 0,39 - 0,71), specificity = 0,54 (CI95% 0,35 - 0,71), PPV = 0,61 (CI95% 0,44 - 0,76), NPV = 0,48 (CI95% 0,31 - 0,66), PLR = 1,21 (CI95% 0,73 - 2,0) and NLR = 0,82 (CI95% 0,49- 1,38).
Conclusions: Jugular venous distention and lung auscultation examination is not good in detection of lung congestion. The proportion of lung congestion in hemodialysis patients in RSUPN CM is 57,1%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarrah Stiafani Afientari
"Tujuan: Mengetahui bahwa indeks morfometrik USG merupakan metode yang baik dalam mendiagnosis keganasan ovarium tipe epitelial.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan mengambil data retrospektif dari Januari 2016 hingga Desember 2017. Pasien poliklinik rawat jalan ginekologi dengan kecurigaan memiliki neoplasma ovarium kistik direkrut. Standar baku emas adalah temuan histologi dari massa adneksa yang dioperasi. Karakteristik gambaran pola morfometrik ultrasonografi meliputi bilateralitas, jumlah lokus, regularitas dinding dalam (inner wall), tonjolan papiler (papillary projection), bagian padat (solid part), asites, dan doppler blood flow.  Analisis ROC dilakukan untuk menentukan seberapa baik model ini digunakan sebagai metode diagnostik keganasan ovarium tipe epitelial. Analisis statistik dihitung, untuk mendapatkan nilai akurasi, sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif.
Hasil: Penelitian ini melibatkan 178 pasien, sebanyak 101 kasus (56.74%) adalah k asusjinak dan 77 kasus (43.25%) adalah kasus ganas. Pola karakteristik USG, papillary projection (p-value = 0.000), solid part (p-value = 0.000), inner wall (p-value = 0.000), asites (p-value = 0.000) dan Doppler blood flow (p-value = 0.000) subjek penelitian memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian keganasan ovarium. Pola morfologi papillary projection memiliki nilai sensitifitas yang paling tinggi (83%), kemudian adanya asites (82%), dan iregularitas dinding (81%). Untuk kategori spesifisitas, didapatkan adanya bagian padat (solid part) memiliki nilai spesifisitas yang paling tinggi (93%).Analisis regresi multinomial digunakan untuk menilai gabungan pola karateristik yang bermakna untuk diagnostik keganasan ovarium tipe epitelial dengan AUC 89.40% (95%CI 84.70%-94.00%), Model ini akurat  secara statistik (p <0,05).
Kesimpulan: Indeks morfometrik USG merupakan salah satu metode yang baik dalam memprediksi keganasan ovarium.

Objective: To know whether the ultrasound morphometric index is a good method to diagnose epithelial ovarian malignancy.
Materials and methods: This study is a diagnostic test conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia. All data were taken retrospectively from January 2016 to December 2017. Gynecological outpatient polyclinic patients with suspicion of having cystic ovarian neoplasms were recruited. Characteristics of ultrasound morphometric patterns include bilaterality, number of loci, inner wall regularity, papillary projection, solid part, ascites, and doppler blood flow.
Results: The study involved 178 patients, 101 cases (56.74%) were malignant and 77 cases (43.25%) were malignant cases. The characteristics of ultrasound, papillary projection, solid part, inner wall, ascites and Doppler blood flow patterns of the study subjects had a significant relationship with the incidence of ovarian malignancy. Multinomial regression analysis was used to assess the combined characteristic patterns for the diagnostic epithelial type ovarian malignancy with AUC 89.40% (95% CI 84.70% -94.00%), this model was statistically accurate (p <0.05).
Conclusion: Morphometric index of ultrasound is a good methods in predicting epithelial ovarian malignancy 
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pradipto Utomo
"Latar Belakang: Persentase kasus pleuritis TB mencapai 20% dari total jumlah kasus TB ekstra paru. Penegakkan diagnosis efusi pleura TB cukup sulit karena tindakan biopsi pleura yang bersifat invasif dan rendahnya sensitivitas pemeriksaan BTA cairan pleura. Adenosine deaminase (ADA) dapat menjadi reference test dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi namun ketersediaannya pada pelayanan kesehatan primer masih terbatas.
