Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Zunuraina
"Mahasiswa (undergraduate students) mengalami tuntutan yang tinggi untuk sukses di bidang akademik dan menjadi orang yang sukses di masa depan. Hal ini membuat mahasiswa cenderung menetapkan standar yang tinggi bagi dirinya dan berisiko tinggi untuk mengembangkan perfeksionisme maladaptif. Perfeksionisme maladaptif berhubungan dengan berbagai gangguan psikologis, salah satunya adalah gejala gangguan makan. Self-compassion diduga memiliki peran sebagai mediator terhadap hubungan antara perfeksionisme maladaptif dan gejala gangguan makan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah perfeksionisme maladaptif mampu memprediksi gejala gangguan makan dan melihat peran self-compassion dalam memediasi hubungan antara perfeksionisme maladaptif dan gejala gangguan makan pada mahasiswa. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berusia 18-25 tahun. Data penelitian dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji statistik deskriptif, korelasi, regresi sederhana, dan mediasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eating Attitudes Test-26 (EAT-26) (Garner et al., 1982) untuk mengukur gejala gangguan makan, Almost Perfect Scale-Revised (APS-R) (Slaney et al., 2001) untuk mengukur perfeksionisme maladaptif, dan Self-Compasssion Scale (SCS) (Neff, 2003) untuk mengukur self-compassion. Penelitian ini dilakukan pada 203 partisipan mahasiswa yang tergolong perfeksionis maladaptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perfeksionisme maladaptif dapat memprediksi gejala gangguan makan. Selain itu, self-compassion memediasi secara penuh hubungan antara perfeksionisme maladaptif dan gejala gangguan makan pada mahasiswa.

Undergraduate students experience high demands to succeed in academics and become successful people in the future. This makes undergraduate students tend to set high standards for themselves and are at high risk for developing maladaptive perfectionism. Maladaptive perfectionism is associated with various psychological disorders, one of them is the symptoms of eating disorders. Self-compassion is thought to have a role as a mediator in the relationship between maladaptive perfectionism and eating disorder symptoms. The purpose of this study was to see if maladaptive perfectionism was able to predict eating disorder symptoms and to examine the role of self-compassion in mediating the relationship between maladaptive perfectionism and eating disorder symptoms in undergraduate students. Participants in this study were undergraduate students aged 18-25 years. Research data were analyzed quantitatively using descriptive, correlation, simple regression, and mediation statistical tests. The measuring instrument used in this study were the Eating Attitudes Test-26 (EAT-26) (Garner et al., 1982) to measure symptoms of eating disorders, Almost Perfect Scale-Revised (APS-R) (Slaney et al., 2001) to measure maladaptive perfectionism, and the Self-Compassion Scale (SCS) (Neff, 2003) to measure self-compassion. This study was conducted on 203 undergraduate student participants who were classified as maladaptive perfectionists. The results showed that maladaptive perfectionism could predict eating disorder symptoms. In addition, self-compassion was proven to fully mediate the relationship between maladaptive perfectionism and eating disorder symptoms in undergraduate students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octavya Christianty L
"Media sosial merupakan sarana dalam membentuk suatu komunitas secara tidak langsung atau sering disebut daring. Penggunaan media sosial secara berlebihan dan tinggi dapat berakibat buruk terhadap kualitas tidur. Kualitas tidur bagian yang paling utama dalam 14 kebutuhan dasar manusia. Kualitas tidur yang buruk dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada mahasiswa FIK-UI. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel mahasiswa dipilih menggunakan Stratified random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FIK-UI reguler 2019, 2020, 2021, dan ekstensi 2021 dengan jumlah 202 orang. Instrumen yang digunakan adalah Social Media Use Questionnaire (SMUQ) untuk penggunaan media sosial dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur. Analisis data univariat menggunakan distribusi frekuensi dan presentase dengan hasil usia rata-rata pada penelitian ini yaitu 21 tahun, mayoritas berjenis kelamin perempuan (96%) laki-laki (4%). Pada penelitian ini terdapat penggunaan media sosial tinggi sebanyak 59,9% dan rendah 41,1%. Hasil kualitas tidur menunjukkan kualitas tidur baik 86,6% dan buruk 13,4%. Analisis data bivariat menggunakan uji statistic chi square dengan hasil p value=0,001, OR= 4,119 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan media sosial dengan kualitas tidur pada mahasiswa S1 FIK-UI.

