Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gotts, Robert
Timika: Freeport Indonesia, 2001
595.7 GOT m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Study estuarine fishes in Mimika district,Papua was carried out at six estuaries from 2000 to 2006, as apart of monitoring program conducted by PT Freeport-Indonesia...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muridan Satrio Widjojo
"Di bawah tekanan kondisi obyektif keberadaan PT Freeport Indonesia, program pembangunan pemerintah, dan juga operasi militer TM di wilayah Amungme sejak 1967 dan 1970-an, Amungme berjuang untuk mempertahankan keberadaan dan memperoleh pengakuan dari internal Amungme maupun dari pihak luar. Sebelum Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (LEMASA) berdiri pada 1994 perjuangan Amungme bersifat spontan individual. Kalau pun dalam kelompok sifatnya tidak terorganisasi. Strategi-strategi yang diterapkan secara dominan didasarkan pada habitus tradisional Amungme dan hasilnya justru lebih banyak merugikan Amungme.
Sejak akhir 1980-an lapisan terdidik Amungme yang berdomisili di Timika dan Jayapura berinisiatif membuat lembaga adat, yaitu LEMASA yang berdiri pada 1994. Dalam perjuangannya memperoleh modal simbolis yakni pengakuan dan legitimasi baik secara internal maupun eksternal, Amungme memperbaharui dan memanfaatkan "adat" untuk membangun lembaga berbasis suku bangsa yang terbukti mampu mempersatukan dan memperjuangkan kepentingan Amungme. Solidaritas Amungme dapat dibangun kembali dan konflik berplatform separatis digeser menjadi masalah hak asasi manusia dan lingkungan hidup. Dalam hubungannya dengan pihak luar Amungme membuka diri dan bekerjasama dengan pihak luar. Kemampuan Amungme untuk selalu mengembangkan strategi barunya diuntungkan oleh sejumlah unsur di dalam habitus habitus tradisional Amungme yang menempatkan pengetahuan dan kearifan sebagai nilai tertinggi serta terbuka pada kerjasama dengan pihak lain."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The study on macrobenthic community structures was carried out in the offshore area of Mimika district,Papua in 2005.Steep mountain slopes and some of the highest rainfall rates in the world,have generated tremendous sediment loads that have settled in the alluvial plain and been carried out into the estuaries and the Arafura Sea,creating a massive area of deposited natural sediments...."
MAREIND
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dolfinus Yufu Bouway
"Dengan Kejadian HIV di Kabupaten Mimika Provinsi Papua Latar belakang proes perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke tempat lain terjadi setiap hari, bulan dan tahun baik dalam negeri maupun yang ke luar negeri dengan tujuan yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan akan kehidupan dari orang-orang tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan mobilitas pendatang beserta faktor terkait dengan kejadian HIV di Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Metode adalah mengunakan pendekatan Kasus Kontrol bertujuan untuk menganalisis implikasi serta pengaruh exposure dan disease dari pendatang berisiko yang mobilitasnya tinggi dan mobilitasnya rendah terhadap kejadian HIV. Sampel adalah 390 mobiltas penduduk dan kelompok masyarakat melakukan kunjungan tes VCT (Voluntary Conseling and Testing) pada 1 Rumah Sakit dan 4 Puskesmas di Kabupaten Mimika. Populasi eligible adalah semua mobiltas pendatang berisiko yang berkunjungan ke tempat tes VCT baik di Rumah Sakit dan Puskesmas pada periode tahun 2017 dan 2018. Hasil dari 390 responden yaitu ada kasus 157 dan kontrol 234, seleksi sampel maka ada 138 responden yang terdiri dari kasus 13 dan kontrol 125 tidak dikutkan karena berasal dari populasi kunci, sehingga berjumlah 253 sampel, terdiri dari kasus 144 dan kontrol 109. Selekasi sampel kasus 144 dan kontrol 109 dalam data terdapat responden yang tidak menjawab pertanyaan sehingga harus dikeluarkan, yang dikeluarkan 78 kasus dan 28 kontrol maka ditetapkan jumlah sampel untuk analisis yaitu 66 kasus dan 81 kontrol mobilitas tinggi berisiko 4 kali untuk terinfeksi, Karakteristik sosiodemografi pendatang dengan jenis kelamin laki-laki berisiko 6 kali, usia dewasa muda (17-35 tahun) berisiko 5 kali, berpendidikan rendah berisiko 0.1 kali, pekerjaan tidak tetap berisiko 2 kali, pengetahuan kurang berisiko 13 kali, tidak ada hubungan sikap dengan kejadian HIV, Tidak ada hubungan cakupan program HIV dengan kejadian HIV, Peningkatan infeksi HIV pada populasi pendatang dengan mobilitas tinggi merupakan ekses (negatif) dari perkembangan Kabupaten Mimika Provinsi Papua Kata kunci : mobilitas pendatang berisiko dan HIV di Mimika.

