Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106091 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Baron Muhammad Reyhan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beban berlebih, konflik keluarga, dan konflik pekerjaan-pengasuhan sebagai stressor, serta tingkat dukungan sosial terhadap tingkat depresi ibu bekerja di DKI Jakarta. Ada sejumlah studi terdahulu yang memiliki fokus kajian yang serupa dengan penelitian ini. Studi terdahulu yang peneliti temukan tidak membahas mengenai beban berlebih, konflik keluarga, dan konflik pekerjaan-pengasuhan secara sosiologis, apalagi menggunakan kerangka proses stres yang dikemukakan oleh Pearlin. Studi terdahulu juga tidak membahas mengenai tingkat depresi dengan subjek penelitian berupa ibu bekerja dengan anak yang relatif belum bisa hidup mandiri, yakni anak berusia balita atau bersekolah di tingkat SD, SMP atau SMA. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengisi keterbatasan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik penarikan sampel yaitu non-probability sampling, tepatnya purposive sampling. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner online. Peneliti juga melakukan pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam sebagai data tambahan. Berdasarkan hasil temuan data, dapat disimpulkan bahwa beban berlebih dan konflik pekerjaan-pengasuhan memiliki hubungan terhadap tingkat depresi pada ibu bekerja, sedangkan konflik keluarga dan dukungan sosial tidak memiliki hubungan terhadap tingkat depresi pada ibu bekerja.

This study aims to examine the influence of overload, family conflict, and job-caregiving conflict as stressors, as well as social support, on working mothers’ depression in DKI Jakarta. There are several past studies that have examined similar subjects. However, past studies did not apply Pearlin’s stress process model to explain the influence of overload, family conflict, and job-caregiving conflict, and social support on working mothers’ depression. Past studies also did not elaborate said factors on a specific criterion of working mothers, that is, working mothers with children in high school age or younger. Therefore, this study aims to fill that gap. This study used quantitative research methods, with purposive sampling as part of non-probability sampling method. To collect data, this study primarily utilized online survey, and as for supporting data, this study conducted online interviews with selected respondents. Based on the findings, it can be concluded that overload and job-caregiving conflict positively correlated to depression on working mothers, while family conflict and social support did not.

 

Keywords: Depression; COVID-19 Pandemic; Stress Process; Working Mothers"

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baron Muhammad Reyhan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beban berlebih, konflik keluarga, dan konflik pekerjaan-pengasuhan sebagai stressor, serta tingkat dukungan sosial terhadap tingkat depresi ibu bekerja di DKI Jakarta. Ada sejumlah studi terdahulu yang memiliki fokus kajian yang serupa dengan penelitian ini. Studi terdahulu yang peneliti temukan tidak membahas mengenai beban berlebih, konflik keluarga, dan konflik pekerjaan-pengasuhan secara sosiologis, apalagi menggunakan kerangka proses stres yang dikemukakan oleh Pearlin. Studi terdahulu juga tidak membahas mengenai tingkat depresi dengan subjek penelitian berupa ibu bekerja dengan anak yang relatif belum bisa hidup mandiri, yakni anak berusia balita atau bersekolah di tingkat SD, SMP atau SMA. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengisi keterbatasan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik penarikan sampel yaitu non-probability sampling, tepatnya purposive sampling. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner online. Peneliti juga melakukan pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam sebagai data tambahan. Berdasarkan hasil temuan data, dapat disimpulkan bahwa beban berlebih dan konflik pekerjaan-pengasuhan memiliki hubungan terhadap tingkat depresi pada ibu bekerja, sedangkan konflik keluarga dan dukungan sosial tidak memiliki hubungan terhadap tingkat depresi pada ibu bekerja.

