Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136527 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yohanes Polin Bakara
"PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) merupakan lembaga kliring dan penjaminan di pasar modal Indonesia. Dalam mencapai visi dan misinya diperlukan layanan sistem berkualitas yang ditandai dengan tercapainya zero defect sistem di lingkungan produksi. Kenyataannya, gangguan terhadap sistem bisnis utama telah menjadi top risk organisasi karena terjadi 36 kali dalam setahun terakhir ini yang berdampak terhadap finansial dan reputasi organisasi. Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa permasalahan utama yang dihadapi organisasi adalah kurangnya proses pengujian. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan penilaian tingkat kematangan dan memberikan rekomendasi perbaikan proses pengujian. Penilaian tingkat kematangan proses pengujian perangkat lunak dilakukan menggunakan Test Maturity Model Integration (TMMi) pada tingkat kematangan 2 (managed) dan mengacu pada ketentuan TMMi Assessment Method Accreditation Requirements (TAMAR). Praktik yang belum dipenuhi akan menjadi rekomendasi perbaikan proses menggunakan metode deming cycle (PDCA). Berdasarkan hasil penilaian diperoleh bahwa PT KPEI masih berada pada tingkat kematangan 1 (initial). Area proses yang memperoleh nilai terendah adalah test planning (PA 2.2) dengan nilai partially achieved. Rekomendasi perbaikan yang perlu dilakukan yaitu penyusunan test plan secara konsisten dan ditinjau secara berkala serta perbaikan isi dokumen test plan. Rekomendasi perbaikan proses pengujian ini diharapkan dapat mengurangi kemunculan bugs sistem di lingkungan produksi.

PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) is a clearing and guarantee institution in the Indonesian capital market. In achieving its vision and mission, a quality system service is needed, which is marked by the achievement of zero-defect systems in the production environment. In fact, disruption to key business systems has become an organization's top risk because it has occurred 36 times in the past year, which has an impact on the organization's finances and reputation. Based on this, it is known that the main problem faced by the organization is the lack of a testing process. To overcome this, an assessment of the maturity level is carried out and provides recommendations for improvement of the testing process. The assessment of the maturity level of the software testing process is carried out using the Test Maturity Model Integration (TMMi) at maturity level 2 (managed) and refers to the provisions of the TMMi Assessment Method Accreditation Requirements (TAMAR). Practices that have not been met will be included as recommendations for process improvement using the Deming Cycle (PDCA) method. Based on the results of the assessment, it was found that PT KPEI is still at maturity level 1 (initial). The process area that obtained the lowest score was test planning (PA 2.2) with a partially achieved value. Recommendations for improvements that need to be made are the preparation of a test plan consistently and reviewed periodically as well as improvements to the contents of the test plan document. Recommendations for improving the testing process are expected to reduce the appearance of system bugs in the production environment."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fifeka Onanda Wahid
"Perangkat lunak AB Pro merupakan produk dari PT XYZ. Perusahaan mengharapkan produk ini bebas dari failure kategori major, critical dan blocker yang tidak dapat diselesaikan pada level support call. Semua jenis failure ini menyebabkan operasi bisnis pelanggan terganggu. Failure terjadi karena kurang maksimalnya proses pengujian. Untuk mengetahui kualitas proses pengujian yang sedang berlangsung dibutuhkan asesmen tingkat kematangan proses pengujian tersebut. Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kematangan proses pengujian dan memberikan rekomendasi perbaikan proses pengujian perangkat lunak AB Pro. Model yang digunakan untuk mengevaluasi kematangan proses pengujian pada penelitian ini adalah Test Maturity Model Integration (TMMi). Model ini memenuhi kebutuhan perusahaan, terutama tahapan yang jelas untuk menentukan arahan komitmen manajemen. Metode penilaian mengacu pada TMMi Assessment Method Accreditation Requirements (TAMAR). Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan metode reduksi. Pengambilan data dilakukan dengan FGD bersama dua orang ketua tim pengujian, observasi proses, dan studi dokumen pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan proses pengujian perangkat lunak di PT XYZ berada pada tingkat kematangan 1 initial. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengujian belum dikelola dengan baik dan terdapat pelaksanaan proses yang tidak konsisten. Penelitian ini merekomendasikan perusahaan melakukan enam perbaikan proses pengujian. Tiga rekomendasi jangka pendek (1-6 bulan), yaitu: melakukan monitor kualitas produk; menggunakan teknik desain pengujian; mengembangkan prosedur proses pengujian. Tiga rekomendasi jangka menengah (7-12 bulan), yaitu: membentuk seperangkat indikator kinerja proses pengujian; menentukan estimasi proses pengujian; menjaga serta mendistribusikan komitmen untuk pengujian.