Background mobility is the process of moving people from one area to another happening every day, month and year both domestically and abroad with varied objectives to meet the needs of the lives of these people. The purpose of this study was to determine the relationship between migrants' mobility and factors. Method is to use a case-control approach aimed at analyzing the implications and effects of exposure and disease from high-risk and low-mobility migrants at risk of HIV incidence. Sample was 390 population and community groups visiting VCT (Voluntary Counseling and Testing) tests at 1 Hospital and 4 Puskesmas in Mimika Regency. Eligible populations are all mobile risk migrants visiting VCT test sites both in hospitals and health centers in the 2017 and 2018 periods. Results of 390 respondents were 157 cases and 234 controls, sample selection there were 138 respondents consisting of 13 cases and 125 controls were not cited because they came from the key population, so there were 253 samples, consisting of 144 cases and 109 controls. 144 and 109 controls in the data there were respondents who did not answer the question and so had to be excluded, 78 cases and 28 controls were excluded then the number of samples for analysis was determined that 66 cases and 81 high mobility controls had 4 times the risk of being infected, Sociodemographic characteristics of migrants with male sex men at risk 6 times, young adults (17-35 years) at risk 5 times, educated low risk at 0.1 times, precarious work at risk 2 times, knowledge less risk 13 times, no relationship with HIV incidence, no relationship coverage HIV programs with HIV incidence, Increased HIV infection in migrant populations with high mobility m is an excess (negative) from the development of the Mimika Regency, Papua Province Keywords: mobility of at-risk migrants and HIV in Mimika."
Depok: Universitas Indonesia, 2020
D2739
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sokoy, Fredrik
"Ada kecenderungan para ekonom mengabaikan aspek-aspek non ekonomi yang biasanya ikut berpotensi mendorong sekaligus mengganjal sebuah kemajuan dan pengembangan masyarakat. Aspek-aspek non ekonomi atau yang sering disebut aspek sosio kutural dalam aktivitas pembangunan menjadi unsur yang begitu penting karena perwujudannya berada di `belakang' sebuah tindakan dan baru dapat dipahami melalui tindakan sosial dan hasil karya.
Gagasan tentang pentingnya aspek-aspek sosio kultural inilah yang membuat saya meneliti di lingkungan perusahaan PT. Freeport Indonesia Mimika, terutama pada departemen Bisnis Incubator. Secara kelembagaan PT. Freeport Indonesia menganggap program pengembangan masyarakat melalui projek Incubator akan melahirkan dan mengikubasi penduduk asli untuk menjadi calon pengusaha. Dengan cara ini, pengusaha asli selain menyuplai sejumlah materi yang di butuhkan PT. Freeport Indonesia (tanaman hias, sample bag, kebutuhan sembilan bahan pokok [sembako], pallet, pupuk kompos, meubel rotan, meubel kayu, batu batako dan lain sebagainya) juga melalui program Incubator akan menjadi sarana yang dapat memberi peluang kerja bagi penduduk setempat yang sedang mencari pekerjaan.