This study aims to examine the influence of overload, family conflict, and job-caregiving conflict as stressors, as well as social support, on working mothers’ depression in DKI Jakarta. There are several past studies that have examined similar subjects. However, past studies did not apply Pearlin’s stress process model to explain the influence of overload, family conflict, and job-caregiving conflict, and social support on working mothers’ depression. Past studies also did not elaborate said factors on a specific criterion of working mothers, that is, working mothers with children in high school age or younger. Therefore, this study aims to fill that gap. This study used quantitative research methods, with purposive sampling as part of non-probability sampling method. To collect data, this study primarily utilized online survey, and as for supporting data, this study conducted online interviews with selected respondents. Based on the findings, it can be concluded that overload and job-caregiving conflict positively correlated to depression on working mothers, while family conflict and social support did not."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosenthal, M. Sara
Los Angeles: Lowell House, 2000
616.58 ROS w (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Riana
"Latar Belakang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor pekerjaan dan faktor lain dengan risiko depresi pada masa pandemi Covid-19 pada pekerja di Rumah Sakit.C. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analisis potong lintang dengan menggunakan data sekunder pada 669 pekerja di rumah sakit C. Variabel demografi dan variabel terkait pekerjaan dikumpulkan dari Unit Sumber Daya Manusia (SDM) dan Unit Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3RS) Rumah Sakit C. Risiko depresi diukur dengan menggunakan Kuesioner Kesehatan Pasien (PHQ-9) dan stres kerja dinilai dengan Survey Diagnostic Stress (SDS). Analisis data menggunakan SPSS Statistics versi 24.0. Hasil. Prevalensi risiko depresi pada pekerja di RS. C adalah 15,1%. Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa stresor konflik peran (OR 3,68, 95% CI = 1,69 – 8,01) merupakan faktor risiko yang paling dominan terkait depresi daripada stresor beban kerja kuantitatif dan stresor pengembangan karir. Kesimpulan. Prevalensi depresi yang tinggi ditemukan pada pekerja di rumah sakit C selama wabah COVID-19. Memperhatikan konflik peran pekerjaan di tempat kerja akan berguna untuk mengurangi risiko depresi. Pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan jiwa secara berkala harus dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan berkala

Background. This study aims to determine the relationship between occupational factors and other factors with the risk of depression during the Covid-19 pandemic among workers at Hospital.C. Method. This study is a cross-sectional analysis study using secondary data including 669 workers at the hospital C. Demographic variables and work-related variables were collected from the Human Resources Unit (HR) and the Occupational Safety and Health Committee Unit (K3RS) of Hospital C. Their risk of depression was measured using Patient Health Questionnaire (PHQ-9) and occupational stress assessed by the Survey Diagnostic Stress (SDS). Data analysis using SPSS Statistics version 24.0. Results. Prevalence of depression risk among workers in Hospital. C is 15.1%. Multivariate logistic regression analyses show that role conflict stressors ( OR 3.68, 95% CI = 1.69 – 8.01) were more important risk factor for depression than quantitative workload stressor and career development stressor. Conclusion. A high prevalence of depression was found among workers in hospital C during the COVID-19 outbreak. Paying attention to job role conflict at the workplace will be useful for decreasing the risk of depression. Regular mental health checks and counseling should be performed along with periodic health checks."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi Astuti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perilaku sedentary selama pandemi COVID-19 sebagai mediator antara kecemasan dan depresi. Kecemasan didefinisikan sebagai bentuk antisipasi dari ancaman di masa depan yang lebih sering diasosiasikan dengan ketegangan otot dan kewaspadaan, perilaku pencegahan, dan penghindaran. Depresi didefinisikan sebagai adanya perasaan sedih, kosong, suasana hati yang mudah tersinggung, disertai perubahan somatis dan kognitif yang secara signifikan mempengaruhi kapasitas dan fungsi individu. Adapun perilaku sedentary didefinisikan sebagai setiap perilaku dalam keadaan terjaga yang ditandai dengan pengeluaran energi sebesar ≤ 1,5 ekuivalen metabolik (MET), baik dalam postur duduk, bersandar, atau berbaring. Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan dengan alat ukur Beck Anxiety Inventory (BAI), Beck Depression Inventory (BDI), dan Sedentary Behavior Questionnaire (SBQ). Data diperoleh melalui survei daring dari warga negara Indonesia yang tinggal di Indonesia dan berada di rentang usia 20-40 tahun (N=608). Analisis data dilakukan dengan analisis model mediasi pada makro PROCESS dari Hayes, analisis korelasi parsial dan semi parsial, serta analisis kovariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku sedentary mentally passive ditemukan memediasi secara parsial hubungan antara kecemasan dan depresi.