Software AB Pro is a product of PT XYZ. The company expects this product to be free from major, critical and blocker failure that cannot be resolved at support call level. All these failures disrupt the customer’s business operations. Failures occur when the testing process is unoptimized. To analyze current testing process quality, testing process maturity level assessment is required. Thus, this study aimed to determine testing process maturity level and provide recommendations to improve AB Pro testing process. The assessment model used in this study is Test Maturity Model Integration (TMMi). The chosen model meets the company requirements, especially having clear steps to determine the direction of management commitment. The assessment method refers to the TMMi Assessment Method Accreditation Requirements (TAMAR). The research was conducted qualitatively with the reduction method. Data collection was carried out through FGD with two team leaders, process observation, and study of supporting documents. From the result, software testing process maturity is still at initial level. This result indicates the testing process has not been appropriately managed, and there is inconsistency of process implementation. There are six recommendations for PT XYZ to improve their testing process. Three short-term recommendations (1-6 months): monitor product quality; use test design techniques; develop process testing procedures. Three medium-term recommendations (7-12 months): establish a set of performance indicators of the testing process; determine the estimation of the testing process; maintain and distribute commitments for testing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dika Anjar Pratiwi
"Selama beberapa tahun terakhir, kompleksitas perangkat lunak yang berkembang berlipat ganda dan diperparah oleh perluasan dalam cakupan, ukuran dan cakupan teknologi menyebabkan peningkatan kompleksitas dalam siklus hidup pengujian. Hal ini memicu organisasi yang bergerak pada bidang teknologi informasi menyadari pentingnya pertumbuhan pengujian perangkat lunak dalam ekosistem pengembangan perangkat lunak secara keseluruhan. Oleh karena itu, organisasi memperkuat proses pengujian dalam upaya meningkatan kualitas perangkat lunak yang disajikan kepada pelanggan. Test Maturity Model integration TMMi merupakan salah satu kerangka kerja test process improvement berbasis model yang ditujukan untuk peningkatan berkelanjutan terhadap keefektifan dan efisiensi proses pengujian dalam keseluruhan proses pada perangkat lunak. Penggunaan TMMi dengan assessment dijalankan berdasarkan panduan yang ditetapkan pada TMMi Assessment Method Application Requirements TAMAR. Fakta dan kajian pada proses pengujian perangkat lunak saat ini yang dianalisis memperlihatkan kekuatan dan kelemahan pada setiap area dan menghasilkan tingkat kematangan.Hasil evaluasi yang dilakukan melalui assessment dengan TMMi menunjukkan bahwa proses pengujian pada PT. AS berada pada tingkat kematangan TMMi Level 2. Selanjutnya dalam mendapatkan proses area yang diajukan sebagai fokus penyusunan rekomendasi, penulis melakukan pengurutan prioritas dengan prioritazion matrix terhadap kategori manfaat dan tiga proses area yang memiliki nilai terendah dari proses area lain. Proses pengurutan prioritas menghasilkan PA 3.3 Test Lifecycle and Integration dengan nilai prioritas paling tinggi. Penyusunan rekomendasi pada PT. AS dilakukan menggunakan deming cycle.

