Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149888 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizzah Aulifia
"Perubahan iklim yang mengancam berbagai lini kehidupan mendesak negara-negara untuk mewujudkan komitmennya dalam Perjanjian Paris, utamanya dalam menekan serta menurunkan rata-rata suhu global hingga 2°C, melalui kebijakan domestiknya masing-masing. Upaya mencapai target suhu tersebut salah satunya ditempuh dengan menekan laju emisi di tiap negara. Laju emisi mayoritasnya dihasilkan dari sektor energi melalui konsumsi listrik dan karenanya, pengurangan emisi di sektor ini menjadi langkah yang determinan. Singapura merupakan salah satu negara yang menandatangani Perjanjian Paris sekaligus menjadi negara yang mengelola sekaligus mengkonsumsi energi hasil olahan gas alam secara intens. Kondisi ini mendesak pemerintah untuk mengatur ulang strategi pemanfaatan gas alam agar tidak menghasilkan emisi dalam jumlah yang masif melalui kerangka Long-Term Low Emissions Development Strategy (LEDS). Profilnya sebagai negara pembangunan (developmental state) berikut dengan rekam jejak efektivitas dalam mencapai tujuan pembangunan tersebut berimplikasi terhadap pengelolaan lingkungannya yang dilakukan secara otoritarian (authoritarian environmentalism). Tata kelola lingkungan seperti ini ditempuh dan dipertahankan dengan harapan Singapura dapat mencapai target kebijakan iklimnya secara efektif tanpa mengorbankan perekonomiannya. Temuan dalam riset ini adalah tata kelola authoritarian environmentalism yang berorientasi pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dalam kebijakan iklim mampu memberikan manfaat bagi perekonomian dan lingkungan sehingga pengelolaan ini terus dipertahankan guna mencapai dasar cita-cita pembangunan Singapura.

Climate change that threatens all over existence urges all countries to realising their commitments in Paris Agreement, foremost in suppressing and lowering global average temperatures by 2°C through their own domestic policies. One of the measures to achieve the climate target is by pressing down the emissions growth rate in each country. Major contributions of emissions come from the energy sector by means of electricity consumption and hence, emissions reduction in this sector will be a prominent step. Singapore is one of the countries that signed Paris Agreement yet becomes a country that carries out as well as consuming energy that is generated by natural gas intensely. This condition insists the government to re-regulate the natural gas utilization strategy to pressing down its emissions through the Long-Term Low Emissions Development Strategy (LEDS) framework. Singapore’s country profile as a developmental state as well as its track record in achieving their policies effectively has implications for its environmental governance that is carried out in an authoritarian way (authoritarian environmentalism). This kind of environmental governance is undertaken and maintained with an aim that Singapore will realize its climate policies effectively without sacrificing its economy. The finding of this research shows that climate policies under authoritarian environmental governance, which is oriented toward economic growth and economic development can bring either economic or environmental benefits for Singapore, hence this management is being sustained to achieve Singapore’s primary vision of development."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Innarcaya Nadiar K.
"Anak muda Indonesia perlu memahami secara mendalam tentang perubahan iklim, sebuah isu yang memiliki dampak signifikan terhadap masa kini dan depan mereka. Namun, kompleksitas topik perubahan iklim diketahui menuntut strategi peningkatan literasi perubahan iklim yang mampu mengoreksi miskonsepsi dan menghadirkan relevansi personal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas genre teks sanggahan dalam memfasilitasi revisi pengetahuan di kalangan siswa SMA di Indonesia. Dengan menggunakan faktorial mixed design, studi ini melibatkan 504 siswa SMA (Musia = 16,8) yang dibagi ke dalam empat kelompok teks (narasi, persuasi, tradisional, kontrol), dengan literasi perubahan iklim yang diukur pada tiga titik waktu (pretest, posttest, delayed-posttest). Hasil studi menunjukkan genre teks narasi dan persuasi mampu memfasilitasi revisi pengetahuan dengan lebih baik dibandingkan dengan teks sanggahan tradisional dan teks kontrol. Secara khusus, sanggahan narasi menunjukkan retensi peningkatan hingga seminggu setelah membaca. sanggahan persuasi hanya bertahan dalam jangka pendek, dan sanggahan tradisional tidak menunjukkan efektivitas lebih dari teks non-sanggahan. Implikasi dari temuan ini didiskusikan lebih lanjut bersama dengan saran penelitian selanjutnya. Secara garis besar, temuan studi ini menekankan efektivitas genre teks dalam meningkatkan potensi revisi pengetahuan pada siswa SMA Indonesia terkait topik sosio-saintifik kompleks seperti perubahan iklim.

