Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131013 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alijon Adit
"Belanja desa belum mengarah pada pemenuhan potensi investasi yang lebih besar dan strategis sejak Dana Desa diluncurkan. Salah satu potensi investasi adalah industri perdesaan yang mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan di desa, di mana kedua hal tersebut adalah masalah yang dihadapi di perdesaan. Di luar masalah tersebut kebiasaan gotong royong sebagai modal sosial masih dipertahankan di perdesaan. Belanja pembangunan desa dan belanja pemberdayaan masyarakat memiliki porsi yang cukup besar dalam belanja desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara belanja desa dan modal sosial dengan industri perdesaan. Temuan dari penelitian ini antara lain: 1) belanja pembangunan, belanja pemberdayaan masyarakat, dan modal sosial memiliki hubungan positif dengan industri perdesaan; dan 2) jumlah industri perdesaan lebih banyak berada di desa yang mengalokasikan belanja pembangunan atau belanja pemberdayaan untuk keperluan industri perdesaan. Untuk memajukan industri perdesaan perlu penyesuaian terhadap belanja pembangunan, efisiensi belanja, dan alokasi belanja untuk keperluan industri. Pemerintah desa perlu berkolaborasi dengan pelaku usaha dalam membangun dan memberdayakan industri desa serta berperan akitf dalam pemeliharaan gotong royong dan pengembangan koperasi di wilayahnya. Kajian selanjutnya disarankan untuk menggunakan jumlah atau rasio belanja pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang digunakan untuk kepentingan industri perdesaan.

Village expenditure has not led to the fulfillment of a larger and strategic investment potential since the Village Fund was launched. One of the potential investments is rural industries that can absorb labors and reduce poverty in the village, both of which are problems in rural areas. Besides these problems, the habit of mutual assistance as social capital is still maintained in rural areas. Village development expenditures and community empowerment expenditures have a sizeable portion of village expenditures. This study aims to determine the relationship between village expenditure and social capital with rural industries. The findings of this study include: 1) development expenditures, community empowerment expenditures, and social capital have a positive relationship with rural industries; and 2) the number of rural industries is mostly in villages that allocate expenditures for rural industries needs. It is necessary to adjust the development expenditures, expenditure efficiency, and expenditures allocations for industrial purposes. The village government needs to collaborate with business actors to develop and empower village industries and actively maintain mutual assistance and develop cooperatives in the village. Further studies are recommended to use the amount or ratio of development and community empowerment expenditures that used for rural industries purposes."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fany Alyaditha
"Penelitian ini membahas sebuah karya sastra tahun 1929 yaitu cerpen yang berjudul Suami Istri (夫妇 Fūfù) karya Shen Congwen. Cerpen ini berkisah tentang penangkapan sepasang lelaki dan perempuan yang dikira bertindak asusila, dan baru diketahui belakangan bahwa mereka adalah sepasang suami istri. Dalam menyelesaikan permasalahan penangkapan dan tuduhan, hadir dua pendapat dari penduduk desa dan orang kota yang kebetulan sedang berlibur di desa itu. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya perbedaan pendapat antara orang desa dan kota, namun tidak membedah rinci seperti apa saja perbedaan itu muncul, dan juga mengarah pada kajian oposisi biner. Karena itu, penelitian ini bertujuan mengisi rumpang penelitian dengan menghadirkan perbedaan pendapat tersebut dengan mengemukakan oposisi biner yang nampak dari cerita dengan menggunakan teori oposisi biner untuk menemukan dikotomi orang kota dan desa tersebut. Siapa yang menjadi penentu penyelesaian kasus penangkapan ini, juga akan diungkap dalam penelitian ini.

This research discusses a literary work in 1929, namely a short story entitled Husband and Wife (夫妇Fūfù) by Shen Congwen. This short story revolves around the arrest of a man and a woman who were suspected do something immorally, afterwards, it turns out that they are husband and wife. In resolving the issue of capturing and punishing, there were two opinions from the villagers and the town man who was having a vacation in the village. Several previous studies have shown that there are differences of opinion between urban and rural people, but do not dissect in detail how these differences arise, and in this case also lead to a study of binary opposition. Therefore, by proposing a binary opposition that appears from the story, this research aims to fill the gap by presenting these differences of opinion using binary opposition theory to find the dichotomy of urban and rural people. The key person who will solve of this case, will also be revealed in this research.
