Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131404 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harfiana Ashari
"Studi ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana beauty influencer berupaya meredefinisi kecantikan di media sosial dan bagaimana audiens menegosiasikan wacana tersebut. Studi sebelumnya telah menunjukkan beauty influencer dapat membuat sebuah tindakan untuk meredefinisikan standar kecantikan, salah satunya dengan meluncurkan produk kecantikan dengan model yang memiliki tampilan visual tidak sesuai dengan standar kecantikan. Meskipun demikian, belum banyak studi membahas upaya beauty influencer meredefinisi standar kecantikan di media sosial, bagaimana strategi penyebaran wacana tersebut, dan bagaimana audiens menegosiasikannya. Berdasarkan konsep Mitos Kecantikan Naomi Wolf, studi ini melihat beberapa beauty influencer berperan dalam mereproduksi diskursus yang meredefinisikan standar kecantikan ideal. Berpijak dari teori resepsi Stuart Hall, maka studi ini berargumen beauty influencer yang berupaya meredefinisi kecantikan masih menjadi pihak yang juga melanggengkan standar kecantikan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa beauty influencer menggunakan lima strategi untuk menyebarkan wacana redefinisi standar kecantikan, yaitu foto tanpa filter, video, berkolaborasi dengan industri kecantikan dan beauty influencer lain, menjadi narasumber webinar, dan menjalin relasi dengan audiens. Namun hal tersebut masih dinegosiasikan karena relasi kuasa dari budaya patriarkal dan kapitalisme di kalangan audiens. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, sehingga teknik pengambilan data menggunakan teknik observasi daring melalui berbagai praktik yang dilakukan beauty influencer di media sosial dan wawancara mendalam.

This study aims to explain how beauty influencers try to redefine beauty standards on social media and how audiences negotiate it. Previous studies have shown that female beauty influencers are able to make an action to redefine beauty standards, one of which is by launching a beauty product that displays a model with a visual form that is not in accordance with beauty standards. However, there are not many studies yet that discuss the beauty influencers’s method to redefine beauty standards on social media, how to spread, and how audiences negotiate it. Reflecting on the concept of the Beauty Myth by Naomi Wolf, this study sees several beauty influencers play a role in reproducing the discourse that redefines the ideal beauty standards. Based on reception theory by Stuart Hall, this study argues that beauty influencers who try to redefine beauty are still the ones who also perpetuate beauty standards. The research findings show that beauty influencers use five strategies to spread the discourse on redefining beauty standards, namely unfiltered photos, making videos, collaborating with the beauty industry and other beauty influencers, hosting webinars, and establishing relationships with the audiences. The efforts is still being negotiated due to the power of the relation between patriarchal cultural values and capitalism among the audiences. This research uses a case study method, so that the techniques for the data collection will use online observation through various practices carried out by beauty influencer on social media and in-depth interviews.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Setiasih Aurelie
"This research is situated in the context where the influence of the Korean Wave (Hallyu) and the idols serving as cultural ambassadors of the country are changing conventional attractiveness standards across the globe. By applying Stuart Hall's theory of representation and establishing connections with the dissemination of Korean beauty products in the Indonesian market, this article examines the messages within the ads of these idols which may influence the reframing the concept of conventional beauty in the Indonesia. The research focuses on three local products that use K-Pop idols to represent the ideal beauty: Cha Eun-woo as the ambassador for MS Glow, Han So Hee who represents Somethinc, and TWICE who is supporting Scarlett Whitening. The main argument asserts that the aesthetic appeal of these idols, serving as brand representatives, conveys messages that have the potential to alter Indonesian beauty standards. The study is conducted through descriptive qualitative observation of the three mentioned product advertisements on Instagram. Findings and discussions reveal the intricate relationship between media representation, brand endorsements, and the potential for changing beauty standards embraced by social media users who are fans of these idols.

