Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3953 dokumen yang sesuai dengan query
cover
London: Routledge, 1996
305.3 BLE (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bell, Robert R.
Englewood Cliff: Prentice Hall Inc., 1966
301 BEL p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Catharina Theresia Indirastuti
"ABSTRAK
Penelitian ini mempelajari bagaimana calabai, istilah Bugis untuk waria atau
transgender woman, menegosiasikan subjektivitas gendernya agar dapat
memperoleh posisi dalam masyarakat Bugis masa kini. Eksistensi dan peran
calabai telah diakui dalam tradisi Bugis selama beratus tahun. Perubahan sistem
sosial dalam masyarakat Bugis, terutama masuknya Islam dengan sistem seks/
gender yang dikotomis, pendidikan modern dan berubahnya sistem politik
membawa perubahan mendasar dalam konteks hidup calabai. Sebagian calabai
bertahan pada peran tradisionalnya, sedangkan lainnya memasuki peran nontradisional
dalam konteks sosial dengan sistem gender yang lebih dikotomis.
Penelitian kualitatif ini mempelajari kehidupan 12 calabai dalam beragam peran.
Dengan mengadopsi sudut pandang Michel Foucault mengenai sistem kuasa,
Judith Butler tentang performativitas gender, serta Patricia Hill Collins tentang
opresi interseksional, ditemukan bahwa subjektivitas gender dinegosiasikan secara
cair sepanjang hidup calabai. Negosiasi subjektivitas gender calabai memiliki
bentuk yang sangat beragam, tidak kaku dan linier tetapi cair dan berubah-ubah
dalam konteks hidup yang berkelindaan relasi kuasa yang beragam serta terus
terjadi dalam tahapan hidup yang berbeda-beda. Subjektivitas gender calabai
dibangun dengan tujuan yang beragam, tidak ada satu tujuan yang ideal dan stabil,
namun berwarna-warni.

ABSTRACT
The research studied how calabai, the Bugis term for transgender woman,
negotiates her gender subjectivity to own position in the current Bugis society.
Calabai?s existence and roles have been acknowledged in Bugis tradition for
hundreds years. Changes in social system, including the entry of Islam with its
dichotomous sex/gender system, modern education and changing political system
have brought fundamental changes in calabai?s life context. Some calabai hold on
to traditional roles, while others enter non-traditional roles in social context with
stricter gender dichotomy. This qualitative research studied the life of 12 calabai
with diverse roles. By adopting Michel Foucault?s viewpoint on power systems,
Judith Butler?s gender performativity and Patricia Hill Collins? intersection
oppression, the research found that gender subjectivity is negotiated fluidly in a
complex way throughout calabai?s life. Different calabai negotiate her gender
subjectivity in different ways, the process is not rigid and linear but fluid and
changing through different life context that intertwined with power relations and
through life stages. Calabai gender subjectivity is constructed with diverse aim,
there is no ideal and stable aim, but expressed in a colourful ways;"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Amalia Savitri
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada masalah konstruksi identitas dalam fenomena cross-dressing yang ditinjau melalui studi terhadap lima shoujo manga. Konstruksi identitas ini diketahui melalui bentuk ekspresi identitas, identifikasi identitas gender, serta perubahan dan fungsi dari tindakan cross-dressing. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menekankan pada penjelasan dan uraian argumentatif yang didukung dengan penelitian perpustakaan. Proses identifikasi identitas menggunakan kategori gender Bem dan konsep pertunjukan gender Butler. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam fenomena cross-dressing terdapat kecairan identitas dari pelakunya. Kecairan identitas ini digunakan pelaku cross-dressing laki-laki dan perempuan sebagai strategi mereka dalam menghadapi sistem patriarki di Jepang.

ABSTRACT
This study focused on the problem of identity construction in the cross dressing phenomenon which is reviewed through studying five shoujo manga. The identity construction is known through the form of identity expressions, the identification of gender identity, also through the changes and the functions of cross dressing acts. This study is a qualitative research which concerning descriptive argumentation supported by literature studies. Bem rsquo s gender category and Butler rsquo s concept of gender performativity is used in this study for identity identification. The results indicated that there were some fluid identities in the cross dressing phenomenon. This fluid identities are used by cross dressing performers men and women as a strategy to deal with the patriarchal system in Japan."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring Pandia, Weny Savitri
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Natalia
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Gender Diversity pada Dewan Direksi dan Dewan Komisaris dan Komisaris Independen dengan pengungkapan informasi. Adanya keragaman gender (gender diversity) dalam Dewan Direksi dan Dewan Komisaris diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengungkapan informasi kepada masyarakat melalui pengawasan yang lebih baik. Untuk menguji hubungan tersebut digunakan metode regresi linier berganda dengan menggunakan sampel sebanyak 53 perusahaan manufaktur tahun 2008, 2009 dan 2010. Penelitian menyimpulkan bahwa jumlah Dewan Direksi, ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset, dan struktur modal yang diukur dengan rasio leverage secara bersama-sama mempengaruhi pengungkapan informasi secara keseluruhan. Persentase jumlah wanita pada dewan direksi dan dewan komisaris ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi.

