Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127855 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauzan Harish Syaevian
"Penelitian ini membahas strategi mobilisasi gerakan gejayan memanggil I yang terbentuk dari kesadaran politik yang tumbuh di kalangan mahasiswa Yogyakarta dalam merespon rancangan kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah dan DPR RI melalui beberapa Rancangan Undang-Undang (RUU) yang dinilai melindungi kelompok Oligarki di Indonesia untuk dapat lebih bebas berkuasa dengan di sisi lain mengorbankan hak-hak masyarakat umum dalam negara demokrasi Republik Indonesia ini. Gerakan Gejayan Memanggil I merupakan sebuah gerakan sosial yang tercermin dari karakteristik gerakan tersebut yang bertujuan mempertahankan substansi dan melindungi nilai-nilai kemanusiaan bagi masyarakat pada umumnya, penggunaan media sosial sebagai salah satu strategi mobilisasi gerakan. Strategi mobilisasi massa yang diterapkan pada Gerakan Gejayan Memanggil I diawali dengan mengevaluasi origins atau asal usul latar belakang gerakan tersebut, lanjut ke tahap protest atau aksi damai dengan memberikan 7 tuntutan kepada Pemerintah, dan diakhiri dengan outcome atau apa yang dihasilkan dari gerakan gejayan tersebut dan respon dari Pemerintah.

This research discusses the mobilization strategy of the Gejayan Memanggil I movement which is formed from the growing political awareness among Yogyakarta college students in response to the draft policy made by the Government and the House of Representatives through several Bills (RUU) that are considered to protect the Oligarchy group in Indonesia to be able to be more free to rule by on the other hand sacrificing the rights of the people in this democracy country of Republic of Indonesia. Gejayan Memanggil I movement is a social movement that reflected in the characteristics of the movement aimed at maintaining substance and protecting human values for society in general, the use of social media as one of the movement's mobilization strategies is also a characteristic of a social movement. The mass mobilization strategy applied to the Gejayan Memanggil I Movement begins by evaluating the origins or origins of the movement's background, continuing to the stage of protest or peaceful movement by giving 7 demands to the Government, and ending with the outcome or what results from the Gejayan Memanggil movement and the response from the Government."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mudhya Razanne Tiara
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan slacktivism dan eskalasi gerakan digital menuju aktivisme onsite. Slacktivism sendiri merupakan tindakan pada ambang batas rendah di suatu gerakan sosial digital yang meliputi namun tidak terbatas pada pemberian like, comment, share, retweet semata. Studi-studi yang membahas mengenai slacktivism dalam gerakan sosial yang terbentuk di ruang digital ditemukan saling kontradiktif, yakni (1) studi yang cenderung pesimis akan slacktivism dan kaitannya dengan eskalasi gerakan sosial karena adanya karakteristik kental berupa lemahnya keterlibatan aktor, aksi yang berada pada ambang rendah, dan tidak adanya pandangan ideologi yang mendalam dari para aktor sehingga justru dipandang kurang memberikan kontribusi yang signifikan pada gerakan; dan (2) studi yang cenderung optimis akan slacktivism dan eskalasi gerakan sosial memandang bahwa aksi dari para aktornya justru membawa dukungan yang bermakna pada level tertentu dalam meningkatkan aspek-aspek gerakan sosial sehingga salah satunya mampu berkontribusi membuka kemungkinan eskalasi gerakan dapat terjadi pada kondisi berisiko politik rendah. Pada penelitian ini, penulis memandang bahwa terjadinya slacktivism dan eskalasi gerakan sosial digital tidak sesederhana yang dipandang oleh kubu optimis & pesimis karena untuk dapat terjadinya eskalasi gerakan digital menuju aktivisme onsite, diperlukan prekondisi-prekondisi tertentu dari slacktivism dan gerakan itu sendiri, seperti melalui keterkaitan slacktivism dengan sumber daya gerakan sosial. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian studi kasus yang dilakukan dengan memperoleh data melalui studi pustaka, wawancara mendalam, observasi media sosial dan kegiatan bermural kepada 6 informan (Pihak Gejayan Memanggil, partisipan lomba, dan donatur) melalui studi kasus Lomba Mural Dibungkam. Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa slacktivism, yang dipicu oleh sumber daya sosial organisasi yang telah eksis secara onsite maupun online, mampu mengeskalasi gerakan digital menuju aktivisme onsite sekalipun pada kondisi risiko politik yang tinggi melalui adanya prekondisi penggunaan resource mobilization yang terorganisir matang dan berkaitan timbal balik dengan slacktivism dalam gerakan sosial itu sendiri. Selain itu, adanya dukungan dari struktur media sosial tertentu juga ditemukan sebagai kondisi yang memungkinkan slacktivism mengeskalasi gerakan melalui kapasitas slacktivism untuk meningkatkan dukungan kapasitas algoritma media sosial.

