Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4119 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dicenso, James J.
London: Routledge, 1999
150.19 DIC o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jung, C.G. (Carl Gustav), 1875-1961
"Buku ini berisi tentang psikoanalisis mengenai myth of the divine child and the mysteries of eleusis."
London: Routledge, 2002
150.195 4 JUN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Peel, Robert
New York: Henry Holt, 1958
289.5 PEE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lilawati Kurnia
"Seren Taun is a ritual ceremony and celebration, which is practiced in West Java by the Sundanese. It is similar to Thanksgiving in many countries. The village Cigugur, located 3 km west of Kuningan, is the focus of the paper, because the Seren Taun celebration there has been a major event and received a lot of attention from the media, government, and scholars. Many non-Javanese traditional celebrations were repressed during the Suharto era and traditional beliefs were either also repressed or co-opted into one of the five official religions. During the post-Suharto era, the spirit of reformation has brought diversity of more than 300 ethnic groups onto the surface. With the aim to preserve and maintain the tradition of Seren Taun, but as well as to preserve the identity and collective memory of the community, Djatikusumah, chairman of PACKU, has in these recent years developed several policies, concerning traditional art performances, buildings/sites used for ceremonies, and the batik motives that were taken from woodcarvings in the Paseban hall. This paper will explore the intersection between the role of Djatikusumah as an agency and the culture industry he invented."
Depok: University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tylor, Edward B.
New York: Harper Torchbooks, 1958
572 TYL r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Singleton, Andrew
Los Angeles: SAGE, 2014
306.6 SIN r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pam Nilan
"ABSTRAK
Indonesian youth culture is sometimes depicted through a moral panic discourse about mixed sex socializing. In this article, the authors challenge that view by presenting some ethnographic material on young Muslim Indonesians of both sexes socialising in an internet café and gathering during Ramadhan in a mall in Solo, Central Java. Young Indonesians enact everyday youth culture through the negotiation of space, time, and technology within the strong discourse of moral propriety and gender separation advised by contemporary Islam. The intense social bonding between same sex age peers provides security and reassurance for young men and women in the transition to adulthood. Technology is now integral to this bonding."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2014
909 UI-WACANA 15:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Washington, D.C.: The council for research in values and philosophy , 2002
909.099 9 VAL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nengah Bawa Atmadja
"Artikel ini merupakan hasil penelitian kualitatif memakai paradigma teori sosial kritis. Masalah yang dikaji adalah genealogi porosan dan maknanya bagi agama Hindu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bertumpu pada paradigma interpretatif dan paradigma teori sosial kritis (Ritzer, 2012). Objek kajiannya adalah porosan sebagaimana yang digunakan pada canang sari.Hasil kajian menunjukkan bahwa porosan adalah simbol berbentuk budaya agama hibrida. Artinya, porosan merupakan campuran antara tradisi mengonsumsi sirih pinang (nginang) dan pemujaan terhadap Tri Murti. Hal ini dapat diabstraksikan dalam gagasan, yakni porosan/canang = pinang + sirih + kapur = merah + hitam/hijau + putih = Brahma + Wisnu + Siwa = Pencipta + Pemelihara + Pelebur = A+ U + M = OM = Tuhan. Porosan harus ada pada sesajen antara lain canang sari. Pemakaian porosan tidak saja bermakna keagamaan, tetapi juga teologi sosial, yakni pedoman bertindak mengikuti Tri Murti guna menciptakan kebudayaan berbasiskan aksiologi Hindu, yakni satyam, sivam dan sundaram. Dengan demikian terbentuk suatu budaya yang menjunjung tinggi harmoni sosial, ekologis dan teologis."