Penelitian ini ditempatkan dalam konteks dimana pengaruh Korean Wave (Hallyu) dan idola-idola yang menjadi duta budaya negara tersebut mengubah standar daya tarik konvensional di berbagai belahan dunia. Dengan menerapkan teori representasi Stuart Hall dan menjalin keterhubungan dengan penyebaran produk kecantikan Korea di pasar Indonesia, artikel ini mengkaji pesan lewat iklan dari idola-idola ini dan kemungkinannya membingkai ulang konsep kecantikan konvensional di Indonesia. Penelitian ini mengkaji tiga produk local yang menggunakan idol K-Pop sebagai representasi ideal kecantikan, yaitu Cha Eun-woo (sebagai duta MS Glow), Han So Hee (mewakili Somethinc), dan TWICE yang mendukung Scarlett Whitening. Argumen utama menegaskan bahwa daya tarik estetis dari idola-idola ini, yang berfungsi sebagai perwakilan merek, memberikan pesan-pesan yang berpotensi mengubah standar kecantikan Indonesia. Studi dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan observasi terhadap tiga iklan produk tersebut di Instagram. Temuan dan dikusi mengungkapkan hubungan rumit antara representasi media, dukungan merek, dan potensi perubahan standar kecantikan yang diterima oleh pengguna sosial media yang adalah penggemar para idola ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Layla Pradipta
"Media sering kali menggambarkan perempuan secara ideal dan sempurna. Hal ini berkontribusi pada body shaming pada perempuan yang dianggap tidak memenuhi gambaran ideal tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, gerakan body positivity atau pandangan positif mengenai tubuh semakin berkembang. Salah satu media yang menggunakan konsep body positivity adalah Germany's Next Topmodel (GNTM). Pada tahun 2022 program ini menggunakan tema keberagaman dan menampilkan kontestan dari beragam kelompok usia, bentuk tubuh, dan ras. Penelitian ini menganalisis secara semiotik keberagaman yang ditampilkan dalam GNTM 2022 dan menemukan bahwa keberagaman tersebut menjadi bentuk perlawanan terhadap standar kecantikan yang ada di Jerman, khususnya dalam dunia mode. Hasil analisis menunjukkan bahwa meskipun GNTM 2022 mempromosikan ide keberagaman dan menunjukkan perlawanan terhadap penggambaran ideal perempuan, tetapi standar kecantikan yang seragam masih sangat melekat dalam industri mode di Jerman.

The media often portrays women as idealized and perfect. This contributes to body shaming of women who are perceived as not living up to that idealized image. However, over time, the body positivity movement has grown. One of the media that uses the concept of body positivity is Germany's Next Topmodel (GNTM). In 2022 this program used diversity and featured contestants from various age groups, body shapes, and races. This research semiotically analyzes the diversity displayed in GNTM 2022 and finds that diversity is a form of resistance to existing beauty standards in Germany, especially in the fashion world. The results of the analysis show that although GNTM 2022 promotes the idea of diversity and shows resistance to the ideal depiction of women, uniform beauty standards are still very much embedded in the fashion industry in Germany."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistami Prihandini
"Membaca wacana di media, saat ini jilbab dihadirkan sebagai tren berbusana semata. Untuk itu, penelitian ini hendak melihat bagaimana jilbab direpresentasikan pada media baru yang berideologi Islam, yaitu situs MyQuran. Dengan menggunakan paradigma konstruksionis dan teknik analisis framing, penelitian ini mencoba mengkaji teks yang terdapat pada situs MyQuran. Hasilnya, ternyata situs ini mencoba merekonstruksi kembali makna jilbab. Jilbab pada situs ini, dilihat sebagai bagian dari ajaran Islam yang harus ditaati dengan segala ketentuannya. Namun demikian, rekonstruksi tersebut tetap tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi isi media.