This study aims to determine the role of sedentary behavior during the COVID-19 pandemic as a mediator between anxiety and depression. Anxiety is defined as the anticipation of a future threat associated with muscle tension and alertness, prevention, and avoidance. Depression is defined as feelings of sadness, emptiness, irritable moods, somatic and cognitive changes that significantly affect individual capacity and function. Sedentary behavior is defined as any behavior in an awake state with an energy expenditure of ≤ 1.5 metabolic equivalents (MET), whether in a sitting, leaning, or lying posture. Variables in this study were measured using Beck Anxiety Inventory (BAI), Beck Depression Inventory (BDI), and the Sedentary Behavior Questionnaire (SBQ). Data collected by online surveys from Indonesian citizens who live in Indonesia in the age range of 20-40 (N = 608). Data were analyzed using a mediation model on Hayes macro PROCESS, part and partial correlation, and analysis of covariance. This study indicates that sedentary behavior mentally passive was found to partially mediated relationship between anxiety and depression."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Yasmina Huda
"Lansia menjadi salah satu kelompok rentan yang mudah terpapar pada saat pandemi COVID-19. Fakta ini berdampak secara psikologis lansia yang mengakibatkan kemungkinan terjadinya depresi, dan berdampak pada kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan tingkat depresi dengan kualitas hidup berdasarkan domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan lansia. Sampel penelitian ini adalah lansia di posbindu puskesmas Bogor Tengah selama pandemi COVID-19. Desain penelitian ini yaitu cross sectional dengan metoe accidental sampling yang melibatkan sebanyak 148 lansia ≥60 tahun. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat depresi pada kategori normal 53,4%, namun tingkat depresi ringan terbanyak kedua yaitu 36,5%. Kualitas hidup lansia domain fisik pada kategori sedang 43,9%, domain psikologis 48% sedang, domain hubungan sosial 54,1% sedang, dan domain lingkungan 58,1% kualitas hidup sedang. Hasil penelitian menggunakan uji Fisher’s exact disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup lansia pada domain fisik (p=0,000; α=0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup lansia pada domain psikologis (p=0,000; α=0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup lansia pada domain hubungan sosial (p=0,000; α=0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup lansia pada domain lingkungan (p=0,000; α=0,05). Penelitian pada tingkat depresi pada lansia di posbindu puskesmas Bogor Tengah selama pandemi COVID-19 menunjukkan lansia yang memiliki tingkat depresi ringan dengan persentase terbanyak kedua. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian baik bagi pelayanan kesehatan, maupun perawat dalam mencegah penambahan angka depresi pada lansia.

Lansia menjadi salah satu kelompok rentan yang mudah terpapar pada saat pandemi COVID-19. Fakta ini berdampak secara psikologis lansia yang mengakibatkan kemungkinan terjadinya depresi, dan berdampak pada kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan tingkat depresi dengan kualitas hidup berdasarkan domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan lansia. Sampel penelitian ini adalah lansia di posbindu puskesmas Bogor Tengah selama pandemi COVID-19. Desain penelitian ini yaitu cross sectional dengan metoe accidental sampling yang melibatkan sebanyak 148 lansia ≥60 tahun. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat depresi pada kategori normal 53,4%, namun tingkat depresi ringan terbanyak kedua yaitu 36,5%. Kualitas hidup lansia domain fisik pada kategori sedang 43,9%, domain psikologis 48% sedang, domain hubungan sosial 54,1% sedang, dan domain lingkungan 58,1% kualitas hidup sedang. Hasil penelitian menggunakan uji Fisher’s exact disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup lansia pada domain fisik (p=0,000; α=0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup lansia pada domain psikologis (p=0,000; α=0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup lansia pada domain hubungan sosial (p=0,000; α=0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup lansia pada domain lingkungan (p=0,000; α=0,05). Penelitian pada tingkat depresi pada lansia di posbindu puskesmas Bogor Tengah selama pandemi COVID-19 menunjukkan lansia yang memiliki tingkat depresi ringan dengan persentase terbanyak kedua. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian baik bagi pelayanan kesehatan, maupun perawat dalam mencegah penambahan angka depresi pada lansia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Anjali
"Dukungan sosial yang dipersepsikan ibu dan paritas merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan depresi pasca persalinan pada perempuan pasca melahirkan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan oleh ibu dengan risiko depresi pasca persalinan khususnya pada ibu primipara di provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan metode consecutive sampling untuk mengambil 111 sampel ibu primipara. Kuesioner yang digunakan terdiri dari karakteristik responden dan versi bahasa Indonesia dari Edinburgh Postpartum Depression Scale (EPDS) serta Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Berdasarkan data hasil penelitian diketahui sebanyak 67.6% ibu primipara di DKI Jakarta mempersepsikan dukungan sosial yang tinggi (dari keluarga 90,1%; suami 88,2%; dan peer/teman 46,8%) dan sebanyak 34.2% ibu primipara cenderung mengalami depresi pasca persalinan di DKI Jakarta. Hasil uji bivariat menggunakan uji Chi Square ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial yang dipersepsikan ibu dengan risiko depresi pasca persalinan pada ibu primipara (nilai p = 0,001; α < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian, direkomendasikan kepada perawat, suami, dan/atau keluarga untuk selalu memberikan dukungan sosial kepada ibu pasca kelahiran bayi.

