Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113536 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Mudjab Mahalli
Jakarta: Pustaka Al Husna , 1987
297.12 MUD k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Mutiara, 1979
297.122 POL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yusuf Musa
Yogyakarta: Tiara Wacana , 1991
297.01 YUS a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hizbullah
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan relasi makna Allah, Ilah, dan Rabb di dalam Al-Quran. Teori yang digunakan adalah Lyons (1977,1995), Nida (1995), dan Cruse (1986,2000). Data penelitian ini diperoleh dari Al-Quran.
Di dalam penelitian ini dibahas komponen makna yang dimiliki oleh masing-masing kata Allah, Ilah, dan Rabb. Atas dasar komponen itu, penelitian ini menentukan bentuk relasi makna yang terjadi antara ketiganya. Relasi makna itu juga menjadi dasar bagi terbentuknya konfigurasi hierarkis ketiga kata tersebut.
Makna sebuah kata dapat ditentukan dengan menguraikan komponen maknanya. Komponen itu terdiri atas komponen umum, komponen diagnostik atau pembeda, dan komponen suplementer. Komponen itu berguna untuk menentukan bentuk relasi yang tesjadi antar kata. Dengan melibat kepada relasi makna itu, ditentukanlah struktur hierarkis kata-kata Allah, Ilah, dan Rabb.
Di dalam Al-Quran, Allah merupakan kata kunci bagi konsep teologi Islam. Kata itu memiliki makna utama sebagai Ilah dan Rabb. Ilah berarti 'Sembahan' dan Rabb berarti `Penguasa'. Keduanya merupakan komponen utama bagi Allah. Adapun Ilah dan Rabb masing-masing memiiki komponen utama; komponen diagnostik, dan komponen suplementer yang menjelaskan maknanya. Kedua kata itu memiliki perbedaan makna, sekalipun terdapat kesamaan komponen makna yang terbatas antara keduanya, yaitu komponen +kasih sayang, +berkuasa, dan +agung. Kesamaan komponen itu membuat keduanya bemelasi secara tumpang final, di samping keduanya merupakan sinonim dalam ranah yang terbatas oleh karena Allah memulia makna yang lebih generik, maka kata itu menjadi superordinat pada struktur kata yang terbentuk. Sedangkan Ilah, dan Rabb tercakup atau terinklusi dan berada di bawah Allah sebagai hiponim.

The aim of this study was to describe meaning relations of Allah, Ilah, dan Rabb in the Holy Koran. The theories used by writer were Lyons (1977,1995), Nida (I995), and Cruse (1986,2000). The data was taken from Holy Koran.
This study discussed meaning components belonged by each word of Allah, Ilah, and Rabb. Based on the components, this study determined the forms of meaning relations among them. The meaning relation became basis of hierarchical configuration form among the words Allah, Ilah, and Rabb.
Explaining its component the components consisted of general, diagnostic, and supplementary components could determine the meaning of a word. They were useful for determining interrelated word forms. By seeing meaning relations, the hierarchical structures of Allah, Ilah, and Rabb could be determined.
In the Holy Koran, Allah was a key for theology concept of Islam. It had major meaning as Ilah dan Rabb. Ilah meant 'object or person worshipped' and Rabb meant 'authority'. Both Ilah and Rabb were major components for Allah. They had their own major components, diagnostics, and supplementary components. Both Ilah and Rabb had different meanings, even though there were similarities that were affection, almighty, and majesty. The similarities of those components made them overlapped, besides that, Ilah and Rabb were synonym in limited domain As Allah had a generic meaning, the word Allah became super ordinate in the formed structure. The words Rah, dan Rabb were hyponyms of Allah.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11701
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saifullah Kamalie
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan padanan preposisi bahasa Arab 'ala dan Prep li dalam bahasa Indonesia dengan berpedoman pada makna kedua preposisi tersebutdalam bahasa sumber sebagai faktor kontekstual yang mempengaruhi perpadanannya dan pada unsur bahasa yang berada di sekitar preposisi tersebut sebagai faktor ko-tekstual yang juga mempengaruhi perpadanannya. Data diambil dari Al Qur'an dan Terjemahnya, yaitu terjemahan AI-Qur'an versi Departemen Agama cetakan Madinah, Saudi Arabia. Dad sumber data tersebut lerkumpul 4208 korpus data yang terdiri atas 1445 'ala dan 2763 li, masing-masing dengan padananannya. Temuan dari penelitian terhadap kedua preposisi bahasa Arab ini adalah bahwa dari sembilan buah makna Prep 'ala, ditemukan hanya enam makna yang lerdapat di dalam Al-Qur'an, yaitu (1) Al-Isti'1a; (2) semakna Prep (3) Al-Ta'ffs (4) semakna Prep ma 'a, (5) semakna Prep min dan,(6) semakna Prep bi Sementara