Social media is kind of tool for creating some communities indirectly or often called online. Excessive and high use of social media can bring the negative impact on sleep quality. Sleep quality is the most important part of the 14 basic human needs. Poor sleep quality can impact the daily activities. This study aims to identify the relationship between social media use and sleep quality in FIK-UI students. This study uses a correlative analytic research design with a cross-sectional approach. The sample was selected using Stratified random sampling. The sample in this study were regular FIK-UI students in 2019, 2020, 2021, and the 2021 extension with a total of 202 people. The instruments used were the Social Media Use Questionnaire (SMUQ) for social media use and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) for sleep quality. Univariate data analysis used frequency distribution and percentage with the result that the average age in this study was 21 years, and the majority were female (96%) and male (4%). In this study, there was a high use of social media as much as 59.9% and 41.1% low. The results of sleep quality showed good sleep quality at 86.6% and 13.4% bad. Bivariate data analysis using the chi-square statistical test with the result p value = 0.001, OR = 4,119 states that there is a significant relationship between the use of social media and sleep quality in FIK-UI undergraduate students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Krismeylinda
"

Manajemen Kebersihan Menstruasi yang tidak terkelola dengan baik dapat meningkatkan masalah kesehatan seksual dan reproduksi serta kesejahteraan wanita. Penelitian ini dikembangkan untuk melihat perbedaan kebijakan Sekolah Ramah Anak terhadap praktik Manajemen Kebersihan Menstruasi pada siswi di sekolah. Desain penelitian cross  sectional komparatif dengan 220 sampel siswi SMP kelas 7 dan 8 kategori Sekolah Ramah Anak di Kota Depok. Temuan hasil menjelaskan adanya perbedaan pada kedua kategori dengan siswi Sekolah Ramah Anak memiliki peluang 4,667 kali lebih baik melakukan praktik Manajemen Kebersihan Menstruasi. Rekomendasi bagi sekolah dan dinas terkait untuk mengevaluasi dan mengoptimalisasi kebijakan yang mendukung praktik Manajemen Kebersihan Menstruasi di sekolah.

 



Hygiene Management Menstruation that is not well managed can improve sexual and reproductive health problems and women's well-being. This study was developed to look at differences in Child-Friendly Schools policies towards the practice of Menstrual Hygiene Management in schoolgirls. Comparative cross -sectional research design with 220 samples of 7th and 8th-grade junior high school students in the Child-Friendly School category in Depok City. The findings explain the differences in the two categories with Child-Friendly School students having 4,667 times a better chance of doing Menstrual Hygiene Management. Recommendations for schools and related sectors to evaluate and optimize policies that support the practice of Menstrual Hygiene Management in schools.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Khotimah Elfiyani
"Kesehatan reproduksi untuk remaja penyandang disabilitas sering diabaikan sehingga kurangnya pendidikan seputar personal hygiene dikarenakan sebagian orang menganggap topik menstruasi merupakan topik yang sensitif dan keyakinan yang salah bahwa remaja dengan disabilitas tidak memiliki hasrat seksual. Sehingga pemahaman mengenai personal hygiene menstruasi pada remaja disabilitas kurang diperhatikan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran personal hygiene dalam menghadapi menstruasi pada remaja disabilitas fisik dan disabilitas intelektual. Metode penelitian kualitatif dalam bentuk case study, pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan observasi, informan terdiri dari 3 informan remaja disabilitas usia 15-24 tahun yang sudah menstruasi, serta 3 informan dari ibu remaja disabilitas dan 2 informan terapis anak berkebutuhan khusus. Penelitian dilakukan di Klinik Keanna Center dan YPAC Jakarta Selatan pada bulan Juli-September 2021. Hasil penelitian kurang pengetahuan ibu dan remaja disabilitas mengenai personal hygiene menstruasi, fasilitas penunjang memberikan kemudahan bagi remaja disabilitas maupun ibu untuk membantu melakukan personal hygiene menstruasi, kurangnya informasi mengenai personal hygiene pada remaja disabilitas, sebagian besar ibu membantu dalam melakukan personal hygiene menstruasi pada anak mereka dan perilaku personal hygiene menstruasi pada remaja disabilitas masih kurang tepat. Disarankan remaja disabilitas dan ibu perlu meningkatkan pengetahuannya dengan melakukan sharing dengan professional untuk mendapatkan informasi mengenai personal hygiene menstruasi dengan tepat.