Indonesian youth need to deeply understand climate change, an issue that significantly impacts their future. However, it is known that the complexity of climate change topic demands strategies for enhancing climate change literacy that can both correct misconceptions and present personal relevance. This research aims to test the effectiveness of refutational text genres in facilitating knowledge revision among high school students in Indonesia. Using a factorial mixed design, the study involved 504 high school students (Mage = 16.8) divided into four text groups (narrative, persuasive, traditional, control), with climate change literacy measured at three time points (pretest, posttest, delayed-posttest). The study's results show that narrative and persuasive refutation text can better facilitate knowledge revision compared to traditional refutational texts and control texts. Furthermore, narrative refutations showed retention of improvement up to a week after reading, while persuasive refutations only lasted in the short term, and traditional refutations did not demonstrate effectiveness beyond non-refutational texts. The implications of these findings are further discussed along with suggestions for future research. Overall, the findings of this study emphasize the effectiveness of text genres in enhancing the potential for knowledge revision among Indonesian high school students on complex socio-scientific topics like climate change."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Numberi, Freddy
Jakarta : Fortuna, 2009
577.22 FRE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Baroroh
"Pertanian, khususnya pertanian padi sangat bergantung pada ketersediaan air. Terjadinya perubahan iklim mempengaruhi pola musim dan ketersediaan air, sehingga mengakibatkan perubahan lingkungan bagi petani padi. Perubahan lingkungan yang terjadi menyebabkan perubahan perilaku, yaitu adaptasi.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan adaptasi yang dilakukan oleh petani padi pada perbedaan wilayah ketinggian. Adaptasi yang dilakukan petani padi adalah untuk menyesuaikan diri terhadap dampak-dampak perubahan iklim pada tanaman padi. Bentuk adaptasi dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Perbedaan keadaan lingkungan dalam penelitian ini adalah pebedaan wilayah ketinggian, dimana mempengaruhi pula perbedaan budaya bertani yang pada akhirnya mempengaruhi perbedaan pola adaptasi.
Bentuk adaptasi yang dilakukan petani berupa teknologi, sumber pendapatan, dan perubahan pola tanam, dimana wilayah ketinggian 25-500m memiliki kapasitas adaptif yang paling tinggi dan wilayah ketinggian diatas 500m memiliki kapasitas adaptif paling rendah.

Agriculture, especially rice farming it's depends on water availability. Climate change affects weather patterns and water availability, resulting in changes in the environment for rice farmers. Environmental changes that occur cause behavioral changes, namely adaptation.
The purpose of this research is to know the difference adaptations made by rice farmers in the difference in height. Adaptations made rice farmers is to adapt to the impacts of climate change on rice. Form of adaptation is influenced by environmental conditions. The difference in environmental conditions in the study area is the average difference between the height, which influence the differences in farming culture, which in turn affects the different patterns of adaptation.
