Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129256 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dea Letriana Cesaria
"Sastra Melayu Tionghoa adalah karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang keturunan Tionghoa di Indonesia. Pada tahun 1950-an, kebanyakan karya mereka dimuat dalam tiga majalah yaitu Star Weekly, Liberal, dan Pantjawarna. Penelitian ini melihat bagaimana nilai konfusianisme memengaruhi identitas Tionghoa Indonesia melalui teks dalam majalah tahun 1950-an. Tahun 1950-an awal merupakan tahun-tahun ketika Indonesia sudah mendapatkan kedaulatannya sebagai bangsa, tetapi Indonesia pada saat itu baru mulai untuk hidup bernegara. Pencarian identitas sebagaimana disebutkan tersebut menyebabkan konsep Indonesia pun dibangun dengan mendapatkan ̳masukan‘ dari berbagai hal yang ada di luar. Hal ini tentunya akan mengakibatkan adanya berbagai bentuk dan berbagai hal yang berbeda dari apa yang ada sebelumnya, termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai kemasyarakatan yang di antaranya adalah nilai-nilai dalam sebuah keluarga, mengingat keluarga adalah bentuk terkecil dan bentuk inti masyarakat. Penelitian ini secara khusus menumpukan perhatian pada karya cerpen yang dibahas dalam majalah-majalah tersebut. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan deskriptif dengan menggunakan sumber data dari majalah Star Weekly, Liberal, dan Pantjawarna tahun 1950—1959. Hasil penelitian menunjukkan bahwa majalah Star Weekly, Pantjawarna, dan Liberal menjadi wahana untuk mempertahankan identitas ketionghoaan. Bentuk-bentuk pemertahanan identitas dapat dilihat dari 6 aspek yaitu nama diri, tradisi/adat, pendidikan, keagamaan, nilai bakti, dan status ekonomi. Nama diri, nilai bakti, dan status ekonomi merupakan tiga aspek yang paling banyak ditemukan dalam 11 cerpen tersebut.

Chinese Malay literature is a literary work produced by authors of Chinese descent in Indonesia. In the 1950s, most of their works were published in three magazines, namely Star Weekly, Liberal, and Pantjawarna. This study looks at how Confucian values influence Indonesian Chinese identity through texts in magazines in the 1950s. The early 1950s were the years when Indonesia had gained its sovereignty as a nation, but at that time Indonesia was just starting to live as a state. The search for identity as mentioned above causes the concept of Indonesia to be built by getting 'input' from various things outside. This of course will result in various forms and various things that are different from what existed before, including social values which include values in a family, considering that the family is the smallest form and the core form of society. This research focuses specifically on the short stories discussed in these magazines. The method used is a qualitative and descriptive method using data sources from the magazines Star Weekly, Liberal, and Pantjawarna 1950-1959. The results showed that Star Weekly, Liberal, and Pantjawarna magazines became vehicles to maintain Chinese identity. The forms of identity defense can be seen from 6 aspects, namely self-name, tradition/custom. education, religion, devotional value, and economic status. Names, values of devotion, and economic status are the three most common aspects found in the 11 short stories."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luli Lusdiana Awaliah
"Tugas akhir ini membahas tentang peran organisasi Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia dalam mempertahankan kebudayaan Tionghoa di Kota Sukabumi pada tahun 2008-2019. PSMTI cabang Kota Sukabumi didirikan pada tahun 2008 oleh Robert Charly. Berdirinya PSMTI di Kota Sukabumi memiliki tujuan untuk menginventarisasi budaya Tionghoa di Indonesia. Hal ini dilakukan karena masyarakat Etnis Tionghoa di Kota Sukabumi masih memiliki rasa khawatir yang berlebih ketika menunjukan identitasnya sebagai etnis Tionghoa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh PSMTI dalam mempertahankan kebudayaan masyarakat Tionghoa di Kota Sukabumi. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa upaya yang dilakukan oleh PSMTI Kota Sukabumi dalam mempertahankan budaya Tionghoa berdampak pada kembalinya tiga pilar kebudayaan Tionghoa yang sebelumnya dilarang. Selain itu, rasa khawatir yang berlebih dari masyarakat Etnis Tionghoa di Kota Sukabumi berangsur pulih, sehingga mereka berani untuk memperlihatkan kembali identitasnya sebagai Etnis Tionghoa. Adapun upaya tersebut dilakukan dengan cara pembentukan Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI) cabang Sukabumi, membuka kursus bahasa mandarin secara gratis bagi masyarakat Kota Sukabumi, memeriahkan kembali perayaan hari besar masyarakat Tionghoa, dan pembangunan Anjungan Taman Tionghoa Sukabumi di TMII.