Reproductive health for adolescents with disabilities is often neglected education regarding personal hygiene are lacking. It is because some people consider menstruation as a sensitive topic and have the wrong belief that adolescents with disabilities have no sexual desire. The research purposes to know the overview of personal hygiene in dealing with menstruation in adolescents with physical and intellectual disabilities. The research methods were qualitative in the form of case study, data collected by in-depth interview and observation. Informants consisted of 3 informants from the adolescents of 15-24 years old, 3 informants are the mothers and 2 informants are the therapists for special needs children. The research was conducted in Klinik Keanna Center and YPAC South Jakarta in July-September 2021. The research results the lack of apprehension about the personal hygiene menstruation from the mothers and the adolescents with disabilities, supporting facilities that accommodated adolescents with disabilities and their mothers to perform treatment in personal hygiene, lack of apprehension about general personal hygiene menstruation in adolescents with disabilities, most of the mothers gave supports to the adolescents with disabilities in the form of assistance in performing personal hygiene during menstruation, also personal hygiene menstruation behavior in adolescents with disabilities are still incorrect. It is suggested that adolescents with disabilities and their mothers need to improve their knowledge by sharing with a professional to obtain correct information about personal hygiene during menstruation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Fitriani Yustikasari
"Mahasiswa berbakat intelektual merupakan aset yang potensial untuk mampu berhasil di bidangnya, meski demikian tidak semua mahasiswa berbakat intelektual mengalami kesuksesan karena aspek sosial emosi. Karakter perfeksionisme merupakan aspek sosial emosi yang dominan dan memiliki dampak negatif terhadap prestasi akademik. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika pengaruh negatif perfeksionisme maladaptif terhadap prestasi akademik, ketika dalam dinamikanya terdapat peran persepsi ekspektasi guru dan teman sebaya. Dibahas juga peran keterampilan yang dapat membuat perfeksionisme maladaptif menjadi lebih adaptif dalam pencapaian prestasi akademik, yaitu self-compassion dan goal adjustment yang terdiri dari goal disengagement dan goal re-engagement.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed-method; explanatory sequential design untuk menguji model teoritis moderated mediation yang diajukan. Pada tahap kuantitatif delapan puluh enam responden mahasiswa berbakat intelektual mengisi kuesioner: (1) pelaporan nilai IPK, (2) Skala Persepsi Ekspektasi Guru; (3) Skala Persepsi Ekspektasi Teman Sebaya, (4) Frost Multidimensional Perfectionism Scale, (5) Self-Compassion Scale, dan (6) Goal Adjusment Scale. Hasil menemukan kondisi persepsi ekspektasi guru dan teman sebaya dihayati sebagai keinginan menghindari kekecewaan terbukti secara empiris berdampak pada prestasi akademik ketika perfeksionisme maladaptif sebagai mediator. Selain itu, ketika terdapat dinamika self-compassion dan goal adjustment sebagai moderator, pengaruh perfeksionisme maladaptif melemah terhadap prestasi akademik. Sementara kondisi persepsi ekspektasi guru dan teman sebaya dihayati positif atau memberatkan terbukti tidak berpengaruh secara signifikan pada hubungan perfeksionisme maladaptif dan prestasi akademik. Pada tahap 2 kualitatif wawancara terhadap delapan responden yang dipilih dari tahap pertama. Hasil menunjukkan perfeksionisme mengganggu prestasi akademik, persepsi ekspektasi guru dan teman sebaya memperkuat sikap perfeksionisme, dan kemampuan untuk menerima kesalahan (self-compassion) dan kemampuan melepaskan sementara tujuan utama (goal disengagement) dapat mengurangi dampak negatif perfeksionisme pada prestasi akademik.

