Ditemukan 17748 dokumen yang sesuai dengan query
Kleden, Ignas
Jakarta : Kompas, 2001
320.959 8 KLE m
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
More, Thomas, Saint, 1478-1535
London: David Campbell Publishers, 1992
R 335.02 MOR u
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
More, Thomas, Saint, 1478-1535
New York: Appleton Century-Crofts, 1949.
321.07 MOR u
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Tarigan, Henry Guntur
"Abstraksi
Keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Bagi para guru, para pemimpin, dan para sarjana, keterampilan berbahasa sungguh sangat penting, turut menentukan peningkatan karier dan profesi mereka dalam masyarakat. Buku ini disusun dengan tujuan menanamkan pentingnya menulis dalam kehidupan dan dapat membantu untuk meningkatkan daya menulis."
Bandung: CV Angkasa, 2013
411 TAR m
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Budiarto Danujaya
"Disertasi ini menelaah possibilitas politik dan konsekuensi konstitutifnya pada kememadaian politik demokrasi sehubungan kelongsoran entitas pertimbangan kolektif dewasa ini. Paradoks etikopolitik, sebagai akibat radikalisasi proliferasi pluralitas ini, terbukti tak memunahkan possibilitas politik sejauh paradigma pemahamannya diubah lebih sebagai utopia ketimbang upaya koeksistensial. Interrelasi sosial lalu harus lebih diterima sebagai koeksistensi antar unikum, sehingga poros-poros ketertujuan sosiopolitik berubah menjadi kebebasan, keragaman, dan toleransi. Betapapun, politik demokrasi pluralis terbukti tetap memadai untuk menghadapi agenda perubahan ini sejauh paradigma pemahaman dan penerapannya juga diubah lebih sebagai politik dissensus ketimbang konsensus. Dalam kerangka pluralisme demokrasi dissensus, politik keragamannya mengalami radikalisasi lewat konsekuensi konstitutif pengakuan ketakterreduksian alteritas maupun diskursivitas keliyanan agen sosial, sehingga mengidap infinitas kontingensi yang membuatnya lebih inklusif, dan karena itu bisa lebih memadai bagi era paradoks ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
D991
UI - Disertasi Open Universitas Indonesia Library
Fatimah Dzurriyah Shalihah
"François Schuiten and Benoît Peeters' comic series, Les Cités Obscures, played a significant role in the 1980s shift towards recognising bande dessinée as a media for architecture criticism. Their use of dual utopian/dystopian narratives in comic album form collectively addresses urban issues that were impactful enough to inspire the urban artist and author, allowing critics to engage in extensive dialogues that place the comic’s narrative within its urban context. This undergraduate thesis learns from their first album, Les murailles de Samaris (1983), meaning “The Great Walls of Samaris,” depicting a Xhystos officer, Franz Bauer, investigating the distant city of Samaris to eventually realise the obscured spatiality of the cities being simulated and totalitarian. The objective is to discover the architecture criticisms in the comic album by deconstructing the comic’s ‘infrastructure’ – including the grids, gutters, panels and the urban indicators within them – to reveal the duality of utopia/dystopia in Xhystos and Samaris. This duality will be put into a critical dialogue with the 1980s French debate on the ‘end of modernity,’ involving the architectural utopia/dystopia in Paris and French peripheries, extracted from literary research. This writing addresses urgent urban issues in France depicted in the comic, focusing on the conflicting visions of French national architecture and the lingering trauma from Haussmann and Napoleon III's urban renewals and the Franco-Prussian War from the late nineteenth century, which evidently influenced the consciousness of French architects and urban planners. This led to repeated dystopian outcomes in the 1980s including totalitarianism, class segregation and superficiality of the projects. The analysis reveals the comic’s criticism of French architecture, inviting readers to reflect on the broader implications of urban design and its collective impact on urban structure.