Keywords: Husband and Wife (夫妇Fūfù) short story, the dichotomy of urban and rural people, city, village, binary opposition.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mahditia Paramita
"Profil Desa digunakan sebagai pedoman dalam proses perencanaan pembangunan desa dalam bentuk pembangunan fisik dan program peningkatan kapasitas penduduk desa. Profil desa berguna menggambarkan potensi dan tingkat perkembangan desa yang akurat dan komprehensif. Ketersediaan data yang diwujudkan dalam profil desa akan mempermudah dalam proses perencanaan pembangunan desa.
Pembangunan desa yang terencana dimulai dari membuat profil desa yang baik. Profil desa tidak hanya sekadar data dan grafik saja, namun juga harus memuat informasi yang dapat menjadi masukan untuk menyusun program pembangunan desa yang inovatif. Harapannya program – program pembangunan desa yang dibuat menjadi lebih efektif dan tepat sasaran.
Buku ini menguraikan metode serta teknik penyusunan profil desa yang bermanfaat dan mudah. Profil desa sebagai basis data desa, media promosi untuk menjaring kemitraan dalam pembangunan desa, serta cara memadukan profil desa dengan peta desa dan proyeksi masa depan. Buku ini dapat digunakan sebagai manual dalam penyusunan profil desa yang bermanfaat dan mudah.
"
Yogyakarta: Yayasan Hunian Rakyat Caritra Yogya, 2021
711.4 MAH b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Puspitasari
"Penelitian ini berfokus pada proses analisis kebijakan publik yang berbentuk undang-undang. UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa merupakan salah satu bentuk kebijakan publik nasional yang akan menjadi acuan bagi kebijakan di bawahnya. Namun setelah disahkan UU Desa diuji materiilkan ke MK dan dianggap merugikan desa adat di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deksriptif dengan pendekatan kualitatif. UU Desa lahir dari revisi UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dipecah menjadi 3 UU yaitu UU Pemerintahan Daerah, UU Pemilihan Kepala Daerah dan UU Desa.
Pembahasan pada penelitian ini meliputi empat ruang lingkup UU Desa yaitu Pemerintahan Desa, Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Dalam proses pembahasannya, UU Desa telah membuka ruang partisipasi melalui organisasi dan perwakilan masyarakat dengan dilibatkan dalam perumusan Naskah RUU hingga pembahasan melalui Rapat Pembahasan Tingkat 1 di DPR antara Pemerintah dengan DPR dan DPD.

This research aims to focus on analysis process of public policy in the form of Law Number 6 of 2014 about village as national public policy that is referred by other policies. However after being legalized, Village Law was reviewed in Constitutional Court and considered to cause the loss for indigenous traditional villages in Indonesia. The method in this research is descriptive method with qualitative approach. Village Law was born from the revised Law Number 32 of 2004 about Local Government that was divided into 3 Laws; Law on Local Government, Law on Local Government Election and Law on Village.
