Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 231816 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana Marsha Fredy
"Pendahuluan: Insomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan dalam memulai atau mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk. Tenaga kesehatan bekerja dalam kondisi pandemi sebagai lini terdepan dapat menyebabkan kecemasan, stres, depresi sehingga mempengaruhi perubahan pola tidur, seperti insomnia, yang berakibat pada kesehatan fisik dan mental. Terapi farmakologis mempunyai beberapa efek samping. Akupunktur bisa menjadi salah satu pilihan terapi nonfarmakologis dalam mengobati insomnia. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan efektivitas dan efek samping antara manual akupunktur dengan modalitas press needle dengan jarum filiformis dalam mengatasi gejala insomnia. Metode: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol tersamar tunggal dengan kontrol jarum filiformis. Penelitian ini diikuti oleh 34 orang tenaga kesehatan dengan gejala insomnia. Subjek penelitian dialokasikan secara acak ke dalam kelompok perlakuan (n=17) dan kontrol (n=17). Pada kelompok perlakuan dilakukan pemasangan press needle pada titik PC6 Neiguan, HT7 Shenmen, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao dan dilakukan akupresur 3 kali sehari selama 20 detik selama 2 minggu, sementara pada kelompok kontrol mendapatkan jarum filiformis diretensi 20 menit selama 3 kali seminggu selama 2 minggu pada titik yang sama. Penilaian dengan skor PSQI diambil sebelum, paska terapi, follow up 2 dan 4 minggu paska terapi dan hormon melatonin serum sebelum dan paska terapi. Hasil: Terdapat penurunan skor PSQI paska terapi baik pada kelompok press needle maupun jarum filiformis (p<0,001) dan efek terapi akupunktur pada kedua kelompok masih bertahan setelah 4 minggu paska terapi. Tidak terdapat perbedaan signifikan hormon melatonin paska terapi pada masing-masing kelompok (p=0,381 dan p=0,136). Tidak terdapat perbedaan rerata antara kelompok press needle dibandingkan jarum filiformis pada skor PSQI paska terapi, follow up 2 dan 4 minggu paska terapi dan hormon melatonin paska terapi dengan masing-masing (p>0,05). Analisa komponen PSQI antara kedua kelompok terdapat perbedaan bermakna pada durasi tidur (p=0,045) dan komponen PSQI-3 faktor pada efisiensi tidur (p=0,038). Berdasarkan frekuensi terapi, durasi terapi dan efek samping press needle lebih unggul dibandingkan jarum filiformis. Kesimpulan: Press needle sama baiknya dengan jarum filiformis dalam mengatasi gejala insomnia. Press needle bisa menjadi pilihan terapi nonfarmakologis yang efektif untuk gejala insomnia pada tenaga kesehatan selama pandemi COVID-19.

Introduction: Insomnia is a sleep disorder characterized by difficulty initiating or maintaining sleep or poor sleep quality. Health workers working in pandemic conditions as the front line can cause anxiety, stress, depression so that it affects changes in sleep patterns, such as insomnia, which results in physical and mental health. Pharmacological therapy has several side effects. Acupuncture can be a non-pharmacological therapy option in treating insomnia. The purpose of this study was to compare the effectiveness and side effects of manual acupuncture with press needle and filiform needle modalities in treating insomnia symptoms. Methods: The study design was a single-blind randomized controlled trial with filiform needle as a control. A total of 34 subjects health workers with symptoms of insomnia were randomly allocated into treatment (n=17) and control (n=17) groups. Subjects in treatment group will received press needle at PC6 Neiguan, HT7 Shenmen, ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao and followed by acupressure stimulation 3 times a day for 20 seconds for 2 weeks, while in the control group the filiform needle was retained for 20 minutes for 3 times a week for 2 weeks at the same location. Assessments with PSQI scores were taken before, after treatment, follow-up 2 and 4 weeks after therapy and serum melatonin before and after therapy. Results: There was a decrease in PSQI scores after treatment in press needle and filiform needle groups (p<0.001) and the effect of acupuncture therapy in both groups persisted after 4 weeks post-therapy. There was no significant difference in post-therapy melatonin in each group (p=0,381 and p=0,136). There was no significant difference between the press needle group and the filiform needle group in the