Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116439 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Beddu Amang
Jakarta: Dharma Karsa Uatama, 1993
338.19 BED e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatullah
"Kedepan kebuttuhan bahan bakar miinyak semakiin meniingkatt akan tetapi ketersediaan bahan bakar minyak semakin menipis. Selain masallah ketersediaan bahan bakar yang semakin menipis, bahan bakar yang akan digunakan juga harus memperhatikan kualliittas lliingkungan dallam hall ini adallah pengurangan emisi gas buang. Salah satu solusi adalah bahan bakar biodiesel. Biodiesel dibuat dengan menggunakan procesor BDP-10FG-BV tipe batch dan pereaksi spirtus. Pembuatan meliputi pencampuran trgliserida, pereaksi ethanol spirtus dan katalis NaOH. Setelah proses itu terjadi, kemudian dilakukan proses pemisahan antara biodiesel dan gliserol dan tahap yang terakhir adalah pencucian untuk menghilangkan ethanol spirtus dari biodiesel. Prosessor yang digunakan mempunyai kelebihan yaitu kendali suhu dan fiber glass sehingga reaksi yang terjadi dapat dilihat dan diukur, kelemahannya adalah waktu proses yang lama. Hasil yang didapatkan cukup bagus, dapat dilihat dari uji spesifikasi hanya beberapa variabel yang tiidak sesuai. Dari hasil pengujian spesifikasi didapatkan bahwa biodiesel jagung dan sawit masih ada bagian yang tidak sesuai standard. Total gliserol biodiesel jagung memiliki kelebihan 0,,0835% dari standard, sedangkan biodiesel sawit memiliki kelebihan dalam viskositas dan total gliserol (kelebihan total gliserol 0,,0832% dan viskositas kelebihan 0,183 cSt) dan kurang dallam flash point (kurang 30 dari nilai standard 100). Sellain itu biodiesel sawit mempunyai titik tuang, titik kabut, viskositas, angka asam total, angka penyabunan, angka setana dan kandungan ester lebih tinggi dari pada biodiesel jagung, sedangkan biodiesel jagung mempunyai nilai lebih tinggii dalam massa jenis, titik nyala, jumlah gliserol bebas dan gliserol total.

In the future the demand of oil fuel will increase but the supply will decrease. Beside that problem, the oil fuel that we use shouldn?t destroyed the environment in this case is exhaust gas. One of the solution are biodiesel of corn oil and palm oil which produce by transesterification process. Biodiesel producted by batch procesor BDP-10FG-BV and alcohol spirtus ethanol and catalyst NaOH. There are three step/phase in producing biodiesel. First mixing trigeliceride, spirtus and NaOH. Then the second step is separating biodiesel from glycerol and the last step is washing biodiesel with water. The processor has a temperature controller and fiber glass so we can see and measure the reaction, but the processor has weakness it need long time to produce biodiesel. The result is good enough because there is only a few variable outside standard of biodiesel. The result from the test are first biodiesel of corn oil have surplus of total glyserol 0,0835%, the biodiesel of palm oil surplus total gliserol 0,,0835% and 0,183 cSt of viscosity and minus 30 point of Flash Point. The palm oil biodiesel have better point in viscosity, cloud point, pour point, total acid number, saponification number, cetane numebr and estter contentt. The corn biodiesel have better point in density, flash point, free glycerol and total glycerol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain
"Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang dapat diperbaharui dan ramah terhadap lingkungan. Potensi sumber bahan bakar nabati di Indonesia yang cukup besar, memungkinkan pengembangan dan penggunaan biodiesel yang diolah dari sumber tersebut. Pengolahan biodiesel dilakukan dengan proses transesterifikasi.
Biodiesel yang ditinjau diolah dari minyak goreng curah (sawit) dan minyak jagung. Pengujian prestasi dan emisi gas buang dilakukan pada Diesel Engine Research and Test Bed dengan mesin uji Nissan tipe SD 22 dan tidak dilakukan modifikasi (standar). Campuran bahan bakar antara solar dan biodiesel divariasikan pada kandungan masing-masing biodiesel 10 %, 20 %, dan 30 %.
