Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196557 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakhrana Khairunnisa
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara stres dan perilaku merokok dengan efek moderasi perceived susceptibility di masa pandemi COVID-19. Desain penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental dan cross-sectional dengan partisipan penelitian sebanyak 176 partisipan yang merupakan perokok aktif berusia 19- 40 tahun. Variabel pada penelitian ini diukur dengan menggunakan alat ukur COVID-19 Stressor Scale, Perceived Susceptibility in the Smoking Context, dan Heaviness of Smoking Index (HIS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stres memiliki korelasi positif dan tidak signifikan dengan perilaku merokok di masa pandemi COVID-19 (r = 0,113, p > 0,05). Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat peran perceived susceptibility pada hubungan stres dan perilaku merokok (b = -0,006, t = - 2,263, p < 0,05).

This research aims to examine the relationship between stress and smoking behavior with the moderating effect of perceived susceptibility during the COVID-19 pandemic. The research design used was non-experimental and cross-sectional with 176 participants who were active smokers aged 19-40 years. The variables in this research were measured using the COVID-19 Stressor Scale, Perceived Susceptibility in the Smoking Context, and Heaviness of Smoking Index (HIS). The results of this research indicate that stress has a positive and insignificant correlation with smoking behavior during the COVID-19 pandemic (r = 0.113, p > 0.05). In addition, this research also shows that there is a role for perceived susceptibility in the relationship between stress and smoking behavior (b = -0.006, t = -2.263, p <0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pungkasari Wijayanti
"Situasi yang penuh tekanan seperti COVID-19 memiliki dampak yang signifikan pada khususnya dewasa muda. Salah satu dampak peristiwa tersebut misal berupa meningkatnya psychological distress, yaitu keadaan subjektif nonklinis yang menimbulkan perasaan depresi dan kecemasan. Individu dengan strategi coping yang kurang baik lantas mengembangkan perilaku makan berlebihan yang disebabkan karena keadaan emosi negatifnya (emotional eating). Salah satu faktor yang dapat mengurangi perilaku emotional eating individu adalah mindfulness. Penelitian ini kemudian mengukur hubungan antara psychological distress dan emotional eating dengan menggunakan desain korelasional Pearson. Sementara itu, efek mindfulness terhadap hubungan antara psychological distress dan emotional eating diukur menggunakan analisis moderasi. Sampel didapatkan dengan menggunakan teknik convenience sampling pada dewasa muda di seluruh Indonesia. Alat ukur self-report digunakan pada masing-masing variabel yaitu psychological distress, emotional eating, dan mindfulness. Sebanyak 225 orang partisipan berpartisipasi pada penelitian berbasis daring dengan sukarela, dengan rentang usia partisipan terbanyak adalah 19-24 tahun (M = 22.75, SD = 3.739). Hasil penelitian menunjukkan bahwa psychological distress memiliki hubungan positif yang signifikan dengan emotional eating, meskipun tidak ditemukan peran moderasi mindfulness pada hubungan tersebut.