Serial komik François Schuiten dan Benoît Peeters, Les Cités Obscures, memainkan peran penting dalam pengakuan bande dessinée sebagai media kritik arsitektur pada tahun 1980an. Penggunaan narasi utopia/distopia dalam bentuk album komik memungkinkan para kritikus untuk terlibat dalam dialog ekstensif yang menempatkan narasi komik dalam konteks perkotaannya. Dialog kritis yang diperluas dari komik urban ini penting bagi arsitektur dan ubanitas dalam mengungkap keprihatinan mendesak yang cukup berdampak untuk menginspirasi seniman dan penulis urban. Tesis sarjana ini belajar dari album pertama mereka yang berjudul Les murailles de Samaris (1983), atau “Tembok Besar Samaris,” yang menggambarkan Franz Bauer dari Xhystos menyelidiki kota Samaris dan akhirnya menyadari spasialitas kota yang disimulasikan dan totaliter. Tujuan tesis ini adalah untuk menemukan kritik arsitektur dalam album komik dengan mendekonstruksi 'infrastruktur' komik – termasuk grid, gutter, panel dan indikator perkotaan di dalamnya – untuk mengungkap dualitas utopia/distopia dalam Xhystos dan Samaris. Dualitas ini akan dimasukkan ke dalam dialog kritis dengan perdebatan 1980an tentang ‘akhir modernitas’, yang melibatkan utopia/distopia arsitektur di Paris dan wilayah pinggiran Perancis, diambil dari penelitian sastra. Tulisan ini membahas isu-isu perkotaan urgent di Perancis, fokus pada visi arsitektur nasional Perancis yang tidak selaras dan trauma dari akibat urban renewal Haussmann dan Napoleon III serta Perang Perancis-Prusia dari akhir abad kesembilan belas yang sangat mempengaruhi arsitek dan perencana kota Perancis, dan menyebabkan kejadian distopia berulang di 1980an. Analisis tersebut menunjukkan kritik komik terhadap keadaan arsitektur Perancis dan mengajak pembaca untuk merefleksikan implikasi yang lebih luas dari desain perkotaan dan dampak kolektifnya terhadap struktur perkotaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Justina Olivia
"Konsep kota utopia telah menjadi ide ideal yang menarik perhatian sejak zaman kuno, dengan Atlantis sebagai salah satu representasi paling terkenal melalui kisah Plato. Atlantis digambarkan sebagai kota sempurna yang memiliki harmoni antara alam dan peradaban, namun tenggelam akibat kesombongan yang membawa kehancuran. Pada era modern, konsep ini dihidupkan kembali melalui berbagai media, termasuk film animasi Atlantis: The Lost Empire (2001). Film ini menginterpretasikan Atlantis sebagai kota ideal dengan tata ruang simetris, pusat energi kristal, dan perpaduan harmonis antara teknologi dan alam. Skripsi ini bertujuan menganalisis penggambaran Atlantis sebagai kota utopia dalam film tersebut dengan pendekatan teori semiotika Roland Barthes. Fokusnya adalah bagaimana mitos kota utopia diadaptasi dalam visual dan narasi sinematik, serta pesan yang disampaikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui tanda-tanda visual dan narasi, film ini menyampaikan makna tentang keseimbangan peradaban dan bahaya keserakahan, sekaligus merepresentasikan konsep kota yang ideal berdasarkan interpretasi budaya dan teknologi modern.