Forms of adaptation by farmers in the form of technology, sources of revenue, and changes in cropping patterns, which the height of 25-500m region has the highest adaptive capacity and areas above 500m altitude the lowest adaptive capacity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Bayu Rizky Prayoga
"Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat bervariasi berdasarkan waktu dan tempat. Kecenderungan perubahan curah hujan dalam jangka waktu tertentu dapat mengindikasikan fenomena peubahan iklim yang sedang terjadi. Melalui perhitungan statistik dan analisis spasial dan temporal, penelitian ini mengungkapkan bahwa ada suatu kecenderungan berkurangnya curah hujan di Daerah Aliran Way Sekampung selama periode 1980 – 2009. Melalui perhitungan statistik dengan menggunakan Uji Mann-Kendall dan dibantu oleh analisis spasial, telah ditemukan bahwa tren perubahan curah hujan yang terjadi di DA Way Sekampung didominasi oleh tren berkurangnya curah hujan. Uji tren terhadap curah hujan tahunan dan musiman yang dilakukan mengungkapkan bahwa bagian tengah dari DA Way Sekampung yang mencakup wilayah administrasi Kabupaten Pringsewu, Pesawaran, sebagian barat Lampung Selatan, dan sebagian utara Kota Bandar Lampung, adalah daerah dengan tren berkurangnya curah hujan yang sangat signifikan pada periode 1980-2009.

Rainfall is highly variable climatic elements based on time and place. The changing trend of rainfall in a certain period can indicate the climate change phenomena that happening. Through the statistical calculation and analysis of spatio - temporal, this study reveals that there is a decreasing trend in rainfall in the watershed Way Sekampung during the period 1980 – 2009. Through statistical calculations using the Mann - Kendall and assisted by the spatial analysis, it was found that the trend of the rainfall changes in Way Sekampung catchment area dominated by reduced rainfall trends. Trend test for seasonal and annual precipitation were carried out revealed that the central region of the Way Sekampung catchment area which covers area of district administration Pringsewu, Pesawaran, most of western South Lampung, and the most northern city of Bandar Lampung, are areas with very significant decreasing rainfall trend in the period 1980-2009."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendi Sumantri
"Sumber karbon utama di ekosistem hutan terdiri dari biomassa pohon, tumbuhan bawah, serasah, kayu mati dan bahan organik tanah. Karbon hutan yang tersimpan pada biomassa atas permukaan (BAP) atau aboveground biomass (AGB) merupakan sumber terbesar dan paling terkena dampak deforestasi dan degradasi hutan. Deforestasi dan degradasi hutan merupakan penyumbang kedua terbesar emisi karbon ke atmosfer yang menyebabkan perubahan iklim, setelah penggunaan bahan bakar fosil oleh industri dan transportasi.
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji potensi BAP dan stok karbon berdasarkan tipe-tipe hutan, serta mengetahui pengaruh deforestasi terhadap perubahan stok karbon hutan di DAS Batang Natal dan sekitarnya, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Pengukuran potensi biomassa pohon dilakukan dalam plot ukur berbentuk persegi panjang dengan ukuran 20 m x 125 m sebanyak 15 plot ukur. Sebanyak 8 plot dibuat di hutan lahan kering, 4 plot di hutan mangrove dan 3 plot di hutan rawa.
Total area hutan yang disurvei mencapai 3,75 ha. Pohon dengan Diameter at Breast Height (DBH) ≥ 2 cm diidentifikasi dan diukur diameternya. Penghitungan biomassa dilakukan melalui persamaan alometrik yang sudah ada untuk hutan tropis. Analisis deforestasi dilakukan melalui pendekatan penginderaan jauh. Data citra satelit Landsat tahun 2000 dan 2011 dianalisis dengan metode klasifikasi terbimbing (supervised classification) Maximum Likelihood Classifier (MLC). Analisis perubahan biomassa dan stok karbon dilakukan melalui Stock-Difference Method. Perubahan biomassa dan stok karbon total untuk setiap tipe hutan dilakukan melalui perkalian Mg ha-1 dengan luas hutan.