This study aims to explain slacktivism and the escalation of digital movements towards onsite activism. Slacktivism itself is an action at a low threshold in a digital social movement which includes but is not limited to simply liking, commenting, sharing, retweeting. Studies that discuss slacktivism in social movements formed in digital space are found to be contradictory to each other, namely (1) studies that tend to be pessimistic about slacktivism and its relation to the escalation of social movements due to strong characteristics in the form of weak actor involvement, actions that are at a low threshold , and the absence of deep ideological views from the actors so that they are seen as not making a significant contribution to the movement; and (2) studies that tend to be optimistic about slacktivism and social movement escalation view that the actions of the actors actually bring meaningful support at a certain level in improving aspects of social movements so that one of them is able to contribute to opening up the possibility of movement escalation to occur in conditions of political risk low. In this study, the authors view that the occurrence of slacktivism and the escalation of digital social movements is not as simple as that seen by the optimists & pessimists because for the digital movement to escalate towards onsite activism, certain preconditions are needed from slacktivism and the movement itself, such as through the linkage of slacktivism. with social movement resources. This research belongs to the type of case study research which is carried out by obtaining data through literature study, in-depth interviews, social media observations and mural activities to 6 informants (Gejayan Calling Party, contest participants, and donors) through a case study of the Silenced Mural Contest. The results of the study imply that slacktivism, which is triggered by organizational social resources that already exist both on site and online, is able to escalate digital movements towards onsite activism even in conditions of high political risk through the presence of preconditions for the use of well-organized and reciprocally organized resource mobilization with slacktivism. within the social movement itself. In addition, the existence of support from certain social media structures was also found as a condition that allows slacktivism to escalate movements through slacktivism's capacity to increase the support of social media algorithm capacities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Marsya Anjani
"Banten identik dengan politik dinastinya yang sudah mengakar. Kemenangan seorang calon dengan latar belakang dinasti merupakan hal biasa di Banten. Namun, hal ini tentu memberikan tantangan tersendiri bagi calon dengan latar belakang non-dinasti dalam memenangkan suaranya di daerah-daerah pemilihan. Penelitian ini mencoba melihat strategi politik yang digunakan Ali Zamroni sebagai calon anggota legislatif tahaun 2019 yang berhasil memenangkan suaranya di Dapil Banten 1. Ali merupakan caleg dengan latar belakang non-dinasti yang berhasil memenangkan suaranya di antara klan dinasti terkuat di Banten. Tentu, fenomena ini sangat jarang ditemui. Penelitian ini menganalisis strategi politik yang digunakan Ali Zamroni dengan menggunakan Teori Strategi Politik milik Peter Schroder. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kepustakaan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Ali Zamroni berhasil mendapatkan dukungan dengan menerapkan strategi berbasis data, lewat survei dan pemetaan dapil. Berbeda dengan pendekatan caleg dari dinasti politik yang memandang data sebagai bagian dari alat bantu pelaksanaan kampanye. Selain itu, Ali Zamroni melakukan kampanye door-to-door dan membawa fokus isu yang berbeda ke masyarakat, seperti isu kesejahteraan tani dan infrastruktur. Sementara caleg dari dinasti politik cenderung berfokus pada isu-isu besar, seperti ekonomi dan pendidikan. Ali Zamroni mampu memberikan penawaran baru dengan menyuarakan kebutuhan yang lebih mendalam dan nyata dari masyarakat.