Nowadays, discourse in media stated that veil attended as trend dress. This research will see how veil represented at new media which have Islam as its ideology, that is MyQuran site. Contructionist paradigm and framing technique analysis, were used to analyze the text that found in the site. Its result describes that MyQuran site try to reconstruct the meaning of veil. This site sees a veil as a part of Islam?s teaching which must adhere with all its rules. However, the reconstruct not free of other factors that give influence to the media?s content."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ula Farhanah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses disiplin tubuh sebagai proses pelanggengan standar kecantikan dalam institusi duta wisata Kakang Mbakyu Kota Malang pada periode tahun 2019 hingga 2022. Studi-studi terdahulu telah banyak membuktikan keberadaan pelanggengan standar kecantikan yang direpresentasikan melalui konstruksi sosial. Meski begitu, peneliti menilai bahwa studi-studi terdahulu terkait pelanggengan standar kecantikan dalam kontes kecantikan cenderung berfokus pada konstruksi citra perempuan, representasi media, dan dampaknya terhadap eksploitasi perempuan Peneliti berargumen bahwa pelanggengan standar kecantikan dapat terjadi akibat adanya peraturan yang ditetapkan oleh industri kontes kecantikan sehingga orang-orang yang terlibat di dalamnya harus tunduk oleh kuasa. Hal ini sejalan dengan gagasan Foucault tentang disiplin tubuh yang melihat adanya mekanisme kontrol oleh kuasa terhadap tubuh sehingga tubuh dapat berguna. Untuk itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melihat institusi duta wisata Kakang Mbakyu Kota Malang sebagai unit analisisnya. Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah wawancara mendalam dan obervasi digital. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat pelanggengan standar kecantikan melalui metode dan sarana disiplin tubuh serta praktik kecantikan dalam institusi duta wisata Kakang Mbakyu Kota Malang. Dengan adanya pola-pola yang berulang akan proses ini, maka standar kecantikan pada institusi duta wisata Kakang Mbakyu Kota Malang ini menjadi sesuatu yang dilanggengkan.

This research aims to explore bodily discipline as a mechanism for perpetuating beauty standards within the Kakang Mbakyu Tourism Ambassador of Malang City from 2019 to 2022. Previous studies have provided ample evidence of the perpetuation of beauty standards, which are represented through social constructions. Nevertheless, the researcher contends that previous studies tend to concentrate on the construction of female images, media representations, and their impact on the exploitation of women. The researcher argues that the perpetuation of beauty standards can occur due regulations established by the beauty pageant industry. This aligns with Foucault's concept of body discipline, which recognizes the presence of power-controlled mechanisms over the body. To address this, this research employs a qualitative approach, with Kakang Mbakyu Tourism Ambassador institution as the unit of analysis. The data collection techniques employed include in-depth interviews and digital observation. The research findings demonstrate the presence of the perpetuation of beauty standards through the use of methods and medium of bodily discipline as well as the beauty practices within the Kakang Mbakyu Tourism Ambassador of Malang City. The repetitive nature of these patterns solidifies the perpetuation of beauty standards in the Kakang Mbakyu Tourism Ambassador of Malang City."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghaeda Noor Siti Ghifari
"Webtoon adalah jenis komik digital yang mempunyai banyak pembaca, salah satunya webtoon berjudul Yeosingangnim. Penelitian ini menganalisis sikap tokoh Jugyeong dan Seungho dalam webtoon Yeosingangnim terhadap standar kecantikan Korea. Webtoon Yeosingangnim menceritakan seseorang yang merasa tidak percaya diri karena wajah dan penampilannya tidak menarik atau tidak sesuai dengan standar kecantikan Korea. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap tokoh Jugyeong dan Seungho terhadap standar kecantikan Korea dan menunjukkan keterkaitan antara gender dengan sikap tersebut. Dalam menganalisis sikap tokoh, metode yang digunakan adalah deskriptif- kualitatif dengan teori penokohan tokoh berkembang oleh Nurgiyantoro. Data penelitian ini adalah kutipan dialog tokoh Jugyeong dan Seungho. Teknik pengumpulan yang digunakan adalah baca dan catat. Hasil temuan menunjukkan adanya keterkaitan gender antara perempuan dan laki-laki dalam webtoon Yeosingangnim yang mendapatkan tuntutan sosial dan tekanan terkait penampilannya. Pada awalnya mereka mengikuti tuntutan tersebut agar dapat diterima oleh masyarakat dengan menggunakan makeup. Namun, karena beberapa faktor yang mendorong mereka, sehingga mereka memutuskan untuk menolak mengikuti tuntutan tersebut.