mean score of PSQI post-therapy, 2 and 4 weeks follow-up after therapy and melatonin hormone serum post-therapy in all measurement (p>0.05). Analysis of the PSQI component between the two groups showed a significant difference in sleep duration (p=0.045) and the PSQI-3 factor component on sleep efficiency (p=0.038). Based on the frequency of therapy, duration of therapy and side effects, the press needle is superior to the filiform needle. Conclusion: The press needle has the same effectiveness compared to filiform needle in treating insomnia patients. Press needles can be an effective non-pharmacological treatment option for insomnia symptoms for frontline health workers during the COVID-19 pandemic."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Handayani
"Gangguan pola tidur pada lansia merupakan keadaan dimana lansia mengalami suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu. Pengembangan intervensi non-farmakologi diantaranya dengan Relaksasi Dzikir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh relaksasi dzikir terhadap gangguan pola tidur pada lansia di Lombok Barat. Desain penelitian ini adalah desain quasi eksperimen, pretest-posttest with control group design. Tujuh Puluh lansia dengan Gangguan Pola Tidur dibagi menjadi dua kelompok menggunakan teknik purposive sampling terbagi menjadi 35 responden kelompok intervensi dan 35 responden kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan sebanyak 8 sesi. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur gangguan pola tidur menggunakan PSQI (Pitsburgh Sleep Quality Index). Data gangguan pola tidur dianalisis menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann-Whitney Test p<0,05. Nilai uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test Gangguan Pola tidur pada kelompok intervensi menunjukkan nilai p = 0.000 (p<0,05). Pada kelompok kontrol didapatkan hasil bahwa p = 0,186 (p>0,05). Hasil analisis dengan menggunakan Mann-whitney test, didapatkan hasil p = 0,000 (p<0,05). Kesimpulannya, intervensi Relaksasi Dzikir ini dapat digunakan sebagai salah satu intervensi non-farmakologi pilihan dalam rencana asuhan keperawatan untuk mengendalikan lansia dengan Gangguan Pola Tidur. Intervensi ini disarankan untuk aplikasikasikan pada lansia dengan gangguan pola tidur sesuai dengan prosedur dan dilakukan secara rutin guna untuk mendapatkan pengaruh yang optimal.

Sleep pattern disturbance in the elderly is a condition in which the elderly experience a change in the quantity and quality of their rest patterns that cause discomfort or disturbance. Development of non-pharmacological interventions, including Dhikr Relaxation. This study aimed to determine the effect of Relaxing Dhikr On Sleep Disorders In The Elderly. This research design is a quasi-experimental design, pretest-posttest with control group design. Seventy elderly with Sleep Pattern Disorders were divided into two groups using purposive sampling technique divided into 35 respondents in the intervention group and 35 respondents in the control group. This research was conducted for 1 month with 8 sessions. The questionnaire used to measure sleep pattern disturbance using PSQI (Pitsburgh Sleep Quality Index). Sleep pattern disturbance data were analyzed using the Wilcoxon Signed Rank Test and the Mann-Whitney Test p<0.05. The value of the Wilcoxon Signed Ranks Test for Sleep Disorders in the intervention group showed a value of p = 0.000 (p <0.05). In the control group, it was found that p = 0.186 (p>0.05). The results of the analysis using the Mann-Whitney test, the results obtained p = 0.000 (p <0.05). Discussion and conclusion This Dhikr Relaxation intervention can be used as one of the non-pharmacological interventions of choice in nursing care plans to control the elderly with Sleep Pattern Disorders. This intervention is recommended to be applied to the elderly with disturbed sleep patterns according to the procedure and carried out regularly in order to get the optimal effect"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Rahmawati
