Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106552 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erwiza Erman
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1995
331.8 ERW k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Erwiza
"Pada tahun 1904, B.Hoetink, Inspektur Perburuhan di Deli, menulis sebuah laporan tentang kehidupan buruh tambang di pulau Belitung:
Bagi seseorang yang bersimpati dengan Cina, suatu kunjungan ke Billiton Maatschappij merupakan penyegaran, mengingat di mana-mana kuli Cina digambarkan sebagai binatang, pengisap candu dan hina, di sini tidak hanya barang-barang mereka yang bagus...tetapi juga jarak antara majikan dan kuli tidak sebesar seperti di tempat lain...saya telah meninggalkan Belitung dengan kesan bahwa sekarang di mana pun penambang Cina semestinya memiliki apa yang diinginkannya (Mailrapporll904 no.283).
Kutipan dari laporan Hoetink di atas agaknya bukanlah contoh yang khas dalam kebanyakan laporan pejabat kolonial pada periode ini; ia mencerminkan semangat zamannya,[l ] khususnya sehubungan dengan pandangan moral politik etis tentang beberapa aspek kondisi buruh di Belitung. Laporan ini sangat menarik untuk dipelajari lebih jauh karena isinya mengungkapkan sedikit dan banyak hal yang masih gelap dalam dunia perburuhan. la mengesankan keadaan yang menyenangkan ketika melukiskan kondisi kehidupan buruh, baik mengenai kondisi fisik mereka, maupun jarak sosial antara buruh dan majikan di lingkungan tambang timah di pulau itu.
Sebagaimana terlihat dari kutipan di atas, pengalaman yang dihadapi Hoetink selama melakukan perjalanan dinas ke berbagai perusahaan Belanda di daerah luar Jawa ketika itu, lalu ditulis dalam suatu laporan, khususnya mengenai kondisi buruh tambang di pulau Belitung dibanding dengan keadaan buruh di daerah lain di Hindia-Belanda. Apapun kondisi buruh yang sebenarnya, masih buruh tambang timah Belitung tampaknya sudah mendapat perhatian yang hampir sama lamanya dengan masalah yang muncul di dalam dunia kehidupan buruh itu sendiri.
Sejak awal pembukaan daerah tambang timah pertama pada tahun 1852, usaha penambangan timah di pulau Belitung boleh dikatakan mengalami perkembangan yang lamban, jika dibandingkan dengan pulau tetangganya, Bangka yang sudah mulai diusahakan sejak tahun 1711.[2] Ada banyak faktor penyebabnya. Pertama, perhatian VOC, Inggris (1813-1816) dan kemudian pemerintah kolonial Belanda lebih tertuju untuk menguasai timah Bangka yang sudah terkenal sejak lama. Keuntungan yang dapat ditarik dari nilai ekspor timah Bangka yang melimpah, mendorong VOC untuk memonopoli perdagangannya lewat Palembang. Demikian juga halnya dengan Inggris. Pejabat Inggris lebih terfokus perhatiannya untuk mengelola langsung produksi timah Bangka dari pada mengeluarkan dana untuk kepentingan penelitian timah di Belitung. Kedua, arah politik kolonial Belanda sejak abad ke-19 lebih tertuju untuk memperluas wilayah kekuasaannya ke daerah-daerah luar Jawa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Onek Gunawan
"Meningkatnya aktivitas eksploitasi dan kegiatan indutri pengolahan bijih Timah (SnO2) di pulau Bangka berpotensi menyebabkan kenaikan konsentrasi dan aktivitas TENOR (Technologically Enchanced Naturally Occurring Radioaktive Materials) di permukaan. Peningkatan konsentrasi dan aktivitas TENORM akan memberikan dampak bagi keselamatan dan kesehatan pekerja serta lingkungan. Pada penelitian ini diperoleh konsentrasi aktivitas TENORM pada Tin Slag yang cukup tinggi yaitu di atas 1 Bq/g untuk Th-232, Th-228, U-238 dan Ra-226. Sedangkan untuk radionuklida K-40 masih berada pada level alam yaitu maksimum 2,16 Bq/g dari batas maksimal yang ditentukan 10 Bq/g. Sebagai konsekuensi tingginya aktivitas deret Th-232 dan U-238 adalah Tin Slag pada penelitian ini memiliki