Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aisyah Fithrotunnisa
"Nyeri punggung bawah (NPB) menjadi salah satu reaksi ketidaknyamanan yang sering dirasakan masyarakat, tidak terkecuali pekerja ojek online. NPB dapat disebabkan oleh usia, jenis kelamin, sikap kerja, durasi kerja, dan repetisi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara durasi kerja dan tingkat kejadian NPB pada pekerja ojek online di Kota Depok. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional dengan teknik accidental sampling. Penelitian ini melibatkan 111 pekerja ojek online di Kota Depok sebagai sampel. Instrumen yang digunakan adalah Modified Oswestry Disability Index (MODIQ) untuk mengukur risiko kejadian nyeri punggung bawah pekerja ojek online. Hasil penelitian menunjukkan pekerja ojek online mayoritas melakukan pekerjaannya selama >8jam dengan proporsi 95,5%. Hasil penelitian menunjukkan pekerja ojek online mayoritas melakukan pekerjaannya selama >8jam dengan proporsi 95,5%. Hasil uji risiko NPB didapatkan pekerja ojek online di Kota Depok paling banyak berada pada tingkat risiko sedang dengan skor 34 – 66 dengan proporsi 59,5%. Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai p= 0,141. Kesimpulan yang didapat adalah tidak adanya hubungan signifikan antara durasi kerja dengan tingkat kejadian nyeri punggung bawah pada pekerja ojek online di Kota Depok. Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kerja yang berhubungan dengan masalah muskuloskeletal pada pekerja ojek online.

Low back pain (LBP) is one of the reactions of discomfort that is often felt by the community, including online taxi bike drivers. LBP can be caused by age, gender, work pose, duration of work, and repetition. This study was conducted to identify the relationship between work duration and the incidence of LBP among online taxi bike drivers in Depok City. The research method used a cross sectional design with accidental sampling technique. This study involved 111 online taxi bike drivers in Depok City as a sample. The instrument used is the Modified Oswestry Disability Index (MODIQ) to measure the risk of low back pain for online taxi bike drivers. The results of the NPB risk test showed that the most online taxi bike drivers in Depok City were at the moderate risk level with a score of 34-66 with a proportion of 59.5%. The results of the Chi Square correlation test show a p value (significance) = 0.141. The conclusion obtained is that there is no significant relationship between work duration and the incidence of low back pain in online taxi bike drivers in Depok City. The results of this study recommend improving occupational health services related to musculoskeletal problems in online taxi bike drivers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Surjandari
"Latar Belakang : Pekerja garmen dapat berisiko mengalami nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah (NPB) dapat menurunkan produktivitas dan dapat menyebabkan disabilitas jangka panjang. Oleh karena itu deteksi dini sangai penting dalam pengendaiiannya. Model prediksi risiko kejadian NPB akibat kerja yang dikembangkan oleh Effendi merupakan instrumen untuk skrining risiko nyeri punggung bawah. Penelitian ini bertujuan mengetahui risiko nyeri punggung bawah dengan menggunakan model prediksi risiko kejadian NPB dan faktor yang berperan meningkatkan risiko ini. Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong linlang dengan jumlah subjek penelitian 384 orang yang didapatkan dengan cara consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan di PT.X yang berada di Jakarta Utara pada bulan Jimi 2011 dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan pengamatan kerja dengan model prediksi risiko NPB akibat kerja. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil: Risiko NPB akibat kezja di garmen PT.X didapatkan sebesar 69,7 % . berdasarkan analisis, terdapal perbedaan risiko yang bermakna antara adanya risiko NPB dengan tidak adanya risiko NPB pada kelompok umur lebih dari 28 tahun dan kurang atau sama dengan 28 tahun (p = 0,000). Komponen model prediksi yang paling berperan adalah faktor olahraga tidak teratur dan postur kerja tidak alamiah. Kesimpulan dan Saran : Risiko NPB akibat kemja di gamien PT.X didapatlean sebesar 69,7 %. Faktor risiko umur merupakan faktor yang berperan meningkatkan risiko nyeri punggung bawah. Perlu dilakukan pelatihan ergonomi tentang posmr keaja yang alamiah khususnya pada pekerja yang berisiko dan menerapkan instrumen model prediksi ini untuk skrining risiko nyeri punggung bawah di industri garmen.