Banten is synonymous with deep-rooted dynastic politics. The victory of a candidate with a dynastic background is common in Banten. However, this certainly presents its own challenges for candidates with non-dynastic backgrounds in winning their votes in electoral districts. This research tries to look at the political strategy used by Ali Zamroni as a legislative candidate in 2019 who succeeded in winning his vote in the Banten 1 electoral district. Ali is a legislative candidate with a non-dynastic background who succeeded in winning his vote among the strongest dynastic clan in Banten. Of course, this phenomenon is very rare. This research analyzes the political strategy used by Ali Zamroni using Peter Schroder's Political Strategy Theory. This research uses qualitative methods with literature study. Research findings show that Ali Zamroni succeeded in gaining support by implementing data-based strategies, through surveys and electoral district mapping. This is different from the approach of legislative candidates from political dynasties who view data as part of the boundaries of campaign implementation. Apart from that, Ali Zamroni carried out door-to-door campaigns and brought different focus issues to the community, such as farmer welfare and infrastructure issues. Meanwhile, legislative candidates from political dynasties tend to focus on big issues, such as the economy and education. Ali Zamroni is able to provide new offers by voicing deeper and more real needs from the community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah Indriani
"Tulisan ini meneliti tentang strategi advokasi Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik dalam terbitnya Peraturan Gubernur No 142 Tahun 2019 tentang Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan di DKI Jakarta. Penelitian ini mengajukan pertanyaan penelitian bagaimana strategi Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik dalam upaya mengadvokasi Peraturan Gubernur No 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan. Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan mengumpulkan data dari kanal media sosial Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik sebagai sumber data primer, serta literatur, data berita, dokumen pemerintah sebagai sumber data sekunder. Hasil temuan menunjukkan bahwa Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik melakukan peran-peran nya sebagai bagian dari civil society dalam merepresentasikan isu kepentingan publik, memberikan perlawanan terhadap negara serta memberikan edukasi dan pemberdayaan demokrasi kepada masyarakat. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik menggunakan lima bentuk sumber daya dan tiga akses untuk mencapai sumber daya tersebut, yaitu mobilisasi terhadap sumber daya moral, sumber daya manusia, sumber daya sosial-organisasional, sumber daya material, dan sumber daya material serta akses untuk mencapai sumber daya tersebut dengan memproduksi sendiri, mengkooptasi dan mengagregasi sumber daya yang ada.

This paper examines the advocacy strategy of the Indonesian Plastic Bag Diet Movement in the issuance of Governor Regulation No. 142 of 2019 concerning the Use of Environmentally Friendly Shopping Bags in DKI Jakarta. This study asks research questions about the strategy of
the Indonesian Plastic Bag Diet Movement in an effort to advocate for Governor Regulation No. 142 of 2019 concerning the Obligation to Use Environmentally Friendly Shopping Bags. This study uses a qualitative method using in-depth interview techniques and collects data from the
social media channels of the Indonesian Diet Plastic Bags Movement as the primary data source, as well as literature, news data, government documents as secondary data sources. The findings show that the Indonesian Plastic Bag Diet Movement plays its roles as part of civil society in representing issues of public interest, providing resistance to the state and providing education
and empowering democracy to the community. This research also shows that the Indonesian Plastic Bag Diet Movement uses five forms of resources and three accesses to reach these resources, namely the mobilization of moral resources, human resources, social-organizational resources, material resources, and material resources as well as access to reach these resources by producing themselves, co-opting and aggregating existing resources.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thierry Ramadhan Ardiantoputra
"Penelitian ini membahas kesadaran politik yang mendorong Generasi Z serta tipologi partisipasi politik Generasi Z dalam Gerakan #ReformasiDikorupsi. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa rancangan kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah dan DPR RI melalui Rancangan Undang-Undang (RUU), dinilai mengintervensi ranah privat seseorang, sehingga mendorong Generasi Z untuk berpartisipasi dalam Gerakan #ReformasiDikorupsi. Dalam Gerakan #ReformasiDikorupsi, bentuk-bentuk pergerakan yang dilakukan oleh Generasi Z diklasifikasikan ke dalam tiga tipologi partisipasi politik, yaitu mode partisipasi konsumen, mode aktivitas protes, dan mode menghubungi. Penelitian ini menggunakan konsep Generasi Z dan teori partisipasi politik sebagai kerangka untuk mendalami studi kasus. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam untuk memperoleh data primer, dan mengumpulkan data sekunder melalui situs daring ataupun media sosial. Melalui partisipasi politik yang dilakukan oleh Generasi Z dalam Gerakan #ReformasiDikorupsi, terdapat penyesuaian antara karakteristik Generasi Z dengan cara mereka bergerak. Penggunaan media sosial sebagai sarana pergerakan, menjadi ciri khas dari keterlibatan Generasi Z dalam Gerakan #ReformasiDikorupsi.