karakteristik nilai rata-rata Radium Equivalent Activity (Raeq) dan External Hazard Index (Hi) masing-masing sebesar 27,08 Bq/g dan 73,14 sedangkan batasan maksimum yang ditentukan oleh United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) 2000 masing-masing sebesar 0,37 Bq/g untuk Raeq dan 1 untuk Hi. Konsekuensi lain yang diperoleh adalah tingginya dosis absorbsi dan dosis efektif yang mungkin diterima pekerja dimana dalam penelitian ini diperoleh masing-masing untuk dosis absorbsi sebesar 12104 nGy/jam dan dosis efektif 23,04 mSv/tahun. Dari simulasi menggunakan perangkat RESRAD ONSITE diketahui terdapat kenaikan dosis efektif sampai batas maksimum pada tahun ke-20 sebesar 27,17 mSv/tahun jauh di atas ambang 20 mSv/tahun untuk pekerja radiasi. Selain itu diperoleh pola kontribusi dosis untuk tiap radionuklida sampai tahun ke-60 dimana dari total keseluruhan kontribusi hampir semuanya didominasi oleh deret Th-232 yaitu lebih dari 50 % dari total dosis. Estimasi peluang terjadinya kanker menunjukan nilai maksimum 63 x 10-3 hal ini berarti terdapat 63 dari 1000 kejadian, nilai ini juga berada di atas nilai ambang yang ditetapkan United States Evironmental Protection Agency (EPA) yaitu pada skala 10-4.

Increased activity of exploitation and industrial activities of Tin Ore processing (SnO2) in Bangka Island has the potential to increase the concentration and activity of TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioaktive Materials) on the surface. Increasing TENORM concentration and activities will have an impact on workers and environment. In this research, TENORM activity concentration in Tin Slag is higher than 1 Bq/g for Th-232, Th-228, U-238 and Ra-226. K-40 is still at a natural level that is a maximum of 2,16 Bq/g from the maximum limit specified 10 Bq/g. As a consequence of the high level of activity of Th-232 and U-238 series is Tin Slag in this research has characteristic of average value of Radium Equivalent Activity (Raeq) and External Hazard Index (Hi) respectively 27,08 Bq/g and 73, 14 while the maximum limit determined by the United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) 2000 was 0.37 Bq/g for Raeq and 1 for Hi. Another consequence is the high absorption dose and high the effective dose will be received by the workers. In present research we found high value for absorption dose and effective dose are respectively 12104 nGy/hour and 23.04 mSv/year. From the simulation using the RESRAD ONSITE device is known that effective dose will increase up to the maximum limit (27.17 mSv/year ) in the 20th year. It is above the threshold 20 mSv/year for radiation workers. In addition, from dose contribution pattern ,we found from total contribution dose is more than 50 % dominated by Th-232 series. The probability of cancer indicate a maximum value of 63 x 10-3, this means there are 63 out of 1000 events, this value is also above the threshold value set by United States Evironmental Protection Agency (EPA) on scale 10-4."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwan Hadi
"Tesis ini membahas tentang pertambangan timah yang ada di Pulau Belitung. Menggunakan kebudayaan materi yang berasal dari sisa aktivitas industri pertambangan timah yang berkembang di Pulau Belitung sejak tahun 1852. Museum sebagai sebuah lembaga mempunyai kewajiban untuk melayani masyarakat dan mengkomunikasikan benda budaya serta lingkungannya untuk kepentingan pendidikan dan kesenangan. Melalui konsep open-air museum di kawasan pertambangan timah, masyarakat Pulau Belitung akan mengetahui tentang perubahan sosial budaya serta pertambangan timah sebagai memori kolektif masyarakat Pulau Belitung. Informasi mengenai kebudayaan materi yang disampaikan kepada masyarakat adalah kebudayaan materi yang telah diberikan pemaknaan.