Hasil penelitian saya terhadap 10 orang pengusaha dengan menggunakan metode evaluasi etnografi dan pendekatan kostruksi menunjukkan bahwa program pengembangan incubator di kategorikan kurang berhasil. Dari 10 orang yang menjadi sampel pengusaha hanya 2 orang yang berhasil dan seorang kurang berhasil selebihnya gagal total. Faktor-faktor sosio kultural seperti: pranata kekerabatan orientasi ekonomi konsumtif, tidak disiplin dalam hal waktu, sikap hidup tidak hemat, tidak mau menunda keinginan untuk memperoleh sesuatu pada saat itu juga. Mereka yang dikelompokan dengan kategori berhasil selain memiliki pengetahuan dalam hal bagaimana melakukan aktivitas bisnis secara benar, juga memiliki sistem manajemen yang lebih modern, misalnya sistem komputerize, sistem bonus, menempatkan karyawan atas dasar profesi dan seterusnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Poltak
"Tesis ini mcrupakan hasil penelitian tentang pemberdayaan masyarakat sub suku Nawaxipi di Nayaro, Kabupaten Mimika, Papua tahun |998-2001. Pada penelitian ini dipelajati tcntang proses pemberdayaan yang meliputi tahapan, strategi dan peran petugas lapangan dalam pemberdayaan melalui rekognisi; manfaat rckognisi bagi sub suku Nawaripi dan apakah tujuan pcmberdayaan meialui rekognisi berhasil atau tidak ? Sebagai sebuah program pemberdayaan, rekognisi belum begitu banyak dikenal dan dilaksanakan. Rekognisi bagi sub suku Nawaripi diberikan sebagai kompensasi alas alH1 fungsi hutan, sungai, dusun sagu ulayat sub suku Nawaripi akzbat aktiitas tambang PT Freeport Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif untuk menghasilkan infonnasi-informasi tentang proses pemberdayaan yang meliputi tahapan, strategi dan peran petugas lapangan; dan manfaat rckognisi bagi sub suku Nawaripi_ Pengumpulan data dilakukan dua tahap. Pada tahap penama, informasi diperoleh dengan secondary data collection mclalui jurnal harian fasilitator dan parzicqoam observation. Pada tahap, kedua informasi dikumpulkan melalui in-deph interview.
Hasil penelitian menunjukkan rckognisi adalah salah sam bemuk pemberdayaan masyarakat scbagai suaiu program. Strategi rekognisi yang mcmbangun sumber ekonomi pengganti yang hilaug, pcmbangunan berbagai fasilitas umum dan pcmukiman dan sebagainya mempakan sebuah strategi pemberdayaan yang berdasarkan aspirasi sub suku Nawaripi. Olch karena itu, strategi ini berpotensi meningkatkan daya masyarakat. Strategi rekognisi tersebut jika dikaitkan dengan srrategi pemberdayaan yang dikemukakan beberapa ahli maka diketahui bahwa strategi pemberdayaan melalui rekognisi merupakan kombinasi stratcgi pemberdayaan melalui kebiiakan dan pcrencanaan pembangunan oleh Pemda Kabupaten Mimika dan PTFI dan strategi pemberdayaan mclalui pendidikan dan pcnyadaran sub suku Nawaripi. .Iuga digunakan kombinasi antara smafl scaie self re/ian! local development atau community development, sustainable sysrem developmem dan people 's movemem. Peran petugas lapangan yang dijaksauakan dalam benluk pendampingan masyarakat dan pendampingan P3R, merupkan perwujudan dari peran sebagai pemercepat perubahan, mediator, pcndidik, tenaga ah1i.