"Latar belakang: Gangguan tidur merupakan keluhan yang sering terjadi pada rinitis kronis, dengan penyebab tersering adalah hidung tersumbat. Hidung tersumbat juga merupakan faktor risiko terjadinya sleep disordered breathing (SDB). SDB memiliki spektrum penyakit yang luas, salah satunya adalah obstructive sleep apnea (OSA). Walaupun berbagai literatur telah membuktikan adanya gangguan tidur pada pasien rinitis alergi, penelitian mengenai gangguan tidur pada pasien rinitis nonalergi masih terbatas. Tujuan penelitian: Membandingkan derajat gangguan tidur antara kelompok rinitis alergi dan rinitis nonalergi di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 11 subjek rinitis alergi dan 11 subjek rinitis nonalergi yang berusia 18-60 tahun di Poliklinik THT RSUPN Ciptomangunkusumo. Derajat obstruksi nasal dinilai menggunakan kuesioner NOSE. Derajat gangguan tidur dinilai secara subjektif dengan kuesioner ESS, PSQI, dan ISI serta secara objektif dengan polisomnografi. Hasil: Tidak didapatkan perbedaan pada hasil skor NOSE, ESS, RSI, PSQI, ISI, maupun parameter polisomnografi antara kelompok rinitis alergi dengan kelompok rinitis nonalergi (p > 0,05). Didapatkan hubungan bermakna antara RDI NREM, RERA, saturasi minimum oksigen dan saturasi baseline oksigen dengan klasifikasi OSA pada kelompok rinitis kronis (p< 0,05). Kesimpulan: Tidak didapatkan perbedaan derajat gangguan tidur antara rinitis alergi dan rinitis nonalergi.

Background: Sleep disturbance is common in chronic rhinitis, primarily caused by nasal congestion. Nasal congestion is also a risk factor for sleep disordered breathing (SDB). SDB refers to a spectrum of breathing abnormalities, one of which includes obstructive sleep apnea (OSA). Although many studies have linked sleep disturbance with allergic rhinitis, data regarding its association with nonallergic rhinitis seem to be limited. Aim : To compare the severity of sleep disturbance between allergic and nonallergic rhinitis. Methods: This cross-sectional study consisted of 11 subjects with allergic rhinitis and 11 subjects with nonallergic rhinitis at ORL-HNS outpatient clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital. NOSE questionnaire was used to assess the degree of nasal obstruction. The severity of sleep disturbance was subjectively assessed using ESS, PSQI, and ISI questionnaires and objectively assessed using polysomnography. Results: No significant differences in NOSE, ESS, RSI, PSQI, and ISI scores were found between both groups (p > 0,05). There was a significant relationship between RDI NREM, RERA, minimum oxygen saturation and baseline oxygen saturation with OSA classification in the chronic rhinitis group (p <0.05). Conclusion: The type of rhinitis (allergic or nonallergic) did not influence the severity of sleep disturbance."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Perubahan dari hamil, melahirkan, post partum adalah proses fisiologis dan selalu
memerlukan adaptasi bagi diri ibu baik fisik dan psikologis. Faktor terpenting dari
adaptasi tersebut adalah adanya perubahan pola tidur sesudah melahirkan terutama
dengan hari rawat ke 1 -2. Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui rata-rata
perubahan pola tidur ibu post partum normal dengan hari rawat 1-2, dimana pada hari
tersebut terjadi berbagai perubahan. Hasil penelitian didapat rata-rata dengan nilai
tertinggi 3,1 dari 30 responden mengatakan kebiasaan tidumya berubah setelah
melahirkan dibandingkan sebelum melahirkan. Hal ini jelas adanya perubahan pola
tidur terutama kebiasaan tidur sebelum melahirkan, banyak faktor yang
mernpengaruhi seperti tangisan bayi, rasa nyeri, perubahan fisik, perubahan
psikososial serta adaptasi terhadap lingkungan baru. Penelitian ini menggunakan
desain deskriftif sederhana (mean) dengan jumlah 30 responden dengan karakteristik
ibu post partum normal hari rawat 1-2, Untuk penelitian lebih lanjut dapat
dikembangkan dan dibedakan adakah perbedaan pola tidur antara primipara dan
multipara setelah melahirkan berdasarkan pengalaman individu."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5263
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shalista Feniza Hasny
"Pendahuluan: Kanker adalah penyebab kematian terbesar pada anak dan remaja di seluruh dunia dan merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat karena insidensinya terus meningkat. Kemoterapi merupakan metode terapi yang umum digunakan untuk mengobati kanker. Penggunaan kemoterapi dapat menimbulkan efek samping salah satunya mual dan muntah akibat kemoterapi atau Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting (CINV). Penggunaan terapi antiemetik saat ini masih belum optimal dalam menangani CINV karena efek terapeutiknya belum maksimal, efek samping yang terjadi serta dari segi biaya. Akupressur dan Press Needle merupakan metode akupunktur yang dapat membantu mengurangi intensitas dan frekuensi mual dan muntah