Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1989 dokumen yang sesuai dengan query
cover
West, Paul
New York: Charles Scribner, 1995
813.54 WES t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"The study aimed to reveal the role of literary work, especially a novel in reflecting the social fenomena, the juvenile delinquency in the twentieth century. The data source was an English novel 'Clockwork Orange' written by Anthony Burgess. The research applied library research by using reflection theory introduced by George Lukacs. Analysis was pesented in three part, those were the identification of major character, social setting, and the reflection of juvenile delinquency. The findings were as follows, first, the major character was Alex as his high intensity in all the events that build the whole story. Second, the social setting described the life of teenagers, especially the juvenile delinquency as racial fenomena in society. Third, the role of literary work in revealing the problem above faced by the twentieth century society. Finally, it can be concluded that the literary work has played a very important role in revealing the social fenomena."
LINCUL 8:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alifya Maheswari Putri W.
"Pandangan sosial, termasuk yang terdapat dalam media massa seperti buku dan film, sering menggambarkan bahwa menstruasi adalah sesuatu yang menjijikkan, berbahaya, dan bisa mengontaminasi. Banyak akademisi sudah menulis tentang representasi isu menstruasi dalam sastra atau membandingkan representasi tersebut dalam dua teks media berbeda. Namun, sejauh ini belum ada literatur yang membandingkan representasi isu menstruasi dalam dua karya sastra dengan genre, konteks sosiokultural, dan bahasa yang berbeda. Karena itu, penulis memilih dua teks sastra dengan aspek-aspek berbeda tersebut untuk membandingkan representasi menstruasi di dalamnya: “Darah,” cerpen horor feminis oleh Intan Paramaditha dan The Red Tent, novel fiksi sejarah oleh Anita Diamant. Artikel ini bertujuan membandingkan dua karya sastra berbeda yang menggambarkan menstruasi sebagai subjek yang menimbulkan reaksi ambivalen dari pihak-pihak yang mengalaminya serta masyarakat di sekitarnya. Melalui metode analisis tekstual dan teori abjection Julia Kristeva sebagai kerangka teori, artikel ini menyimpulkan bahwa menstruasi—sebagai fungsi biologis perempuan (female)—dapat dipandang dan diperlakukan dengan cara yang sangat berbeda, tergantung tempat, waktu, dan konteks sosiokulturalnya. Faktor-faktor ini kemudian memengaruhi bagamana seorang perempuan memaknai pengalaman menstruasinya.

Mainstream societal views as well as various media including books and movies often maintain that menstruation is disgusting, harmful, dangerous, and contaminating. Many scholars have written about the representation of menstruation in literature or compared the representation of menstruation in two similar media texts. However, there is little to no research yet on literature that compares the representation of menstruation in two literary works from different genres, sociocultural contexts, and languages. In order to fill that gap, the author chose “Darah,” a feminist horror short story by Intan Paramaditha, an Indonesian author, and The Red Tent, a historical fiction novel by Anita Diamant, an American author. This article aims to compare the two fictional literary works which represent menstruation as a subject that provokes ambivalent reactions from the persons experiencing it and the society surrounding it. Through close reading with the textual analysis method and applying Kristeva’s theory of abjection as a critical lens, this article finds that menstruation as a female biological function can be viewed and treated very differently in various times and places according to their respective sociocultural contexts, which directly affects how a woman perceives her experience of menstruation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amando, Jorge
"Explores the life of Pedro Archanjo, a mulatto man who spent his life fighting prejudice"
New York: Knopf, 1971
869.3 AMA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Shinta D. Yahya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis interferensi dalam novel A Clockwork Orange karya Anthony Burgess. Dalam analisis ditemukan 150 kata Bahasa Rusia, diantaranya terdapat 85 kata benda, 18 kata sifat, 5 kata bilangan,36 kata kerja dan 6 kata yang tidak terinterferensi.