dari dari 30 buah makna, dalam korpus ditemukan hanya 21 buah makna, yaitu: (1) Al-Milk, (2) Al Tamlik, (3) Syibh AI--Milk, (4) Syibh Al-Tamlik (5) Al-T?lil (6) Al-Tabyin, (7) Al-Ta'diyah, (8) Al-5ayrurah. (9) Al-Tablig (10) semakna Prep ila, (11) semakna Prep 1% (12) semakna Prep 'an, (13) semakna Prep 'ala, (14) semakna Adv 'inda, (15) semakna Adv ba'da, (16) semakna Prep min, (19) Al-Tab 'id, (18) Kay, (19) AI-Juhud, (20) AI-Tagwiyah, dan (21) semakna Prep bi. Juga ditemukan bahwa mayoritas padanan kedua preposisi tersebut sama-sama berbentuk preposisi. Sebanyak 898 buah padanan Prep 'ala sama-sama berbentuk Prep, yaitu 62% dari total 1445 kali kemunculan Prep 'ala, dan sebanyak 1653 buah padanan Prep li sama-sama berbentuk Prep , yaitu 60% dari total 2763 kali kemunculan Prep li. Dengan adanya padanan yang sejajar ini, banyak ditemukan transferensi baik pada tataran frasa, maupun pada tataran klausa atau kalimat. Hal itu sebagai akibat penerjemahan kedua Prep tersebut secara harfiah. Dari temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh bahasa Arab dalam penerjemahan Prep 'ala dan Prep li cukup kuat. Dan bila berpedoman pada pendapat Nida dan Taber (1974:12) bahwa 'the best translation does not sound like a translation', maka Al-Qur'an dan Terjemahnya masih jauh dari kriteria tersebut Untuk itu, prinsip ?terjemah Al-Qur'an tidak boleh mengikuti teori dan teknik terjemah menuruf ahli bahasa Indonesia? sebagaimana yang disampaikan oleh salah seorang anggota ?Dewan Penterjemah?' perlu ditinjau ulang, karena sasaran terjemahan tersebut adalah masyarakat Indonesia. Bila Nida dan Taber (1974:173) berpendapat bahwa tidak ada pujian yang lebih baik bagi seorang penerjemah daripada ucapan ?I never knew before that God spoke my language?, maka bila kaidah dan rasa bahasa Indonesia turut dipertimbangkan dalam penerjemahan Al-Qur'an, umat Islam Indonesia akan mengatakan 'Saya tidak mengira sebelumnya bahwa Allah berbahasa Indonesia'.

This study attempts to describe the Indonesian equivalents of the Arabic prepositions 'a/a and Ii This attempt is based on (1) the meanings of those prepositions in the source language as contextual factors that influence the equivalency and (2) language elements around those prepositions as co-textual factors that also influence the equivalency. The data was taken from Al Qur'an dan Terjemahnya, the authorized translation of al-Qur'an done by Indonesia's Department of Religious Affairs. In the data, 4208 examples were found consisting of 1445 occurrences of 'a/a and 2761 occurrences of l; with their equivalents. A survey of the literature uncovered nine total meanings for 'ala and thirty for ti. Of the nine possible meanings of the preposition ala, only six are found in al-Qur'an. They are: (1) al-Isti'la; (2) equivalent to preposition if, (3) al-Ta 'lil, (4) equivalent to preposition ma 'a, (5) equivalent to preposition min and (6) equivalent to preposition bi. Of the thirty total meanings of the preposition li, twenty appear in al-Qur'an. They are: (1) al-Milk, (2) al-Tamlr7r, (3) Syibh al-Milk, (4) Syibh al-Tamlik, (5) al-Ta'lil, (6) al-Tabyin, (7) al-Ta 'diyah, (8) al-Sayrurah, (9) al-Tabyin, (10) equivalent to preposition ilia, (11) equivalent to preposition fi, (12) equivalent to preposition an, (13) equivalent to preposition 'ala, (14) equivalent to adverb 'inda, (15) equivalent to adverb ba 'da, (16) equivalent to preposition min, (17) kay, (18) al-Juhud, (19) al-Tagwiyah, and (20) equivalent to preposition bi Indonesian equivalents of 'ala and li are mostly prepositions. 62% of all occurrences of 'ala and 60% of all occurrences of li are prepositions. From this formal correspondence, I found transference not only at the phrase level, but also at the clause and sentence level. That is the result of literal translation. This adherence by the translators to the grammatical as well as semantic properties of the original somewhat constrains the result in Indonesian. According to Nida and Taber (1984:12) ?the best translation does not sound like translation?, The AI-Qur'an dan Terjemahnya fails that test. We need to reconsider the validity of the principles underlying the translation of sacred literature to free it from rigid linguistic formalism and provide a rationale that will influence a new generation of translators by giving them the freedom to express the essence of the massage without being tied to the 'letter of the law'. Nida and Taber (1974:173) said there is no better compliment for a translator than to have someone say,"I never knew before that God spoke my language", If the principle and taste of Indonesian are also considered in translating al-Qur'an, Indonesian Moslem will say, "I never knew before that Allah spoke lndonesian"."