Over the past few years, the complexity of software which multiplied and aggravated by expansion in the scope, size and coverage of technology cause to increased complexity in the test life cycle. This provoke the organizations which engaged in the field of information technology realize the importance of software testing growth in the overall software development lifecycle. Therefore, organizations are reinforce the testing process in effort to improve the quality of software delivered to customers. Test Maturity Model integration TMMi is one of the model-based test process improvement frameworks aimed at continuous improvements to the effectiveness and efficiency of the testing process in the overall software process. The use of TMMi with assessment is carried out according to the guidelines set forth in the TMMi Assessment Method Application Requirements TAMAR . Facts and studies on the current software testing process analyzed show strengths and weaknesses in each area and result in a level of maturity.The evaluation results through assessment with TMMi prove that testing process in PT. AS is at TMMi maturity level 2. Furthermore to acquire the process area as the focus of the recommendations, the author performs priority ranking with prioritazion matrix against defined categories and three process areas which have the lowest value among others. The priority ranking process obtain PA 3.3 Test Lifecycle and Integration with the highest priority value. Finally, the author construct the recommendations to PT. AS with deming cycle."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Galih Pratama
"Evaluasi tingkat kematangan terhadap proses pengembangan perangkat lunak menggunakan Scrum Maturity Model di UrRemote telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan karena permasalahan yang dihadapi UrRemote, yaitu target dan waktu pengerjaan task dalam suatu sprint tidak sesuai dengan rencana. Permasalahan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi jadwal pengerjaan proyek secara keseluruhan. Data dikumpulkan melalui pelaksanaan Focus Group Discussion, studi dokumen, dan observasi. Data kemudian dianalisis menggunakan perhitungan KPA Rating untuk mendapatkan tingkat kematangan.
Hasil analisis tingkat kematangan didiskusikan dengan project manager untuk menentukan tingkat kematangan yang ingin dicapai. Sasaran perbaikan diidentifikasi dari praktikpraktik SMM yang belum dicapai organisasi. Usulan perbaikan dihasilkan dari pemetaan sasaran perbaikan dengan best practices Scrum dan kemudian divalidasi agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi sudah mencapai tingkat kematangan 2 dengan target pencapaian tingkat kematangan 3. Sasaran perbaikan ditentukan dari praktik-praktik yang belum tercapai pada SMM tingkat 2 dan 3. Usulan perbaikan yg dihasilkan dari pemetaan sasaran perbaikan adalah 10 usulan perbaikan. Hasil validasi menunjukkan bahwa semua usulan perbaikan sesuai kebutuhan dan dapat diterapkan oleh organisasi.

The evaluation of the maturity level of the software development process using Scrum Maturity Model SMM in UrRemote has been implemented. This evaluation was conducted because UrRemote experienced problems which are the target and the time spent on task in a sprint was not run as planned. This problem affect the overall project schedule. Data were collected with Focus Group Discussion, study documents, and observation. Data were analyzed by using the KPA Rating calculation.
The results of the analysis to be discussed with the project manager to determine the maturity level needed to be achieved. Targets for improvement are identified from the SMM practices that have not been reached. Proposed improvements resulting from the mapping targets for improvement with Scrum best practices and validated to fit the needs of the organization.
The result showed that the organization has reached maturity level 2 which is the target to be achieved is the maturity level 3. Improvement targets determined by practices that have not reached the level of SMM 2 and 3. The result of proposals improvement from mapping targets improvement are 10 proposals. Validation result showed that all of the proposed improvements as needed and can be implemented by the organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Ulmi
"Perangkat lunak Enterprise University Information System (Euis) merupakan salah satu produk yang dimiliki oleh Pusat Ilmu Komputer Univesitas Indonesia yang disingkat Pusilkom UI. EUIS telah dikembangkan sejak tahun 2011 yang pada proses pengembangan awalnya menggunakan metodologi Pusilkom Agile Unified Process dan pada dua tahun terakhir ini dikembangkan dengan menngunakan kerangka kerja scrum, namun dalam proses pengembangannya terdapat masalah yaitu sprint goal tidak tercapai dan pengerjaan task melebihi dari estimasi waktu yang diberikan. Dengan adanya permasalahan tersebut yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi jadwal pengerjaan produk EUIS secara keseluruhan sehingga dibutuhkan evaluasi yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada dengan mengukur tingkat kematangan proses pengembangan. Dalam mengukur tingkat kematangan, data dikumpulkan melalui pelaksanaan Focus Group Discussion, studi dokumen, dan observasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan perhitungan KPA Rating untuk mendapatkan tingkat kematangan. Hasil analisis tingkat kematangan akan didiskusikan dengan organisasi untuk menentukan tingkat kematangan yang ingin dicapai. Sasaran perbaikan dapat diidentifikasi dari praktik- praktik Scrum Maturity Model yang belum dicapai organisasi. Usulan perbaikan nantinya akan dihasilkan dari pemetaan sasaran perbaikan dengan best practices Scrum. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan scrum pada organisasi saat ini telah mencapai scrum maturity level 2 dan ingin mencapai scrum maturity leve 3.