Perubahan putaran poros dari 1300, 1500, 1700 dan 1900 rpm. Pembebanan dikondisikan pada bukaan throttle 30%, 40%, 50% dan 60%. Hasil pengujian menunjukkan penambahan kandungan biodiesel dalam campuran bahan bakar dapat mengurangi emisi (opasitas) yang dihasilkan. Dan pada biodiesel minyak goreng curah dapat meningkatkan effisiensi thermal, Brake Horse Power dan menurunkan konsumsi bahan bakar spesifiknya pada pengujian dengan variasi putaran mesin. Secara umum diantara kedua jenis biodiesel tersebut yang memiliki hasil paling baik yaitu biodiesel minyak goreng curah dengan kandungan campuran bahan bakar sebesar 10 %.

Biodiesel is the one of the alternative energy which can be renewed and environmental friendly. Indonesia has a big potency to develop and use biodiesel as a diesel fuel because there are many kind of plantation resources in it. The Process of biodiesel can be conducted with process of transesterification.
Biodiesel which was evaluated, was processed from corn oil and cooking oil. The performance test was conducted on Diesel Engine Research and Test Bed with Nissan tipe SD 22 engine without any modification. The fuel mixing between diesel fuel and biodiesel was variated at biodiesel contain 10%, 20% and 30%.
The speed engine changing are 1300, 1500, 1700 and 1900 rpm while the throttle valve open in 30%, 40%, 50% and 60%. The testing result showed that the opacity value decrease when using these biodiesels. The result also showed that biodiesel from cooking oil can increase the thermal efficiency, brake horse power and decrease specific fuel consumption of diesel engine test especially in variaton of speed engine charge. Generally, from two kinds of biodiesel, cooking oil with contain 10% mix with diesel fuel has the best result."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23305
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadan Eka Firmansyah
"Kedepan kebutuhan bahan bakar minyak semakin meningkat akan tetapi ketersediaan bahan bakar minyak semakin menipis. Selain masalah ketersediaan bahan bakar yang semakin menipis, bahan bakar yang akan digunakan juga harus memperhatikan kualitas lingkungan dalam hal ini adalah pengurangan emisi gas buang. Untuk itulah perlu dicari bahan bakar minyak yang terbarukan dan juga ramah lingkungan. Salah satu solusinya adalah bahan bakar biodiesel dari minyak sawit dan minyak jagung yang dihasilkan dari tumbuhan melalui proses transesterifikasi. Biodiesel yang telah dibuat perlu diuji unttuk mengetahui apakah bisa menggantikan solar. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian prestasi mesin serta gas buang. Dalam pengujian prestasi mesin, biodiesel jagung dan sawit dicampur dengan solar dengan komposisi 10% biodiesel 90% solar (B10), komposisi 20% biodiesel 80% sollar (B20), komposiisii 30% biosiesel 70% solar (B30). dari hasil pengujian prestasi mesin biosiesel jagung dan sawit memiliki nilai efisiiensi thermal dan opasitas yang lebih baik dari solar. Campuran biosiesel yang paling baik adalah B30 Jagung dan B30 sawit untuk efisiensi thermal dan B30 Jagung dan B20 Sawit untuk opasitas.