Dari kata-kata yang telah dianalisis, interferensi yang ditemukan di dalam kelas kata benda adalah interferensi gramatika begitupun dengan kelas kata kerja. Sementara itu dalam kelas kata bilangan interferensi yang terjadi adalah pembedaan yang berlebih pada fonem. Lalu, dalam kelas kata kerja interferensi yang dominan adalah interferensi penafsiran kembali terhadap perbedaan.

This research aimed to identify any kinds of interferences of Russian words in the novel A Clockwork Orange by Anthony Burgess. 150 words have been found based on analysis. They consist of 85 nouns, 18 adjectives, 36 verbs, 5 numerals an 6 not include in interferences.
Based on analysis, the interference found both in the noun and verb is grammatical interference. Meanwhile, Overdifferentation of phonems is the interference found in numeral. Moreover, dominant interference found in verb is Re-interpretation of distinctions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teraya Paramehta
"Adaptasi adalah sebuah dilema kontemporer dimana sebuah karya adaptasi seringkali dinilai berdasarkan kesetiaan maupun ketidak setiaannya terhadap karya sumber. Novel A Clockwork Orange yang ditulis oleh Anthony Burgess pada tahun 1962 diadaptasi ke layar lebar oleh sutradara Stanley Kubrick pada tahun 1971. Setelah dilayarputihkan, A Clockwork Orange menuai banyak kontroversi seputar permasalahan kekerasan karena banyak kasus kriminal yang kemudian mengikuti A Clockwork Orange baik di Amerika dan Inggris. Hal ini merupakan efek kultural yang diakibatkan oleh sebuah proses adaptasi. Perbedaan konvensi sastra (novel) dan film yang berbeda menghasilkan makna tematis dan ideologi yang berbeda.
Fenomena ini menarik penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang esensi kekerasan secara tematis dan ideologis yang terdapat dalam baik novel dan film A Clockwork Orange. Karena alasan inilah penulis memilih tema kekerasan (yang dalam A Clockwork Orange disebut dengan "ultra-violence") dalam film dan novel A Clockwork Orange sebagai corpus penelitian, dan menggunakan teori adaptasi George Bluestone dari buku Novels into Film (1957) dan pendekatan obyektif (New Criticism) dari Kenneth Burke. Dalam buku Novels into Film (1957).
Dikemukakan bahwa perbedaan medium novel dan film pasti menghasilkan perbedaan pemaknaan. Namun perbedaan pemaknaan tersebut bukan hanya dari mutasi narasi novel ketika diadaptasi ke film, tetapi juga dari pemaknaan visual.
Penulis melakukan penelitian ini dengan membandingkan novel dan film secara tematis, dan kemudian melihat pesan ideologis novel dan film yang muncul dari perbedaan tematis tersebut. Novel A Clockwork Orange secara tematis menunjukkan bahwa kekerasan merupakan sebuah bagian dari fase proses pendewasaan seseorang. Hal ini dapat dilihat dengan menganalisa tiga hal dalam novel.
Pertama, penokohan karakter utama Alex yang menunjukkan bahwa Alex adalah seorang remaja pemberontak.
Kedua, setting pada novel yang menunjukkan keadaan distopia sebagai latar belakang pendukung kekerasan yang dilakukan Alex.
Dan ketiga, plot novel yang memiliki struktur yang dapat diinterpretasi sebagai simbol pendewasaan seseorang.
Analisis tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa kekerasan dalam novel A Clockwork Orange dilihat sebagai sebuah bagian fase pendewasaan seorang remaja pemberontak seperti Alex. Hal tersebut menunjukkan posisi ideologis novel bahwa kekerasan dikritisi sebagai suatu hal yang satir; dimana kekerasan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang dapat merugikan banyak orang namun keberadaannya tidak dapat hilang dari kehidupan manusia. Film A Clockwork Orange menginterpretasikan novelnya secara visual dengan gaya sutradara Stanley Kubrick. A Clockwork Orange kemudian mengalami stilisasi atau _gaya_ sesuai dengan interpretasi visual Kubrick. Kubrick memilih A Clockwork Orange versi terbitan Amerika Serikat dimana versi tersebut tidak menyertakan bab terakhir dalam novel. Ini mengakibatkan pergeseran makna tematis dan posisi ideologis. Hal ini dapat dilihat dengan menganalisis penokohan Alex, setting, plot dan musik dalam film yang membentuk pemaknaan baru secara visual.