This thesis discusses the existing tin mining island of Belitung. Using material culture derived from the residual activity of the tin mining industry that flourished in Belitung Island since 1852. Museum as an institution has an obligation to serve the public and communicating material culture and its environment for the purposes of education and enjoyment. Through the concept of open-air museum in the tin mining island of Belitung people will know about the culture and social change in tin mining island of Belitung people's, as collective memory. Information about the material culture presented to the public is the material culture that has been given meaning."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T35757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efrianita
"Tesis ini membahas tentang bagaimana regulasi penambangan yang ada di
Kabupaten Bangka Selatan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dihubungkan
dengan tingkat kerentanan sosial dan sumber penghidupan masyarakat. Thesis ini
ingin melihat gambaran kerentanan (Vulnerability) dan Sumber Penghidupan
(Livelihood). Sampel diambil sebanyak 387 responden di wilayah Bangka Selatan
dengan menyebar kuesioner dan menggunakan metode simple random sampling
untuk responden menggunakan analisis bivariat untuk melihat signifikansi level dan
pearson correlation dengan menggunakan bantuan software. Hasilnya adalah
adanya Kerentanan (Vulnerability) dan Sumber Penghidupan (Livelihood)
masyarakat sekitar lahan pertambangan timah di Kabupaten Bangka Selatan.

This thesis discusses how existing mining regulation in South Bangka Bangka
Belitung province associated with the level of social vulnerability and livelihoods.
This thesis would like to see a picture of vulnerability (Vulnerability) and
Livelihoods (Livelihoods). Samples were taken as many as 387 respondents in the
South Pacific region by spreading the questionnaire and using simple random
sampling method to respondents using bivariate analysis to look at the significance
level and Pearson correlation using statistical software. The result is the existence
of Vulnerability (Vulnerability) and Livelihoods (Livelihoods) surrounding
communities tin mining land in South Bangka Regency.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Disa Kurnia Dewi
"Aktivitas pertambangan timah sudah dilakukan sejak tahun 1976 oleh PT Timah Tbk sehingga semakin sedikit sumber timah yang diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik mineralisasi timah primer di Parit Tiga, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Metode yang digunakan pada penelitian ini, yaitu XRD, XRF, Petrografi, dan Mineragrafi. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, daerah penelitian terdiri atas dua satuan geomorfologi yang meliputi Satuan Perbukitan Vulkanik dan Satuan Tailing Antropogenik. Berdasarkan hasil interpretasi persebaran litologi di daerah penelitian, maka daerah penelitian memiliki dua satuan batuan, antara lain Satuan Granit Klabat Berbutir Halus dan Satuan Granit Klabat Berbutir Sedang-Kasar. Lalu, struktur yang berkembang di daerah penelitian adalah Sesar Mendatar Mengiri Turun dan sheeted vein/veinlet. Kemudian, alterasi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari empat fasies, yaitu Alterasi Kuarsa + Turmalin (104.2 ppm), Alterasi Kuarsa + Halosit + Klorit + Pirofilit (56.5 ppm), Alterasi Kuarsa + Illite (52.4 pm), dan Alterasi Kuarsa + Kaolinit + Klorit + Dickite (19.5 ppm). Endapan bijih yang ditemukan di daerah penelitian, yaitu kasiterit, hematit, dan pirit. Tipe endapan timah di daerah penelitian adalah greisen dan berada pada kontak antara batuan silikat dan batuan granit. Mineralisasi timah primer di daerah penelitian berkaitan dengan sesar, urat-urat, dan alterasi.