Undergraduate gifted students are a potential asset to be able to succeed in their fields, although not all undergraduate gifted students experience success because of the social and emotional aspects. Perfectionism character is the dominant social emotional aspect and has a negative impact on academic achievement. This study aims to explain the dynamics of negative impact maladaptive perfectionism on academic achievement, when the perception of expectations of teachers and peers intervene. It also discusses the role of skills that can make maladaptive perfectionism more adaptive in achieving academic achievement, namely self-compassion and goal adjustment consisting of goal disengagement and goal re-engagement.
This study uses a mixed-method approach; explanatory sequential design to test the proposed moderated mediation theoretical model. In the quantitative stage, eighty-six intellectual gifted student respondents filled out the questionnaires: (1) GPA value reporting, (2) Teacher's Expectation Perception Scale; (3) Peer Expectation Perception Scale, (4) Frost Multidimensional Perfectionism Scale, (5) Self-Compassion Scale, and (6) Goal Adjustment Scale. The results found that the perception of teacher and peer expectations as a desire to avoid disappointment was empirically proven to have an impact on academic achievement when maladaptive perfectionism was the mediator. In addition, when there are dynamics of self-compassion and goal adjustment as moderators, the effect of maladaptive perfectionism weakens on academic achievement. Meanwhile, the perception of teacher and peer expectations positive or burdensome was proven not to have a significant effect on the relationship between maladaptive perfectionism and academic achievement. In stage 2 qualitative interviews with eight respondents were selected from the first stage. The results show that perfectionism give a negative to academic achievement, perceptions of teacher and peer expectations strengthen attitudes of perfectionism, and the ability to accept mistakes (self-compassion) and the ability to temporary let go the main goal (goal disengagement) can reduce the negative impact of perfectionism on academic achievement.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narendra Bayutama Wibisono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion dan kecemasan pada dewasa muda yang mengalami perceraian kedua orang tua. Total partisipan berjumlah 66 orang dan merupakan dewasa muda pada rentang usia 18-25 tahun. Self-compassion diukur menggunakan Self-Compassion Scale-Short Form (SCS-SF), sedangkan diukur menggunakan State-Trait anxiety Inventory Skala Trait (STAI-T). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-compassion dengan kecemasan pada dewasa muda yang mengalami perceraian kedua orang tua. Kemudian ditemukan juga kecemasan yang lebih tinggi pada partisipan yang telah menempuh pendidikan S1 atau Diploma dibandingkan dengan partisipan yang baru menempuh pendidikan SMA sederajat.

This study aims to find out the relationship between self-compassion and editors on young adults
who experience divorce from both parents. The total number of participants was 66 people and young adults aged 18-25 years. Compassion is measured using the Self-Compassion Scale-Short Form (SCS-SF), while anxiety is measured using the State-Trait anxiety Inventory Trait Scale (STAI-T). The results showed that there was a significant negative relationship between selfcompassion and anxiety in young adults who experienced divorce from both parents.. Then it was also found that anxiety was higher in participants who had taken an undergraduate or diploma education compared to participants who had just taken high school education and equivalent.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iga Winati
"Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa belas kasihan diri (SC) merupakan faktor pelindung yang harus diperhitungkan bagi individu dalam menghadapi pengalaman menyakitkan. Hal ini dikarenakan SC mampu membuat individu menjadi lebih adaptif, salah satunya dengan meningkatkan kesejahteraan psikologis (PWB). Salah satu pengalaman pahit yang menjadi fenomena umum di masyarakat yang dinyatakan berdampak negatif pada korban PWB adalah bullying. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk melihat apakah ada peran moderasi variabel welas asih pada hubungan antara pengalaman bullying di sekolah (SMP dan / atau SMA), dan kesejahteraan psikologis pada orang dewasa yang baru muncul. Hasil penelitian terhadap 801 emerging adult menunjukkan bahwa pengalaman bullying (B = -0,197, p> 0,01) tidak dapat memprediksi PWB, sedangkan SC (B = 0,6798, p <0,01) merupakan prediktor PWB. Namun, tidak ada peran moderasi yang ditemukan untuk SC (B = 0,0034, p> 0,01). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa SC bukanlah moderator tentang hubungan antara pengalaman bullying dan PWB.