Enterprise University Information System (Euis) software is a product owned by the Pusat Ilmu Komputer Univesitas Indonesia, abbreviated as Pusilkom UI. EUIS has been developed since 2011, which in the initial development used the methodology of the Pusilkom Agile Unified Process and in the last two years it was generated using the Scrum framework. Still, in the development process there were problems namely the sprint goal was not achieved and the task execution exceeded the estimated time given. With these problems which can indirectly affect the overall work schedule of EUIS products, an evaluation is expected to be able to overcome the existing challenges by measuring the level of maturity of the development process. In measuring the level of maturity, data is collected through the implementation of Focus Group Discussions, document studies, and observations. The data obtained is then analyzed using the KPA Rating calculation to get the level of maturity. The results of the maturity level analysis will be discussed with the organization to determine the level of maturity to be achieved. The improvement target can be identified from the Scrum Maturity Model practices that the organization has not yet reached. The proposed improvements will later be generated from mapping improvement targets with Scrum best practices. The results showed that the Scrum Maturity level in the organization has now reached Scrum Maturity Level 2 and wants to reach Scrum Maturity Level 3."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Noersetiyadi
"Komputer sebagai alat bantu hitung telah banyak memberikan manfaat bagi penyelesaian masalah yang dihadapi manusia. Dengan menggunakan computer maka tiap masalah akan lebih mudah diselesaikan.
Komputer akan tetap berupa benda mati yang tidak akan mengerjakan apapun tanpa perintah dari manusia sebagai pemakainya. Agar komputer dapat bekerja sesuai dengan fungsinya maka diperlukan pemrogram yang memerintahkannya untuk mengerjakan suatu fungsi tertentu.
Salah satu contoh penggunaan dari komputer adalah sebagai alat bantu untuk perancangan kompensator sistem multivariabel. Perancangan kompensator dengan analisa frekuensi diperkenalkan oleh Rosenbrock yang dikenal dengan metode Inverse Nyquist Array. Dengan menggunakan kompensator ini maka system multivariabel akan menjadi beberapa sistem satu masukan satu keluaran (SISO).
Kemampuan komputer sebagai alat bantu hitung dan alat bantu dalam penggambaran gralik sangat dibutuhkan disini. Grafik yang merupakan hasil perhitungan dan suatu rumusan yang kompleks dapat dengan mudah ditampilkan oleh komputer. Grafik inilah kemudian yang akan dianalisa untuk kemudian digunakan sebagai acuan dalam perancangan kompensator sistem multivariable."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S39728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi
"Proses perangkat lunak memainkan peranan penting dalam menghadapi kompleksitas yang ada dalam pengembangan perangkat lunak. Dalam lingkungan proyek, proses membantu perbaikan dalam memberikan perangkat lunak yang berkualitas tinggi dalam waktu dan biaya yang tepat. Penelitian ini melakukan penilaian terhadap kematangan proses Scrum dalam lingkungan proyek dalam organisasi pengembang perangkat lunak dengan studi kasus PT. Badr Interactive. Penilaian proses dilakukan menggunakan Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement SCAMPI kelas C berbasis Scrum Maturity Model yang sudah diperbarui.
Dari hasil penilaian, rekomendasi perbaikan disusun berdasarkan Lewin's Force Field Model dalam manajemen perubahan untuk membantu implementasi proses Scrum di proyek menjadi lebih baik lagi dan meningkatkan kemungkinan tingkat kesuksesan proyek di organisasi.