Background and Objectives : Garment workers can be at risk of low back pain. Low back pain (LBP) can decrease productivity and cause long-term disability. Therefore, early detection is important for reducing the risk. The risk prediction model of occupational LBP is a screening model developed by Effendi. This study aims to determine the risk of LBP in garment of PT .X using this instrument and to comprehend factors that contribute to increase the risk of LBP. Method : This study used cross sectional design with total subject is 383 garment workers obtained by consecutive sampling. The data was collected in PT.X located in North Jakarta in June 2011 by interview, physical examination and working observation using the risk prediction model of occupational LBP. Data collected was analyzed descriptively. Result : The risk of occupational LBP in garment of PT .X is 69,7 %. There is significant difference between the risk of occupational LBP and no risk of occupational LBP in workers aged over 28 years and less than or equal to 28 years (p=0,000). Irregular exercise and unnatural working posture are the major role of the components of the risk prediction models of occupational LBP to determine the risk of occupational LBP in garment of PT X. Conclusion and Suggestion : The risk of occupational LBP in garment of PT.X is 69,7 %. Age is a risk factor which contributes for increasing the risk of occupational LBP. It is important to conduct ergonomic training emphasizing on natural working posture particularly for workers who are at risk. The risk prediction model of occupational LBP can be applied for screening of occupational LBP in garment industry."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
T32305
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Aprilita Hapsari
"Nyeri punggung bawah adalah salah satu penyakit akibat kerja yang paling umum pada populasi usia kerja. Prevalensi nyeri punggung bawah pada pekerja terus meningkat dari tahun ke tahun namun tidak diimbangi dengan upaya pencegahannya. Kurangnya fokus perhatian pada faktor risiko penyakit ini menjadi penyumbang terjadinya disabilitas jangka pendek dan jangka panjang pada semua kelompok pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan pekerja tentang low back pain dan faktor-faktor yang mempengaruhi low back pain pada staf pengajar Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan terhadap 69 responden melalui teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,6% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, 34,8% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 11,6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik. Pengetahuan pekerja tentang nyeri punggung bawah perlu ditingkatkan untuk mengurangi kejadian nyeri punggung bawah. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan pekerja tentang nyeri punggung bawah dan mengidentifikasi nyeri punggung bawah melalui tes ergonomi kantor.

Low back pain is one of the most common occupational diseases in the working age population. The prevalence of low back pain in workers continues to increase from year to year but is not matched by efforts to prevent it. Lack of focus of attention on risk factors for this disease contributes to the occurrence of short-term and long-term disabilities in all groups of workers. This study aims to describe the level of knowledge of workers about low back pain and the factors that affect low back pain in the teaching staff of the Faculty of Engineering, University of Indonesia. The research design used was descriptive quantitative with cross sectional approach. This research was conducted on 69 respondents through simple random sampling technique. The results showed that 53.6% of respondents had a low level of knowledge, 34.8% of respondents had a sufficient level of knowledge, and 11.6% of respondents had a good level of knowledge. Workers' knowledge about low back pain needs to be improved to reduce the incidence of low back pain. Suggestions for further research are to identify other factors that can affect the level of knowledge of workers about low back pain and identify low back pain through office ergonomics tests."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Faraitody Itamy
"Latar Belakang. Nyeri punggung bawah ( NPB ) merupakan keluhan yang sering dijumpai pada pekerja dan dapat mengurangi produktivitas pekerja. Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM ) merupakan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja namun perhatian pemerintah pada kesehatan pekerja pada sektor ini dirasakan masih kurang. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian nyeri punggung bawah adalah posisi duduk pada stasiun kerja selama bekerja.
Tujuan. Selain untuk mengetahui perbedaan proporsi nyeri punggung bawah antara pekerja yang duduk di bangku dengan yang di lantai, penelitian ini juga mengidentifikasi hubungan posisi punggung , masa kerja dan faktor- faktor lain dengan kejadian nyeri punggung bawah.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Pengumpulan data meliputi wawancara, kuesioner, pemeriksaan fisik umum dan spesifik serta pengamatan posisi kerja.
Hasil. Secara keseluruhan dari 40 responden didapatkan proporsi nyeri punggung bawah 67,5%. Proporsi nyeri punggung bawah pada responden yang duduk di bangku sebesar 55% sedangkan yang duduk di lantai 80% namun tidak didapatkan perbedaan bermakna di antara kedua kelompok tersebut. Posisi duduk dan faktor risiko lainnya seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, masa kerja, stasiun kerja dan Indeks Massa Tubuh tidak mempuyai hubungan bermakna dengan kejadian nyeri punggung bawah. Pada analisis multivariat posisi punggung fleksi > 20º memiliki hubungan bermakna dengan kejadian nyeri punggung bawah ( ORadj 19,05 ). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara nilai Visual Analog Scale ( VAS ) pagi, siang dan sore pada pekerja yang duduk di bangku dan di lantai, namun ada perbedaan bermakna antara nilai VAS pagi, siang dan sore tiap kelompok.
Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan bermakna proporsi nyeri punggung bawah antara pekerja yang duduk di bangku dan di lantai. Posisi punggung fleksi > 20º memiliki hubungan bermakna dengan nyeri punggung bawah.

Background. Low Back Pain ( LBP ) is a common complaint in workers and can reduce worker productivity. The Small and Medium Scale Enterprise is a sector that employ many workers but the government's attention to the health of worker in this sector is still low. One of the factors that influence the occurance of low back pain is sitting position in work station during work.
Purpose. In addition to know the differences in the proportion of low back pain among workers who sit on the bench with on the floor, the study also identified the relationship of the back position, length of employment and other factors with the occurance of low back pain.
Methods. The study used a cross sectional design. Data collection includes interviews, questionnaires, general and specific physical measurement and observation of the job positions.
Result. Overall from 40 respondents, the proportion of low back pain was 67,5%. Proportion of low back pain among respondents who sat on the bench was 55% while sitting on the floor was 80% but there was no significant difference between them. Sitting position and other risk factors such as age, sex, marital status, level of education, length of work, work station and body mass index had no significant association with the occurance of low back pain. In multivariate analysis, spine flexion > 20º had a significant association with the occurance of low back pain ( ORadj 19,05 ). There was no significant difference between the value of morning, noon and afternoon Visual Analog Scale ( VAS ) on worker who sat on the bench and on the floor but significant difference among morning, noon and afternoon VAS value in each group were found.
Conclusion. There was no significant difference in proportion of low back pain among respondents sat on the bench and on the floor. Spine flexion > 20º had a significant association with low back pain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parmadi Komalajaya
"Latar Belakang: Kejadian Nyeri Punggung Bawah yang muncul tiba-tiba, tidak dapat diprediksi, dan kekambuhan yang dapat sering terjadi berisiko terjadinya ketidaknyamanan serta disabilitas pada pilot yang bahkan dapat meningkatkan resiko inkapasitasi yang dapat mengancam keselamatan penerbangan. Tujuan Penelitian ialah untuk mengetahui hubungan NPB dengan faktor risiko yang dialami oleh pilot fixed-wing penerbangan komersial di Indonesia.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada pilot fixed-wing penerbangan komersial yang melaksanakan pengujian kesehatan di Balai Kesehatan Penerbang pada bulan September-Oktober 2021. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner yang telah disiapkan dan melalui rekam medis. Untuk parameter penelitian penentuan nyeri punggung bawah, digunakan kuesioner ODI (Oswestry Disability Index) bahasa Indonesia yang sudah divalidasi pada penelitian lainnya.
Hasil: didapatkan jumlah reseponden sebesar 410 orang, yang terdiri dari 394 responden laki-laki dan 16 responden perempuan. Dari keseluruhan didapatkan 24 responden (5,85%) mengalami NPB. Analisis lebih lanjut menunjukkan faktor jenis kelamin memiliki hubungan yang bermakna terhadap NPB (p = 0,01) dibandingkan dengan faktor lainnya (usia, index masa tubuh, dan total jam terbang).
Kesimpulan dan saran: Penerbang perempuan memiliki resiko lebih besar daripada penerbang laki-laki untuk mengalami NPB, sebaiknya menjaga kondisi tubuh baik dari aktivitas maupun berat badan agar dapat mengurangi resiko terjadinya NPB

Background: The incidence of low back pain that appears suddenly, unpredictable, and often relapses has the risk of discomfort and disability for pilots which can even increase the risk of incapacitation which can threaten flight safety. Aim of this study was to determine the correlation between NPB and its risk factors among fixed-wing commercial flight pilots in Indonesia.
Methods: Cross-sectional study was conducted on fixed-wing commercial flight pilots who conducting medical examination at Civil Aviation Medical Center in September-October 2021. Data collection was carried out through filling out prepared questionnaires and through medical records. For research parameters determining low back pain, the Indonesian language Oswestry Disability Index questionnaire was used which has been validated in other studies.