Stressful events such as the COVID-19 pandemic has significantly brought serious impact for young adults, one of them including the increasing psychological distress. Psychological distress is a non-clinical subjective state that causes feelings of depression and anxiety. Furthermore, individuals with poor coping strategies develop overating due to their negative emotional state (emotional eating). One of the factors that may reduce the emotional eating behavior is mindfulness. This study measures the relationship between psychological distress and emotional eating using the Pearson correlational design. On the other hand, the effect of mindfulness in the relationship between psychological distress and emotional eating is measured using moderation analysis. Samples are obtained from young adults in Indonesia using the convenience sampling technique. The data is then collected using a self-report method for each variable (e.g. psychological distress, emotional eating, mindfulness). A total of 225 participants have taken part in this online-based study voluntarily, mostly aged 19-24 year old (M = 22.75, SD = 3.739). The results show that psychological distress has a significant positive relationship with emotional eating, although it is discovered that there is no moderating effect of mindfulness in the said association."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kyana Salapani Sangadi
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat antara hubungan health information scanning melalui media sosial dan perilaku sehat dengan efek moderasi perceived susceptibility terhadap penyakit kardiovaskular. Penelitian ini ditujukan kepada mahasiswa universitas di Depok yang berada dalam fase emerging adulthood (usia 18-25 tahun) dan memiliki keluarga dengan riwayat penyakit kardiovaskular. Total partisipan dari penelitian ini adalah 205 mahasiswa yang memenuhi kriteria. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat Ukur Perilaku Sehat, Persepsi Kerentanan terhadap Penyakit Kardiovaskular, dan Alat Ukur Health Information Scanning. Semua data dalam penelitian diambil secara daring. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa health information scanning memiliki dampak yang positif dan tidak signifikan terhadap perilaku sehat (r = 0,082, p > 0,05). Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa efek moderasi perceived susceptibility terhadap hubungan antara health information scanning melalui media sosial dan perilaku sehat berarah positif dan tidak signifikan (b = 0,1003, t = 1,0927, p > 0,05).

The purpose of this research is to study the relationship between health information scanning through social media and health behavior, as well as the moderation effects of perceived susceptibility towards cardiovascular disease. This research is aimed towards
students enrolled in a university in Depok who are in the emerging adulthood phase (18-25 years old) and have a family history of cardiovascular disease. The total number of participants for this study was 205 university students who met the required criteria. All of the data in this study were collected online. The results of this study indicate that health information scanning has a positive and insignificant impact on healthy behavior (r = 0.082, p> 0.05). Aside from that, this study also found that the moderating effect of perceived susceptibility on the relationship between health information scanning through
social media and healthy behavior was positive and not significant (b = 0.1003, t = 1.0927, p> 0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiyari Ayunindya Mudyaningrum
"Pandemi COVID-19 membawa berbagai perubahan dan tantangan bagi individu di seluruh dunia. Berbagai permasalahan muncul dan kemudian menurunkan kebahagiaan (subjective well-being) individu terhadap hidupnya. Salah satu aspek penting yang juga berpengaruh dalam hidup individu yaitu hubungan sosial yang di dalamnya terdapat hubungan berpacaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara subjective well-being (SWB) dengan kepuasan berpacaran pada individu dewasa muda di masa Pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif cross-sectional dengan strategi penelitian non-eksperimental. Sebanyak 222 individu dewasa muda yang menjalani hubungan berpacaran mengisi alat ukur Subjective Happiness Scale yang disusun oleh Lyubomirsky dan Lepper (1999), serta alat ukur Relationship Assessment Scale yang disusun oleh Hendrick (1988). Melalui teknik analisis korelasi, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara SWB dengan kepuasan berpacaran. Hasil lain yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sebagian besar individu memiliki SWB dan kepuasan berpacaran yang tergolong sedang. Dikarenakan Pandemi COVID-19 diasosiasikan dengan permasalahan yang berdampak negatif, individu dianjurkan untuk tetap menjaga dan/atau meningkatkan perasaan positif terhadap hidup maupun pasangan. Selain itu, individu dianjurkan untuk dapat menyelesaikan atau meminimalisir berbagai permasalahan yang dialami selama Pandemi COVID-19 secara efektif agar tidak menurunkan kebahagiaan dan kepuasan berpacaran.