Previous research has found that self-compassion (SC) is a protective factor that must be taken into account for individuals in the face of painful experiences. This is because SC is able to make individuals more adaptive, one of which is by increasing psychological well-being (PWB). One of the bitter experiences that has become a common phenomenon in society which is stated to have a negative impact on victims of PWB is bullying. Therefore, this study seeks to see whether there is a moderating role for the compassionate variable in the relationship between experiences of bullying at school (junior high and / or high school), and psychological well-being in emerging adults. The results of the study on 801 emerging adults showed that the bullying experience (B = -0.197, p> 0.01) could not predict PWB, while SC (B = 0.6798, p <0.01) was a predictor of PWB. However, no moderating role was found for SC (B = 0.0034, p> 0.01). Thus, it can be concluded that SC is not a moderator about the relationship between bullying experience and PWB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Kusuma
"Binge eating adalah sebuah fitur gangguan makan dengan prevalensi yang paling tinggi secara global dan terasosiasi dengan berbagai dampak negatif bagi kesehatan mental dan fisik. Perilaku ini berfungsi sebagai strategi regulasi diri untuk mengelola afek negatif yang tengah dirasakan. Perempuan dewasa muda merupakan populasi yang rentan untuk melakukan binge eating oleh karena ketidakstabilan dalam berbagai domain kehidupan dan tendensi untuk menginternalisasi emosi. Walau terdapat urgensi untuk mengembangkan penelitian terkait binge eating, masih belum banyak studi mengenai topik ini di Indonesia. Maka dilakukanlah penelitian mengenai binge eating pada populasi perempuan dewasa muda di Indonesia. Diketahui bahwa eating expectancy dan thinness expectancy merupakan faktor yang memprediksi binge eating, namun masih belum ada penelitian yang membahas mengenai proses yang menghubungkan variabel-variabel tersebut. Dihipotesiskan bahwa repetitive negative thinking (RNT) berperan sebagai mediator yang menjembatani hubungan antara kedua jenis expectancy terhadap binge eating. Dari koleksi data melalui kuesioner daring, terkumpul 193 partisipan dewasa muda berusia 18-25 tahun. Data penelitian diolah secara kuantitatif menggunakan analisis Simple Mediation menggunakan PROCESS v4.2 di SPSS. RNT ditemukan sebagai mediator signifikan yang bersifat parsial antara kedua jenis expectancy dan binge eating.

Binge eating is the most prevalent features of eating disorders and is associated with a range of negative health outcomes. Binge eating serves as a self-regulatory strategy to manage negative affect. Female young adults are categorized as a vulnerable population to develop binge eating due to instability in various life domains and the tendency to internalize emotions. Despite the urgency to further research binge eating, the studies on this topic in Indonesia is limited. Indonesia is known to have the highest level of food consumerism compared to other Southeast Asian countries. Therefore, a study on binge eating in young adult female population in Indonesia was conducted. Eating and thinness expectancy were found to be factors predicting binge eating, however there’s not much explanation about the process linking both beliefs towards binge eating. It is hypothesized that repetitive negative thinking (RNT) acts as mediator that bridge the relationship between both expectancies and binge eating. 193 female young adults age 18-25 years were collected through online questionnaire. The research data were processed through Simple Mediation analysis using PROCESS v4.2 in SPSS. RNT was found to be a significant partial moderator that bridges the relation between both expectancies and binge eating."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izry Fauziyah Akbar
"Tantangan yang kerap dihadapi oleh mahasiswa rantau ketika memilih untuk melanjutkan pendidikan tinggi adalah banyaknya tuntutan, tekanan, dan kesulitan beradaptasi. Mereka harus meninggalkan kampung halaman untuk mengejar kualitas pendidikan yang lebih baik di perguruan tinggi. Hal itulah yang membuat mahasiswa rantau tidak lepas dari berbagai hal yang menimbulkan perasaan stres, rendah diri, memperburuk isolasi sosial sehingga bisa berdampak pada psychological wellbeing mereka. Beberapa penelitian terdahulu telah menemukan bahwa psychological Wellbeing dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah self-compassion. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran self-compassion terhadap psychological wellbeing pada mahasiswa rantau. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik analisis statistik regresi linear sederhana. Alat ukur yang digunakan adalah self-compassion scale dan alat ukur Ryff’s scale of psychological wellbeing. Partisipan penelitian ini melibatkan 234 mahasiswa rantau (Perempuan = 67.5%; mean usia = 20.63). Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-compassion memiliki peran yang signifikan dan positif terhadap psychological wellbeing mahasiswa rantau sebesar 43.6% (R2=0.436;F (1.232) = 179.492 p < 0.001). Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pentingnya self-compassion terhadap kondisi psychological wellbeing mahasiswa rantau.