This study aims to examine the relationship Gender Diversity on the Board of Directors and Board of Commissioners. The existence of gender diversity in Board of Directors and Board of Commissioners is expected to improve the quality of disclosure through a better supervision. To examine the relationship, this study uses multiple linear regression method using 53 samples manufacturing companies in 2008, 2009, dan 2010. This research concludes that size of BOD, company size measured by total aset and capital structure influence the overall disclosure. Percentage number of women on Board of Directors and Board of Commissioners not significantly has influence on disclosure of information."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T34662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Relawati
Bandung: Muara Indah, 2011
305.3 RAH k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sharpe, Alex
"This book is a legal and political intervention into a contemporary debate concerning the appropriateness of sexual offence prosecutions brought against young gender non-conforming people for so-called 'gender identity fraud'. It comes down squarely against prosecution. To that end, it offers a series of principled objections based both on liberal principles, and arguments derived from queer and feminist theories. Thus prosecution will be challenged as criminal law overreach and as a spectacular example of legal inconsistency, but also as indicative of a failure to grasp the complexity of sexual desire and its disavowal. In particular, the book will think through the concepts of consent, harm and deception and their legal application to these specific forms of intimacy. In doing so, it will reveal how cisnormativity frames the legal interpretation of each and how this serves to preclude more marginal perspectives. Beyond law, the book takes up the ethical challenge of the non-disclosure of gender history. Rather than dwelling on this omission, it argues that we ought to focus on a cisgender demand to know as the proper object of ethical inquiry. Finally, and as an act of legal and ethical re-imagination, the book offers a queer counter-judgment to R v McNally, the only case involving a gender non-conforming defendant, so far, to have come before the Court of Appeal"
London: Routledge, Taylor & Francis Group, 2018
345 SHA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Linda
"Masuknya wanifa ke dalam dunia kerja membawa berbagai perubahan ke dalam kehidupan perkawinan maupun keluarga. Konsekuensi langsung dari aktivitas kerjanya adalah terjadinya perubahan atau penambahan peran bagi wanita. Wanita pekerja berlambah perannya sebagai pencari nafkah, selain peran tradisional yang dijalankan sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas kelancaran kehidupan rumah langga dan pengasuhan anak.
Perubahan/penambahan peran ini lidak hanya berdampak pada wanita, Bagi pasangannya, hal ini berdampak limbulnya kebuluhan atau tuntutan untuk menyesuaikan/mengubah peran sesuai dengan perubahan yang terjadi pada peran wanita pasangannya. Salah salu bidang kehidupan keluarga yang terkena dampak perubahan karena Wanita bekerja adalah pembagian tugas funiah tangga, termasuk pengasuhan anak yang secara tradisional menjadi tanggung jawab wanita. Reran suami sebagai pasangan wanita pekerja dalam hal ini menjadi amat penting. Para suami dituntut untuk mengubah sikapnya menjadi lebih egaliter, bersedia berbagi tugas rumah tangga, bukan semata-mata berdasarkan stereotip peran gender, tapi lebih mempertimbangkan faktor kemampuan dan kesempatan yang tersedia.
Dari penelaahan teoritis, maupun hasil penelitlan di negara-negara barat, ditemukan bahwa suami yang berorientasi peran gender egaliter lebih bersedia untuk berpartisipasi nyata dalam melakukan tugas rumah tangga dan pengasuhan anak yang secara tradisional dipandang sebagai tugas wanita. Agar wanita dapat menjalankan fungsi secara lebih efektif dalam dunia kerja, ia perlu mendapat dukungan dari suami berupa kesediaan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tugas rumah tangga. Mengingat kenyataan bahwa semakin banyak wanita Indonesia memasuki dunia kerja, maka perlu diperoleh gambaran mengenai orientasi peran gender pasangannya.
Lebih jauh ingin diketahui apakah ada kaitan antara peran gender seseorang dengan pilihan tugas rumah tangga yang dilakukannya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mendapat gambaran orientasi peran gender para suami yang istrinya bekerja dengan memanfaatkan BSRI, selain itu pilihan pekerjaan rumah tangga diteliti dengan kuesioner yang ditujukan pada 62 responden para suami yang istrinya bekerja yang dipilih secara accidental. Data diolah dengan perhitungan frekuensi dan chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara orientasi peran gender para suami tersebut dan pilihan pekerjaan rumah tangga yang dilakukan. Hal yang menarik adalah bahwa cukup banyak suami yang berorentasi peran gender androgini (49,1%) sebanding dengan yang berorientasi maskulin (50%). Namun diketahui bahwa tetap ada pemilihan pekerjaan rumah tangga yang menurut subyek seharusnya dilakukan oleh suami, suami dan orang lain, suami istri, istri serta istri dan orang lain, padahal menurut Pogrebin (1983) pemilihan pekerjaan rumah tangga lebih didasarkan pada kemampuan yang dimiliki.
