Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55704 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Washington, D.C. : The World Bank , 1999
330.959 8 IND (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Farrell, William R.
London: Quorum Books, 1999
346.07 Far c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Liker, Jeffrey K.
New York: McGraw-Hill, 2011
338.762 LIK t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Plummer, Michael G., 1959-
Honolulu: The East-West Center , 1993
331.110 PLU n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Purwoko
"This report is a case study for Internship and Report Writing, analysing a multinational company and its position ¡n a country other than the home country, and describing the market and its characteristics From the analysis, recommendations will be drawn in terms of developing the position ¡n that country. ALSTOM has been chosen due to the fact only that I have been working for this company since almost nine years and am trying to analyse its position in the railway market in Indonesia.
With turnover of 14 billions euros in 1998, ALSTOM is split into six sectors, of which we consider ALSTOM Transport, the rail equipment and train supplier. The company is organised by a matrix structure, linking product and country divisions, represented in around 60 countries. ALSTOM Transport supplies all types of trains and rolling stock, train, station and track equipment, power supply and a host of related services. Indeed, sales have moved away from being ?a product? to being ?solutions?. In developing its position abroad, ALSTOM typically exports, or acquires a local company.
We discuss the geographical, political, economic, legal and social situation in Indonesia, highlighting aspects that influence ALSTOM?S position. More precisely, we look at the transport market in Indonesia, identifying the structure and the key issues facing transport.
A SWOT analysis has been constructed, summariSiflg the major relevant points. The instability of the government and its policies, together with low economic levels and high inflation provide a moderate amount of risk in Indonesia. Most rail opportunities ? especially new lines ? are not feasible due to transpOrt having a low priority and a lack of financing.
Concluding the analysis, I recommend to the Management of ALSTOM-Transport sector that we should attack the ¡ntercity market on Java island showing the greatest potential for profits. A BOT concession has been described to include DMUs, extra services and financing plan; the concession should be long, U to 45 years, to ensure profits. It is essential for ALSTOM to have the right contacts and a positive reputation amongst the purchasing process."
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T5703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hill, Charles W.L.
Boston : Irwin/McGraw-Hill, 1999
332.042 HIL g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia's crisis began in July 1997, following the float of the
Thai's Bath and the Malaysia's Ringgit. As a consequence, unemployment
soared into the millions as the crisis spread. The number of poor people rose
dramatically around 22 million at early 1997 to about 79 million in the
middle of !998, according to the BPS estimation. In fact the pressure, which
led to the ultimate collapse office indonesia's economic miracle, began in live
early 19905. Indonesia failed to sustain microeconomic reform after 1993.
When Soeharto administration was re-inaugurated in 1993, economic growth
was back to above 6.5 percent, and investment was pouring in. The days of the
mega-project arrived. Two feature common to most of these mega-projects
were high capital requirements and their domestic market orientation.
Inefficiency in the real sector due to high costs generated by the so-called
?crony capitalism? also flourished. Despite several positive indications of
economic development, a more fundamental reform has not been touched
seriously, i.e. rise human capital improvement in health and education of :he
people is of prime importance to raise labor productivity and turn will raise
their earning and welfare.
"
Journal of Population, 6 (1-2) 2000 : 79-100, 2000
JOPO-6-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dari tahun 1967 sampai 1998 Indonesia telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Meskipun sempat terhenti karena krisi ekonomi tahun 1998, melalui informasi, melalui reformasi mendasar dan pasar domestik yang besar, Indonesia bisa pulih dan sekarang menjadi negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi menjadikan Indonesia sebagai slaah satu rumah kelas menengah terbesar di Asia. Tahun 1999, hanya 25 % penduduk bisa dikategorikan kelas menengah, tetapi tahun 2010 kelas menengah naik menjadi 57%. Jumlah ini diperkirakan bertambah lebih cepat karena beberapa dekade kedepan Indonesia akan mengalami bonu bonus deografi, seiring dengan pertumbuhan kelas konsumsi (individu dengan penghasilan bersih $3.600). Pertumbuhan kelas ekonomi dan pengingkatan pendapatan perkapita rumah tangga akan mengubah struktur pengeluaran masyarakat dan akan meningkatnya tabungan, investasi dan pertumbuhan sektor retail. Namun agar mampu mengambil manfaat dari meningkatnya kelas menengah, Indonesia harus mampu mengatasi beberapa tantangan. Tantangan pertama sebagian besar kelas menengah tergolong kelas menengah tingkat bawah yang sangat rentan terhadap gocangan ekonomi. Tantangan kedua adalah menciptakan lapangan kerja sebanyak banyaknya. Tantangan ketiga adalah kualitas kelas menengah Indonesia. Hanya sepertiga kelas menengah Indonesia yang lulusan Universitas. Tantangan keempat adalah mendorong kelas menengah untuk berhemat dan menabung."