Hasil penelitian menunjukkan rerata biomassa pohon hutan lahan kering 364,99 ± 39,32 Mg ha-1, hutan rawa memiliki rerata biomassa pohon 643,95 ± 177,71 Mg ha-1, dan rerata biomassa pohon hutan mangrove 387,37 ± 31,10 Mg ha-1. Pada tahun 2000, DAS Batang Natal dan sekitarnya memiliki total luas tutupan hutan mencapai 93.396, dan tahun 2011 menurun dengan luas 67.961 ha. Dengan demikian, selama periode 2000-2011, luas tutupan hutan yang hilang mencapai 25.435 ha dengan rerata deforestasi 6,26% tahun-1 atau setara dengan 2.312 ha tahun-1. Rerata deforestasi hutan lahan kering mencapai 1,78% tahun-1 dengan emisi karbon sekitar 756.710 Mg CO2e tahun-1. Hutan rawa memiliki rerata deforestasi 4,48% tahun-1 dengan emisi 747.115 Mg CO2e tahun-1.

The main source of biomass and carbon in the forest ecosystem are coming from trees, litter, dead wood and soil organic matter. Forest carbon stored in the above ground biomass (AGB) is the largest source; however it is also the most affected by deforestation and forest degradation. Deforestation and forest degradation is the second largest contributor of carbon emissions into the atmosphere which caused the climate change issue, after the use of fossil fuels by industry and transportation.
This research was conducted with the aim to assess the potential of AGB and carbon stocks based on forest tipology, as well as to determine the impact of deforestation on change of forest carbon stock in Batang Natal watershed and the surrounding area, Mandailing Natal, North Sumatra. Biomass of trees measurement performed through 15 rectangular sample plots with 20 m x 125 m in size. A total of 8 plots were established in the dryland forest, 4 plots in the mangrove forest and 3 plots in the swamp forest.
The total sampled area was around 3.75 ha. All trees with Diameter at Breast Height (DBH) ≥ 2 cm were recorded and measured. In the absence of destructive sampling measurements, biomass calculated using the existing allometric equations for the tropical forest. Analysis of the deforestation was carried out using remote sensing approach. Two-dates image pair for 2000 and 2011 were classified using a supervised maximum likelihood classifier (MLC). Analysis of biomass and carbon stock changes was carried out using stock-difference method. The difference in carbon stocks is multiplied by the area of each forest type to obtain the total carbon emissions.
The results showed that average of tree biomass for dryland forest is 364.99 ± 39.32 Mg ha-1, the swamp forest has an average of around 643.95 ± 177.71 Mg ha-1, and for mangrove forests is 387.37 ± 31.10 Mg ha-1. In 2000, the total forest cover of study area reached to 93396 ha, while in 2011 the forest cover decreased to 67961 ha. Thus, during the period 2000-2011, forest cover with total 25435 ha have been converted with rate of 6.26% year-1 or equivalent to 2312 ha year-1. The deforestation rate in the dryland forest reached 1.78% year-1 with carbon emissions estimated at 756710 Mg CO2e year-1. The swamp forest deforestation rate was approximately at 4.48% year-1, equivalent to 747115 Mg CO2e year-1 of carbon emissions.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T40843
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edenhofer, Ottmar, editor
"Analysing and synthesising vast data sets from a multitude of disciplines including climate science, economics, hydrology and agricultural research, this volume seeks new methods of combining climate change mitigation, adaptation, development, and poverty reduction in ways that are effective, efficient and equitable. A guiding principle of the project is that new alliances of state and non-state sector partners are urgently required to establish cooperative responses to the threats posed by climate change. This volume offers a vital policy framework for linking our response to this change with progressive principles of global justice and sustainable development."