This study discusses the political awareness that drives Generation Z in the #ReformasiDikorupsi movement and its political participation typology. The findings of this study indicate that the draft policy made by the Government and the Indonesian Parliament through the legal draft (RUU), is considered to intervene in the private sphere of an individual, thus encouraging Generation Z to participate in the #ReformasiDikorupsi movement. In the #ReformasiDikorupsi movement, the forms of movement carried out by Generation Z are classified into three typologies of political participation, namely the mode of consumer participation, the mode of protest activity, and the mode of contact. This study uses the concept of Generation Z and political participation theory as a framework to explore case studies. This study uses qualitative methods by conducting in-depth interviews to obtain primary data, and collecting secondary data through online sites or social media. Through political participation by Generation Z in the #ReformasiDikorupsi movement, there is an adjustment between the characteristics of Generation Z and the way they move. By using social media in the #ReformasiDikorupsi movement, it becomes a characteristic of Generation Z’s involvement.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farhanah Aleyda Giri
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana gerakan sosial anak muda yang bernama Green Welfare Indonesia memanfaatkan media sosial dan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuannya. Studi terdahulu fokus pada kehadiran internet terutama media sosial bagi anak muda dalam mengekspresikan suaranya melalui media sosial yang menjadi arena baru bagi gerakan sosial, seperti gerakan Fridays for Future. Namun, terdapat studi terdahulu yang berfokus pada lemahnya gerakan sosial yang didukung oleh internet karena partisipasi dari gerakan sosial tersebut dinilai lemah dan tidak cukup merepresentasikan perjuangan gerakan dalam mengatasi isu tertentu. Peneliti berargumen bahwa arena digital sebagai arena baru bagi anak muda dalam menyuarakan suaranya dapat menciptakan perbedaan dalam memanfaatkan kekuatan media sosial dan cara anak muda dalam memobilisasi sumber daya. Hasil penelitian ini melihat bahwa para aktor Green Welfare Indonesia memiliki berbagai platform media sosial yang dimanfaatkan dengan strategi tertentu. Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa Green Welfare Indonesia dapat mencari serta memobilisasi sumber daya dengan baik sehingga membantu gerakan untuk mencapai tujuannya. Adapun hasil ini terefleksi dari kanal media sosial dan program kerja yang dibuat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengambilan data wawancara mendalam dan observasi digital terhadap konten-konten media sosial dari Green Welfare Indonesia.

This research aimed to analyze how a youth social movement called Green Welfare Indonesia utilized social media and resources to achieve their objectives. Prior studies focused on the existence of the internet, especially social media that is being utilized by youth to express their concern in social media, such as Fridays for Future. Prior study also focused on the weakness of social movement that plays a role in the digital arena due to lack of participation and effort to solve the issue that is carried by the movement. This research argues that the digital arena as a new arena for youth can create a difference in utilizing social media power and how youth mobilize resources that exist. The result of this research is that actors from Green Welfare Indonesia are able to search and mobilize resources. The results are reflected in both social media and events that they held. This research is using qualitative methods with in-depth interviews and digital observation of Green Welfare Indonesia’s Instagram content to collect data."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ihsan Indra Fadhillah
"Pada tahun 2019, Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mengeluarkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Permusikan dengan Anang Hermansyah sebagai inisiator. RUU tersebut pun menyita perhatian masyarakat, dan terdapat kelompok masyarakat yang menolaknya. Penelitian ini membahas bagaimana strategi-strategi gerakan resistensi Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan (KolNas) pada Tahun 2019. Penelitian ini mengidentifikasi KolNas sebagai gerakan sosial menggunakan konsep Mario Diani, serta menganalisis mobilisasi sumber daya gerakan KolNas dengan teori mobilisasi sumber daya oleh Bob Edwards dan Patrick F. Gillham. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa KolNas sebagai gerakan sosial, berhasil menekan DPR RI untuk menarik RUU Permusikan dari Program Legislasi Nasional (Prolegnas) pada tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam demi memperoleh data primer, dan mengumpulkan data sekunder melalui situs daring ataupun media sosial. Dalam menjalankan strateginya, gerakan KolNas melakukan mobilisasi sumber daya terhadap lima jenis sumber daya, yaitu sumber daya moral, sumber daya kultural, sumber daya sosial-organisasional, sumber daya manusia, dan sumber daya material. Gerakan KolNas melakukan mobilisasi sumber daya dengan tiga acara akses, yaitu swadaya atau memproduksi sendiri sumber daya yang dimiliki, mengooptasi sumber daya dan mengagregasi sumber daya.