The challenges often faced by students who move away from home to pursue higher education include numerous demands, pressures, and difficulties in adapting. They must leave their hometowns to seek better educational opportunities at universities. This situation causes these students to experience various issues that lead to stress, low self-esteem, and increased social isolation, which can impact their psychological wellbeing. Previous studies have found that psychological wellbeing is influenced by various factors, one of which is self-compassion. Therefore, the aim of this study is to examine the role of self-compassion in the psychological wellbeing of students who have moved away from home. This research is a quantitative study using simple linear regression analysis techniques. The measurement tools used are the Self-Compassion Scale and Ryff’s Scale of Psychological Wellbeing. The participants of this study involved 234 students who have moved away from home (Female = 67.5%; mean age = 20.63). The results of the study indicate that self-compassion has a significant and positive role in the psychological wellbeing of these students, accounting for 43.6% (R²=0.436; F(1,232) = 179.492, p < 0.001). The findings are expected to provide information on the importance of self-compassion for the psychological wellbeing of students who have moved away from home."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Syafika Sarita Putri
"Mahasiswa baru Universitas Indonesia seringkali dihadapkan dengan berbagai tuntutan dan perubahan di lingkungan barunya sehingga berpotensi menimbulkan distres psikologis. Self-compassion merupakan sumber kekuatan yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa baru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion dan distres psikologis pada mahasiswa baru program sarjana Universitas Indonesia dan penelitian ini merupakan bagian dari payung penelitian distres psikologis, dengan desain penelitian korelasional. Partisipan penelitian terdiri dari 393 mahasiswa baru Universitas Indonesia berusia 18-24 tahun. Variabel distres psikologis diukur dengan menggunakan Self Report Questionnaire 20 (SRQ-20), sedangkan variabel self-compassion diukur dengan menggunakan Self-Compassion Scale Short Form (SCS-SF).
Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-compassion dan distres psikologispada mahasiswa baru program sarjana Universitas Indonesia r(393) = -.391, p < 0,01, one-tailed. Hal ini menunjukkan ketika self-compassion tinggi, maka tingkat distres psikologis yang dialami individu rendah. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran individu untuk menggunakan pendekatan self-compassion ketika dirinya memiliki kecenderungan untuk mengalami distres psikologis.

First-year student of University of Indonesia faced with various demands and transformation in their new environment, so that they can potentially raises psychological distress. Self-compassion is a source of strength that can be used to overcome various problems faced by first-year student.
This research aims to determine the relationship between self-compassion and psychological distress in first-year undergraduate student of University of Indonesia and part of psychological distress research with correlational study design. The research participants consisted of 393 first-year undergraduate student of University of Indonesia aged 18-24 years. Psychological distress variables are measured using Self Report Questionnaire 20 (SRQ-20), while the self-compassion variable is measured using the Self-Compassion Scale Short Form (SCS-SF).
The results of statistical tests show that there is a significant negative relationship between self-compassion and psychological distress among first-year student of University of Indonesia r (393) = -.391, p <0.01, one-tailed, means that as self-compassion level increased, psychological distress may decreased. The results of this study are expected to increase individual awareness to use the self-compassion approach when they tend to experience psychological distress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>