The COVID-19 Pandemic brings various changes and challenges for individuals around the world. Various problems arise and then reduce the individual's happiness (subjective well-being) towards their life. One important aspect that also influences an individual's life is the social relationship, which include dating relationship. This research aims to see the relationship between subjective well-being (SWB) and dating satisfaction among young adults in COVID-19 Pandemic. This research is a cross-sectional quantitative approach with a non-experimental research strategy. A total of 222 young adults in dating relationships completed the Subjective Happiness Scale by Lyubomirsky and Lepper (1999), as well as the Relationship Assessment Scale by Hendrick (1988). Correlation analysis found that there was a positive and significant relationship between SWB and dating satisfaction. Another result obtained from this study is that most individuals have moderate SWB and dating satisfaction. Because the COVID-19 Pandemic is associated with problems that have a negative impact, individuals are suggested to maintain and increase positive affect towards life and their partners. In addition, individuals are suggested to be able to solve various problems experienced during the COVID-19 Pandemic effectively to avoid decrease lowering of happiness and satisfaction with dating."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumendap, Ann Bramanti
"Latar Belakang: Transmisi SARS-CoV-2 melalui droplet dan aerosol menyebabkan praktik kedokteran gigi memiliki risiko penularan infeksi yang tinggi sehingga menimbulkan perasaan takut bagi masyarakat untuk melakukan kunjungan untuk perawatan ke klinik gigi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan perceived susceptibility, sikap dan kepercayaan, hal-hal yang perlu diinformasikan agar pasien merasa nyaman untuk kembali ke klinik gigi, serta karakteristik sosiodemografi terhadap perilaku kunjungan ke klinik gigi di masa pandemi COVID-19. Metode: Studi cross-sectional menggunakan kuesioner online pada 420 masyarakat dewasa di DKI Jakarta yang pernah berkunjung ke klinik gigi. Hasil: Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa perceived susceptibility, sikap dan kepercayaan, hal-hal yang perlu diinformasikan agar pasien merasa nyaman untuk kembali ke klinik gigi, dan status sosioekonomi masyarakat dewasa di DKI Jakarta memiliki korelasi yang bermakna secara statistik (p<0,05) terhadap perilaku kunjungan ke klinik gigi di masa pandemi COVID-19. Dari hasil analisis regresi logistik ditemukan prediktor tidak berkunjung ke klinik gigi di masa pandemi COVID-19 adalah perceived susceptibility, sikap dan kepercayaan, dan hal-hal yang perlu diinformasikan agar pasien merasa nyaman untuk kembali ke klinik gigi. Kesimpulan: Adanya pandemi COVID-19 menyebabkan mayoritas masyarakat dewasa di DKI Jakarta tidak berkunjung ke klinik gigi. Perceived susceptibility, sikap dan kepercayaan, hal-hal yang perlu diinformasikan agar pasien merasa nyaman untuk kembali ke klinik gigi, dan status sosioekonomi masyarakat dewasa di DKI Jakarta memiliki asosiasi dengan perilaku kunjungan ke klinik gigi di masa pandemi COVID-19.
Background: The transmission of SARS-CoV-2 through droplets and aerosols causes dental practices to have a high risk of transmitting infection, causing fear for the public to visit and get treatment at dental clinics. Objective: To know the association between perceived susceptibility, attitudes and beliefs, events that need to occur for patients to feel comfortable returning to the dental clinic, and sociodemographic characteristics with dental visit during the COVID-19 pandemic. Methods: A cross-sectional study using online questionnaire of 420 adults in DKI Jakarta who had visited a dental clinic. Results: Spearman correlation test shown that perceived susceptibility, attitudes and beliefs, events that need to occur for patients to feel comfortable returning to the dental clinic, and socioeconomic status of adults in DKI Jakarta have statistically significant correlations (p<0,05) to the dental visit during the COVID-19 pandemic. Based on logistic regression analysis, it is known that the predictors of delaying dental care due to the pandemic were perceived susceptibility, attitudes and beliefs, and events that need to occur for patients to feel comfortable returning to the dental clinic. Conclusion: Majority of adults in DKI Jakarta reported delaying dental care due to the COVID-19 pandemic. It is known that the perceived susceptibility, attitudes and beliefs, events that need to occur for patients to feel comfortable returning to the dental clinic, and socioeconomic status of adults in DKI Jakarta have associations with dental visit during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mathilda Patricia Ulina
"Pada tahapan usia dewasa muda, individu sedang mengalami berbagai krisis, menentukan tujuan hidup, dan mencari makna hidupnya. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menemukan makna hidup, salah satunya adalah dengan melakukan perilaku prososial, yakni perilaku yang ditujukan untuk menguntungkan orang lain dan dilakukan secara sukarela. Namun, pada tahun 2020, Indonesia dilanda oleh pandemi COVID-19 yang memunculkan berbagai dampak dalam kehidupan manusia dan mengharuskan individu mengubah perilaku dan kebiasaannya. Individu dewasa muda merupakan salah satu kelompok usia yang terdampak oleh pandemi COVID-19. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara perilaku prososial dan makna hidup pada dewasa muda di Indonesia pasca pandemi COVID-19. Penelitian ini diikuti oleh 329 partisipan berusia 18–29 tahun yang bertempat tinggal di Indonesia. Hasil korelasi menggunakan Spearman Correlation menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara perilaku prososial dan makna hidup (r(329) = 0,282, p < 0,01, two-tailed).