yang terkait dengan kemoterapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas akupresur dan press needle terhadap skor Rhodes Index of Nausea, Vomiting and Retching (RINVR) pasien kanker anak yang menjalani kemoterapi. Metode: Desain penelitian pada penelitian ini adalah sebuah uji klinis acak tersamar tunggal. Penelitian ini diikuti oleh 52 orang subjek penelitian yang dibagi kedalam kelompok akupresur (n=26) dan kelompok press needle (n=26). Pada kelompok akupresur dilakukan penekanan pada titik PC6 dan ST36 selama 2 menit tiap titiknya minimal 3 kali sehari, sementara pada kelompok press needle dilakukan pemasangan press needle pada titik yang sama dan dilakukan 1 kali perangsangan di awal. Terapi akupresur dan pemasangan press needle dilakukan sebelum kemoterapi dan dan dipertahankan hingga 3 hari pasca kemoterapi. Evaluasi mual muntah dilakukan setiap hari hingga 6 hari pasca kemoterapi menggunakan kuesioner Rhodes index of nausea, vomiting, and retching.
Hasil: Terdapat penurunan skor RINVR pada kelompok akupresur dan press needle antara hari kemoterapi, 1 hari pasca kemoterapi, 3 hari pasca kemoterapi pada kelompok akupresur namun tidak signifikan (p>0,05). Efek terapi press needle bertahan hingga 6 hari pasca kemoterapi dengan hasil signifikan (p=0,018), namun tidak pada kelompok akupresur (p=0,233).

Background : Cancer is the largest cause of death in children and adolescents throughout the world and is a serious threat to public health because its incidence continues to increase. Chemotherapy is a therapeutic method commonly used to treat cancer. The use of chemotherapy can cause side effects, one of which is Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting (CINV). The current use of antiemetic therapy is still not optimal in treating CINV because of the therapeutic effect is not optimal, the side effects that occur, and in terms of cost. Acupressure and Press Needles are acupuncture methods that can help reduce the intensity and frequency of nausea and vomiting due to chemotherapy. The aim of this study was to compare the effectiveness of acupressure and needle pressure on the Rhodes Index of Nausea, Vomiting and Retching (RINVR) scores in pediatric cancer patients undergoing chemotherapy.
Method : The research design in this study was a single-blind, randomized clinical trial. This study was attended by 52 research subjects who were divided into the acupressure group (n=26) and the press needle group (n=26). In the acupressure group, pressure was applied to points PC6 and ST36 for 2 minutes per point at least 3 times a day, while in the press needle group, press needles were placed at the same points and stimulation was carried out once at the beginning. Acupressure therapy and press needle placement are carried out before chemotherapy and maintained for up to 3 days after chemotherapy. Evaluation of nausea and vomiting was carried out every day until 6 days after chemotherapy using the Rhodes index of nausea, vomiting, and retching questionnaire. Result: There was a decrease in the RINVR score in the acupressure and press needle groups between the day of chemotherapy, 1 day after chemotherapy, and 3 days after chemotherapy in the acupressure group but it was not significant (p>0.05). The effect of press needle therapy lasted up to 6 days after chemotherapy with significant results (p=0.018), but not in the acupressure group (p=0.233).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Erlinda Widyaastuti
"Stroke dapat menyebabkan perubahan atau kerusakan neurologis berupa gangguan tidur insomnia. Gangguan tidur insomnia pada pasien pasca stroke akan mempengaruhi rehabilitasi dan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan relaksasi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromatherapi: Kenanga (Cananga odorata) terhadap gangguan tidur insomnia pada pasien stroke di RSUD Pangkalpinang dan Sungailiat. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan pre dan postest design dan melibatkan 38 orang responden yang dikelompokkan menjadi intervensi dan kontrol. Pemilihan responden penelitian dengan teknik consequtive sampling. Hasil Penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan rerata derajat insomnia setelah pemberian aromaterapi Kenanga antara kelompok intervensi dan kontrol (p=0,000). Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan aromaterapi Kenanga sebagai salah satu alternatif intervensi keperawatan untuk masalah insomnia pada pasien stroke.