Tujuan: Menganalisis model prediksi diagnosis efusi pleura TB
Metode: Studi ini menggunakan metode potong lintang. Penelitian tersebut dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Variabel independen terdiri dari usia, nyeri dada pleuritik, efusi pleura unilateral, cairan pleura kesan eksudat mononuklear dominan, sitologi malignansi negatif, gambaran ultrasonografi dan rasio netrofil-limfosit darah. ADA ≥35 untuk menentukan efusi pleura TB. Hubungan variabel independen dengan efusi pleura TB dianalisis secara bivariat, secara multivariat, pembuatan kurva ROC dan kalibrasi dengan Hosmer-Lemeshow
Hasil: Didapatkan 91 subjek dengan karakteristik jenis kelamin pria 41 subjek (45,1%) sedangkan wanita 50 subjek (54,9%). Malignansi merupakan komorbid terbanyak dengan 52 subjek (57,1%). Proporsi kelompok efusi pleura TB sebesar 25,3%. Faktor-faktor yang memengaruhi penegakkan diagnosis efusi pleura TB pada penelitian ini adalah gambaran ultrasonografi kompleks OR 5,655 (IK 95% 1,700-18,812), glukosa cairan pleura ≤70 mg/dL OR 11,262 (IK 95% 2,931-43,276) dan cairan pleura eksudat mononuklear dominan OR 8,567 (IK 95% 2,114-34,715). Pada ROC didapatkan AUC 0,841 dengan p<0,001 IK 95% (0,762-0,926). Didapatkan sistem skor dengan nilai cut-off ≥2 dengan probabilitas 92,8%.
Simpulan: Faktor-faktor yang memprediksi diagnosis efusi pleura TB adalah gambaran ultrasonografi kompleks, glukosa cairan pleura ≤70 mg/dL dan cairan pleura kesan eksudat mononuklear dominan. Didapatkan sistem skor dengan nilai cut-off ≥2 dengan probabilitas 92,8%.

Background: Percentage of TPE reach 20% of total EPTB cases. The diagnosis of TPE is difficult due to pleural biopsy procedure invasiveness and acid fast stain low sensitivity. Adenosine deaminase (ADA) can become reference test with high sensitivity and specificity but availability in primary health care is limited.
Objective: Analyze prediction model in diagnosis of tuberculous pleural effusion.
Methods: This study uses a cross-sectional method. The study was conducted at Cipto mangunkusumo Hospital. Independent variables consist of age, pleuritic chest pain, unilateral pleural effusion, glucose pleural fluid ≤70 mg/dL, exudative mononuclear pleural effusion, negative cytology malignancy, ultrasound characteristic and blood neutrophil-lymphocyte ratio. ADA ≥35 suggests TPE. The variaables analyzed bivariately, multivariately, ROC curve and Hosmer-Lemeshow.
Results: There were 91 subjects with characteristic of male 41 subjects (45,1%) and female 50 subjects (54,9%). Malignancy was the most frequent comorbid with 52 subjects (57,1%). Factors associated with TPE diagnosis are complex ultrasound characteristic OR 5,655 (CI 95% 1,700-18,812), pleural fluid glucose ≤70 mg/dL OR 11,262 (CI 95% 2,931-43,276) and exudative mononuclear dominant pleural effusion OR 8,567 (CI 95% 2,114-34,715). In ROC curve conclude AUC 0,841 with p<0,001 CI 95% (0,762-0,926). The result is a scoring system cut-off value ≥2 with probability 92,8%.