During young adulthood, a person is experiencing many types of crises, explores their goals in life, and searches for meaning in life. There are numerous ways to find meaning in life and one of them is engaging in prosocial behavior. Prosocial behavior aims to benefit others and it is done voluntarily. However, in 2020, Indonesia faced the COVID-19 pandemic that brought a lot of impacts on society and forced people to change their behavior and daily routine. One of the age groups that got affected by the COVID-19 pandemic is young adulthood. Based on these findings, this study aimed to find the correlation between prosocial behavior and meaning in life among young adults in Indonesia post-COVID-19 pandemic. This study involved 329 participants aged 18–29 years and living in Indonesia. The Spearman Correlation result showed that there is a significant and positive relationship between prosocial behavior and meaning in life (r(329) = 0,282, p < 0,01, two-tailed).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nofadiana Putri Indraswati
"Pada awal tahun 2020 terjadi penyebaran virus Corona di seluruh dunia, hingga ditetapkan oleh WHO sebagai Pandemi COVID-19. Hal ini menyebabkan perubahan kehidupan masyarakat yang berdampak pada berbagai permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara respons terhadap stres yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 dan traits kepribadian dengan kepuasan perkawinan di masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Partisipan penelitian adalah 426 orang Indonesia usia 20-65 yang telah menikah. Data dikumpulkan secara online dengan alat ukur ENRICH Marital Satisfaction (EMS) Scale, RSQ (Responses to Stress) COVID-19, dan IPIP-BFM 25. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara respons terhadap stres dalam bentuk primary control engagement coping dan secondary control engagement coping dengan kepuasan perkawinan, korelasi negatif yang signifikan antara respons terhadap stres berbentuk primary control disengagement coping, secondary control disengagement coping, involuntary engagement, dan involuntary disengagement dengan kepuasan perkawinan. Selain itu, diketahui pula adanya korelasi positif yang signifikan antara trait kepribadian emotional stability dan kepuasan perkawinan, serta trait kepribadian emotional stability, agreeableness, intellect, dan conscientiousness dengan beberapa aspek dari respons terhadap stres.