In 2019, Commission X of the House of Representatives of the Republic of Indonesia (DPR RI) issued The Draft Bill of Music Law with Anang Hermansyah as the initiator. This study discusses how the strategies of the National Coalition to Reject the Draft Bill of Music Law (KolNas) resistance movement in 2019. The result from this study indicates that KolNas as a social movement, using a resource mobilization strategy, succeeded in pressuring the Indonesian House of Representatives to withdraw the Draft Bill on Music Law from the National Legislation Program (Prolegnas) in 2019. This research identifies KolNas as a social movement using Mario Diani’s concept, and analyzes the resource mobilization of the KolNas movement with the theory of resource mobilization by Bob Edwards and Patrick F. Gillham. This research uses a qualitative method using in-depth interview techniques to obtain primary data, and collect secondary data through online websites or social media. In carrying out their strategies, the KolNas movement mobilizes five types of resources, which are moral resources, cultural resources, social-organizational resources, human resources, and material resources. The KolNas Movement mobilizes resources with three ways of access, which are self-producing resources, co-opting resources and aggregating resources."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Kusumo
"Pasca reformasi 1998 gerakan mahasiswa di Indonesia leluasa melakukan protes karena dijamin oleh konstitusi. Kemajuan teknologi semakin membuat gerakan mahasiswa tampil lebih kreatif dan melibatkan ragam elemen dengan memanfaatkan media sosial. Pada September 2019 terjadi serangkaian aksi demonstrasi mahasiswa yang berpusat di depan Gedung DPR RI. Bukan hanya masif di lapangan (offline), aksi juga masif terjadi di media sosial (online). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Adapun instumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data adalah melalui wawancara dan studi literatur. Mengacu pada teori Bennet dan Segerberg (2013) tentang connective action, penelitian ini menemukan bahwa telah terjadi koneksi pada aksi demonstrasi mahasiswa September 2019 dengan aksi digital dalam bentuk personal action frame. Akun-akun Twitter yang teridentifikasi terlibat dalam percakapan di media sosial mengekspresikan sikap personal mereka melalui ragam bentuk, mulai dari foto, video, maupun poster. Semua akun tersebut membentuk satu kluster bersama melalui tagar dan narasi yang sama, yaitu menolak RKUHP, revisi UU KPK dan RUU lainnya yang dianggap bermasalah. Aksi demonstrasi mahasiswa September 2019 termasuk dalam tipologi organizationally-enabled action karena bukan hanya terjadi masif di lapangan (offline), melainkan terjadi juga secara hybrid di media digital (online). Struktur formal yaitu Aliansi Mahasiswa Indonesia berperan mengoordinasikan aksi di lapangan, sekaligus media sosial telah membuka partisipasi yang luas dari berbagai kalangan untuk terlibat aksi. Namun demikian, masifnya aksi digital yang terjadi bukan merupakan desain dari gerakan mahsiswa, melainkan terjadi secara organik dan natural.