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20401963
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Fawzia
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
S23817
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Ardi
"Ikliin di muka bumi berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan, bagi Indonesia pengaruhnya akan besar terutama pada bidang pertanian. Iklim sudah pernah diklasifikasikan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah Schmidt-Fergusson dan Morh. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahul wilayáh iklim basah menurut klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson dan Morh. Adapun masalah yang akan dibahas adalah : 1. Bagaimanakah distribusi curah hujan di Jawa bagian tengah. 2. Dimanakah wilayah iklim basah menurut Schmidt-Fergusson dan Morh di Jawa bagian tengah. Untuk dapat memberikan penilaian yang objektif tentang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian untuk menyusun angka curah hujan diambil dari Verhandelingen No 37 yang meliputi kurun waktu 1920-1910. Sedangkan variabel-variabel yang diamati adalah pola umum curah hujan baik tahünan maupun bulanan serta variabel-variabel lain yang diduga mempengaruhinya, yaitu : DKAT. Arah Angin dan Ketinggian. Yang dimaksud dengan Jawa bagian tengah adalah wilayah yang ineliputi Daerah Propinsi Jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan iklim yang dirnaksudkan dalam tulisan ini adalah hasil klasifikasi rnenurut Schmidt-Fergusson dan Morh. Jawa bagian tengah menurut klasifikasi iklim Morh mempunyai wilayah iklim antara kelas. II sampai dengan kelas yb. Sebagian besar wilayah Jawa bagian tengah didominasi oleh iklim kelas III, umumnya terdapat di bagian tiinur dari Jawa bagian tengah. Iklim kelas II luasnya relatif sempit, terdapat di pesisir utara dan pesisir selatan bagian thur dari Jawa bagian tengah. Pada bagian barat dan daerah pedalaman iklimnya adalah kelas IV, Va dan Vb. Menurut klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson, Jawa bagian tengah mempunyai tipe iklim antara tipe A sampai dengan tipe D. Sebagian besar wilayah Jawa bagian tengah didominasi oleh tipe ik1im..C, umumnya terdapat di bagian timur dari Jawa bagian tengah. Tipe iklim D luasnya relatif sempit, umumnya terdapat di pesisir utara dan pesisir selatan bagian timur dari Jawa bagian tengah. Tipe ilim D luasnya relatif sempit, umumnya terdapat di pesisir utara dan pesisir selatan bagian timur dari Jawa bagian tengah. Tipe iklim A dan B umumnya terdapat di bagian barat dan daerah pedalaman. Dari hasil super impose kedua tipe iklim tersebut, maka didapatkan 2 wilayah iklim, yaitu iklim sangat basah dan iklim basah. Iklim sangat basah meliputi kabupaten : Cilacap bagian barat dan selatan Purwokerto bagian utara dan tengah, Purbalingga bagian barat, Banjarnegara bagian utara dan tengah, Pekalongan bagian selatan, dan Batang bagian barat. Iklim basah meliputi kabupaten : Cilacap bagian tengah dan timur, Purwokerto, Purbalingga bagian timur, Banjarnegara, Kebumen, Wonosobo, Temanggung, Pemalang bagian selatan, Pekalongan bagian tengah, Batang bagian tengah, Kendal bagian barat, Magelang dan Ungaran. "
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Abdul Ghani
"Penelitian ini menguji pengaruh variabel iklim terhadap hasil dan risiko produksi padi di delapan sentra produksi padi Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun (1982-2011). Fungsi produksi stokastik model Just-Pope dengan analisis data panel digunakan untuk mengukur pengaruh variabel iklim terhadap hasil dan risiko produksi padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan curah hujan mempengaruhi hasil padi di daerah sentra. Curah hujan termasuk faktor yang meningkatkan risiko, sedangkan suhu tidak berpengaruh terhadap risiko. Pengaruh perubahan iklim terhadap hasil dan risiko produksi padi di daerah Jawa relatif lebih rendah dibanding luar Jawa.

This study examines the impacts of climate variables on rice yield and production risk from eight main provinces of rice producers in Indonesia, over a period of 30 years (1982-2011). Stochastic production function Just-Pope model with panel data analysis is used to estimate the effect of climate variables on rice yield and production risk. Data analysis shows that temperature and precipitation affect the mean crop yield. Precipitation is risk increasing factor, while temperature is not significant. Effect of climate change on rice yield and production risk is relatively low in Java region than other regions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>