This final project discusses the role of the Indonesian Chinese Clan Social Organization in maintaining Chinese culture in Sukabumi City from 2008 to 2019. PSMTI in Sukabumi City branch was founded in 2008 by Robert Charly. PSMTI has goal as to take an inventory of Chinese culture in Indonesia. This activity was carried out because the Chinese community in Sukabumi City still had an inflated sense of worry when they showed their identity as Chinese ethnic. Therefore, this research intends to describe the efforts made by PSMTI to maintain the culture of the Chinese community in Sukabumi City. The research uses historical researchmethods, which consist of four stages: heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The results of this research indicate that the efforts made by PSMTI Sukabumi City in maintaining Chinese culture impact the return of the three pillars of Chinese culture, which the New Order government previously prohibited. In addition, the excessive anxiety of the ethnic Chinese in Sukabumi gradually recovered, so they dared to show their identity as ethnic Chinese again. These efforts were carried out by establishing the Sukabumi branch of the Indonesian Barongsai Sports Federation (FOBI), opening a free Mandarin language course for the people of Sukabumi City, enlivening the Chinese community's celebration day, and building the Sukabumi Chinese Pavilion Park around the complex located at TMII."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Esha Tegar Putra
"ABSTRAK
Tesis ini membahas konstruksi identitas pendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia PRRI dan Angkatan Perang Republik Indonesia APRI dalam cerpen dan roman Soewardi Idris dengan konteks peristiwa PRRI di Sumatera Barat 1958-1961 . Korpus tesis ini adalah kumpulan cerpen Diluar Dugaan 1963 , Isteri Seorang Sahabat 1963 , Antologi Cerpen Pergolakan Daerah 2008 , dan roman Dari Puntjak Bukit Talang 1964 . Dari hasil identifikasi terhadap teks ditemukan bahwa bangunan oposisi biner antara pendukung PRRI dan APRI yang membuat pemaknaan terhadap teks menjadi tunggal dan normatif. PRRI selalu hadir sebagai ldquo;pemberontak rdquo; terhadap negara sementara APRI selalu menjadi ldquo;penyelamat rdquo; negara. Oposisi biner tersebut kemudian didekonstruksi untuk menemukan perkembangan makna teks. Analisis akhir tesis ini memperlihatkan terdapat tindak represi yang dilakukan pihak APRI terhadap pendukung PRRI, keluarga pendukung PRRI, dan masyarakat. Selain itu, terkait dengan nasionalisme sebagai pusat teks, terlihat kekhasan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat yang menjadi konteks peristiwa, dalam memaknai nasionalisme.

