Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116204 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Mira Sophia
"Kalimantan adalah pulau terbesar ketiga di dunia, yang memiliki ratusan, bahkan ribuan, sungai dan anak sungai. Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, dengan panjang 1.143 kilometer, merupakan sungai terpanjang di Indonesia, yang selama berabad-abad telah membentuk masyarakat yang berkebudayaan sungai, dalam wujud kota-kota tepi sungai dari hulu hingga hilir sungai-sungainya. Dengan mengangkat 'lanting', salah satu bentuk permukiman tepi sungai di Kalimantan, penelitian ini ingin mengungkap fenomena kehadiran permukiman tepi sungai dalam konstitusi masyarakat perkotaan di Kalimantan. Ekologi politik digunakan sebagai pendekatan untuk mengungkap proses-proses sosial, ekonomi dan politik serta lingkungan pada permukiman lanting, untuk memberikan makna yang lebih mendalam terhadap hubungan kota dan sungai, yang merupakan representasi hubungan manusia dan alam yang kompleks. Lokasi studi adalah Kota Sintang, Kalimantan Barat. Penelitian di lapangan dilaksanakan dalam rentang waktu Oktober 2016 hingga Januari 2018. Partisipan berjumlah 25 orang, dengan penentuan partisipan melalui teknik purposive sampling dan snowball sampling, untuk menghasilkan sampel ilustratif. Data-data diolah dengan mengikuti kaidah teori beralas klasik (classic grounded theory), yang meliputi tahapan pengodean terbuka, penyusunan kategori dan properti (sub kategori) serta kategori inti, yang dijalin oleh proses penulisan memo dan perbandingan konstan hingga mencapai tahap saturasi. Penelitian ini menghasilkan usulan teori substantif baru yaitu 'urbanisme jejaring berbasis sungai' atau 'urbanisme dendritik' yang menawarkan cara pandang baru dalam memahami permukiman tepi air perkotaan sebagai manifestasi dari 'nexus' sosial-ekonomi-politik-lingkungan yang kompleks.

Borneo is the third-largest island in the world, boasting hundreds, if not thousands, of rivers and tributaries. The Kapuas River in West Kalimantan, with a length of 1,143 kilometers, is the longest river in Indonesia, which for centuries has shaped the culture of the community. By using 'lanting', a form of a river settlement in Kalimantan, this study aims to reveal the phenomenon of the river settlements in the constitution of urban society. Political ecology is used as an approach to reveal social, economic, and political as well as environmental processes in the lanting settlement, to give a deeper understanding of the relationship between the city and the river, which represents a complex relationship between human and nature. The study was conducted in Sintang City, West Kalimantan. In carrying out this research, the Glaserian grounded theory method is used. Field research was carried out in the period from October 2016 to January 2018, at two lanting settlements in Sintang City: Pasar Durian and Tanjung Puri, with 25 participants, which were chosen following the purposive and snowball sampling. This research produces a new substantive theory, 'river-based network urbanism' or 'dendritic urbanism' which offers a new perspective in understanding urban waterfront settlements as a manifestation of a complex socio-economic-political-environmental 'nexus'. The political ecology itself can be seen as a novelty to fill the methodological gap in architectural research and urban settlement studies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elok Faiqotul Mutia
"ABSTRAK
Kebijakan reklamasi Teluk Jakarta adalah isu yang saat ini menjadi perdebatan publik. Perdebatan ini diperkuat oleh isu-isu lingkungan, marginalisasi kelompok-kelompok tertentu, pengaturan otoritas dan juga korupsi dalam proyek Reklamasi Teluk Jakarta. Beberapa lembaga pemerintah pusat dan provinsi mengambil sikap berbeda tentang masalah ini. Tujuan pertama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebijakan lingkungan dalam reklamasi Teluk Jakarta dengan pendekatan ekologi politik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari wawancara mendalam dengan para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembuatan kebijakan lingkungan reklamasi Teluk Jakarta dan studi literatur. Studi ini menyimpulkan bahwa kebijakan reklamasi Teluk Jakarta menciptakan konflik antara pemerintah pusat dan provinsi. Hal ini disebabkan oleh tumpang tindih peraturan otoritas reklamasi Teluk Jakarta serta perbedaan dalam sikap dan kepentingan di antara para pemangku kepentingan. Dalam pendekatan ekologi politik, kebijakan reklamasi Teluk Jakarta telah gagal mengakomodasi ketiga kepentingan tersebut, yaitu kepentingan sosial, ekonomi dan lingkungan. Konflik yang terjadi juga menyebabkan kelalaian yang tidak hanya merugikan ekonomi, tetapi juga memperburuk dampak sosial dan ekonomi.