In early 2020, COVID-19 spread throughout the world, until it was set by WHO as a COVID-19 pandemic. This pandemic causes some changes in people’s lives which has an impact on various problems. This study aims to look at the relationship between the responses to stress caused by the COVID-19 pandemic and personality traits with marital satisfaction during the COVID-19 pandemic in Indonesia. The study participants were 426 Indonesian married people aged 20-65 years old. Data was collected online using the ENRICH Marital Satisfaction (EMS) Scale, RSQ (Responses to Stress) COVID-19, and IPIP-BFM 25 measurement tools. The results showed a significant positive correlation between responses to stress in the form of primary control engagement coping and secondary control engagement coping with marital satisfaction, a significant negative correlation between responses to stress in the form of primary control disengagement coping, secondary control disengagement coping, involuntary engagement, and involuntary disengagement with marital satisfaction. In addition, it is also known that there is a significant positive correlation between emotional stability and marital satisfaction, as well as emotional stability, agreeableness, intellect, and conscientiousness personality traits with several aspects of the responses to stress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fironika Aprillia Bahar
"Penerapan perilaku sehat seperti konsumsi makanan sehat, olahraga, penting untuk dikembangkan sejak usia remaja, salah satunya pada Mahasiswa Universitas Indonesia untuk meminimalisir konsekuensi negatif jangka panjang yang akan terjadi di masa yang akan datang. Terdapat hal yang mempengaruhi penerapan perilaku sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek moderasi dari self-compassion terhadap hubungan antara perceived stress dan perilaku sehat. Penelitian ini melibatkan 352 partisipan dengan usia berkisar 18-22 tahun. Pengukuran perilaku sehat dilakukan melalui alat ukur perilaku sehat yang dikembangkan oleh tim payung penelitian perilaku sehat Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tahun 2016 berdasarkan indikator dari Sarafino dan Smith (2011). Pengukuran perceived stress dilakukan melalui adaptasi alat ukur perceived stress scale (PSS) oleh Cohen et al., (1983). Pengukuran self-compassion dilakukan melalui adaptasi self-compassion scale oleh Neff (2003). Data dianalisis menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) dan Pearson Correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived stress berpengaruh signifikan dengan perilaku sehat. Hasil juga menunjukkan bahwa terdapat efek moderasi yang signifikan dari self-compassion terhadap hubungan antara perceived stress dan perilaku sehat.

Healthy behaviors such as consumption of healthy food and exercise are important to be developed by people in their young age, ones of which are students at Universitas Indonesia, in order to minimize the long-term negative consequences that may occur in the future. There are things that affect the implementation of healthy behavior. This study aims to determine the moderating effect of self-compassion on the relationship between perceived stress and healthy behavior. This study involved 352 participants with ages ranging from 18-22 years. The measurement of healthy behavior was carried out through a healthy behavior measurement tool developed by the umbrella team for healthy behavior research at the Faculty of Psychology, University of Indonesia in 2016 based on indicators from Sarafino and Smith (2011). Perceived stress measurement was conducted using the adaptation of the perceived stress scale (PSS) measurement tool by Cohen et al., (1983). Measurement of self-compassion was carried out through an adaptation of the self-compassion scale by Neff (2003). Data were analyzed using Moderated Regression Analysis (MRA) and Pearson Correlation. The results showed that perceived stress had a significant effect on healthy behavior. The results also showed that there is a significant moderating effect of self-compassion on the relationship between perceived stress and healthy behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Raniaputri Hendraswara
"Hubungan sosial di tempat kerja adalah hal yang vital untuk kesejahteraan karyawan. Pengaturan kerja pada karyawan memiliki potensi untuk memengaruhi dinamika hubungan sosial karyawan. Hubungan sosial karyawan di berhubungan dengan kesejahteraan karyawan. Penelitian ini mengeksplorasi peran moderasi dari variabel persepsi dukungan sosial pada hubungan kesepian di tempat kerja dengan kelalahan emosional pada karyawan di Indonesia yang mempunyai pengaturan kerja yang beragam akibat dari adanya pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan metode survei menggunakan alat ukur adaptasi dari MBI-GS oleh Schaufeli, Maslach, Leiter, & Jackson (1981) untuk mengukur kelelahan emosional, alat ukur adaptasi WDQ oleh Morgenson & Humprey (2006) untuk mengukur persepsi dukungan sosial, dan alat ukur adaptasi LAWS oleh Wright, Burt, & Strongman (2006) untuk mengukur kesepian di tempat kerja. Hasil uji hipotesis melalui analisis regresi menggunakan PROCESS Model by Hayes di software SPSS pada 201 karyawan dari berbagai organisasi di Indonesia yang menjadi partisipan, menghasilkan temuan utama penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi dukungan sosial memainkan peran moderasi yang signifikan dalam hubungan antara kesepian di tempat kerja dan kelelahan emosional. Implikasinya menekankan perlunya perhatian terhadap aspek dukungan sosial dalam lingkungan kerja untuk mengurangi kesepian untuk bisa melindungi karyawan dari kelelahan emosional terutama dalam era kerja yang terus berubah dan bervariasi.