Hasil penilaian menggunakan Scrum Maturity Model level 2 dan level 3 memperlihatkan PT. Badr Interactive mendapatkan level kematangan 1 dengan nilai pencapaian sebesar 89.58 Fully Achieved untuk area tujuan 2.1 Basic Scrum Management, 85.71 Largely Achieved untuk area tujuan 2.2 Software Requirements Engineering, 88.89 Fully Achieved untuk area tujuan 3.1 Customer Relationship Management, dan 60.52 Largely Achieved untuk area tujuan 3.2 Iteration Management. Selanjutnya 16 rekomendasi perbaikan dibuat untuk mencapai kematangan proses Scrum yang lebih tinggi berdasarkan Scrum Maturity Model di proyek perangkat lunak lain berikutnya.

Software process plays important role to face the complexity in developing software. In project environment, process helps improving in delivering high quality software in defined time and cost. This research appraised Scrum process maturity in project environment in software organization with case study PT. Badr Interactive. The process appraisal is done using Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement SCAMPI class C based on revised Scrum Maturity Model.
From the appraisal result, recommendation for improvement is developed based on Lewin's Force Field Model in change management to help the Scrum process implementation better and increase the chance of project success rate in the organization.
The result using Scrum Maturity Model level 2 and level 3 revealed that PT. Badr Interactive reached maturity level 1 with achievement score of 89.58 Fully Achieved for goal area 2.1 Basic Scrum Management, 85.71 Largely Achieved for goal area 2.2 Software Requirements Engineering, 88.89 Fully Achieved for goal area 3.1 Customer Relationship Management, and 60.52 Largely Achieved for goal area 3.2 Iteration Management. From this result, 16 recommendations for improvement are created to achieve higher Scrum process maturity based on Scrum Maturity Model in the next software projects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Henricus Nova Yudiawan
"ABSTRAK
Bisnis perbankan tidak bisa terpisahkan dari teknologi informasi untuk mampu bersaing secara kompetitif. Tuntutan nasabah akan kemudahan layanan dan transaksi yang murah mengharuskan kehandalan aplikasi perangkat lunak yang dipergunakan. Kehandalan tersebut tentu didukung dengan kualitas aplikasi yang baik.Kualitas aplikasi perangkat lunak yang baik hanya bisa terwujud jika pengujian atas aplikasi perangkat lunak juga memadai. Penelitian ini berupa assesment atas proses pengujian perangkat lunak sehingga akan diperoleh pemetaan kondisi yang ada terhadap frameworkTest Process Improvement-Next yang menjadi acuan dalam proses assesment, key area yang masih memiliki kelemahan, prioritas perbaikan dan action plan yang direkomendasikan.
Penulis mengambil kesimpulan bahwa maturity level atas proses pengujian perangkat lunak di tempat studi kasus adalah level Initial. Terdapat beberapa key area dalam proses pengujian perangkat lunak yang membutuhkan perbaikan untuk mencapai maturity level-Controlled antara lain Degree of Involvement, Test Strategy, Reporting, Test Environment, Test Profesionalism dan Test Tools. Perbaikan atas keenam key area tersebut meliputi sembilan checkpoint seperti tersebut dalam Test Maturity Matrix dengan urutan prioritas yang mengikuti metode process driven dalam Test Process Improvement - Next.
Kata Kunci: assesment, action plan, framework, kualitas, key area, Test Process Improvement-Next, , maturity level, pengujian perangkat lunak, Test Maturity Matrix.

ABSTRACT
Banking business can not be separated from information technology in order to be able to compete competitively. Customers requireeasy transaction services and low transaction costso that software application’s reliability is a must. Reliability certainly needs support from good quality applications. The quality of a good software application can only be achieved if the testing of application software is also adequate.This work consist of the assessment of software testing process that results in the mapping of existing conditions toTest Process Improvement-Next framework(as the reference in the assessment process), key areas that still have weaknesses, priorities and action plan improvements recommended.