Webtoon is a type of digital comic that has many readers, one of which is the webtoon entitled Yeosingangnim. This research analyzes the attitudes of the characters Jugyeong and Seungho in the Yeosingangnim webtoon towards Korean beauty standards. The Yeosingangnim webtoon tells the story of someone who feels lacking in self-confidence due to a face and appearance that is unattractive or does not fit Korean beauty standards. This research aims to identify the attitudes of the characters Jugyeong and Seungho towards Korean beauty standards and show the correlation between gender and these attitudes. This research uses a descriptive-qualitative method with Nurgiyantoro's development characterization theory. The research data consists of quotations from the dialogues of the characters Jugyeong and Seungho. The data collection techniques used for this research are reading and taking notes. The result of this research shows that there is a gender correlation between women and men in the Yeosingangnim webtoon who face societal demands and pressure regarding their appearance. At first, they followed these demands in order to be accepted by society through the use of makeup. However, due to several factors that encouraged them, they decided to refuse to comply with the demands."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abigail Michelle Utama
"Studi ini bertujuan untuk membahas mengenai fenomena penggunaan teknologi filter kecantikan di kalangan perempuan muda yang berkaitan dengan bekerjanya panoptik virtual di Instagram. Studi-studi terdahulu menunjukkan bahwa penggunaan filter kecantikan dilatarbelakangi oleh kehadiran filter yang merubah persepsi kecantikan ideal, usaha presentasi diri, manajemen kesan hingga perilaku narsistik. Akan tetapi, masih sedikit studi yang melihat dan mengeksplor tentang bagaimana filter kecantikan digunakan sebagai bagian dari bekerjanya panoptik virtual di media sosial Instagram. Penelitian ini berargumen bahwa bentuk aktivitas pengunggahan foto/video di Instagram yang dimaksudkan untuk dikonsumsi oleh khalayak luas membuktikan Instagram sebagai bentuk modern dari panoptik, atau disebut panoptik virtual. Akibatnya, aktivitas berbagi foto tersebut menimbulkan efek perasaan selalu berada di bawah pengawasan dan memunculkan bentuk self-disciplining, dimana para pengguna Instagram khususnya perempuan muda akan mendisiplinkan dirinya dengan tampil menggunakan filter-filter kecantikan agar sesuai dengan norma kecantikan ideal. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Instagram mencerminkan ide panoptik karena memenuhi dua aspek kekuasaan, yakni visible dan unverifiable. Potensi atas pengawasan akhirnya menyebabkan adanya modifikasi perilaku yang terlihat dari usaha subjek panoptik untuk tampil cantik di Instagram sesuai norma kecantikan ideal. Seperti penggunaan filter kecantikan dengan efek natural, riasan wajah, pakaian yang rapih, hingga penentuan angle dan pencahayaan. Dengan kata lain, subjek yang secara sukarela menciptakan visibilitas akan menjadi supervisor atas dirinya sendiri. Sementara pengawasan dan pendisiplinan diri berjalan, terjadi normalisasi penilaian dimana subjek panoptik diklasifikasikan, dinilai, dikoreksi sesuai norma untuk menciptakan apa yang disebut docile body dan homogenitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan observasi pada perempuan muda yang aktif dalam menggunakan teknologi filter kecantikan di Instagram.