ABSTRACT
This thesis explores the identity construction of Revolutionary Government of the Republic of Indonesia PRRI and Armed Forces of the Republic of Indonesia APRI in Soewardi Idris 39 short stories and romance, which take place within the context of PRRI in West Sumatra 1958 1961 . the Corpus of this thesis are Diluar Dugaan 1963 , Isteri Seorang Sahabat 1963 , Antologi Cerpen Pergolakan Daerah 2008 , dan Dari Puntjak Bukit Talang 1964 . After investigating the texts, it is found that there appears to be binary oppositions between PRRI and APRI, leading to a single and normative interpretation on the text itself. PRRI is always depicted as rebels while APRI is portrayed as the country 39 s savior . Such binary opposition is then deconstructed in order to find the development of the texts 39 meaning. The final analysis of this thesis aims to reveal that there were repressions committed by APRI towards PRRI supporters, their families, and the society as a whole. In addition, while the text mainly revolves around the theme of nationalism, Minangkabau society becomes a unique context that contributes to the texts 39 meaning of nationalism. "
2018
T49591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silmina
"Xiao Hong adalah salah satu penulis wanita Cina yang terkenal akan novel dan cerita pendeknya pada 1930-an. Sebagai penulis ia berperan bersar dalam membangun kembali semangat bangsa Cina melalui karya sastra. Dalam menulis karyanya Xiao Hong lebih banyak menyampaikan kritik kelemahan moral manusia sebagai tema utama dalam karyanya. Salah satu karyanya yang berjudul `Tangan` (手Shǒu) yang terbit pada tahun 1936 menceritakan perjuangan seorang gadis yang mendapat diskriminasi dari teman-teman dan gurunya di sekolah karena memiliki tangan yang hitam. Dalam cerita pendek手, Xiao Hong memberikan gambaran mengenai tokoh Wang Yaming yang berasal dari keluarga miskin berusaha untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya. Tangan hitamnya yang disebabkan oleh pekerjaan mewarnai pakaian memberikan gambaran status sosial yang menjadi penyebab utama semua permasalahan yang dihadapinya di sekolah. Penelitian ini akan menganalisis makna tangan yang kerap muncul dalam cerita pendek手dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Dari penelitian ini penulis ingin melihat bahwa tangan dan warna memiliki makna yang dapat merujuk pada status sosial dalam masyarakat Cina. Hasil analisis dalam penelitian ini akan memberikan makna serta gambaran tentang pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

Xiao Hong is one of chinese female writer known for her novels and stories in the 1930s. As a writer she played a major role in rebuilding the spirit of chinese nation .Through her literary works. In writting her works, Xiao Hong delivered more about criticism of human moral weakness as main theme. One of her novels entitled " Hand" ( 手Shou ) was published in 1936 tells about the struggle of the girl who get discrimination from his friend and teacher at school because she has dark hand. In her shortstory 手,, Xiao Hong gives description of Wang Yaming who is always obedient, enterprising and patient in facing obstacles to be able to complete her education. This research will analyze the meaning of 手 that often appear in short stories by using descriptive analytical methods. From this research, the writer wants to see that ' hand and colors ' have meaning that can refer to the social status of chinese society.The result of the analysis in this study will provide meaning and an overview of the message to be conveyed by the author."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Smitha Rania Puti
"Cerpen Shigu (事故) atau Kecelakaan adalah cerpen yang ditulis oleh Murong Xuecun pada tahun 2012. Isi dari cerpen ini menceritakan peristiwa kecelakaan yang terjadi antara Pengacara dan Petani Tua di jalan, dan juga hadirnya seorang polisi untuk penyelesaian masalah. Beberapa Peneliti pernah melakukan kajian atas cerpen ini, fokus pembahasan mereka terletak pada salah satu tokoh dalam cerpen saja dan juga latar peristiwa yang dianggap mirip dengan kasus yang pernah terjadi di Cina pada tahun 2010. Cerpen ini meski singkat, menghadirkan alur cerita dari setiap tokoh yang terlibat peristiwa kecelakaan tersebut. Gambaran tokoh dalam berlalu lintas dan sikapnya, berikut kehadiran polisi dalam menangani kejadian disajikan cukup detil oleh pengarangnya. Poin-poin ini justru belum menjadi perhatian dari penelitian terdahulu. Dengan menggunakan pendekatan instrinsik didapat kesimpulan bahwa semua tokoh yang hadir dalam peristiwa kecelakaan tersebut masing-masing memiliki kesalahan, pengarang sebagai orang yang cukup paham pada masalah hukum, nampaknya menuliskan cerpen ini sebagai bentuk kepeduliannya terhadap masyarakat dan tindak berlalu lintas.