Discussion in this research will cover four scopes of Village Law which are Village Administration, Village Development,Rural Community Developmentand Community Empowerment. On the discussion, Village Law has given space for organization and society representatives on formulating the draft bill through Discussion Meeting Level 1 in House of Representatives with DPR and DPD.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S64453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Johanjaya
"Tulisan ini membicarakan tentang keadaan desa Majapahit berdasarkan relief Trowulan. Karena sampai sekarang, sedikit sekali pengetahuan kita tentang keadaan desa masa lampau, pada masa Majapahit khususnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali (mengidentifikasi) dari relief-relief Trowulan, benda-benda yang merupakan bagian dari suatu desa mengenali benda-benda tersebut dalam prasasti, naskah-naskah kuno dan catatan Cina yang sejaman dengan masa Majapahit, kemudian membuat uraian tentang keadaan desa pada masa Majapahit. Dalam pengolahan data telah digunakan serangkaian metode arkeologi, yaitu metode kompilasi, identifikasi, klasifikasi dan analisis khusus/konteks. Untuk melengkapi hasil analisis konteks, digunakan data kepustakaan berupa prasasti, naskab kuno dan catatan Cina. Hasil penelitian ini menunjukan, kenyataan desa pada masa Majapahit yang tidak jauh berbeda dengan keadaan desa pada masa sekarang, begitu pula halnya dengan kehidupan penduduknya. Keadaan desa Majapahit seperti halnya desa-desa pada masa sekarang terletak di lingkungan pegunungan, lembah dan sungai dengan pepohonan yang hijau terlihat dimana-mana. Bangunan tempat tinggal banyak didirikan, bahkan di pegunungan dan beberapa diantaranya didirikan tidak jauh dari sungai. Penduduk desa memanfaatkan kesuburan tanah dengan membuka lahan pertanian sebagai sumber kehidupan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djakarta : International Village for the fourth Asian-Games, 1962
992.07 WEL ;992.07 WEL (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Tatanan demokrasi desa yang berjalan secara alamiah atau yang bisa disebut sebagai kearifan lokal berkembang secara beragam di setiap wilayah di tanah air,yang pada gilirannya mendukung tesis tentang aspek “genuine” dari demokrasi yang dianggap sebagai kekhasan di Indonesia. Beberapa unsur dari substansi denokrasi desa yang dihidupkan dapat dilihat dari lahirnya Badan Permusyawaratan Desa (BPD),pemilihan kepala desa (Pilkades), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Penjelasan dan analisis terhadap persoalan-persoalan demokratisasi desa, serta potensi-potensi yang dapat dikembangkan berdasarkan kearifan-kearifan lokal yang ada di desa dapat dibaca di buku ini."
Jakarta: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI dan Inteligensia Intrans Publishing, 2019
307.762 DEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Alijon Adit
"Belanja desa masih berfokus pada pembangunan sarana dan prasarana dasar, padahal terdapat potensi investasi lain di desa. Salah satu potensi investasi adalah industri perdesaan yang mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan di desa, di mana kedua hal tersebut adalah masalah yang dihadapi di perdesaan. Di luar masalah tersebut kebiasaan gotong royong sebagai modal sosial masih dipertahankan di perdesaan. Belanja pembangunan desa dan belanja pemberdayaan masyarakat memiliki porsi yang cukup besar dalam belanja desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara belanja desa dan modal sosial dengan industri perdesaan. Temuan dari penelitian ini antara lain: 1) belanja pembangunan, belanja pemberdayaan masyarakat, dan modal sosial memiliki hubungan positif dengan industri perdesaan; dan 2) jumlah industri perdesaan lebih banyak berada di desa yang mengalokasikan belanja pembangunan atau belanja pemberdayaan untuk keperluan industri perdesaan. Untuk memajukan industri perdesaan perlu penyesuaian terhadap belanja pembangunan, efisiensi belanja, dan alokasi belanja untuk keperluan industri. Pemerintah desa perlu berkolaborasi dengan pelaku usaha dalam membangun dan memberdayakan industri desa serta berperan akitf dalam pemeliharaan gotong royong dan pengembangan koperasi di wilayahnya. Kajian selanjutnya disarankan untuk menggunakan jumlah atau rasio belanja pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang digunakan untuk kepentingan industri perdesaan."