After the 1998 Reform, the student movement in Indonesia Has more freedom to protest because it is guaranteed by the constitution. The Advances in technology are progressively making student movements appear to be more creative and involve various elements by utilizing social media. In September 2019, there were a series of student demonstrations centered in front of the Indonesian Parliament Building (DPR). The form of demonstrations was not only massively done in the field (offline), but also massively done on social media (online). This research uses a qualitative approach with a case study method. The research instrument used to obtain data is through interviews and literature studies. Referring to the theory of Bennet and Segerberg (2013) about connective action, this research found that there was a connection between the September 2019 student demonstrations with digital actions in the shape of personal action frames. The Twitter accounts that was identified, they were engaged in conversations on social media and expressed their personal attitudes through various forms, for examples were photos, videos, and posters. All of these accounts were created a collective cluster by means of the same hashtag and narrative, namely to reject the Draft Legislation of Criminal Code (RKUHP), revisions to the KPK Law and other Draft legislations those were deemed problematic. The student demonstration in September 2019 is included in the typology of organizationally-enabled action since it did not only occur massively in the field (offline), but also I in a hybrid way in digital media (online). The formal structure, namely the Indonesian Student Alliance (Aliansi Mahasiswa Indonesia), had the role of coordinating actions in the field, as well as social media which led to open widely of participation from various groups to get involved in the action. Nevertheless, the massive digital action that occurred, was not the part in the design of the student movement, but occurred organically and naturally.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Stella
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti strategi kampanye Public Relations #NgemilBijak dalam upaya meningkatkan citra Mondelez. Dalam melihat fokus tersebut, analisis ini akan menggunakan strategi PR yang dikemukakan oleh Harwood Childs (2014) dan strategi PENCILS yang dikemukakan oleh Thomas L. Harris & Whalen (2006). Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah studi literatur dan analisis konten kampanye #NgemilBijak dari tahun 2019-2023 di platform media online dan media sosial. Berdasarkan temuan dari hasil studi ini didapatkan bahwa strategi kampanye yang digunakan oleh Mondelez adalah publicity, event, news, community involvement, dan inform or image. Selain itu, kegiatan kampanye #NgemilBijak meningkatkan citra yang positif bagi Mondelez. Meski demikian, pelaksanaan kampanye #NgemilBijak masih terdapat kekurangan karena dalam penggunaan media kampanye, Mondelez Indonesia tidak menggunakan akun media sosial milik Mondelez Indonesia sendiri, melainkan menggunakan akun media sosial dari komunitas atau media lainnya untuk mempublikasikan kegiatan kampanye #NgemilBijak.
This research aims to examine the #NgemilBijak Public Relations campaign strategy in an effort to improve Mondelez's image. In looking at this focus, this analysis will use the PR strategy proposed by Harwood Childs (2014) and the PENCILS strategy proposed by Thomas L. Harris & Whalen (2006). The research method used in this study is a literature study and content analysis of the #NgemilBijak campaign from 2019-2023 on online media platforms and social media. Based on the findings of this study, it is found that the campaign strategies used by Mondelez are publicity, events, news, community involvement, and inform or image. In addition, the #NgemilBijak campaign activities increased a positive image for Mondelez. However, the implementation of the #NgemilBijak campaign still has shortcomings because in using campaign media, Mondelez Indonesia does not use Mondelez Indonesia's own social media accounts, but uses social media accounts from communities or other media to publicize #NgemilBijak campaign activities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arunee Najla Izdihar
"Storytelling merupakan strategi yang dapat digunakan dalam menyebarkan informasi, terutama dalam dunia kesehatan. Storytelling dalam kesehatan digunakan sebagai sarana untuk memberdayakan atau memberikan motivasi kepada seseorang, membujuk, dan juga memberikan pelajaran mengenai kesehatan. Tulisan ini ditujukan untuk membahas mengenai teknik penerapan storytelling sebagai upaya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya imunisasi dalam kampanye kesehatan kanker serviks. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori rasionalitas naratif oleh Walter Fisher yang terdiri atas prinsip koherensi dan kebenaran. Konsep
kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah unsur dalam elemen storytelling oleh Joe Lambert yang terdiri atas insight, emotions, finding moment, visual, sounds, editing, dan sharing. Metode penelitian yang digunakan adalah riset evaluasi. Objek yang dievaluasi adalah 28 video yang dijadikan teaser dalam kampanye I am Truly Woman yang dilakukan oleh Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS). Hasil penelitian memperlihatkan, secara keseluruhan, teaser I am Truly Woman telah memenuhi prinsip dan unsur storytelling dengan baik.

Storytelling is a strategy that can be used to spread information, especially in health. Storytelling in health is used as a medium to empower or give motivation to someone, to persuade, as well as to give insights about health. This paper aims to discuss the application of storytelling as a means to raise awareness towards the importance of vaccines in health campaigns about cervical cancer. The first concept used in this study is the theory of narrative rationality by Walter Fisher, which consists of the principle of coherence and truth. The second concept used in this study is the theory about storytelling elements by Joe Lambert, which consists of insight, emotions, finding moment, visual, sounds, editing, and sharing. The method of this study is evaluation research. The objects evaluated are 28 teaser videos in the campaign I am Truly Woman by Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS). The result of the study shows that, overall, the teasers for the campaign I am Truly Woman complies the principles and elements of storytelling well."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>