This study aims to discuss the phenomenon of beauty filter technology among young women related to the work of virtual panoptic on Instagram. Previous studies have shown that the use of beauty filters is motivated by the presence of filters that change the perception of ideal beauty, self-presentation efforts, impression management to narcissistic behavior. However, there are still few studies that look at and explore how beauty filters are used as part of the virtual panoptic operation on Instagram social media. This study argues that the form of photo/video uploading activity on Instagram which is intended to be consumed by a wide audience proves Instagram as a modern form of panoptic, called virtual panopticon. As a result, the photo-sharing activity creates the effect of feeling always under surveillance and creates a form of self-discipline, where Instagram users, especially young women, will discipline themselves by appearing using beauty filters to conform to ideal beauty norms. The research findings show that Instagram reflects panoptic ideas because it fulfills two aspects of power, namely visible and unverifiable. The potential for supervision eventually leads to behavioral modifications that can be seen from the panoptic subject's efforts to look beautiful on Instagram according to the ideal beauty norms. Such as the use of beauty filters with natural effects, makeup, neat clothes, to determining angles and lighting. In other words, subjects who voluntarily create visibility will become supervisors over themselves. While surveillance and self-discipline is running, there is normalization of judgment where panoptic subjects are classified, assessed, corrected according to the norm to create what is called a docile body and homogeneity. This study uses a qualitative approach with in-depth interviews and observations of young women who are active in using beauty filter technology on Instagram.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Angela
"Keberadaan media sosial kini tak lepas dengan kehidupan sehari-hari. YouTube sebagai media sosial berbasis video, menjadi pilihan banyak orang terutama karena tampilannya yang mudah diterima dan jelas tergambarkan terutama dalam hal tutorial, termasuk juga video kecantikan. Melalui beauty vloggers, informasi mengenai cara ber-makeup dapat lebih mudah diterima dalam bentuk video. Tulisan ini berfokus kepada pemaknaan kecantikan yang dimiliki beauty vloggers, dan diwujudkan dalam video. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan metode etnografi virtual untuk melihat dan mengamati pola-pola tertentu terhadap hal yang ditampilkan dalam media sosial, dan juga wawancara terkait kecantikan dan pengalaman yang mengiringinya. Kecantikan yang dimaknai tiap vloggers berbeda dan terkait dengan sejumlah pengalaman tertentu, namun terdapat kesamaan mendasar didalamnya. Melalui media sosial, individu tidak hanya sebagai produser, tetapi juga sebagai audience. Ide mengenai kecantikan tidak sepenuhnya bersifat personal, tetapi terbentuk dan terkait erat dengan penggunaan media.

The existence of social media, now not separated with everyday life. YouTube as a video-based social media, is the choice of many people mainly because of it looks easily accepted and clearly illustrated primarily in terms of tutorials, included beauty videos. Through beauty vloggers, information on how to makeup can be more easily accepted in video form. This paper focuses on the meaning of beauty forbeauty vloggers, and embodied in the video. Therefore, this study will use virtual ethnographic methods to see and observe certain patterns of things featured in social media, as well as interviews that related of the beauty and experience that accompanies it. The beauty that is interpreted by each vloggers is different and related to a specific experiences, but there are basic similarities in it. Through social media, individuals are not only producers, but also as audiences. The idea of beauty is not entirely personal, but it is formed and closely related to media usage.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Hadiva
"Tulisan ini akan membahas mengenai standar kecantikan khususnya pada perempuan. Perempuan dan kecantikan merupakan suatu kesatuan yang identik. Kecantikan sebagai sifat feminin telah berakar kuat dalam sistem sosial yang lebih luas dan terprogram secara budaya. Pada tren kecantikan modern umumnya mematok pada tubuh yang tinggi semampai dan langsing, memiliki bokong dan dada yang padat, berkulit putih, berhidung mancung, pipi tirus, bibir kemerahan, dan rambut hitam maupun berwarna yang berkilau. Berbagai tren yang terbentuk tersebut membuat perempuan merasa tertekan atas tubuhnya sendiri. Khususnya pada sejarah perbudakan orang kulit hitam yang membuat mereka trauma dan takut untuk menjadi diri mereka sendiri. Kini mereka berusaha tampil putih dan cantik agar tidak mengulang sejarah buruk. Ini dapat melukai Hak Asasi Manusia dalam hal diskriminasi kecantikan dan diskriminasi terhadap orang kulit hitam. Metode yang peneliti gunakan adalah metode penelitian kualitatif, studi literatur, dan deskripsi analitis filosofis. Menggunakan beberapa teori mengenai standar kecantikan, dengan melihat bahwa banyak orang kulit hitam mencoba menjadi cantik dan putih agar mereka merasa aman dengan penampilannya. Hal ini juga menjelaskan bagaimana kolonialisme dapat berpengaruh pada keadaan ras, warna, dan kecantikan dimasa sekarang dan dapat berpengaruh juga kepada HAM.