ABSTRACT
The Jakarta Bay reclamation policy is an issue that is currently a public debate. This debate is strengthened by environmental issues, the marginalization of certain groups, the regulation of authority and also corruption in the Jakarta Bay Reclamation project. Some central and provincial government institutions take different stances on the issue. The first objective of this research is to analyse environmental policy in reclamation of Jakarta Bay with the approach of political ecology. This research uses a qualitative approach. The data were obtained from in depth interviews with stakeholders involved in the policy making of the Jakarta Bay reclamation environment and the literature study. This study concludes that the Jakarta Bay reclamation policy creates a conflict between the central and provincial governments. This is due to the overlapping regulation of Jakarta Bay reclamation authority as well as differences in attitude and interests among stakeholders. In the approach of political ecology, the Jakarta Bay reclamation policy has failed to accommodate the three interests, are social, economic and environmental interests. The conflicts that occur also cause an omission that not only harms the economy but worsens the social and economic impact. "
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Ilmu Lingkungan, 2018
T50852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parris, Kristen M.
"Urban environments are expanding globally as the number and proportion of humans that live in cities continue to increase. The discipline of urban ecology is also expanding as interest surges in the ecological impacts of urbanization and the diverse ways in which urban environments can affect their human and non-human residents --
This book provides an accessible introduction to urban ecology, using established ecological theory to identify generalities in the complexity of urban environments. Engaging yet scholarly, it examines the biophysical processes of urbanization and how these work together to influence (a) the characteristics of urban environments in developed and developing countries, and (b) the dynamics of urban populations, communities and ecosystems. With a strong international focus, it also explores the ecology of humans in cities and discusses practical strategies for conserving biodiversity and maintaining ecosystem services in urban environments. Finally, it argues that existing ecological theory is appropriate for understanding the ecology of urban environments across all levels of organization, from individual organisms to entire ecosystems; effective science and management need not wait on a new theory of urban ecology --
Designed as a text book for upper-level undergraduate and postgraduate students, Ecology of Urban Environments will also be an invaluable resource for researchers and policy-makers in the urban sphere --Book Jacket."
Chichester, West Sussex: John Wiley & Sons, 2016
577.56 PAR e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This book features expert contributions on key sustainability aspects of urban water management in Chinese agglomerations. Both technical and institutional pathways to sustainable urban water management are developed on the basis of a broad, interdisciplinary problem analysis."
Switzerland: Springer Nature, 2019
e20509496
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Patilima, Hamid
"Tesis ini bertujuan terperoleh gambaran kognitif anak-anak di Indonesia, khususnya anak-anak di Kelurahan Kwitang, Jakarta Pusat mengenai lingkungan kota. Penelitian ini menguunakan suatu desain studi kasus yang akan menghasilkan gambaran persepsi anak mengenai lingkungan kota.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data dan informasi pengamatan terlibat, wawancara semi terstruktur dan menggambar. Informal penelitian adalah anak-anak usia 9-12 tahun, murid kelas IV, V, dan VI SDN Kenari 01 Pagi, SDN Kenari 02 Petang, SDN Kenari 03 Pagi, SDN Kenari 04 Petang, SDN Kenari 05 Pagi dan SDN Kenari 06 Petang. Lokasi penelitian di Kelurahan Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
Dalam penelitian ini anak-anak menguraikan narasi sesuai dengan persepsi dan pengalamannya dari tiap-tiap lingkungan tempat mereka berinteraksi dan bersosialisasi secara sosial, yaitu lingkungan tempat tinggal, lingkungan komuniti, lingkungan sekolah, lingkungan bermain, pelayanan transportasi, dan pelayanan kesehatan. Di lingkungan tempat tinggal, ketenangan dan kenyamanan karena ada orang tua yang menjaga, sanitasi rumah bersih, dan adanya air bersih. Sementara, di lingkungan komuniti tergambar organisasi RT-RW, lingkungan yang aman, karena ada Pos Kamling dan penerangan jalan yang mendukung Sistem Keamanan Lingkungan, pengelolaan sampah dan pemeliharaan saluran pembuangan air kotor. Gambaran lingkungan sekolah adalah anak merasa nyaman dan aman bersekolah, karena gedungnya kokoh dan berpagar besi, sanitasi lingkungan terawat; metode pembelajaran yang klasikal, sehingga tidak melatih anak untuk berdiskusi. Di lingkungan bermain, tidak ada fasilitas tempat bermain sehingga anak-anak berinisiatif menggunakan jalan, taman, bantaran kali dan halaman sekolah sebagai tempat bermain. Hal ini mempunyai resiko kecelakaan. Dalam pelayanan transportasi transportasi kota Jakarta, membuat anak-anak belum merasa tenang dan nyaman, karena pelayanannya tidak memperhatikan keselamatan mereka, dan desain kendaraan tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Selain itu pelayanan transportasi belum ramah terhadap anak. Terakhir, berkaitan dengan pelayanan kesehatan, anak menggambarkan penyakit yang sering mereka derita terkait dengan resiko lingkungan seperti air kotor, makanan yang kurang higiene, dan sanitasi yang buruk.