The author concludes that the maturity level of the software testingprocess in this case study is in the initial level. There are several key areas in the process of software testing that need improvement to achieve maturity level-Controlled such as Degree of Involvement, Test Strategy, Reporting, Test Environment, Test Profesionalism and Test Tools. Improvement on these six key area consist of nine checkpoints as mentioned in Test Maturity Matrix with priority follows process driven method of Test Process Improvement-Next.
Key word :assesment, action plan, framework, quality, key area, Test Process Improvement-Next, , maturity level, software testing, Test Maturity Matrix."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizdiani Tri Prastiti
"PT Festival Citra Lestari merupakan salah satu perusahaan yang menyediakan layanan Over-The-Top (OTT) bernama Genflix. Untuk dapat meningkatkan produk yang baik dari segi kualitas dan kepuasan pengguna, divisi Information Technology (IT) di PT Festival Citra Lestari mempunyai target pencapaian kinerja yang diukur dalam ketepatan waktu rilis dan banyaknya masalah kritis yang terjadi di lingkungan produksi Genflix. Namun pada realitanya, terjadi keterlambatan yang disebabkan adanya critical defect yang lolos ke lingkungan produksi. Setelah dianalisis dengan menggunakan diagram ishikawa, akar permasalahan difokuskan pada proses pengujian perangkat lunak yang kurang efektif. Penelitian ingin mengetahui tingkat kematangan dalam melakukan pengujian perangkat lunak dan rekomendasi yang dapat diberikan untuk meningkatkan kematangan proses pengujian perangkat lunak. Evaluasi tingkat kematangan dilakukan dengan kerangka kerja Test Maturity Model integration (TMMi) dengan metode pedoman penilaian TMMi Assesment Method Application Requirement (TAMAR). Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif berupa studi kasus dengan applied research, dan pengumpulan data menggunakan metode Delphi dengan empat pemangku kepentingan dalam proses pengujian yaitu Head of Engineering, Engineering Manager, dan dua Quality Assurance sebagai narasumber. Penilaian dilakukan pada area proses di tingkat kematangan tingkat 2 yang menghasilkan rating P (Partially Achieved), sehingga tingkat kematangan proses pengujian perangkat lunak adalah tingkat 1 (Initial). Rekomendasi perbaikan proses disusun dengan metode Siklus Deming atau PDCA (Plan, Do, Act, Check). Rekomendasi disusun berdasarkan specific practices pada area proses Test Planning dan Test Environment agar mencapai tingkat kematangan 2 (Managed). Rekomendasi peningkatan proses pengujian yang diusulkan divalidasi oleh Head of Engineering agar bisa diterapkan pada proses pengujian yang dilakukan perusahaan sehingga pengujian lebih efektif.

PT Festival Citra Lestari is a company that provides an Over-The-Top (OTT) service called Genflix. To be able to improve products that are good in terms of quality and user satisfaction, the Information Technology (IT) division at PT Festival Citra Lestari has a performance achievement target that is measured in timeliness of release and the number of critical issues that occur in the Genflix production environment. But in reality, there is a delay caused by a critical defect that passes into the production environment. After being analyzed using an Ishikawa diagram, the root causes are focused on the ineffective software testing process. This research wants to know the level of maturity in conducting software testing and recommendations that can be given to increase the maturity of the software testing process. Maturity level evaluation is carried out using the Test Maturity Model integration (TMMi) framework using the TMMi Assessment Method Application Requirement (TAMAR) assessment guideline method. The research was conducted using a qualitative method in the form of case studies with applied research, and data collection using the Delphi method with four stakeholders in the testing process, namely the Head of Engineering, Engineering Manager, and two Quality Assurances as resource persons. Assessment is carried out in the process area at the maturity level of level 2 which results in a P (Partially Achieved) rating, so that the maturity level of the software testing process is level 1 (Initial). Process improvement recommendations are prepared using the Deming Cycle or PDCA (Plan, Do, Act, Check) method. Recommendations are prepared based on specific practices in the Test Planning and Test Environment process areas in order to achieve maturity level 2 (Managed). The recommendations for improving the proposed testing process are validated by the Head of Engineering so that they can be applied to the testing process carried out by the company so that the testing is more effective."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>