Film A Clockwork Orange menunjukkan bahwa kekerasan dilihat sebagai bagian dari kehendak bebas manusia yang dirayakan. Secara tematis, kekerasan tidak lagi dilihat sebagai bagian dari proses pendewasaan, namun bagian dari kebebasan manusia. Adanya terjemahan visual ke dalam film dari apa yang ditulis dalam novel memberikan pemaknaan yang berbeda, yaitu kekerasan sebagai bagian dari kehendak bebas tersebut. Hal ini kemudian menunjukkan posisi ideologis film yang berbeda dengan novel, yaitu sebagai sebuah perayaan terhadap kebebasan.
Kesimpulan akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa novel dan film A Clockwork Orange memiliki pemahaman tematis dan posisi ideologis yang berbeda. Dalam novel, kekerasan dilihat sebagai bagian pendewasaan dan memiliki posisi ideologis dimana kekerasan dilihat sebagai sebuah satir kehidupan. Sementara dalam film, secara tematis kekerasan dilihat sebagai bagian dari kehendak bebas manusia, dan secara ideologis memperlihatkan bahwa kehendak bebas manusia merupakan suatu hal yang keberadaannya dirayakan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses adaptasi, novel dan film berhubungan sebagai karya sumber dan interpretasinya, namun secara tematis dan ideologis, novel dan film merupakan karya yang dapat berdiri secara otonom dan dapat berdiri dengan pemaknaannya masing-masing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burgess`s, Anthony
London: Bloomsbury, 2013
813.54 BUR c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Hamadian
"Tujuan dan metode penelitian: Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus jeruk siam bersama klaritromisin terhadap bioavailabilitas klaritromisin. Dilaporkan bahwa jus jeruk jika diminum bersama obat-obat tertentu dapat menurunkan bioavailabilitas obat-obat tersebut secara drastis karena jus jeruk merupakan penghambat paten transporter influks/uptake yang terdapat di brush border usus halus yaitu organic anion transporter polypeptide (OATP), dan obat-obat tersebut merupakan substrat OATP. Klaritromisin seringkali digunakan untuk pengobatan infeksi saluran napas, dan pasien yang menderita infeksi ini juga sering minum jus jeruk untuk tambahan vitamin C dan untuk rasa segar. Klaritromisin merupakan substrat/penghambat transporter efluks yang juga terdapat di brush border usus halus yaitu P-glycoprotein (P-gp). Terdapat tumpang tindih antara substrat/penghambat P-gp dan OATP. Penelitian ini merupakan studi menyilang dua kali pada 13 sukarelawan sehat. Klaritromisin dosis tunggal diminum bersama air dan bersama jus jeruk dengan urutan acak selang 2 minggu. Sampel darah diambil pada jam jam tertentu sampai dengan 12 jam, dan kadar klaritromisin dalam serum diukur secara mikrobiologis. Parameter bioavailabilitas yang dinilai adalah AUC0_12jam (area di bawah kurva kadar klaritromisin terhadap waktu dari 0-12 jam), Cmax (kadar puncak klaritromisin dalam darah) dan tmax (waktu untuk mencapai Cmax). Ketiga parameter tersebut dibandingkan antara klaritromisin yang diminum dengan air dan yang diminum dengan jus jeruk.