Conclusion: Predicted factors of TPE diagnosis are complex ultrasound characteristic, low pleural fluid glucose and exudative mononuclear dominant pleural effusion. The result is scoring system with cut-off value ≥2 with probability 92,8%.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Zainuddin
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T58785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Nur rachmanto
"Diabetes melitus (DM) merupakan kondisi yang mendorong perkembangan dan progresi penyakit arteri perifer (PAP). Short Chain Fatty Acid (SCFA) memiliki peran dalam modulasi sistem imun yang merupakan komponen penting dalam patogenesis dari aterosklerosis. Peran SCFA dalam regulasi kadar glukosa dan aterosklerosis memiliki kemungkinan penggunaan SCFA sebagai upaya mencegah PAP pada pasien DM Tipe 2. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan antara SCFA dengan parameter ultrasonografi pada pasien diabetes melitus tipe 2 tanpa penyakit arteri perifer ekstremitas bawah Metode: Sebuah penelitian potong lintang pada pasien diabetes melitus tanpa PAP pada selama Februari 2023 s/d Mei 2023 di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. Seluruh pasien dilakukan ultrasonografi pada ekstremitas bawah untuk menilai diameter, volume flow, peak systolic value, gelombang spektral, dan plak. Kemudian dialukan pemeriksaan SCFA dari feses Hasil: Terdapat 39 pasien yang diikutsertakan pada penelitian ini. Pada penelitian ini ditemukan korelasi positif sedang antara diameter SFA dengan propionat persen (r= 0,408; p= 0,025), terdapat korelasi negatif antara PSV CFA dengan total SCFA (p= 0,007), korelasi positif antara valerat persen dengan PSV PTA (r= 0,375; p= 0,041) dan PSV DPA (r= 0,379; p= 0,039), terdapat korelasi antara VF DPA dengan total SCFA (p =0.025), dan korelasi antara VF PTA dengan total SCFA (p=0,006) dan asetat absolut (p=0,038). Hasil ini dapat dipengaruhi oleh antropometri, jenis kelamin, kadar kolesterol, tekanan darah dan kadar gula darah pasien Kesimpulan: Terdapat potensi hubungan antara kadar SCFA dengan parameter ultrasonografi ekstremitas bawah. Perlu penelitian lebih lanjut dengan desain kohort dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk mengevaluasi efek sebab-akibat terkait hubungan SCFA dengan parameter-parameter klinis dan ultrasonografi pasien DM tanpa PAP.

Diabetes mellitus (DM) is a condition that promotes the development and progression of peripheral arterial disease (PAD). Short Chain Fatty Acid (SCFA) has a role in modulating the immune system in the pathogenesis of atherosclerosis. The role of SCFA in the regulation of glucose levels and atherosclerosis has the possibility of using SCFA as an effort to prevent PAD in Type 2 DM patients. Therefore, this study aims to find out the relationship between SCFA and ultrasound parameters in type 2 DM patients without lower extremity peripheral artery disease. Methods: A cross-sectional study of DM patients without PAD from February 2023 to May 2023 at Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital. All patients underwent ultrasonography of the lower extremities to assess diameter, volume flow, peak systolic value, spectral waves, and plaques. Then a SCFA examination of the stool is carried out Results: There were 39 patients included in this study. This study found a positive correlation between SFA diameter and propionate percent (r= 0,408; p= 0,025), there was a negative correlation between PSV CFA and total SCFA (p= 0,007), a positive correlation between valerate percent and PSV PTA (r= 0,375 ; p = 0,041) and PSV DPA (r = 0,379; p = 0,039), there is a correlation between VF DPA and total SCFA (p = 0,025), and a correlation between VF PTA and total SCFA (p = 0,006) and absolute acetate (p =0.038). These results can be influenced by anthropometry, gender, cholesterol levels, blood pressure and blood sugar levels of the patient. Conclusion: There is a potential relationship between SCFA levels and lower extremity ultrasound parameters. Further research is needed with a cohort design with a larger number of samples to evaluate the causal effect related to the relationship between SCFA and clinical and ultrasound parameters of DM patients without PAP."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulianto
"Latar Belakang : Di era digitalisasi 4.0, Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi, penyebabnya adalah kehamilan risiko tinggi yang belum dapat ditangani dengan baik, salah satu cara mengatasinya adalah dengan peningkatan pengetahuan ibu hamil,  dimana ibu hamil membutuhkan informasi yang mudah dan dapat dipercaya mengenai kehamilannya serta merencanakan metode persalinannya. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan sebuah aplikasi, dimana aplikasi ini dapat menjawab kebutuhan informasi ibu hamil selain itu juga aplikasi ini bisa digunakan oleh RS Harapan Insani sebagai platform telemedicine dalam memberikan kesempatan ibu hamil untuk bertanya mengenai informasi yang didapat.
Tujuan : Pemanfaatan aplikasi dalam mempermudah ibu hamil mendapatkan informasi tentang kehamilannya.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode design thinking untuk membuat prototipe aplikasi, dimana design thinking melalui  lima tahapan yaitu: Empathize, Define, Ideate, Prototype, dan Test
Hasil : Setelah dibuat aplikasi yang bernama Hi Mom di lakukan testing pada 68 ibu hamil dengan System Usability Scale (SUS) dengan nilai 76,28, berarti aplikasi ini tergolong baik (good), sehingga dapat diterima oleh ibu hamil. Dan Evaluasi User Experience Questionnaire yang melebihi nilai rata rata.