2000
T3683
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tudjimah
Djakarta: Balai Pustaka, 1965
297.122 TUD k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Darwis Hude
"Penelitian ini bermula dari pengamatan Penulis pada kalangan penghafal Al-Quran (huf az) yang mengalami kesulitan dalam menyambung urutan-urutan ayat Al-Quran di dalam peta mentalnya, terutama antara akhir ayat dengan awal ayat berikutnya dan antara ujung ayat di suatu halaman dengan ayat pada halaman berikutnya. Padahal menghafal Al-Quran adalah menyalin seluruh 6.236 ayat (lebih dari 600 halaman) ke dalam memori secara persis, dan dengan pengungkapan yang lancar serta persis pula. Ada dua variabel di antara sejumlah variabel yang diduga dapat menjawab kesulitan tersebut : penggunaan metode menghafal Pisah-Sambung dan pengaturan takrir (pengulangan hafalan).
Metode Pisah-Sambung atau dalam istilah Bahasa Arab "zwaqaf summa wasal" berbasis pada Metode Bagian (Part Method, Tariqatul juz'iyah) yang diharapkan sama kuatnya dengan Metode Global (Whole Method, Tariqatul Kulliyah). Sedangkan pengaturan takrir didasarkan pada teori H. Ebbinghaus tentang retensi dan lupa menurut perjalanan waktu. Tujuan penelitian adalah mencoba melihat penggunaan metode menghafal Pisah-Sambung dan pengaturan takrir terhadap kelancaran hafalan Al-Quran.
Subyek penelitian dipilih secara purpossive sampling dari mahasiswa Institut PT IQ Jakarta tahun pertama. Karakteristik sampel antara lain : IQ Rata-rata dan nilai bahasa Arab antara 60-70 pada nilai tes masuk Institut tersebut.. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu (quasi-experimental) dengan disain faktorial dua kali dua. Sedangkan untuk analisis data digunakan Analisis Varian Satu-Jalur (One-Way Anova). Uji kebermaknaan (signifikansi) melalui uji-t, uji-F, dan uji-Scheffe.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode menghafal Pisah-Sambung dan pengaturan takrir secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna pada α = 0,05 baik untuk waktu singkat (sekitar setengah hari sesudah perlakuan) maupun untuk waktu lama (seminggu kemudian). Sementara jika hanya menggunakan metode menghafal Pisah-Sambung saja tanpa pengaturan takrir temyata tidak menimbulkan pengaruh yang bermakna untuk waktu singkat, tapi bermakna untuk waktu yang larva. Sebaliknya, jika hanya ada pengaturan takrir tanpa metode menghafal Pisah-Sambung maka hasilnya bermakna untuk waktu singkat, namun tidak bermakna untuk waktu yang lama.
Kesimpulan, penggunaan metode menghafal Pisah-Sambung memperkuat hafalan subyek, sedangkan pengaturan takrir memperlancar hafalan subyek saat itu. Penggabungan keduanya memberi hasil lebih baik. Pengaturan rakrir dengan frekuensi lebih sering dilakukan segera setelah suatu materi dihafalkan. Saran, perlu ada studi lanjut tentang masalah ini dan seputar penghafalan Al-Quran dengan sampel yang lebih besar dan luas melalui true experimental research."
1996
T2291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Syihabudin
"Nasakh mengandung dua pengertian pokok, yaitu "pembatalan" dan "pengkhususan". Yang dimaksud "pembatalan" adalah pemba talan suatu hukum (seluruh kemungkinan ketentuan yang dicakup oleh suatu hukum). Adapun "pengkhususan" adalah pembatalan sebagian ketentuan yang terdapat dalam suatu hukum. Nasakh "pengkhususan" meliputi tiga metoda analisis nash-nash yang secara permukaan menampakkan adanya ta'arudi (konntradiksi). Ketiga metoda tersebut dikenal dalam Ushul al-Figh dengan kaidah-kaidah takhsish al-'am (pengkhususan suatu hukum yang bersifat umum), taqyid al-muthlaqah (penetapan suatu hukum dengan syarat tertentu atau pembatasan suatu hukum dengan sifat tertentu) dan tabyin al-mujmal (penjelasan suatu hukum yang bersifat samar atau pembatasan suatu hukum yang mengandung kesamaran). Penerapan Nasakh "pembatalan" dipersyaratkan memenuhi ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T41368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Intermasa, 1993
R 297.1225 QUR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>