Social relationships in the workplace are vital to employee well-being. Employees' work arrangements have the potential to influence the dynamics of employees' social relationships. Employee social relations are related to employee welfare. This research explores the moderating role of the variable perceived social support on the relationship between loneliness at work and emotional exhaustion in employees in Indonesia who have diverse work arrangements as a result of the Covid-19 pandemic. This research is a non-experimental study with a survey method using the MBI-GS adaptation measuring instrument by Schaufeli, Maslach, Leiter, & Jackson (1981) to measure emotional exhaustion, the WDQ adaptation measuring instrument by Morgenson & Humphrey (2006) to measure perceptions of support social, and the LAWS adaptation measuring tool by Wright, Burt, & Strongman (2006) to measure loneliness in the workplace. The results of hypothesis testing through regression analysis using the PROCESS Model by Hayes in SPSS software on 201 employees from various organizations in Indonesia who were participants, produced the main research findings showing that perceived social support plays a significant moderating role in the relationship between loneliness at work and emotional exhaustion. The implications emphasize the need to pay attention to aspects of social support in the work environment to reduce loneliness in order to protect employees from emotional exhaustion, especially in an era of work that continues to change and vary."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfia Putri Rizki
"Penelitian terdahulu menyarankan perlunya mendalami sumber daya personal
(personal resource) dalam mempelajari hubungan antara tuntutan pekerjaan dan
stres kerja. Berdasarkan saran tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
menginvestigasi persepsi sisa waktu, salah satu sumber daya personal pekerja di
organisasi, sebagai moderator pada hubungan antara tuntutan pekerjaan dan stres
kerja. Penelitian ini menggunakan teori Conservation of Resources (COR theory)
sebagai kerangka teori untuk menjelaskan efek moderasi oleh persepsi sisa waktu.
Data diperoleh dengan menggunakan survei online pada pegawai negeri sipil dari
32 instansi pemerintahan di Indonesia (N=220). Data diolah dengan menggunakan
aplikasi PROCESS Hayes macro versi 3.3 di SPSS. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persepsi sisa waktu memoderasi hubungan antara tuntutan pekerjaan dan
stres kerja, di mana hubungan tersebut menjadi positif dan meningkat ketika
persepsi sisa waktu rendah dibandingkan ketika persepsi sisa waktu tinggi.
Penelitian ini membuktikan bahwa persepsi sisa waktu dapat melemahkan
hubungan positif antara tuntutan pekerjaan dengan stres kerja. Implikasi teori dan
praktis akan dibahas lebih jauh pada tulisan ini

Previous studies suggested to examine personal resources in the relationship
between job demand and job stress. This study aims to investigate the moderating
effect of perceived remaining time in the organization on the relationship between
job demand and job stress. Drawing on the Conservation of Resources (COR)
theory to explain the moderation effect, it is argued that the relationship between
job demand and job stress is weakened by perceived remaining time. Data were
collected using online survey on public sector employees from thirty-two
government institutions in Indonesia (N = 220). Data were analyzed using Hayes’
PROCESS macro version 3.3 on SPSS software. Results showed that perceived
remaining time moderated the relationship between job demand and job stress, such
that the relationship was positive and higher when perceived remaining time was
low than when perceived remaining time was high. In other words, perceived
remaining time dampens the positive relation between job demand and job stress.
Theoretical and practical implications are further discussed
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>