Results: among 410 respondents, consisting of 394 male respondents and 16 female respondents, 24 respondents (5.85%) experienced LBP. Further analysis showed that gender had a significant relationship with LBP (p = 0.01) compared to other factors (age, body mass index, and total flight hours).
Conclusions and suggestions: Female pilots have a greater risk than male pilots to experience LBP, it is better to maintain their condition both from activity and body weight in order to reduce the risk of LBP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
St. Louis: Elsevier Mosby, 2012
617.564 EVI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul Munir
"Ergonomi sebagai salah satu aspek kesehatan menjadi isu yang hangat dibicarakan oleh para praktisi manufakturing saat ini, sebab manufakturing merupakan salah satu pekerjaan yang menuntut kemampuan fisik. Pekerja bagian final packing dan part supply yang bekerja secara manual (manual handling) di industri manufacturing memiliki risiko tinggi mengalami nyeri punggung bawah. Hal ini jika tidak diantisipasi, dapat mengancam penurunan produktivitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji prevalensi nyeri punggung bawah dan faktor risiko yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah pada grup final packing dan part supply. Disain Penelitian adalah cross-sectional bersifat deskriptif analitik, berlokasi di PT X Jakarta Timur dengan besar sampel 197 orang (total sampling). Data yang dikumpulkan berasal dari kuesioner, pemeriksaan fisik, observasi lapangan dan wawancara. Untuk menjawab pertanyaan penelitian digunakan uji statistik univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian didapatkan Prevalensi nyeri punggung bawah pada pekerja final packing di PT. X adalah 14.2 % dan pada pekerja part supply adalah 10.2 %. uji statistik mendapatkan nyeri punggung bawah berhubungan dengan tingkat risiko punggung (p<0.05; OR = 4.324), kebiasaan olahraga (p<0.05; OR = 4.175), riwayat cidera punggung (p<0.05; OR = 1.451). Hasil uji multivariat menyatakan bahwa karyawan yang memiliki tingkat pajanan punggung kategori tinggi mempunyai peluang 4 kali tidak terkena nyeri punggung bawah dibandingkan dengan karyawan yang memiliki tingkat pajanan punggung kategori sangat tinggi setelah dikontrol variabel olahraga. Rekomendasi untuk perusahaan adalah penambahan alat bantu berupa pallet hidrolik dan jack lift automatic agar postur bungkuk 39° - 72° serta pekerjaan mendorong, menarik dapat dihindari.

Ergonomics as one of the aspects of health become a hotly discussed issue by manufacturing practitioners today, because manufacturing is one job that requires physical abilities. Final packing and parts supply workers work manually (manual handling) in the manufacturing industry has a high risk of experiencing low back pain, if not anticipated, could lead to decreased productivity.
Purpose of this study is to assess the prevalence of lower back pain and risk factors associated with low back pain in final packing and parts supply workers. The study design was cross-sectional descriptive analytic, located at PT X East Jakarta with a large sample of 197 people (total sampling). Data collected from questionnaires, physical examination, observation and interviews. To answer the research questions used univariate statistical tests, bivariate and multivariate.
The results of research obtained that prevalence of low back pain in final packing workers at PT. X is 14.2% and in part supply workers is 10.2%. Statistical tests have lower back pain associated with the risk level back (p <0.05; OR = 4324), exercise habits (p <0.05; OR = 4175), a history of back injury (p <0.05; OR = 1451). Multivariate test results stating that employees who have high levels of back exposure category had a chance 4 times not affected by low back pain compared with employees who have very high levels of back exposure category after a controlled exercise variables. Recommendations for the company is adding jack lift automatic and hydraulic pallet that bending posture 39 ° - 72 °, pushing and pulling job can be avoided.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31724
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Etik Ratnika Sari
"Nyeri punggung bawah merupakan salah satu keluhan yang sering dirasakan oleh ibu hamil. Keluhan ini sering dirasakan ketika sudah mendekati trimester akhir. Nyeri punggung bawah dapat mengganggu kualitas hidup ibu hamil seperti terganggu pola tidur serta terganggunya aktivitas rumah tangga. Nyeri punggung bawah pada ibu hamil perlu ditangani dengan cara yang dapat dilakukan sendiri oleh ibu hamil secara mandiri. Salah satu upaya atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri punggung bawah pada ibu hamil yaitu dengan kompres hangat. Metode yang digunakan pada penulisan ini yaitu studi kasus dengan tujuan untuk melaporkan pengelolaan kasus nyeri akut pada klien dengan menggunakan intervensi kompres hangat untuk mengurangi nyeri punggung bawah. Hasil evaluasi penerapan kompres hangat didapatkan intensitas nyeri yang dirasakan berkurang yaitu dari skala 5 menjajdi skala 2. Pemberian intervensi kompres hangat dianjurkan untuk mengurangi nyeri punggung bawah yang dialami