Denpasar: Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Masyhuri
"Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang hubungan agama dan negara pada dasarnya bertititik tolak pada kerangka membangun masyarakat bangsa melalui faham kebangsaan, artinya dalam berbangsa dan bernegara, ia harus dipahami dalam kerangka nasional. Begitu juga pengertian menyeluruh tentang syari'at islam, dalam pandangan Abdurrahman Wahid masalah i'tiqadi'ah dipahami sebagai wilayah politik untuk memperjuangkan ideologi negara, mu'amalah dipahami sebagai upaya memperjuangkan hak-hak warga negara melalui Undang-Undang Dasar 1945, dan akhlaqiah dipahami sebagai upaya berdakwah dengan moralitas. Oleh karena itu, negara yang menjadi keyakinan mayoritas penduduk Indonesia merupakan wilayah privat yang tidak boleh diinterversi atau disubordinasi oleh negara, begitu juga negara, sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh UUD 1945, harus benar-benar dilaksanakan untuk memperjuangkan hak-hak berkeyakinan dalam kerangka pembangunan nasional.
Adapun konsepsi tentang hubungan agama dan negara Rebublik Indonesia, dalam pemahaman Abdurrahman Wahid dirumuskan dalam tiga bahasan pokok, yaitu : Pertama, finalisasi Pancasila sebagai ideologi negara, karena perjuangan mengenai ideologi tersebut, pada dasarnya bukan didasarkan pada unsur keterpaksaan umat Islam, melainkan didasarkan pada kesadaran yang diwujudkan sebagai penghormatan untuk bersama membangun masyarakat bangsa. Kedua adalah mengenai hubungan simbiotik antara agama dan negara, yang dimaksudkan untuk menjaga hubungan secara proporsional, artinya warga negara tidak boleh mencari legitimasi keagamaannya kepada pemerintah, begitu juga sebaliknya pemerintah tidak boleh mencari legitimasi politiknya kepada agama tertentu, terlebih ia tidak boleh mempolitisasi agama sebagai kendaran politik. Ketiga adalah mengenai konsep pribumisasi Islam yang dimaksudkan untuk mempermudah implementasi hukum Islam menjadi negara tanpa tercerabut dari budaya lokal (bangsa). Sedangkan demokrasi yang dipraktikkan oleh negaranegara Barat adalah tergolong sekuler, yaitu ia dipahami sebagai semangat untuk memisahkan urusan agama dan negara. Implikasi negara yang berfaham sekuler adalah negara tidak satu sen pun mengeluarkan uang untuk kepentingan agama, yang berarti keberadaan seperti Departemen Agama, Peradilan Agama, urusan Haji, dan kurikulum agama dalam semua jenjang pendidikan harus dihapuskan.

The thoughts of Abdurrahman Wahid about state and religion are basically based on the framework to built nation society through nationalism, in which nation and state. Islam has to be understood in national framework. The complete meaning of Islamic Shari'a, in the Wahid's opinion, has a various meaning. The meaning of theology is understood as political region or struggling for the state ideology, mu'amalah (transaction) can be understood as struggling effort for civic rights through UUD 45 and morality can be understood as teaching effort by morality. Therefore, Islam becoming Indonesian's belief as private matter may not be intervened and subordinated by state, as well as state, according to constitutional law (UUD 45), has to really conduct the struggle for civic right to national development.
And the conceptions of Republic Indonesia and Islam relation, according to Abdurrahman's opinion, are formulated in three fundamental discussion, that concern to finalizing Pancasila as state ideology, because the struggle of ideology basically not relied on compulsory from Muslim, but based on a awareness realized as respect to develop nation state together. Matter is symbiotic relation the second between state and Islam to remain to take care of intercourse proportionally, so citizen may not look for its religious legitimacy to certain religion, particularly he may not make religion as political desire. The third matter is concept "pribumisasi Islam" intended to facilitate implementation of Islamic law as state law. While democracy foundation practiced by western countries is assumed secular, comprehended as spirit to develop political system. The implication of state, which has a secular method that they will not participate to the religion case, such as Department of Religious Affairs, Personal Islamic Court, and the religion curriculum in all education ladders have to be abolished.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>