Social support perceived by the mother and parity is one of the factors that can cause postpartum depression in postpartum women. Therefore this study aims to identify the relationship between social support perceived by the mother and the risk of postpartum depression, especially among primiparous mothers in the province of DKI Jakarta. This study used a cross-sectional design with consecutive sampling methods to take 111 samples of primiparous women. The questionnaire used consisted of the characteristics of the respondents and the Indonesian version of the Edinburgh Postpartum Depression Scale (EPDS) and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Based on research data, it is known that 67.6% of primiparous mothers in DKI Jakarta perceive high social support (90.1% from family; 88.2% of husbands; and 46.8% of peers/friends) and as many as 34.2% of primiparous mothers tend to experience depression postpartum in DKI Jakarta. The results of the bivariate test using the Chi Square test found a significant relationship between social support perceived by the mother and the risk of postpartum depression in primiparous women (p value = 0.001; α <0.05). Based on the research results, it is recommended that nurses, husbands, and/or families always provide social support to mothers after the birth of a baby."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Rahmawati Tirto
"ABSTRAK
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang banyak dialami oleh remaja. Mengingat dampaknya yang berbahaya bagi tahap perkembangan mereka di saat ini dan saat yang akan datang, perlu dilakukannya upaya pencegahan dengan mendeteksi tanda-tanda gangguan tersebut sedini mungkin. Hopkins Symptom Checklist ndash; 25 HSCL-25 subskala depresi adalah salah satu instrumen yang banyak digunakan sebagai alat screening yang mudah dan secara luas digunakan untuk mendeteksi simtom-simtom depresi tahap awal, termasuk pada remaja. Studi untuk menguji akurasi HSCL-25 sendiri sudah dilakukan di berbagai negara yang memberikan hasil sensitivitas dan spesifisitas relatif baik. Meskipun demikian, uji akurasi HSCL-25 versi adaptasi Bahasa Indonesia tersebut belum pernah dilakukan di Indonesia terkhusus pada penggunaannya terhadap subjek remaja. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengukur akurasi sensitivitas dan spesifisitas HSCL-25 subskala depresi versi Bahasa Indonesia dengan membandingkannya dengan wawancara diagnostik semi-terstruktur yang dilakukan oleh peneliti sebagai gold standard. Dilakukan pengambilan data wawancara pada 40 orang partisipan. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dengan partisipan yang merupakan sampel partisipan dari penelitian sebelumnya. Pemilihan partisipan dilakukan dengan metode double-blind study. Wawancara dilakukan satu per satu secara one-shot. Hasil menunjukkan bahwa HSCL-25 subskala depresi memiliki sensitivitas yang baik 87,5 dengan spesifisitas yang cukup baik 65,4 . Instrumen ini juga menghasilkan nilai LR sebesar 2,5 dan ndash;LR sebesar 0,2. Skor cut-off yang digunakan dalam penelitian ini 1,75 terbukti sudah optimal digunakan sebagai skor cut-off untuk mendeteksi simtom awal depresi seperti tujuan dari penelitian ini, yaitu HSCL-25 sebagai langkah preventif, untuk mencegah simtom-simtom depresi remaja semakin berkembang menjadi lebih parah.