Low back pain is one of the complaints that is often felt by pregnant women. These complaints are often felt when it is approaching the final trimester. Low back pain can interfere with the quality of life of pregnant women such as disturbed sleep patterns and disturbed household activities. Low back pain in pregnant women needs to be treated in a way that can be done by pregnant women themselves independently. One of the efforts or actions that can be done to reduce low back pain in pregnant women is with a warm compress. The method used in this paper is a case study with the aim of reporting the management of acute pain cases in clients by using warm compress interventions to reduce low back pain. The results of the evaluation of the application of warm compresses found that the intensity of the pain felt was reduced, namely from a scale of 5 to a scale of 2. The administration of warm compress interventions is recommended to reduce the low back pain experienced"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maxwal Richard Matahari
"ABSTRAK
Tugas penanganan pasien yang dilakukan oleh perawat seringkali menyebabkan
gangguan muskuloskeletal terhadap perawat, dalam beberapa kasus didapati
bahwa banyak perawat yang mengalami Low Back Pain (LBP) karena kegiatan
manual handling dalam penanganan pasien. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisa hubungan faktor manusia dan organisasi dengan keluhan LBP pada
perawat di Rumah Sakit A, Kota B menggunakan pendekatan Human Factor
Classification Analysis System. Desain penelitian yang digunakan adalah studi
cross-sectional, dengan uji chi-square sebagai uji statistik yang digunakan, serta
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode self
reported/administered melalui kuesioner. Hasil penelitian ini menemukan adanya
hubungan yang signifikan antara faktor olahraga, pendidikan, dan masa kerja
terhadap kejadian LBP dengan masing-masing nilai p=0,019; 0,038; dan 0,04.
Selain itu hasil penelitian juga menemukan bahwa dari empat dimensi dalam
variabel unsafe supervision terdapat dua dimensi yang memiliki hubungan
signifikan terhadap kejadian LBP yaitu, dimensi inadequate supervision
(p=0,002), dan dimensi supervisory violation (p=0,047). Sedangkan dari lima
dimensi pada variabel precondition for unsafe acts, terdapat satu dimensi yang
memiliki hubungan signifikan terhadap kejadian LBP yaitu, dimensi adverse
mental states (0,016). Dan dari lima dimensi pada variabel unsafe acts, terdapat
dua dimensi yang memiliki hubungan signifikan terhadap kejadian LBP yaitu,
dimensi skill based error (p=0,007) dan routine violation (p=0,043). Sebagai
kesimpulan, berdasarkan hasil analisis menggunakan pendekatan HFACS, setiap
kegagalan dari keempat barier pencegah terjadinya insiden, tiga diantaranya
memiliki hubungan yang signifikan terhadap keluhan LBP.

ABSTRACT
Patient handling tasks performed by nurses often lead to musculoskeletal
disorders of the nurses, in some cases it was found that many nurses are
experiencing Low Back Pain (LBP) due to manual handling activities in the
handling of patients. This study was conducted to analyze the relationship
between human factor and organization with low back pain complaint on nurses
at The A Hospital, in the City of B, using human factor analysis classification
system approach. This research is design as a cross-sectional study, with Chisquare
test as the statistical test, while the data were collected trough self
reported/administered method by the questioner. Based on the results of this
study found a significant relationship between factors of exercise, education, and
years of service against the LBP incidence with each value of p = 0.019; 0.038;
and 0.04. In addition the research also found that there are two out of the four
dimensions in the variable of unsafe supervision that have a significant
relationship to the occurrence of LBP, namely, inadequate supervision dimension
(p = 0.002), and supervisory violation (p = 0,047) dimension. Meanwhile there is
one out of five dimensions from the precondition for unsafe acts variables, that
has a significant relationship to the occurrence of LBP, it is adverse mental states
dimension (p = 0.016). And there are two out of five dimensions of the unsafe
acts variables, that have a significant relationship to the occurrence of LBP
namely, skill-based errors dimension (p = 0.007), and routine violation dimension
(p = 0.043). As the conclusion, based on the analysis result through HFACS
approach, each failure of the fourth incident prevention barriers, there are three of
them were related to LBP complaint."
2015
S61310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>