Hasil dan kesimpulan: Perbandingan bioavailabilitas (AIJCo-lz jam) tablet Abbotic® mengandung klaritromisin 500 mg, yang diminum bersama 200 ml jus jeruk siam dengan yang diminum bersama air, berkisar antara 20.6% sampai 527.4% dengan rata-rata 124.9%; peningkatan ini tidak bermakna secara statistik. Berdasarkan kriteria bioekivalensi jus jeruk siam dinyatakan tidak mempengaruhi bioavailabilitas klaritromisin jika perbandingan bioavailabilitas klaritromisin bersama jus jeruk berkisar antara 80-125% bioavailabilitasnya bersama air. Dari 13 subyek penelitian ini, jus jeruk siam tidak mempengaruhi bioavailabilitas klaritromisin pada 5 orang subyek. Jus jeruk siam menurunkan bioavailabilitas klaritromisin pada 4 subyek dan meningkatkan bioavailabilitas klaritromisin pada 4 subyek. Kadar maksimal klaritromisin dalam serum (Cmax) dari tablet klaritromisin yang diminum bersama 200 ml jus jeruk siam berkisar antara 15.6% sampai 429.8% dengan rata-rata 136.6% dibandingkan jika tablet tersebut diminum bersama air, tetapi peningkatan ini tidak bermakna secara statistik, Waktu untuk mencapai kadar maksimal klaritromisin dalam serum (tmax) dari tablet klaritromisin yang diminum bersama 200 ml jus jeruk siam secara rata-rata tidak berubah dibandingkan jika tablet tersebut diminum bersama air (2.08 jam dengan jeruk dan 2.04 jam dengan air). Waktu paruh eliminasi (t112) tablet klaritromisin yang diminum bersama 200 ml jus jeruk siam sedikit memanjang dibandingkan jika tablet tersebut diminum bersama air (rata-rata 5.43 dan 4.70 jam), tetapi tidak bermakna secara statistik.

Interaksi Klaritromisin Dengan Jus Jeruk Field and methodology: Orange juice can drastically decrease bioavailability of some medications that are taken together with orange juice because orange juice is a potent inhibitor of organic-anion transporting polypeptides (OATP), the uptake/influx transporter expressed on the enterocyte brush border and the medications are substrates of OATP. Clarithromycin is a substrate and an inhibitor of P-glycoprotein, the efflux transporter also expressed on the enterocyte brush border. There is an extensive overlap between substrate/inhibitor of OATP and P-gp. Clarithromycin is often used in the treatment of respiratory tract infections, and patients suffer from these infections often drink orange juice for extra vitamin C and roborants. The present study was performed to find out the effects of a local orange juice (slam orange) on the pharmacokinetics of clarithromycin. An open-label, randomized, 2-way crossover study was performed with an interval of 2 weeks. Thirteen healthy volunteers received 500 mg clarithromycin with both water and orange juice in a random order. Serum concentrations of clarithromycin were measured by simple microbiologic method.
Results and conclusions: Bioavailability (AUCo.12 hours) of Abbotic® tablet containing 500 mg clarithromycin which was taken with 200 ml orange juice ranged from 20.6% to 527.4% with an average of 124.9% compared to that which was taken with water; this increase was not statistically significant. Based on the bioequivalence criteria, orange juice did not affect clarithromycin bioavailability if clarithromycin bioavailibility ranges from 80-125% of its bioavailability with water. Among 13 volunteers, only in 5 volunteers orange juice did not affect clarithromycin bioavailability. Orange juice decreased clarithromycin bioavailability in 4 subjects and increased clarithromycin bioavailability in 4 volunteers. Peak concentration (Cmax.) of clarithromycin with orange juice ranged from 15.6 to 429.8% with an average of 136.6% compared to that with water, and this increase was not statistically significant. Clarithromycin tmax was not changed by orange juice (averages 2.08 hours with orange juice and 2.04 hours with water), while tip of clarithromycin was slightly prolonged by orange juice (averages 5.43 hours with orange juice and 4.70 hours with water) but not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T2740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Orange, Claudia
Wellington: Allen & Unwin, 1987
993.021 ORA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Matti, Truus
Amsterdam: Leopold, 2012
BLD 839.317 MAT m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>