Rekognisi bemuanfaat dalam merubah pcrilaku sub suku Nawaripi misalnya daiam memenuhi kebutuhan hidup dimana dulu dengan meramu dan sekarag secara pcrlahan mu!ai memaufaatkan lahan pekarangan dan kebun (budidaya tanaman), sanitasi rumah yang sebelum rekognisi kurang diperhatikan sekarang mulai diperhatikan dalam bemuk memlnuka jendela pada siang hari, membersillkan WC setelah selesai dipakai, membersihkan rumah dan pekarangau, kepemimpinan dimana sebcium rekognisi tokoh-tokoh sub suku Nawaxipi kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan oleh Pemda Mimika dan PTFI tetapi setelah rekognisi tokoh-tokoh sub suku Nawaripi mulai dilibatkan tau dimintai pendapamya dan mulai diundang dalam penemuan-pertemuan di tingkat Iokal ataupun regional. Rekognisi _iuga bennanfaat dalam mcnambah pcndapatan, kesempatan, pengetahuan, kererampilan untuk meningkatkan kapasitas mereka guna menentukan masa depan mereka, dan menyediakan berbagai fasilitas umum seperti kesehatan, pendidikau, pemerintahan desa, air bersih, jalan dan sebagainya. Semuanya itu secara kcseluruhan mcmbanru meningkatkan daya sub suku Nawaripi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T5615
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auri, Nikanor
"Kemerosotan lingkungan hidup Etnik Amungme dan Kamoro dalam tiga dimensi lingkungan hidup manusia, yaitu kemerosotan Lingkungan AIam/Fisik, Kemerosotan Lingkungan Budaya, dan Kemerorosotan Lingkungan Sosial, mengindikasikan adanya distorsi pembangunan di Kabupaten Mimika Provinsi Papua.
Kemerosotan lingkungan alam/fisik suku Amungme dan Kamoro, berupa : Pertama, terlenyapkannya puncak-puncak gunung (ErtsAerg, dan Grasberg), perubahan bentangan alam, adanya terowongan di dalam beberapa puncak gunung. Kedua, terjadinya longsoran, pecahnya danau Wanagong dan tercemarnya air danau Wanagong oleh air asam tambang, serta tercemamya air permukaan maupun air tanah. Ketiga, tercemarnya air sungai Wanagong, Otomona, Ajkwa, Minajerwi dan kali Kopi oleh tailing penambangan bijih dari pabrik pengolahan dan dibuang Iangsung ke sungai-sungai tersebut. Dan Keempat, penyempitan lahan sebagai ruang hidup serta penyangga kehidupan warga suku Amungme dan Kamara masa kini, maupun generasi mereka masa depan.
Kemerosotan lingkungan budaya etnik Amungme dan Kamoro, terwujud dalam tiga hal, Pertama, goncangan Kosmologi suku Amungme dan Kamoro, Kedua, Kekaburan Penghayatan diri Amungme dan Kamorowe dengan Lingkungan Hidup, dan Ketiga, Kearifan Lokal (Local Wisdom) : Modal Pembangunan Altematif yang Terkacau-balaukan. Kawasan puncak-puncak gunung (ninggok), dijadikan kawasan proteksi dengan menjadikannya sebagai daerah keramat. Kawasan yang ramah untuk ditinggali dan dihuni serta kaya dengan sumber daya alam untuk kehidupan mereka (Menomarin) dijadikan kawasan ekonomi. Kawasan dataran rendah (Onisa), dimana mereka tidak terbiasa hidup dan menemukan banyak kesulitan dijadikan daerah penyangga antara kehidupan mereka dengan pihak luar. Local wisdom ini sangat sesuai dengan konsep pengelolaan lingkungan hidup modem yang kits pelajari saat ini, namun telah dikacaubalaukan, berkenaan dengan kehadiran PT. FIC. Penggambaran struktur, lingkungan dan tatanan sosial suku Amungme maupun Kamoro sebelum kehadiran PT. FIC dan setelah kehadirannya, memperlihatkan suatu fenomena perubahan sosial, yakni perubahan pada struktur sosial maupun fungsinya yang menata pola-pola interaksi antar individu dalam lingkungan sosial keluarga, individu dengan sesama anggota dan, dan individu dengan sesama anggota phratry, maupun individu dengan sesama anggota moiety. Perubahan dimaksud adalah perubahan yang tidak terarah, alias perubahan sosial dan budaya yang kacau-balau dan membawa petaka berkepanjangan dalam kehidupan mereka. Berhubung hasil-hasil penelitian dan diagnosis teoribsnya mengukuhkan asumsi yang mendasari penelitian ini, yakni "adanya distorsi pembangunan dan kemerosotan lingkungan hidup Etnik Amungme dan Kamoro di Kabupaten Mimika-Papua", maka saran-saran yang dikemukakan penulis dalam rangka mewujudkan pembangunan yang tidak menyimpang adalah sebagai berikut :