The short story Shigu (事故) or The Accident is a short story written by Murong Xuecun in 2012. The contents of this short story tell about an accident that happened between Lawyer and Old Farmer on the road, and also the presence of a policeman to solve the problem. Several researchers have conducted studies on this short story, the focus of their discussion lies on one of the characters in the short story and also the background of events that are considered similar to the case that occurred in China in 2010. This short story, although short, presents the storyline of each character who involved in the accident. The description of the character in traffic and their attitude, along with the presence of the police in handling the incident, is presented in sufficient detail by the author. These points have not been the concern of previous studies. By using the intrinsic approach, it can be concluded that all the characters present at the accident each had mistakes, the author as a person who is quite knowledgeable about legal issues, seems to write this short story as a form of concern for the community and traffic acts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Peking: Foreign Languages Press, 1954
895.1 CON
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Peking: Foreign Languages, 1957
895.13 HOM (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Asyifa
"Cerpen Hati Seorang Budak (奴隶的心 Nuli de Xin) adalah karya yang ditulis oleh Ba Jin pada tahun 1931. Hati Seorang Budak mengambil perbudakan sebagai latar sosial cerpen. Cerpen ini menceritakan pertemanan antara Peng dan Zheng yang berbeda latar belakang keluarga. Peng adalah anak dari keluarga budak, sedangkan Zheng adalah anak dari keluarga pemilik budak. Latar belakang keluarga dan kondisi hidup yang bertolak belakang mempengaruhi karakter, sikap, cara hidup dan pandangan mereka terhadap perbudakan. Hal-hal tersebut hadir melalui dialog-dialog kedua tokoh, hampir di seluruh teks, yang dideskripsikan oleh Zheng sebagai narator cerita. Bagaimana pandangan kedua tokoh terhadap perbudakan, dan bagaimana sikap mereka dalam menghadapi perbudakan tersebut akan menjadi materi yang akan diulas dalam artikel ini. Melalui analisis tokoh dan penokohan Peng dan Zheng, dan mengupas pandangan masing-masing tokoh tentang lawan bicaranya, akan terlihat bahwa Peng sangat membenci kaum pemilik budak dan berambisi menjadi revolusioner untuk menghilangkan perbudakan, sedangkan Zheng menganggap menjadi pemilik budak adalah hal membanggakan.

The Heart of A Slave short story is the work of Ba Jin in 1931. The Heart of a Slave takes slavery as a storys social background. This story tells about a friendship between Peng and Zheng with different family backgrounds. Peng is a child of a slave family, while Zheng is a child of a family of slave owners.The difference of backgrounds and social conditions of Peng and Zheng affect their characters, attitude, the way of living, and views towards slavery. These things are present through the dialogues of the two characters, almost throughout the text,described by Zheng as the narrator of the story. How the two characters see slavery, and how they attitude facing slavery will be the focus of this article. Analyze the characterization of Peng and Zheng, and explore the views of each character about his interlocutor, will explain that Peng hates slave owners and has ambition to be a revolutionary to eliminate slavery, while Zheng assume being a slave owner is a proud thing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alifya Anandiani
"Cina pada era Dinasti Qing (1644-1912) identik dengan gaya rambut kucir yang khas bagi para pria. Gambaran tentang model rambut kucir tidak hanya dapat disaksikan dari film atau serial televisi, namun juga telah diperlihatkan dalam cerita pendek sejak periode awal kesusastraan Cina modern. Salah satu cerita pendek yang menggambarkan hal tersebut adalah cerpen yang berjudul 风波Fēngbō (Badai) karya Lu Xun, yang ditulis pada 1920. Cerpen ini mengisahkan rumor mengenai ketetapan hukum mengucir rambut menghasilkan permasalahan dalam kehidupan tokoh utama, Qi Jin. Dengan menggunakan metode kualitatif, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana sebuah rumor mengucir rambut dapat menimbulkan permasalahan, juga bagaimana kucir rambut dapat mempresentasikan identitas diri dan menjadi simbol perlawanan.

China during the Qing dynasty (1644-1912) has been known for the typical pigtails of their men. The representation of the pigtails has not only been seen in movies or television series, but also in short stories since the early period of modern Chinese literature. One of the short stories that portrayed this topic is a short story titled 风波 Fēngbō ( Storm) by Lu Xun that was written in 1920. This short story tells how a rumour about pigtails law`s decree brings a problem to the main character`s life. By using qualitative method, this paper aims to analyze how a rumor about pigtails law`s decree cause a problem and how pigtails represent individual`s identity and become a symbol of rebellion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Peking: Foreign Languages Press, 1957
895.1 DAW
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>