Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15409 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Purba, Muri Cahyono
"Pendahuluan : Psikosis dan skizofrenia menunjukkan terjadi peningkatan setiap tahunnya baik di Indonesia dan dunia. Skizofrenia adalah penyakit otak kronis yang sindrom klinisnya melibatkan perubahan pikiran, emosi, persepsi, gerakan dan perilaku individu. Gejala positif dari skizofrenia salah satunya halusinasi sedangkan risiko perilaku kekerasan muncul akibat halusinasi dan waham. Klien dengan risiko perilaku kekerasan dan halusinasi, asuhan yang diberikan dalam bentuk tindakan keperawatan generalis dan spesialis. Tindakan keperawatan generalis (individu, kelompok, keluarga) begitu juga dengan Tindakan keperawatan spesialis (individu, kelompok, keluarga) meliputi latihan asertif, terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi keluarga. Tujuan : Diketahuinya karakteristik, predisposisi, presipitasi, perubahan tanda gejala, kemampuan, dan perubahan, perbedaan tanda gejala, kemampuan Metode : Desain karya ilmiah akhir spesialis ini menggunakan operational research terdiri dari enam tahap pelaksanaan Hasil : tindakan keperawatan generalis dan spesialis secara bermakna dapat menurunkan tanda gejala risiko perilaku kekerasan dan halusinasi serta secara bermakna meningkatkan kemampuan klien dan keluarga. Kesimpulan : tindakan keperawatan generalis dan spesialis direkomendasikan karena dapat mengurangi tanda gejala dan meningkatkan kemampuan klien dan keluarga.

Introduction: Psychosis and schizophrenia show an increase every year both in Indonesia and the world. Schizophrenia is a chronic brain disease whose clinical syndrome involves changes in an individual's thoughts, emotions, perceptions, movements and behavior. One of the positive symptoms of schizophrenia is hallucinations, while the risk of violent behavior arises due to hallucinations and delusions. Clients at risk of violent behavior and hallucinations, care is provided in the form of generalist and specialist nursing actions. Generalist nursing actions (individual, group, family) as well as specialist nursing actions (individual, group, family) include assertive training, cognitive behavioral therapy and family psychoeducation. Purpose: To find out characteristics, predisposition, precipitation, changes in signs and symptoms, abilities, and changes, differences in signs and symptoms, abilities. Methods: The design of this specialist's final scientific work using operational research consists of six implementation stages. Results: Generalist and specialist nursing actions can significantly reduce signs of risk of violent behavior and hallucinations and significantly improves the client's and family's abilities. Conclusion: generalist and specialist nursing actions are recommended because they can reduce signs and symptoms and increase the capabilities of clients and families."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Friedberg, Robert D.
New York: Guilford Press, 2009
618.92 FRI c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wickham, Randall Easton
London: Sage publications , 2002
362.76 WIC t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Teaching Child Psychiatrists Cognitive Behavioral Therapy is an essential resource for clinical child psychologists, psychiatrists and psychotherapists, and mental health professionals. Since 2001, psychiatry residency programs have required resident competency in five specific psychotherapies, including cognitive-behavioral therapy. This unique text is a guidebook for instructors and outlines fundamental principles, while offering creative applications of technique to ensure that residency training programs are better equipped to train their staff."
London: Routledge, 2011
618.92 COG
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Spence, Susan H.
London : Chapman & Hall, 1991
616.85 SPE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Stefany
"Orang tua diberikan hak dan kewajiban untuk mendidik anaknya oleh negara yang diatur dalam undang-undang. Salah satu cara mendidik anak yang kerap menuai pro dan kontra adalah mendidik anak dengan menggunakan hukuman fisik. Walaupun cara mendidik ini menuai perdebatan di beberapa kalangan, pemberian hukuman fisik sebagai salah satu cara untuk mendidik anak masih banyak digunakan di Indonesia dan terkesan
telah membudaya. Beberapa negara melarang secara tegas mengenai pemberian hukuman fisik sebagai salah satu cara untuk mendidik anak karena dinilai sama dengan melakukan kekerasan terhadap anak. Beberapa penelitian tentang hukuman fisik pada anak sampai
pada kesimpulan bahwa pemberian hukuman fisik dapat membawa dampak negatif terhadap perkembangan anak. Penelitian ini mengkaji mengenai keberlakuan penerapan hak mendidik terkait hukuman fisik terhadap anak pada perkara KDRT dalam Putusan No. 115/Pid.Sus/2021/PN Dpk dan Putusan No. 336/Pid.Sus/2020/PN Plk. Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan metode penelitian yang berbentuk yuridis-normatif, yaitu dengan mengkaji data sekunder. Penelitian ini juga menggunakan data primer sebagai pendukung data sekunder yang diteliti. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan fakta bahwa, pertama, hak mendidik sebagai alasan penghapus pidana di luar undang-undang masih berlaku dalam peradilan pidana Indonesia sebagaimana terdapat Putusan MA No. 2024 K/Pid.Sus/2009 dan belum ada peraturan perundang-undangan terkait yang melarang secara tegas mengenai hal ini. Kedua, budaya penggunaan hukuman fisik sebagai salah satu cara untuk mendidik anak sebagai bentuk dari hak mendidik nyatanya masih terjadi pada kehidupan masyarakat sekarang walaupun menuai perdebatan dalam penggunaannya karena dinilai berdampak negatif terhadap perkembangan anak. Ketiga, Majelis Hakim yang memutus Putusan No.
115/Pid.Sus/2021/PN Dpk dan Putusan No. 336/Pid.Sus/2020/PN Plk dalam pertimbangannya menyatakan bahwa pemberian hukuman fisik merupakan salah satu bentuk kekerasan.