1. Transformasi Paradigma Pembangunan
Menyadari kelemahan paradigma Growth Centre , yang menempatkan pertumbuhan ekonomi di atas nilai manusia dan lingkungan, maka transformasi paradigma Growth Centre ke People Centre Development tidak dapat ditawar lagi.Transformasi paradigma pembangunan clan sberpugit pertumbuhan ke berpusat manusia menaruh perhatian penting pada model pembangunan yang mensinkronisasikan pembangunan yang memfokuskan perhatian kepada peningkatan kualitas hidup manusia, keberlanjutan ekologi, dan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Dalam pembangunan yang terfokus pada manusia, didalamnya juga terkandung unsur partisipasi rakyat, lntegrasi sosial, otonomi personal serta komunitas, demokratisasi dan Ham, pemberdayaan dan multikultur.
2.Transformasi Arti "Pembangunan" Redefrnisi Pembangunan,
Menyadari adanya pendangkalan makna "pembangunan" yang sesungguhnya (meaningful!) sebagaimana yang berkembang dalam paradigma pertumbuhan ekonomi, maka definisi pembangunan yang lebih berorientasi kerakyatan, mengartikan pembangunan sebagai proses dimana anggota-anggota suatu masyarakat meningkatkan kapasitas perorangan dan institusional mereka untuk memobilisasi dan mengelola sumber-sumber daya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan dalam kualitas hidup yang sesual dengan aspirasi mereka, periu dianut dan diterapkan.
Berarti, perlu transformasi konsep pembangunan yang semata-mata memaknai "pembangunan" sebagai pertumbuhan ekonomi, atau lndustrialisasi, termasuk modernisasi bahkan westernisasi, menjadi suatu proses perubahan yang lebih berorientasi pada peningkatan Kapasitas perorangan dan institusional, atau yang lebih dikenal dengan konsep "people centre development?. Kapasitas perorangan yang dimaksud disini ialah kapasitas/kemampuan manusia, sedangkan institusional bukan organisasi atau lembaga, tetapi adanya pranata-pranata, nilai-nilai dan norma-norma budaya yang tahan lama dan menata sikap, perilaku dan hubungan-hubungan sosial dalam suatu masyarakat atau komunitas.
3. Transformasi Indikator Keberhasilan Pembangunan
Upaya terfokus pada pembangunan manusia memunculkan paradigma baru pembangunan manusia yang diukur dengan menggunakan Human Development Index (HDI). Munculnya index pembangunan manusia ini bukan berarti mengesampingkan peran indikator makro ekonomi seperti GNP/PDRB, tetapi justru sebagai upaya menterjemahkan peningkatan GNP/PDRB tersebut kedalam pembangunan manusia.
Pergeseran kebljaksanaan pembangunan provinsi Papua yang menempatkan pembangunan manusia Papua sebagai prioritas utama, sebagaimana tertera didalam tisi pembangunan provinsi Papua : "Mewujudkan Orang Papua Menjadi Tuhan di Negerinya , sangat membutuhkan alat ukur baru. HDI atau Index Pembangunan Manusia (IPM) merupakan jawaban untuk keperluan itu dengan konsep pembangunan manusianya. Apalagi telah muncul reaksi penolakan terhadap indikator keberhaslian pembangunan yang semata-mata didasarkan pada GNP/PDRB suatu wilayah karena indikator dimaksud sesungguhnya belum menggambarkan keadaan kualitas manusia yang telah dicapai melalui suatu proses pembangunan.