Stroke may lead to altered or impaired neurological function which include insomnia. Insomnia in post-stroke patients affects the patients? rehabilitation process and quality of life. Therefore, it is of high importance to develop and examine the nursing intervention aiming at improving sleep pattern in this group of patients. The study aimed to assess the influence of Cananga (Cananga Odorata) aromatherapy to insomnia sleep disorder in patients with stroke at Pangkalpinang and Sungailiat Hospitals. This quasi-experiment with pre-posttest design was carried out in 38 respondents, consecutively sampled and assigned into the intervention and control groups. The results showed that there was a statistically significant difference between the mean of insomnia degree in the intervention and control group, after the Cananga aromatherapy treatment (p=0.000). It could be concluded that Cananga aromatherapy is likely to lower insomnia in patients with stroke in this study. Nurses may use this intervention to help addressing insomnia problem among patients with stroke.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Vindalia Dian Sari Helfardi
"Satpam dengan kerja gilir berisiko mengalami insomnia.Penelitian Didi Purwanto (2005) pada pekerja pabrik semen Citeureup?Bogor,didapatkan prevalensi insomnia sebesar 48,1% pada pekerja gilir dan prevalensi tersebut hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan pekerja non gilir.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi insomnia dan faktor?faktor yang meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT.X.
Desain penelitian menggunakan cross sectional yang melibatkan 107 satpam dengan kerja gilir.Pengambilan data menggunakan beberapa kuesioner, diantaranya kuesioner Sleep Hygiene Index, kuesioner Stress Diagnostic Survey, kuesioner Insomnia Rating Scale-KSPBJ, serta wawancara menggunakan instrumen MINI.
Prevalensi insomnia pada satpam dengan kerja gilir di PT.X adalah 81,9%.Hasil penelitian menunjukkan sikap higiene tidur buruk meningkatkan risiko terjadinya insomnia hampir 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sikap higiene tidur baik (OR=9,820, 95%CI=1,185?81,413).Usia lebih tua, masa kerja lebih lama, pola kerja gilir iregular dan stres kerja sedang-tinggi tidak terbukti meningkatkan risiko kejadian insomnia pada satpam dengan kerja gilir (p>0,05).
Saran bagi satpam yang menjalani kerja gilir adalah dapat menerapkan sikap higiene tidur dengan baik.Bagi manajemen PT.X, disarankan penyuluhan berkala setiap tiga bulan sekali mengenai gangguan kesehatan akibat kerja gilir terutama insomnia dan evaluasi kesehatan pada satpam yang mengalami insomnia setiap satu hingga tiga bulan sekali.

Security squad who undergo shift work,are at risk for insomnia.Study at cement factory Citeureup-Bogor,2005 by Didi Purwanto found the prevalence of insomnia on shift workers is 48,1% and this prevalence is almost two times higher than non-shift workers.The aim of this research are to know prevalence of insomnia and to determine factors that increase the risk of insomnia on security squad with shift work at PT. X.
Design of research is cross sectional which involved 107 squad of security unit with shift work.Retrieving data used several questionnaires,including Sleep Hygiene Index questionnaire,Stress Diagnostic Survey questionnaire and Insomnia Rating Scale-KSPBJ questionnaire,as well as interview were conducted using MINI instrument.