Parents are given rights and obligations to educate their children by the state which are regulated in law. One way to educate children that often reaps pros and cons is educating children using corporal punishment. Although this educating method has sparked some debate on its use, the usage of corporal punishment as a way of educating children is still widely used in Indonesia and has become a culture. Several research that has been conducted about the usage of corporal punishment as a way to educate children have come to conclusion that the usage of corporal punishment is considered to have a negative impact on children's development. This qualitative research examines the applicability of the right to educate related to corporal punishment against children in cases of domestic violence in District Court Decision Number: 115/Pid.Sus/2021/PN Dpk and Number: 336/Pid. Sus/2020/PN Plk using the juridical-normative writing methods by examining secondary data supported by primary data. Based on the research, it is found that, first. The right to educate as a reason for eliminating crimes outside the law is still valid in the Indonesian criminal justice system as contained in the Supreme Court’s Decision No. 2024 K/Pid.Sus/2009 and there are no related laws and regulations which explicitly prohibit this matter. Second, the culture of using corporal punishment as a way to educate children as a form of the right to educate in fact still happens today even though it has drawn debate because it is considered to have a negative impact on children's
development. Third, the District Court’s Panel of Judges who decided on Decision Number: 115/Pid.Sus/2021/PN Dpk and Decision Number: 336/Pid.Sus/2020/PN Plk in its consideration stated that corporal punishment is a form of violence.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Rahayu Utami Rahman
"Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mengelola marah pada anak usia sekolah yang agresif dengan penerapan anger management dengan pendekatan cognitive behavioral. Partisipan dalam penelitian ini adalah anak laki-laki berusia 8 tahun yang memiliki kesulitan dalam mengelola marah yang termanifestasi dalam bentuk perilaku agresif. Program intervensi yang diterapkan mengacu pada program anger management dengan pendekatan cognitive-behavioral yang disusun oleh Novaco (Beck & Fernandez, 1998; Westbrook, Kennerly, & Kirk, 2007; Cavell & Malcolm, 2007) dan dilengkapi dengan materi psikoedukasi orangtua yang disusun berdasarkan materi CDI (child-directed interaction) dan PDI (parent-directed interaction) dalam PCIT (parent-child interaction therapy) oleh McNeil dan Hembree-Kigin (2010). Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah intervensi melalui wawancara orangtua dan subjek, self rating berupa anger thermometer dan thought thermometer, self monitoring berupa anger log dan diary, dan penggunaan skala perilaku CBCL (child behavioral checklist) yang diisi oleh ibu.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan anger management dengan pendekatan cognitive behavioral dapat meningkatkan keterampilan mengelola marah, yang dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek pemikiran berupa perubahan pikiran negatif menjadi positif, aspek perasaan berupa tidak mudah terpancing kemarahan atas keinginan yang tidak terpenuhi, dan aspek perilaku berupa menerapkan relaksasi progressive muscle dan komunikasi asertif dalam mengekspresikan kemarahan.

The aim of this research is to improve skill on management of anger in aggressive school-aged child through applying Anger Management based on Cognitive Behavioral approach. The participant of this research is a eight-year-old boy who has difficulty in managing his anger that manifested in aggressive behavior. The program of this research refers to anger management based on cognitive-behavioral approach developed by Novaco (Beck & Fernandez, 1998; Westbrook, Kennerly, & Kirk, 2007; Cavell & Malcolm, 2007) and equipped with a parent psychoeducation based on CDI (child-directed interaction) and PDI (parent-directed interaction) in PCIT (parent-child interaction therapy) by McNeil & Hembree-Kigin (2010). Measurements were taken before and after intervention program through interviews, self rating such as anger thermometer and thought thermometer, self monitoring such as anger log and diary, and behavior scale such as CBCL (child behavioral checklist).
The results of this study indicate that anger management based on cognitive behavioral approach is succeed in order to improve the anger management skill. These results are viewed from various aspects, such as aspects of thought is negative thought change into positive thought, aspects of feeling is not easily upset over unfulfilled desire, and aspects of behavior is applying progressive muscle relaxation and assertive communication in expressing anger.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Guilford Press, 2003
618.92 COG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>