The concept of a utopian city has been an ideal idea that has attracted attention since ancient times, with Atlantis as one of the most famous representations through Plato's story. Atlantis is depicted as a perfect city that has harmony between nature and civilization, but sank due to arrogance that brought destruction. In the modern era, this concept is revived through various media, including the animated film Atlantis: The Lost Empire (2001). This film interprets Atlantis as an ideal city with a symmetrical layout, a crystal energy center, and a harmonious blend of technology and nature. This thesis aims to analyze the depiction of Atlantis as a utopian city in the film using Roland Barthes' semiotic theory approach. The focus is on how the myth of the utopian city is adapted in cinematic visuals and narratives, as well as the messages conveyed. The results of the study show that through visual signs and narratives, this film conveys meaning about the balance of civilization and the dangers of greed, while also representing the concept of an ideal city based on the interpretation of modern culture and technology. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Krishna, Daya, 1924-2007
New Delhi: Sage, 2012
301 KRI c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Maulina Fajrini
"Film berperan sebagai media representasi utama yang digunakan oleh para ahli sejarah dalam menampilkan kembali ruang kota di masa lalu lewat nostalgia. Memori-memori memberikan identitas ruang dalam set film sebagai karakter utama sehingga memunculkan ruang lain yang bersifat imajiner, salah satunya merupakan ruang utopia. Ruang utopia masa lalu di dalam film direpresentasikan lewat simbol yang menjadi kunci utama dalam mengaitkan plot cerita dan mengandung nilai-nilai tradisional yang dapat mendukung keadaan utopia masa lalu sebagai tema utama representasi. Skripsi ini menggunakan 2 film berbeda yang diproduksi dalam 15 tahun terakhir, Pleasantville (1998) dan Midnight in Paris (2011) untuk melihat bagaimana representasi yang dihadirkan terhadap ruang kota utopia masa lalu berdasar pada persepsi personal.
Films are used, by historian, as the primary media of representing urban space in the past through nostalgia. Memories are the main characteristics of the identity in film set space. Hence the production of another space, an imaginary space, the utopia. Utopian space of the past in films are represented in symbols which become the key in story plots. These contain traditional values that enhances the utopia state of the past as the representation main theme. This writing utilises two different films which are produced within the last fifteen years, “Pleasantville” (1998) and “Midnight in Paris” (2011), in order to analyze how the representation of the past utopian urban space are based on personal perception."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46356
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Vidya Dwina Adianti
"
ABSTRAKFilm merupakan sebuah media yang memperlihatkan mentalitas masyarakat, sehingga seringkali menjadi penyampai aspirasi, salah satunya melalui konsep utopia. Arsitektur dan kota sebagai bagian dari mise-en-sc ne dalam film, menjadi salah satu cara untuk memberikan wujud fisik terhadap konsep utopis yang ingin direpresentasikan dalam film. Skripsi ini membahas seperti apa representasi utopia kota Jakarta yang digambarkan dalam film, serta perbandingan kota sebenarnya dengan kota dalam film. Pseudo-Jakarta dalam film ldquo;Supernova: Ksatria, Putri, Bintang Jatuh rdquo; menjadi studi kasus untuk melihat seperti apa representasi utopia Jakarta. Kemudian diketahui bahwa kota fiktif tersebut merepresentasikan Jakarta utopis yang serupa dengan visi dari kalangan tertentu mengenai pembangunan Jakarta sejak zaman pasca-kemerdekaan. Melalui sifat selektif dan parsial ditambah dengan unsur fisik dan non-fisik, film tersebut dapat membangun sebuah representasi kota yang utopis dalam satu narasi yang utuh.
ABSTRACTFilm is a media that portrays the mentality of society, thus it often pictures utopian concept as a way to deliver aspirations. Architecture and the city, as a part of film rsquo s mise en sc ne, become one of the ways to provide a physical form to represent a utopian concept in the film. This thesis discusses about how utopian Jakarta representation pictured in the film, and about the comparison between the real city and the city that exists in the film. Pseudo Jakarta in ldquo Supernova Ksatria, Putri, Bintang Jatuh rdquo film is the case study chosen to see how the utopian Jakarta represented in the film. It was found that the said fictional city represents utopian Jakarta which holds the same images as Jakarta rsquo s development visions that has been existed since post independent era, which came from a certain group of people. Through film rsquo s selective and partial characteristics, added with its physical and non physical elements, the film constructs a utopian city representation in one intact narrative."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library