The prevalence of insomnia on security squad with shift work at PT.X is 81.9%.The result is poor sleep hygiene behavior increases the risk of insomnia is almost 10 times higher than good sleep hygiene behavior (OR=9.820, 95%CI=1.185-81.413).Elder age,longer working lives,pattern of irregular shift work,and medium-high work stresses are not determine to increase the risk of insomnia on security squad with shift work (p> 0.05).
Suggest to security squad who undergo shift work should implement sleep hygiene behavior well.For PT.X management,counseling about the health problems caused by shift work,especially insomnia is recommended regularly every three months and taking health evaluation at security squad who have insomnia every one to three months.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Octaviani Aribah
"Kualitas tidur yang baik sangat penting untuk dipertahankan supaya tubuh beserta organnya dapat beristirahat dan tetap dalam kondisi prima. Meski penting untuk dijaga, nyatanya kualitas tidur masyarakat Indonesia masih tergolong buruk dan hampir setengahnya memiliki gejala insomnia. Emerging adults (18-29 tahun) di Indonesia merupakan kelompok usia dengan prevalensi tinggi memiliki kualitas tidur buruk dan mengalami insomnia. Akan tetapi, intervensi yang tersedia, seperti cognitive behavioral therapy for insomnia (CBT-I) masih sulit dijangkau masyarakat dan membutuhkan biaya yang besar. Maka dari itu, penelitian ini dilaksanakan guna menelusuri efektifitas intervensi alternatif yang mudah dijangkau masyarakat, yakni Trataka Yoga. Trataka Yoga merupakan salah satu bentuk meditasi yang dilakukan dengan memfokuskan pandangan pada inti cahaya api dalam ruangan yang gelap. Partisipan penelitian ini adalah 61 siswa SMA kelas 12 berusia 18-19 tahun (M=18.02, SD=0.13). Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan blocked, randomized, control group design. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan Insomnia Severity Index (ISI) untuk mengukur insomnia. Berdasarkan hasil analisis repeated measure ANOVA, ditemukan perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol pada kualitas tidur (F (1, 59) = 252.30, p < .05, ?2 = 0.81) dan insomnia (F (1, 59) = 30.161, p < .05, ?2 = 0.33). Kelompok eksperimen melaporkan kualitas tidur dan insomnia yang lebih baik (M = 6.67, SD = 1.90; M = 11.19, SD = 4.05) dibandingkan kelompok kontrol (M = 8.67, SD = 2.50; M = 13.93, SD = 3.56). Dapat disimpulkan bahwa Trataka Yoga mampu meningkatkan kualitas tidur dan menurunkan insomnia.

A good quality of sleep helps the body to maintain its prime condition. Despite the benefit it brings, Indonesian people still have a relatively poor quality of sleep and almost half of them have symptoms of insomnia. In Indonesia, emerging adults (18-29 years) are most likely to experience poor sleep quality and insomnia. Available interventions, such as CBT-I, are still difficult for the community to reach and require a large sum of money. Therefore, this research was conducted to explore the effectiveness of alternative interventions that are easily accessible to the public, namely Trataka Yoga. Trataka Yoga is a meditation technique by staring into the flame of a candle in a dark room. The participants in this study were 61 twelve-grader high school students aged 18-19 years (M=18.02, SD=0.13). This experimental study uses a blocked, randomized, control group design. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) was used to measure sleep quality and the Insomnia Severity Index (ISI) to measure insomnia. The research data were analyzed using repeated measure ANOVA. It showed that there is a significant difference between the control and experiment groups in sleep quality (F (1, 59) = 252.30, p < .05, ?2 = 0.81) and insomnia (F (1, 59) = 30.161, p < .05, ?2 = 0.33). The experiment group has a better sleep quality and insomnia score (M = 6.67, SD = 1.90; M = 11.19, SD = 4.05) than the control group (M = 8.67, SD = 2.50; M = 13.93, SD = 3.56). It can be concluded that Trataka could improve sleep quality and reduce insomnia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Haveleia
"Ulkus Diabetikum menyebabkan berbagai gangguan kenyamanan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada pasien ulkus diabetikum. Desain penelitian menggunakan cross-sectional dengan sampel 97 pasien ulkus diabetikum. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara kualitas tidur subjektif dengan kualitas tidur yang diukur menggunakan PSQI p: 0,001. Faktor yang mempengaruhi tidur yaitu penghasilan p: 0,014, tingkat stress p: 0,001, medikasi p: 0,026, tingkat nyeri p: 0,048, dan diet p: 0,009. Penelitian menunjukkan pentingnya melakukan pengkajian kualitas tidur dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi untuk mengatasi masalah tidur pasien ulkus diabetikum.