This paper will discuss beauty standards, especially in women. Women and beauty are an identical unity. Beauty as a feminine nature has been rooted strongly in a broader and culturally programmed social system. In modern beauty trends generally pegged in a tall and slim body, have a solid buttocks and chest, white -skinned, sharp nose, gaunt cheeks, reddish lips, and black or shiny colored hair. Various trends formed make women feel depressed over their own body. Especially in the history of black slavery that makes them traumatized and afraid to be themselves. Now they are trying to look white and beautiful so as not to repeat bad history. This can hurt human rights in terms of beauty discrimination and discrimination against black people. The methods that researchers use are qualitative research methods, literature studies, and philosophical analytical descriptions. Using several theories about beauty standards, by seeing that many black people try to be beautiful and white so they feel safe with their appearance. It also explains how colonialism can affect the state of race, color, and beauty in the present and can also affect human rights."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pristandini
"Industri kecantikan saat ini menjadi sebuah potensi pasar yang besar dalam bisnis, karena perawatan kecantikan telah menjadi sebuah kebutuhan yang dianggap penting untuk meningkatkan performa diri maka dijadikan momen bagi para pengusaha terutama pada sektor jasa untuk mendukung kehadiran klinik kecantikan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan perawatan kecantikan, termasuk di Kecamatan Cibinong. Perkembangan bisnis klinik kecantikan yang semakin pesat membuat klinik kecantikan perlu memperisapkan strategi, lokasi menjadi strategi utama untuk sukses. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lokasi tersebut terhadap kesuksesan bisnis klinik kecantikan di Kecamatan Cibinong. Variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat kesuksesan ialah lama usaha, pencapaian BEP, dan jumlah pengunjung klinik kcentikan. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi lingkungan klinik kecantikan dan wawancara kepada manajer atau pengelola klinik kecantikan. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa lokasi memiliki pengaruh terhadap tingkat kesuksesan bisnis klinik kecantikan. Klinik kecantikan yang berada di kelas jalan arteri dan di sekitar kawasan komersil, permukiman, dan perkantoran pemerintahan memiliki tingkat kesuksesan yang lebih sukses dibanding kelas jalan lokal dan di sekitar kawasan permukiman. Klinik kecantikan dengan karakteristik lokasi strategis untuk kecantikan klinik yang dilihat berdasarkan aksesibilitas, visibilitas, dan kondisi lingkungan bisnis yang tergolong tinggi dan memiliki fasilitas sangat lengkap dan tipe klinik kecantikan jenis perawatan sangat lengkap dan target pasar differentiated marketing (tipe 1) memiliki tingkat kesuksesan yang sukses. Sedangkan lokasi yang kurang strategis untuk kecantikan klinik yang dilihat berdasarkan aksesibilitas, visibilitas, dan lingkungan bisnis yang tergolong sedang dan memiliki fasilitas lengkap dan tipe klinik kecantikan dengan jenis perawatan lengkap dan target pasar concentrated marketing (tipe 4) memiliki tingkat kesuksesan yang kurang sukses.

The beauty industry is currently a huge market potential in business, because beauty care has become a necessity that is considered important to improve self-performance, so it is used as a moment for entrepreneurs, especially in the service sector, to support the presence of beauty clinics in meeting people's needs for beauty care. including in Cibinong District. The rapid development of the beauty clinic business makes beauty clinics need to prepare a strategy, location being the main strategy for success. This research was conducted with the aim to determine the effect of the location on the success of the beauty clinic business in Cibinong District. The variables used to measure the level of success are length of effort, achievement of BEP, and the number of visitors to the clinic. Data collection in this study was carried out by observing the environment of the beauty clinic and interviewing the manager or manager of the beauty clinic. The results of this study can explain that location has an influence on the success rate of the beauty clinic business. Beauty clinics located in arterial road classes and around commercial, residential and government office areas have a higher success rate than local road classes and around residential areas. A beauty clinic with the characteristics of a strategic location for a beauty clinic as seen based on accessibility, visibility and business environmental conditions which are classified as high and have very complete facilities and a type of beauty clinic with a very complete type of care and a differentiated marketing target market (type 1) has a successful success rate. While the location is less strategic for a beauty clinic as seen based on accessibility, visibility and business environment which is classified as moderate and has complete facilities and the type of beauty clinic with a complete type of treatment and concentrated marketing target market (type 4) has a success rate that is less successful. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>