Kesimpulan : Aplikasi Hi Mom dapat menjadi solusi dalam meningkatkan pengetahuan bagi ibu hamil di RS Harapan Insani

Background: In the digitalization era 4.0, the Maternal Mortality Rate is still quite high, the cause is high risk pregnancies that cannot be handled properly, one way to overcome this is to increase the knowledge of pregnant women, where pregnant women need easy and reliable information about their pregnancy. and planning the method of delivery. One way to overcome this is to use an application, where this application can answer the information needs of pregnant women, besides that this application can be used by Harapan Insani Hospital as a telemedicine platform in providing opportunities for pregnant women to ask about the information obtained.
Purpose: Utilization of the application in making it easier for pregnant women to get information about their pregnancy.
Methods: This study uses the design thinking method to create an application prototype, where design thinking goes through five stages, namely: Empathize, Define, Ideate, Prototype, and Test.
Results: After an application called Hi Mom was made, testing was carried out on 68 pregnant women with the System Usability Scale (SUS) with a value of 76.28, meaning this application is classified as good, so it can be accepted by pregnant women. And User Experience Questionnaire Evaluation that exceeds the average value.
Conclusion: The Hi Mom application can be a solution in increasing knowledge for pregnant women at Harapan Insani Hospital
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Trifonia Pingkan
"Riwayat kanker payudara dalam keluarga memegang peranan penting terjadinya kelainan payudara maupun kanker payudara pada seorang individu. Penelitian ini bertujuan mendapatkan data gambaran radiologis payudara perempuan dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga, dihubungkan dengan derajat histopatologis kanker payudara yang diderita oleh salah seorang anggota keluarga menggunakan modalitas USG payudara. Dari penelitian ini didapatkan risiko yang yang lebih tinggi akan terjadinya lesi di payudara pada perempuan yang memiliki hubungan keluarga dengan penderita kanker payudara derajat histopatologis tinggi dibandingkan dengan derajat histopatologis rendah.

Family history of breast cancer plays an important role in the incidence of breast abnormalities and breast cancer in an individual. This study aims to obtain radiological data of breast in women with family history of breast cancer, associated with histopathological grading of breast cancer suffered by a family member using breast ultrasound. This study revealed a higher risk of the incidence of lesions in the breast in high grade histopathological breast cancer group compared with low grade."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Moningka, Maryo Pingkan
"Perubahan aliran darah serebral (cerebral blood flow) merupakan salah satu penyebab kelainan neurologis neonatus. Ultrasonografi dengan teknik Doppler merupakan teknik pemeriksaan noninvasif untuk evaluasi hemodinamika serebral yang memberikan informasi perfusi serta penilaian kuantitatif dari resistensi vaskular dengan mengukur resistive index arteri serebri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai resistive index arteri serebri anterior pada neonatus normal. Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi Doppler melalui jendela akustik fontanella anterior menggunakan transduser phase array frekuensi 2 - 4 MHz pada 51 neonatus yang memenuhi kriteria normal (24 laki-laki dan 27 perempuan). Analisis normalitas variabel subyek penelitian dengan menggunakan Shappiro Wilks didapatkan p > 0,05 menggambarkan distribusi data yang normal. Hasil rerata rerata nilai resistive index arteri serebri anterior pada neonatus normal yang didapatkan adalah 0,62 ± 0.03 dengan Confidence Interval (CI) 95% : 0,62 - 0,63.

Cerebral blood flow changes is one of the causes of neurological disorders in neonates. Ultrasound with Doppler technique is a noninvasive examination technique for the evaluation of cerebral hemodynamics that provide information on the quantitative assessment of perfusion and vascular resistance by measuring resistive index of the cerebral artery. The purpose of this study to determine the value of the resistive index of the anterior cerebral artery in normal neonates. Doppler ultrasound examination was performed through anterior fontanella using phase array transducer frequency of 2-4 MHz in 51 neonates who meet normal criteria (24 male and 27 female). Analysis of the research subjects variables for normality using Wilks Shappiro obtained p>0.05, illustrates the normal distribution of data. The mean value of anterior cerebral artery resistive index in normal neonates is 0.62 ± 0,03 with Confidence Interval (CI) 95%: 0.62 - 0.63.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>