Diabetic ulcer cause various comfort disorders. This research was to identify sleep quality and factors that influence in patients with diabetic ulcer. This research design used cross sectional study with a sampel of 97 diabetic ulcer patients. The results showed that there was a significant difference between subjective sleep quality and sleep quality measured using PSQI p 0,001. Factors that affect sleep are income p 0,014, stress levels p 0,001, medications p 0,026, pain levels p 0,048, and diet p 0,009. The results of this study indicate that the importance of conducting sleep quality assessment with factors that influence to overcome sleep problems in diabetic patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68189
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vediana Aulia Rahman
"Nyeri menjadi salah satu alasan seseorang untuk berobat ke rumah sakit. Nyeri mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang salah satunya kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk membuat seseorang menjadi sulit untuk fokus, kurang energi, hingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Teknik relaksasi merupakan salah satu intervensi non farmakologis yang disarankan untuk meningkatkan kualitas tidur. Pasien perempuan usia 34 tahun menderita nyeri hebat di kepala tanpa penyebab pasti. Nyeri sangat berat dirasakan hingga membuat pasien tidak dapat tidur selama beberapa hari. Pasien mengeluhkan kelelahan, nyeri, dan tidak dapat tidur. Nyeri berkurang ketika diberikan terapi farmakologi namun tidak sepenuhnya hilang. Pasien tidak diberikan terapi farmakologi untuk mengatasi kesulitan tidur, skor Pittsburgh Sleep Quality Index atau PSQI 13 (Kualitas tidur buruk) dan skor Insomnia Severity Index atau ISI 16 (insomnia berat). Penulis memberikan intervensi relaksasi Benson dan melakukan sleep hygiene untuk meningkatkan kualitas tidur pasien selama 1 minggu. Setelah intervensi terdapat perbaikan pada kualitas tidur pasien ditandai dengan skor PSQI pasien menurun menjadi 5 (kualitas tidur baik) dan skor ISI 6. Pasien juga mengatakan merasa lebih segar dan berenergi untuk melakukan aktivitas di siang hari karena kebutuhan tidur sudah tercukupi. Hal ini menunjukan bahwa teknik relaksasi benson memberikan manfaat serta perubahan signifikan pada kualitas tidur pasien.

Pain is one of the reasons for someone to go to the hospital. Pain affects various aspects of a person's life, one of which is the quality of sleep. Poor sleep quality makes it difficult for a person to focus, lack of energy, and is unable to carry out daily activities. Relaxation techniques are one of the non-pharmacological interventions that are recommended to improve sleep quality. A 34-year-old female patient suffers from severe pain in the head without a definite cause. The pain is so severe that it makes the patient unable to sleep for several days. The patient complains of fatigue, pain, and inability to sleep. Pain lessens when therapy is given but does not completely go away. Patients were not given pharmacological therapy to treat sleep difficulties, the patient’s Pittsburgh Sleep Quality Index or PSQI score 13 (poor sleep quality) and the Insomnia Severity Index or ISI score is 16 (intermediate insomnia). The author provides Benson relaxation interventions and performs sleep hygiene to improve the patient's sleep quality for 1 week. After 1 week of intervention, the patient's PSQI score decreased to 5 (good sleep quality) and an ISI score of 6. The patient also said she felt more refreshed and energized to do activities during the day because her sleep needs were fulfilled. This shows that the Benson relaxation technique provides significant benefits and changes in the patient's sleep quality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>