In the future the demand of oil fuel will increase but the supply will decrease. Beside that problem, the oil fuel that we use shoulldn?t destroyed the environment in this case is exhaust gas. One of the solution are biodiesel of corn oil and palm oil which produce by transesterification process. Biodiesel that we made have to be tested to compare with Automotive Diesel Oil (ADO). There are two kind of tested, engine perform test and opacity test. In this process we blended the biosiesel from oil corn and pllm oil, the percentage of blending are 10% (10% biosiesel and 90% ADO), 20% (20% biosiesel and 80% ADO), and 30% (30% biosiesel and 70% ADO). Biiodiiesell productted by battch procesor BDP-10FG-BV and alcohol spirtus ethanol and catalyst NaOH.there are three step/phase in producing biodiesel.First mixing trigeliceride , spirtus and NaOH. Then the second step is separating biodiesel from glycerol and the last step is wahing biodiesel with water.procesor BDP-10FG-BV suittable for small scale production with good quality because it has fiber glass and temperature controller, the weakness is tthe process need alot of time. The result from it are the biosiesel of corn oil and palm oil have better thermal effciency and opacity than diesel fuel. The best blending are B30 Jagung and B30 Sawit for thermal efficiency and B30 Jagung and B20 Sawit for opacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37957
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khudori
"Bulog dan beras ibarat dua sisi dari sekeping mata uang. Keduanya seolah sejoli yang tak terpisahkan. Sejak berdiri pada 1967 sampai saat ini Bulog tak pernah lepas dari tetek bengek urusan beras. Akan tetapi, relasi Bulog dan beras tidak selalu manis. Ada masa pasang, ada saat surut. Secara korporasi bahkan Bulog serasa ditimpa ‘tsunami’ tatkala monopoli impor beras dicabut, penyaluran pasti beras untuk golongan anggaran (PNS, TNI-Polri) ditiadakan, dan fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), kredit berbunga rendah, dihentikan. ‘Tsunami’ bagai kiamat berulang ketika outlet penyaluran pasti beras Bulog untuk program Raskin/Rastra diubah menjadi transfer tunai di program Bantuan Pangan Nontunai (BPNT), yang sekarang bernama Program Sembako.
Itu salah satu ‘drama’ perubahan kebijakan yang bisa dibaca di buku ini. Akan tetapi, sesuai judulnya, Bulog dan Politik Perberasan, buku ini diniatkan untuk melacak secara mendalam relasi Bulog dan politik beras yang diformulasikan dalam pelbagai kebijakan publik pemerintah dari sejak BUMN ini berdiri hingga kondisi paling mutakhir. Posisi ekonomi-politik beras dalam percaturan politik-ekonomi Indonesia ditelusuri hingga berujung pada pertanyaan: masihkah Bulog harus mengurus beras? Bongkar pasang kebijakan dalam stok beras publik, baik untuk program Raskin/Rastra, beras operasional Bulog maupun cadangan beras pemerintah, dianalisis lewat pendekatan ekonomi-politik.
Pembaca disuguhi analisis mendalam sejauhmana komitmen (politik) pemerintah lewat kebijakan perberasan yang pelaksanaannya diserahkan kepada Bulog. Baik komitmen anggaran maupun dukungan politik lewat regulasi dan kebijakan. Relasi Bulog dan (politik) beras ini bisa menjadi cermin bagaimana sebuah kebijakan publik seharusnya dibuat. Juga diulas mengapa Bulog masih berada di zona nyaman dengan mengandalkan penugasan publik. Padahal, potensi bisnis komersial yang bisa digeluti cukup luas. Lewat kajian terhadap puluhan regulasi juga dielaborasi bagaimana seharusnya Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) berperan, dan seperti apa negara lain merancang tata kelola pangan mereka. Inilah buku pertama yang merangkai titik-titik hulu hingga hilir bagaimana relasi Bulog dan politik perberasan dari era 1970-an hingga saat ini."
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2022
338.19 KHU b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Corn is strategi commodity because of its high productivity and its usage diversity ranging from feed, food, energy to industrial raw material. Domestic corn demand, which is partly fulfilled by import, is vert high ..."
PANGAN 24:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Retnosari Andrajati
Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1977
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ja`far Abuabdillah Ashshiddiq
"Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Akrolein dan propilen glikol adalah dua produk turunan kelapa sawit dari gliserol sebagai produk samping hilirisasi biodiesel yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena Indonesia masih bergantung terhadap impor pada dua senyawa tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ekonomi dan lingkungan pada produksi akrolein dan propilen glikol berbahan dasar minyak sawit sebagai produk turunan kelapa sawit. Proses konversi gliserol menjadi akrolein memiliki hasil yang baik dengan penggunaan katalis asam heteropoli serta katalis zeolit dengan selektivitas mencapai 98%. Proses ini juga menghasilkan nilai GWP sebesar 3,27 ton CO2eq/ton akrolein. Proses konversi gliserol menjadi propilen glikol memiliki hasil yang baik dengan katalis Cu dan penggunaan reaktor non-isotermal dengan selektivitas lebih dari 90%. Proses ini juga menghasilkan nilai GWP sebesar1,85 ton CO2eq/ton propilen glikol. Proses konversi gliserol menjadi akrolein dan propilen glikol dengan kapasitas 11.094 ton per tahun dan 70.001 ton per tahun memiliki NPV sebesar USD 376.605.929, IRR sebesar 149,94%, PBP sebesar 1,261 tahun, PI sebesar USD 8,22 dan nilai GWP total yang dihasilkan adalah 165.781 ton CO2eq. Produksi akrolein dan propilen glikol dari gliserol sebagai substitusi impor dalam negeri dapat menghemat devisa sebesar USD 207.427.868 per tahun.