Tin mining activities have been carried out since 1976 by PT Timah Tbk so that fewer sources of tin are known. This study aims to determine the characteristics of primary tin mineralization in Parit Tiga, West Bangka Regency, Bangka Belitung Islands. The methods which I used in this study are XRD, XRF, Petrography, and Mineragraphy. Based on the results of the analysis that had been done, the study area consists of two geomorphological units which include the Volcanic Hills Unit and the Anthropogenic Tailings Unit. Based on the interpretation of lithology distribution in the study area, there are two rock units, which are the Fine-Grained Granite Klabat Unit and the Medium-Coarse Grained Granite Klabat Unit. Then, the structure developed in the study area is a Left Normal Slip Fault and sheeted vein/veinlet. Then, alterations developed in the study area consist of four facies, which are Quartz + Tourmaline Alteration (104.2 ppm), Quartz + Halloysite + Chlorite + Pyrophillic Alteration (56.5 ppm), Quartz + Illite Alteration (52.4 pm), and Quartz + Kaolinite + Chlorite + Dickite Alteration (19.5 ppm). The type of primary tin mineralization in the study area is the filling of sheeted veins in tourmaline and quartz minerals. Ore deposits that were found in the study area consisted of cassiterite, hematite, and pyrite. The type of deposit in the study area was greisen and located in contact between silicate rocks and granite rocks. Primary tin mineralization in the study area was related to fracture, veins, and alteration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Szekely-Lulofs, Madelon Hermine
Jakarta: Grafitipers, 1985
839.313 SZE kt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prafita Sari S.
"ABSTRAK
Era globalisasi yang akan dihadapi bangsa Indonesia memmtut perbaikan kualitas sumber daya manusia. Perbaikan kualitas sumber daya sangar bergantung pada kualitas pendidikan terutama pendidikan. Melihat peranan Sarjana Teknik (ST) dan Sarjana Pertanian (SP) yang besar di dalam era kompelisi global yang identik dengan industialisasi dan perkembangan inovasi teknologi ini maka terdapat kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi teknik di Indonesia.
Industri sebagai pihak yang mempekerjakan ST/SP dapat memberikan penilaian
obyektif terhadap kompotensi yang dimilikinya. Tetapi selama ini terdapat kesenjangan antara Industri dan Perguruan Tinggi, yaitu terjadinya perbedaan persepsi tentang kompetensi minimal yang dibutuhkan dunia kenja, sehingga ST/SP yang dihasilkan tidak dapat memenuhi kebutuhan industri.
Untuk mengetahui harapan industri terhadap kompetensi STISP dan bagaimana
persepsinya maka dilakukan penelitian survai dengan suaran responden tingkat manajer yang membawahi ST/SP di Industri yang banyak mempekenjakan ST/SP dan mengaplikasikan ketrampilan engineering. Dimana kriteria kompetensi ST/SP yang digunakan mengacu kepada ABET Engineering Criteria 2000. Berdasarkan tingkat harapan dan persepsi industri hasil pengolahan kuesioner memang terlihat adanya kesenjangan antara keduanya, dengan nilai perspsi lebih kecil dari harapannya.
Salah satu cara untuk meminimalkan kesenjangan adaiah dengan melakukan
perbaikan proses pengajaran. Dimana proses pengajaran tidak terlepas dengan metode belajar dan mengajar atau metode pembelajaran. Untuk mengetahui prioritas metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kompetensi ST/SP sesuai harapan industry dalarn kaitannya unluk mengisi kesenjangan yang ada maka digunakan Qualify Function Deployment (QFD). Metode QFD dipilih karena dapat menerjemahkan harapan/kebutuhan customer ke dalam atribut produk/jasa.
Hasil dari prioritas metode pembelajaran yang efektif untuk mengisi kesenjangan dapat menjadi masukan bagi penyusun kurikulum Perguruan Tinggi Teknik Indonesia.

"
2001
S50410
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronny Setiawan
"Kabupaten Belitung merupakan wilayah yang secara administratif
tergabung dalam wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.,
Kabupaten ini telah lama dikenal sebagai daerah penghasil timah.
Sejarah pengembangan pulau ini tidak lepas dari penambangan timah
yang menurut beberapa catatan telah dilakukan sejak lebih dari seratus
lima puluh tahun yang lalu (Sujitno, 1996). Penambangan timah di daerah
ini telah berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat, memberikan
kontribusi bagi pengembangan infrastruktur dan pengembangan kota dan
berbagai keuntungan lainnya yang dapat dirasakan secara langsung oleh
masyarakat.