PPEM 1:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
New Delhi: Lancer International, 1991
332.494 CRI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Eva Kristina
"Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya pengaduan kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang mengatakan bahwa 21 Cineplex Group telah melakukan praktek persaingan usaha tidak sehat khususnya dalam bidang distribusi film impor maupun film lokal. Dan dengan adanya praktek persaingan usaha tidak sehat tersebut, membawa dampak negatif terhadap perfilman nasional. Hal ini disebabkan karena adanya arus film impor yang besar dan pihak 21 Cineplex Group lebih mengutamakan untuk memutar film impor daripada film lokal hanya demi untuk kepentingan dan keuntungan mereka sendiri tanpa memperhatikan perfilman nasional sehingga pada akhimya perfilman nasional makin lama makin terpuruk. Karenanya penulis merasa perlu untuk melakukan analisis terhadap distribusi perfilman di Indonesia baik itu film impor maupun film lokal serta analisis selera responden terhadap media yang digunakan untuk menonton sebuah film dan selera responden terhadap jenis film yang mereka tonton.
Penelitian ini mengkombinasikan berbagai macam metodologi baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif Metodologi yang bersifat deskriptif kualitatif terutama dilakukan dalam menganalisis kebijakan, dan metodologi yang bersifat kuantitatif pada umumnya dilakukan dengan Chi Square Test dan menggunakan SPSS versi 10.
Hasil penelitian ini berupa analisis distribusi film impor maupun film lokal, di mana dalam analisis ini menjelaskan apakah terdapat entry barrier atau tidak bagi pesaing kecil untuk mendapatkan film impor maupun film lokal dari pesaing besar khususnya dari Cineplex 21 Group. Selain itu peneliti juga melakukan analisis selera responden terhadap jenis film dan media untuk menonton sebuah film yang lebih disenangi oleh penonton yang ada di bioskop 21 dengan pembagian kuesioner kepada para responden menurut kelasnya masing-masing.
Di sini juga peneliti melakukan analisis kebijakan dengan menggunakan UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan persaingan Usaha Tidak Sehat, UU No 8 Tahun 1992 tentang Perfilman, dan UU No 12 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. DaIam analisis kebijakan ini dijelaskan bagaimana keterkaitan dan keefektifan dari ketiga undang-undang ini dalam mengangkat kasus 21 Cineplex.
Group ini dimana dalam UU No 8 Tahun 1992 mengatakan bahwa film sebagai hasil karya seni dan karya cipta manusia berada di dalam koridor atau ruang lingkup karya cipta dan-kekayaan intelektual dan karya cipta ini dilindungi oleh UU No 12 Tahun 2002 tentang Hak Cipta . Sedangkan dalam UU No 5 Tahun 1999 ada beberapa pengecualian diberikan kepada pelaku ekonomi salah satunya Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Dengan demikian dalam penelitian ini diuraikan bagaimana performance dari ketiga undang-undang tersebut dalam mengatasi masalah ini sehingga pada akhirnya dapat memberikan suatu solusi yang membawa dampak positif terhadap perkembangan usaha perbioskopan di Indonesia dan perkembangan perfilman nasional. Selain itu dalam penelitian ini juga diharapkan dapat menjawab pengaduan LSM Monopoly Watch kepada KPPU terhadap kasus 21 Cineplex Group."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T12607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>