Penyakit yang sering diderita oleh anak adalah diare, infeksi saluran pernapasan atas, dan kulit. Apabila anak-anak sakit, mereka sering dirujuk oleh orang-tua mereka ke klinik dan atau puskesmas sesuai dengan kemampuan keuangan keluarga.
Pelibatan anak-anak dalam sejenis penelitian demikian membesarkan hati mereka. Hal tersebut terungkap dari antusiasme mereka dalam menggambarkan berbagai keadaan seperti lingkungan perumahan, lingkungan komuniti, lingkungan sekolah, lingkungan bermain, pelayanan transportasi, dan pelayanan kesehatan. Kemampuan mereka menggambarkan situasi di atas menandakan anak-anak ini peka terhadap lingkungan kotanya, dalam batas-batas kemampuan dan pemahaman mereka tentang lingkungannya.
Pengabaian kebutuhan anak dalam pembangunan kota merupakan persoalan lingkungan yang dirasakan anak. Banyak hal yang dibutuhkan, namun belum tersedia dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan membangun sarana kebutuhan masyarakat (orang dewasa), pemerintah kota menganggap kebutuhan anak telah terwakili dan terpenuhi dengan sendirinya. Pengabaian pemerintah kota terhadap anak bukan hanya pada kebijakan dan anggaran terbatas, tetapi juga pada pelayanan dan penyediaan sarana kota yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Perasaan tenang, nyaman, dan aman dengan lingkungan tempat tinggal, lingkungan komuniti, lingkungan sekolah mereka, serta tempat pelayanan kesehatan merupakan gambaran persepsi anak mengenai lingkungan kota di satu sisi dengan kasus Kelurahan Kwitang, sedangkan perasaan terganggu dengan sampah yang menumpuk, saluran pembuangan air kotor yang mampat karena masih adanya warga yang membuang sampah sembarangan, dan jalan-trotoar yang rusak di beberapa titik di lingkungan tersebut merupakan gambaran sisi lain. Permukiman yang padat di kelurahan ini adalah kekhawatiran yang lain anak jika terjadi kebakaran seperti sebelumnya, sehingga menjadi trauma untuk mereka. Masih pada sisi yang sama, fasilitas pada lingkungan bermain dan pelayanan transportasi, menurut mereka juga belum cukup memenuhi kebutuhan anak.
Kajian ini terbatasi oleh beberapa faktor, sehingga masih ada "ruang penjelasan" yang terbuka untuk diisi peneliti lain. Keterbatasan ini antara lain disebabkan oleh tidak tinggalnya saya bersama anak-anak (informan), sehingga tidak mengetahui dengan baik pola asuh yang diterapkan di masing-masing keluarga anak. Saya pun tidak mengikuti kegiatan anak selama 24 jam penuh, sehingga pola kegiatan dan bermain anak tidak terekam secara utuh. Walaupun informan dalam penelitian ini adalah anak, namun saya tidak mendalami psikologi anak secara khusus, sehingga saya tidak mengetahui Bahasa tersirat anak yang ingin diungkapkan. Selain itu, saya juga tidak mendalami sosiologi secara khusus, sehingga saya tidak bisa memberikan gambaran yang rinci mengenai kehidupan masyarakat di lingkungan tersebut.

This Thesis aimed to study cognitive description of Indonesian children, particularly those living in urban area in Kwitang Sub District in Central Jakarta. The study used a specially designed methods that captured children's perception through interviews and pictures.
The study used a qualitative approach by means of data collecting, involving observation, semi-structured interviews, and drawing. Participants of the study was 9 -12 year-old students on grade 4, 5 and 6 at six (6) Kenari Elementary Schools, a state-owned elementary schools located in Kwitang, Senen District, Central Jakarta. Three of these schools operated in the morning (07.00-12.00) and the other three operated in the afternoon (13.00-17.00)
The study found that all of participating children depicted their surroundings based on their perception and experiences. Those are internal family, schools, neighborhoods, playing grounds, transportation and health service. The study indicated that parents' income influenced their development. Moreover, it showed that good waste management and drainage of the environment supported their physical growth and health. Children described community work ("kerja bakti") organized by community leaders in their neighborhood had a crucial role to keep environment clean. In their school environment, children felt that secured and comfortable because of its permanent building, and good sanitation, despite their dissatisfaction with their schools' rest room. Classical method of learning was found to discourage children to get used to discussion. School facilities do not have adequate playing ground so that the children usually use street, park, and limited schoolyard as their playing ground. This posed them with risks to get accident. For transportation services, the children could not choose kind of transportation. Public vehicles were not designed and friendly to cater their needs. From health perspective, most children's diseases were related to the hygiene and sanitation of their houses, neighborhood, schools, and playing grounds. The study found that poor drainage and sanitation, non-hygienic foods, and air pollution were factors that affect children's health. Common diseases found in children were diarrhea, respiratory diseases, and dermatitis. Community Health Unit (Puskesmas), a government health service provider at district level, provided medical services for most of the sick children.