Indonesia is one of the largest palm oil producers in the world. Acrolein and propylene glycol are two palm oil derivative products from glycerol as a byproduct of palm oil biodiesel which has the potential because Indonesia heavily depend on imports of those products. The purpose of this study is to study the economic and environmental potential of the acrolein and propylene glycol production based on palm oil as its derivative product. The process of converting glycerol into acrolein shows promising results by using heteropolitic acid and zeolite catalysts with 98% of selectivity. This process produces 3.27 tons CO2eq/ton acrolein GWP. The process of converting glycerol to propylene glycol has promising results with Cu catalysts and non-isothermal reactors, resulting of selectivity of more than 90%. This process produces 1.85 tons CO2eq/ton propylene glycol GWP. The process of converting glycerol to acrolein and propylene glycol with a capacity of 11,094 tons per year and 70,001 tons per year has an NPV of USD 376,605,929, and IRR of 149.94%, PBP of 1.261 years, a PI of USD 8.22 and the total GWP of 165,781 tons CO2eq. Production of acrolein and propylene glycol could save Indonesia’s foreign exchange up to USD 207,427,868."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Asnawi
"Telah dilakukan penelitian untuk mempelajari pengaruh
iradiasi sinar gamma pada karakteristika kimia dan fisika vitamin D, minyak jagung dan campuran keduanya dengan dosis radiasi 0,10,20 dan 30 kGy dan penyimpanan 0,1,2 dan 3 bulan. Penyimpanan untuk minyak jagung dilaksanakan pada suhu kamar (29 ± 2 0C), sedang untuk vitamin D dan campurannya disimpan ditempat yang sejuk (± 15°C).
Parameter yang diuji untuk minyak jagung meliputi bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan iod, bobot jenis, indeks bias, metil ester asam lemak dengan kromatografi Cairan-gas, kadar vitamin D . dengan spektrofotometer, titik lebur vitamin D dengan " Differential Thermal Analyzer " kestabilan vitamin D dan campurannya dengan kromatograf I cairan- cairan tekanan tinggi.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa bilangan iod, bobot
jenis, indeks bias dan metil ester asazu lemak dan minyak jagung tidak dipengaruhi.dosis radiasi dan penyimpanan. Iradiasi sampai 30 kGy memberikan pengaruh terhadap bilangan asam minyak jagung dan menurunkan kestabilan camnpuran. Penyimpanan member ikan pengaruh terhadap b ilangan penyabunan dan bilangan asam minyak jagung. Titik lebur, kadar dan kestabilan vitamin D menurun karena iradiasi sampai 30kGy dan penyimpanan saiapai 3 bulan.

Studies on effect of irradiation by gamma rays on
chemical and physical characteristics of vitamine D, corn
oil and their mixture with radiation dose 0,10,20.and 30 kGy
respectively and storage for 0,1,2 and 3 months have been
done. Corn oil was stored at room temperature (29 ± 2°C)
while vitamine D and the mixture were in a cool place
(.± 15°C).
The parameter studied were acid value, saponification
value, iod value, 'density, refraction index, fatty acid metil
ester of corn oil with Gas Liquid Chromatography; vitamine
•D assays with Spectrophotometre; melting 'point of vitamine
D with Differential Thermal Analyzer where stability
of vitamine D and the mixture by High Pressure Liquid Chromatography.
The results obtained, didn't show any influence of
radiation dose and storage periode towards iod value, density,
refraction index and fatty acid meti1 ester of corn oil.