HDI/IPM mencakup tiga dimensi pembangunan manusia yang dianggap memiliki nilai strategis. Ketiga dimensi itu adalah (1) longevity/usia hidup, (2) knowledge (pengetahuan), dan (3) decent living (standard hidup layak). Tidak cukup disini, HDI/IPM terns menerus mengalami pergeseran seiring dengan tuntutan keadaan masyarakat yang disponsori oleh IJNDP, yaitu dengan adanya penambahan tiga dlmensi baru menurut model UNDP dalam Humman Development Report, 1993 (Britha Mikkelsen 2001), yakni (4) Human Freedom Index (Index Kebebasan Manusia) yang diukur dengan Political Freedom Index (Index kebebasan Politik) termasuk Kepekaan Gender, (5) Dimensi Nilai-Nilai Budaya, dan (6) Dimensi Kesinambungan Lingkungan.
Jelas bagi kita bahwa usaha terus-menerus untuk memperbaiki HDI agar iebih jelas menggambarkan situasi kehidupan yang nyata, yakni dipertimbangkannya kebebasan politik, faktorfaktor budaya dan kepekaan terhadap lingkungan merupakan upaya terfokus yang lebih peka dalam menggambarkan situasi pembangunan manusia yang lebih obyektif dan relevan dengan visi maupun prioritas program pembangunan di provinsi Papua."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Astuti Nurfaizah
"Ibu hamil di daerah endemik berisiko terkena malaria yang dapat mengakibatkan komplikasi terhadap ibu dan janin bahkan kematian. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang pengalaman ibu hamil penderita malaria dalam merawat dirinya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Tujuh informan berpartisipasi yang dipilih secara purposive sampling. Analisa data menggunakan tematik content analisis.
Penelitian ini menemukan tujuh tema yang berkaitan dengan perawatan diri ibu hamil penderita malaria: pemahaman ibu tentang malaria selama kehamilan, upaya menjaga kesehatan diri dan janin, mendekatkan diri kepada Tuhan, ketakutan dan kecemasan ibu hamil penderita malaria, dukungan yang diterima, pelayanan kesehatan yang diterima, serta harapan ibu hamil penderita malaria.

Pregnant mothers in the endemic areas have a risk to get malaria disease that can lead to a complication or even death to the mother and her fetus. This research aimed to obtain the description of the experience of pregnant mothers with malaria in taking care of themselves. This study applied a qualitative research design with phenomenological approach. The participants were seven informers who were selected using purposive sampling method. The data were analyzed using thematic content analysis.
This research found seven themes related to the prenatal care of pregnant mothers with malaria, namely: the mother?s understanding of malaria during pregnancy, the efforts to protect their own and fetal health, the approach to the lord, fear and anxiety of pregnant mothers with malaria, the received support, the received health service, and the hopes of pregnant mothers with malaria.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30390
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jane Jorita Sabbara
"Penelitian ini mengenai struktur komunitas mangrove di Muara Sungai Ajkwa, Papua. Data dikumpulkan dari 6 stasiun di Muara Sungai. Hasil menunjukkan bahwa komunitas tersebut terdiri 24 spesies dari 13 suku. Keanekaragaman pohon dan pancang di bagian hulu lebih tinggi dibandingkan bagian hilir. Pada bagian hulu, indeks keanekaraman pohon 1,428 dan pancang 1,715. Sebaliknya, pada bagian hilir indeks pohon 0,920 dan pancang 1,355. Kerapatan vegetasi didasarkan pada Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), yaitu 0,56. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh komponen lingkungan, seperti pasang surut, salinitas, dan nutrien."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>