Involving children in this study made them full of pride. It was appeared through their enthusiasm in depicting their neighborhood, community environment, school environment, playing area, transportation and health service. Their ability in picturing the condition indicated their awareness and recognizing to their urban surrounding.
Negligence of children's needs in developing a city was a problem that was able to realize by children. There were many condition those needed by children but not available. By developing infrastructure for people (adult), city council assumed that children's need had already been fulfilled. It was not only on policy and limited budget, but also on city service that influence to children development.
Children those live in Kelurahan Kwitang felt two paradoxical conditions. They felt comfortable and safe with their neighborhood, community environment, school environment, and health service. On the other hand, they felt uncomfortable with piled of garbage, bad drainage, and smashed pedestrian. Moreover, children worried about dense residential because it tends to conflagration as it happened before. In addition, they stated that they do not have playing ground and access to transportation service.
This study was limited by some factors so that there was open "explanation room" that can be explored by other researcher. The limitation due to I, as a researcher, did not live in the Kelurahan Kwitang to observe child-rearing pattern in the family. I did not observe children for 24 hours so that child activity was not fully recorded. Instead of informant in the study was children, but I did not study psychology deeply. Therefore, I was not able to catch invisible gesture of children that would more reveal children's mind. In addition, I was not study sociology either so that I could not give specific picture of community life.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13228
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Putri Rahayu
"Penelitian ini membahas tentang pengelolaan ruang terbuka hijau oleh Dinas Kebersihan Pertamanan Pemakaman di Kota Tangerang Selatan. Dinas Kebersihan Pertamanan Pemakaman melakukan pengelolaan yang dilakukan melalui perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan ruang terbuka hijau yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan Pertamanan Pemakaman di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif karena menggambarkan dan mendeskripsikan masalah yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara yang melibatkan beberapa narasumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota Tangerang Selatan oleh Dinas Kebersihan Pertamanan Pemakaman Kota Tangerang Selatan sampai saat ini belum maksimal, karena masih ditemukan beberapa hambatan. Hambatan tersebut antara lain adalah kondisi sumber daya manusia yang masih kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas, serta belum sepenuhnya pemerintah kabupaten tangerang menyerahkan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang menjadi kendala dalam membangun ruang terbuka hijau, selain itu keterbatasan lahan menjadi salah satu masalah pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam memperluas ruang terbuka hijau.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap hal-hal yang mempengaruhi pengelolaan. Mengenai masalah sumber daya manusia, mulai sekarang harus sudah direncanakan rekrutmen dengan perencanaan yang matang,serta memperkuat koordinasi antar instansi dalam kaitannya dengan penyerahan fasilitas sosial dan fasilitas umum dalam mewujudkan ruang terbuka hijau di Kota Tangerang Selatan.

This research discuss about the management of urban green space conducted by Dinas Kebersihan Pertamanan Pemakaman in South Tangerang City. The aim was to determine the management of urban green space conducted by Dinas Kebersihan Pertamanan Pemakaman in South Tangerang City. Dinas Kebersihan Pertamanan Pemakaman conducted by managing the planning, utilization and control. This study used a qualitative approach and this research is descriptive because it describes, summarizes the various conditions and situations as well as describing the problem under study based on the data obtained. The data was collected through interviews with informants.
The results showed that the management of green open space in South Tangerang City by the Dinas Kebersihan Pertamanan Pemakaman in South Tangerang City have not been up to date, because they found the condition of human resources is still lacking in terms of both quality and quantity, as well as the Tangerang regency government has not fully hand over social facilities and public facilities are an obstacle in building a green open space, in addition to the limitations of land into one of the city government problem South Tangerang to expand green space.
Based on these results, it is necessary to repair the things that affect management. Regarding human resource issues, from now on should have planned recruitment with careful planning, and strengthen inter-agency coordination in relation to the delivery of social facilities and public facilities in creating a green open space in South Tangerang City.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Usaha pembenihan merupakan alternatif pemecahan masalah utnuk mengatasi kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan benih ikan betok, meskipun masih dibatasi oleh rendahnya tingkat keberlangsungan hidup larva, di antaranya karena belum diketahuinya ciri ekologinya. Diperlukan kajian intensif untuk menemukan karakteristik ekologis larva ikan betok di habitatnya."
577 LIMNO 19:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
George, Carl J.
New York: McGraw-Hill, 1974
301.31 GEO u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chicago : The University of Chicago Press, 2013
304.27 NAT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adler, Frederick R.
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2013
307.76 ADL u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>