Krisis ekonomi yang melanda perekonomian nasional (1998) dan
perubahan dalam sistem ketatanegaraan dengan terbitnya UndangUndang
Nomor 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah memicu
terjadinya aktivitas pertambangan timah oleh masyarakat yang dilakukan
secara illegal (tanpa izin). Berdasarkan pemberitaan media massa,
kegiatan pertambangan tanpa izin (PETI) timah mencapai ribuan
jumlahnya di wilayah propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Post Belitung,
2001).
Kegiatan Pertambangan tanpa izin (PETI) timah memberikan dampak
positif dan negatif terhadap lingkungan. Dampak positifnya antara lain:
penyediaan alternatif lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi
masyarakat. Sedangkan dampak negatif yang timbul adalah: terjadinya
perubahan bentang alam, hilangnya vegetasi dan fauna yang terdapat
pada areal PETI, lahan menjadi porak poranda akibat penambangan
yang tidak terkendali bahkan pencemaran berupa peningkatan kekeruhan
dan sedimentasi terhadap perairan di sekitar areal penambangan.
Akibatnya pemerintah harus mengeluarkan dana yang besar untuk
kegiatan pemulihan lingkungan Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup maupun Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan yang besar bagi daerah
untuk mengelola sumberdaya alam dan sekaligus memelihara kelestarian
fungsi lingkungan. Namun berdasarkan pengamatan peneliti dan
pemberitaan media massa, perkembangan PETI dan dampak
lingkungannya dari tahun ke tahun semakin meningkat pula. Karenanya
peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi terhadap organisasi Pemerintah
Kabupaten Belitung yang sesuai tugas pokok fungsinya terkait dalam
pengelolaan pertambangan dan lingkungan hidup.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini
pengelolaan pertambangan timah di Kabupaten Belitung, organisasi yang
terkait dalam pengendalian PETI di Kabupaten Belitung, bagaimana hasil
yang telah dicapai dalam pengendalian tersebut, dan faktor-faktor yang
menghambat pengendalian kegiatan pertambangan tanpa izin (PETI)
timah. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui kondisi terkini pertambangan bahan galian timah di
Kabupaten Belitung.
2. Mengkaji efektivitas organisasi Pemerintah Kabupaten Belitung dalam
pengendalian pertambangan tanpa ijin timah (peti) timah di Kabupaten
Belitung.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi
organisasi pengelola lingkungan tersebut dalam pengendalian PETI
tim a h.
Penelitian tergolong penelitian deskriptif, yaitu berusaha untuk
mendeskripsikan hal-hal yang saat ini berlaku, untuk selanjutnya
didalamnya terdapat upaya untuk mencatat, menganalisis, dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi. Sedangkan
metode yang digunakan adalah gabungan metode kualitatif - kuantitatif .
Hasil penelitian ini adalah:
1. Pengelolaan pertambangan timah di Kabupaten Belitung diatur
melalui Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 4 tahun 2003
tentang Pengelolaan Pertambangan Umum. Perda ini telah
mengakomodir kepentingan masyarakat dalam usaha pertambangan,
yaitu dengan adanya ketentuan mengenai izin usaha pertambangan
yang dilakukan oleh masyarakat (SIUPR). Namun persoalannya,
hingga saat ini Organisasi Pemerintah Kabupaten Belitung yang
memiliki kewenangan dalam pengelolaan pertambangan belum
sepenuhnya dapat mengiplementasikan hal tersebut. Ketiadaan
pembinaan dan pengawasan merupakan salah satu contoh ketidak
mampuan instansi pemerintah tersebut dalam menerapkan kebijakan
pengelolaan pertambangan. Aktivitas pertambangan oleh masyarakat
di Kabupaten Belitung pada saat ini, erat kaitannya dengan ketiadaan
lapangan kerja, rendahnya skill (kemampuan/keahlian) masyarakat"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2006
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>