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2022
336 ITR 7:2 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Aditya Media, 1991
307.723 KAJ
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rufina Fitri Anjani
"Potensi penggunaan media sosial bagi desa wisata di era digitalisasi ini sangatlah besar. Mempertimbangkan besarnya potensi penggunaan tersebut, Kemenparekraf menghimbau para pengelola desa wisata untuk meningkatkan adaptasi mereka terhadap media sosial. Namun sangat disayangkan, realitasnya masih banyak pengelola desa wisata yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya hal tersebut. Terbukti dari total 40 desa wisata di Kabupaten Bogor saja, baru 19 yang diketahui telah memanfaatkan media sosial. Penyebabnya adalah masih banyak pengelola desa wisata yang resisten. Terlebih lagi, kebanyakan dari mereka juga belum meyakini betul manfaat dari pengadopsian media sosial. Jika masalah ini dibiarkan tanpa upaya penyelesaian, maka akan berdampak pada timbulnya berbagai risiko kerugian jangka panjang, seperti: terhambatnya keberlanjutan pembangunan desa wisata, hilangnya peluang untuk bertahan dan pulih dari kondisi krisis pasca Covid-19, tidak mampu berkontribusi maksimal terhadap PDB, serta kehilangan atensi calon pengunjung sebesar 70% dari kegiatan search dan share. Perlu disusun rekomendasi strategi yang dapat mempercepat proses pengadopsian media sosial, khususnya untuk desa-desa wisata di Kabupaten Bogor. Namun, sebelum rekomendasi strategi dapat disusun, perlu diketahui dahulu faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi pengelola desa wisata untuk mengadopsi media sosial serta bagaimana dampak penggunaannya. Untuk tujuan tersebut, dilaksanakan studi kualitatif dengan pendekatan studi kasus tunggal embeddeed terhadap delapan desa wisata di Kabupaten Bogor yang terpilih sebagai unit analisis melalui penerapan teknik maximum variation. Model penelitian dibangun berdasarkan perspektif multi-teori guna memberikan pemahaman yang komprehensif tentang pengaruh tiap-tiap faktor adopsi sekaligus menjamin kredibilitas hasil penelitian. Secara khusus teori adopsi inovasi TOE digunakan sebagai kerangka kerja menyeluruh, sedangkan indikator di dalamnya dikembangkan melalui eksplorasi empat teori adopsi inovasi lainnya yaitu DOI, TAM, UTAUT, dan Institutional Theory. Pengolahan dan analisis data penelitian dilakukan melalui penerapan tiga tingkat pengodean yaitu terbuka, aksial, dan selektif, dengan bantuan computer-assisted qualitative data analysis software NVivo 12. Hasil studi memvalidasi perceived benefit, perceived risk, perceived compatibility, perceived ease of use, cost,top management support, member capability, financial and IT resources, competitive pressure, customer pressure, dan social influence sebagai faktor-faktor yang memengaruhi pengadopsian media sosial. Hasil studi lebih lanjut mengidentifikasi bahwa penggunaan media sosial tidak hanya memberikan dampak positif berupa manfaat, tetapi juga bisa membawa dampak negatif berupa risiko. Meski demikian, para pengelola desa wisata meyakini bahwa manfaat yang dapat diterima jauh lebih besar dan signifikan jika dibandingkan dengan risiko yang mungkin dihadapinya.

The potential use of social media for tourism villages in this digitalization era is extensive. Considering the magnitude of the potential use, the Ministry of Tourism and Creative Economy urges tourism village managers to improve their adaptation to social media. However, it is miserable that many tourism village managers are still unaware of this importance. The proof is from 40 tourism villages in Bogor Regency alone; only 19 are known to have used social media. The reason is that there are still many resistant tourism village managers. Moreover, most are also unsure of the benefits of adopting social media. Suppose this problem is left without any efforts to resolve it, it will have an impact on the emergence of various risks of long-term losses, such as delays in the sustainability of tourism village development, loss of opportunities to survive and recover from the post-Covid-19 crisis, unable to contribute optimally to GDP, and loss of attention of potential visitors by 70% from search and share activities. Therefore, it is necessary to formulate strategic recommendations to accelerate social media adoption, especially for tourism villages in Bogor Regency. However, before strategic recommendations can be drawn up, it is necessary to know what factors can influence tourism village managers to adopt social media and its impact. For this purpose, a qualitative study with an embedded single-case studies approach was carried out on eight selected tourism villages in Bogor Regency by applying the maximum variation technique. The research model is built based on a multi-theory perspective in order to provide a comprehensive understanding of the influence of each adoption factor while at the same time ensuring the credibility of the research results. In particular, the TOE framework was employed and complemented by four other innovation adoption theories: DOI, TAM, UTAUT, and Institutional Theory. Research data processing and analysis are carried out through the application of three coding levels: open, axial, and selective, with the help of computer-assisted qualitative data analysis software NVivo 12. The study results validate perceived benefits, perceived risk, perceived compatibility, perceived ease of use, cost, top management support, member capability, financial and IT resources, competitive pressure, customer pressure, and social influence as factors that influence the adoption of social media. The results of further studies identify that the use of social media not only has a positive impact in the form of benefits but can also have a negative impact in the form of risks. However, the tourism village managers believe that the benefits that can be received are more remarkable and significant when compared to the risks they may face."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>