Tidak signifikannya kaitan antara orientasi peran gender dan pilihan pekerjaan rumah tangga diperkirakan dapat disebabkan oleh kurang luasnya sampel sehingga skor tersebar dalam rentang yang terlalu sempit. Selain itu, hal ini memberi indikasi bahwa pandangan tradisional mengenai peran wanita masih mengakar pada para suami yang istrinya bekerja. Para suami dapat menerima kegiatan kerja istrinya, tetapi masih berpandangan bahwa urusan rumah tangga dan perawatan anak adalah tugas utama para istri yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Dengan demikian sebagian besar responden berada dalam bentuk perkawinan modern, menurut klasifikasi Dancer and Gilbert (1993)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carla Meutia
"ABSTRAK
Salah satu tugas perkembangan dewasa muda adalah memilih pasangan
hidup. Memilih pasangan hidup yang tepat sangat penting, karena akan
mempengaruhi kesuksesan dan kebahagiaan pernikahan dan kehidupan berumah
tangga kelak. Dalam memilih pasangan hidup, tiap individu mempunyai kriteria-
kriteria tertentu yang dianggap penting dan diharapkan ada pada calon pasangan
hidupnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah benar perbedaan jender
menyebabkan preferensi yang berbeda pada kriteria pasangan hidup yang
dianggap penting. lalu apakah perbedaan ideologi peran jender (tradisional atau
modern) yang dianut juga dapat menyebabkan perbedaan preferensi pada kriteria
pasangan hidup yang dianggap penting.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 buah kuesioner, yang
mengukur ideologi peran jender seseorang dan preferensinya pada 13 kriteria
pasangan hidup. Alat ini disebarkan pada 150 responden dan hasilnya diolah
melalui SPSS 6.0 dengan tehnik perhitungan statistik ANOVA 1 dan 2 arah.
Dari hasil dan analisa yang diperoleh, ternyata memang benar kalau pria
dan wanita menunjukkan preferensi yang berbeda pada kriteria pasangan hidup
yang mereka anggap penting. Pria terbukti Iebih mementingkan kriteria daya tarik
fisik dibanding wanita, dan wanita Iebih mementingkan kriteria cerdas, berpotensi
sukses, mapan, berambisi, berpendidikan, beragama sama, serta belatar belakang
keluarga jelas dibanding wanita. Terbukti juga bahwa secara keseluruhan wanita lebih pemilih dibanding pria. Untuk ideologi peran jender, ternyata antara penganut
ideologi peran jender tradisional dan modern juga memperlihatkan perbedaan
preferensi pada kriteria pasangan hidup yang dianggap penting. Penganut ideologi
peran jender tradisional lebih mementingkan masih perawan/perjaka dan berlatar
belakang keluarga jelas, sedangkan penganut ideologi peran jender modern Iebih
mementingkan kriteria cerdas, berpotensi untuk sukses, berambisi untuk maju
berprestasi, mapan (mempunyai pekerjaan, kedudukan dan penghasilan) dan
berpendidikan. Ditemukan juga pengaruh yang signifikan untuk interaksi jender dan
ideologi peran jender tarhadap preferensi kriteria ekspresif dan terbuka, dimana
berdasarkan urutan kriteria ini paling dipentingkan oleh pria modern, kemudian
wanita tradisional lalu wanita modern dan terakhir oleh pria tradisional.
Kesimpulan dan penelitian ini adaiah ternyata perbedaan jender (pria dan
wanita) dan perbedaan ideologi peran jender (tradisional dan modern)
menyebahkan perbedaan preferensi kriteria pasangan hidup yang dianggap penting,
dan juga ditemukan ada perbedaan preferensi kriteria pasangan hidup yang
disebabkan oleh interaksi antara perbedaan jender dan perbedaan ideologi peran-
jender.
Saran dari penelitian ini, bila ingin dilakukan penelitian Ianjutan, bisa diteliti
variabel Iain yang mungkin berpengaruh pada preferensi kriteria pasangan hidup
seperti variabel : tingkat sosial ekonomi, agama, suku, pendidikan, generasi, dan
wilayah tempat tinggal. Untuk kriteria yang dibandingkanpun bisa ditambahkan
dengan kriteria seperti pandai memasak, mendapat persetujuan orang tua atau
berasal dari suku yang sama.
Diharapkan hasil penelitian ini bisa jadi masukan yang bermaanfaat
terutama untuk para dewasa muda yang sedang mencari atau memilih pasangan
hidup yang tepat, demi kebahagiaan dan kesuksesan pernikahan dan kehidupan
berumahtangganya kelak."
1998
S2711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>