ABSTRACT
Depression is one of mental health problems experienced by many adolescents across the world. Considering its dangerous effects for adolescents rsquo now and later developmental stages, there is an urge to do the prevention efforts to detect its early symptoms as soon as possible. Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25 depression subscales is one of the easy to use, mainstream screening tools that has been used largely to detect early stage of depression symptoms, including for the adolescents. The accuracy study of HSCL 25 had been conducted all over the countries with the results of relatively good sensitivity and specificity. However, that testing for the HSCL 25 Indonesian version has never been conducted in Indonesia, especially on adolescents. Therefor, this study aimed to test the accuracy sensitivity and specificity of HSCL 25 depression subscales Indonesian adapted version by comparing it to semi structured diagnostic interview conducted by us as the gold standard. We conducted the interview to 40 adolescents. This study was a continuation study and the participants were the sample participants from previous study. The participants were selected double blindly. The interview was held one to one with one shot technique. The results showed that HSCL 25 depression subscales have a good sensitivity 87.5 and fairly good specificity 65.4 with the LR of 2.5 and ndash LR of .2. The cut off score used in this study 1.75 was proven to be the optimal for detecting depression early symptoms, as the aim of this study where this instrument used as the prevention way for the early symptoms to become worsen in the future. "
2018
T50697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhara Juliane
"Depresi adalah gangguan mental umum yang ditandai dengan kesedihan yang berlangsung lama, hilangnya minat pada aktivitas yang biasa dinikmati, dan disertai dengan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, setidaknya selama dua minggu. Narapidana wanita merupakan kelompok yang beresiko terhadap depresi dimana kejadian depresi pada narapidana lebih rentan dialami oleh narapidana wanita dibandingkan laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Jakarta. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross-sectionaldengan analisis multivariat regresi logistik ganda. Penelitian ini melibatkan jumlah sampel sebesar 200 narapidana yang diambil menggunakan teknik random sampling.Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi kejadian depresi pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Jakarta sebesar 56,5%. Berdasarkan hasil analisis multivariat dapat diketahui faktor yang berhubungan signifikan dengan tingkat depresi adalah usia (p-value=0,012; POR=2,144; 95% CI=1,185 – 3,879) dan status residivis (p-value=0,043; POR=3,926; 95% CI=1,047 –14,729) dimana faktor yang berpengaruh paling besar terhadap kejadian depresi adalah status residivis. Perlu adanya perhatian dari pemerintah terhadap kesehatan jiwa narapidana dengan melakukan berbagai program dan pelayanan kesehatan jiwa seperti skrining regular dan program rehabilitasi.

Depression is a common mental disorder, characterized by persistent sadness and a loss of interest in activities that you normally enjoy, accompanied by an inability to carry out daily activities, for at least two weeks. Female prisoners represent groups at risk of depression where depression in prisoners is more vulnerable to female prisoners than men. This study aims to determine the factors associated with depression among prisoners in Women’s Class II A Prison Jakarta. The study design used was cross-sectional with multivariate analysis, multiple logistic regression. The number of research samples is 200 prisoners taken using random sampling techniques. The results showed that the prevalence of depression among prisoners in Women’s Class II A Prison Jakarta is 56,5%. Based on the results of the multivariate analysis, it can be seen that factors related significantly to depression are age (p-value = 0.012; POR = 2.144; 95% CI = 1.185 - 3.879) and recidivism status (p-value = 0.043; POR = 3.926; 95% CI = 1,047 –14,729) which the most influential factor on the incidence of depression is recidivism status. Government attention needs to be given to the mental health of prisoners by conducting various mental health programs and services such as regular screening and rehabilitation programs."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Christian
"Latar belakang: Dari beberapa penelitian sebelumnya, terdapat hubungan yang antara resiliensi dengan menurunnya frekuensi gejala depresi. Namun demikian, belum ada penelitian yang menguji hubungan antara resiliensi dan depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran, khususnya di Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara resiliensi dengan gejala depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tingkat tiga (3) di masa pandemi COVID-19.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang pada mahasiswa FKUI tingkat tiga dengan menggunakan kuesioner CD-RISC25 untuk mengukur resiliensi dan CESD-R untuk mengetahui gejala depresi. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan Uji Spearman.
Hasil: Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data resiliensi menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (p>0,05) dengan rerata nilai resiliensi sebesar 69,39 ± 14,11. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data gejala depresi menunjukkan bahwa data terdistribusi tidak normal (p<0,05) dengan nilai median 9 (0-68). Hubungan korelasi antara resiliensi dan gejala depresi didapatkan melalui Uji Spearman yang menunjukkan hasil signifikan (p<0,05) dan hasil korelasi negatif (r=-0,525).
Diskusi: Resiliensi mahasiswa FKUI tingkat tiga tergolong lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada umumnya, sementara gejala depresi mahasiswa FKUI tingkat tiga tergolong rendah. Hal ini disebabkan korelasi negatif antara resiliensi dan gejala depresi dimana resiliensi dikaitkan dengan tipe kepribadian yang memiliki persepsi diri yang positif, optimisme yang tinggi, dan ketenangan diri sehingga menjadi faktor protektif dari gejala depresi.
Kesimpulan: Resiliensi memiliki korelasi negatif signifikan dengan gejala depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran tingkat tiga."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>