Irradiation dose up to 30 kGy affected the acid value of
corn oil and decreased the mixture stability, while storage
periode changed saponification and acid value of corn oil.
Irradiation dose up to 30 kGy and storage until 3 months reduced
melting point, stability and concentration of vitamine
D.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Hafiza Vivadinar
"Pada penelitian ini, dilakukan analisis aspek teknis, lingkungan, dan ekonomi pada proses produksi Hydrogenated Vegetable Oil (HVO) dengan hidrogen dari Steam Methane Reforming (SMR), Gasifikasi Biomassa (BG), Elektrolisis dengan Pembangkit Listrik Panas Bumi (GEO-E), dan Elektrolisis dengan Pembangkit Listrik Panel Surya (PV-E). Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan efisiensi energi, faktor emisi, serta biaya produksi HVO dari teknologi hidrogen yang berbeda-beda. Seluruh teknologi disimulasikan menggunakan Aspen Plus® dengan fluid package Peng-Robinson. HVO diproduksi menggunakan dua reaktor, yaitu reaktor hydrotreating dan reaktor hidroisomerisasi dan menghasilkan tiga produk, yaitu HVO, green naphtha, dan bio-jet fuel. Proses produksi hidrogen menggunakan BG menggunakan bahan baku empty fruit bunch (EFB). Sedangkan pasokan listrik untuk elektrolisis didapat dari GEO-E dengan sitem kombinasi ORC dan Flash. Pasokan listrik untuk elektrolisis dengan PV-E dilengkapi dengan baterai. Analisis teknik dilakukan dengan menghitung efisiensi energi produksi HVO. Analisis ekonomi dilakukan dengan menghitung biaya produksi HVO dengan metode Levelised Cost of Energy (LCOE). Analisis lingkungan dilakukan dengan menghitung emisi CO2-e dengan metode Life Cycle Analysis. Hasil analisis memperlihatkan bahwa produksi HVO dengan efisiensi terbaik didapat dari hidrogen hasil SMR dengan efisiensi 55,67%, yang diikuti oleh BG (31,47%), PV-E (9,34%), dan GEO-E (7,89%). LCOE terendah juga masih membutuhkan produksi hidrogen dari SMR dengan LCOE sebesar $15,79/GJ-HVO, yang diikuti oleh BG ($16,37/GJ-HVO), GEO ($22,83/GJ-HVO), dan PV ($27,29/GJ-HVO). Akan tetapi, produksi HVO yang paling ramah lingkungan menggunakan GEO-E sebagai teknologi produksi hidrogen dengan faktor emsisi sebesar 1,63 kgCO2-e/kg HVO, yang diikuti oleh PV-E (1,86 kgCO2-e/kg HVO), SMR (5,57 kgCO2-e/kg HVO), dan BG (16,52 kgCO2-e/kg HVO).

Study is done from the perspective of technicality, environment, and economical for Hydrogenated Vegetable Oil (HVO) production with hydrogen from Steam Methane Reforming (SMR), Biomass Gasification (BG), Geothermal Electrolysis (GEO-E), and Solar Photovoltaic Electrolysis (PV-E). The purpose of this study is to evaluate the energy efficiency, emission factors, and cost production of HVO production from various hydrogen production technologies, mentioned above. Every production technology is simulated using Aspen Plus® using the Peng-Robinson fluid package. HVO is produced by two reactors, which are hydrotreating reactor and hydroisomerisastion reactor. The process produces three main products, HVO, green naphtha, dan bio-jet fuel. Feedstock to produce hydrogen from BG is Empty Fruit Bunch (EFB). Electricity production via geothermal for electrolysis uses combination of Organic Rankine Cycle (ORC) and flash system. While the electricity produced using Solar Photovoltaic is equipped with battery. Technical analysis is done by calculating the energy efficiency from overall system energy flow. Production cost is calculated using the Levelised Cost of Energy (LCOE) to analyse the economical aspect. CO2-e emission is determined using the Life Cycle Analysis (LCA) method to analyse the environmental aspect. Study has shown that HVO production with SMR as the hydrogen production technology has the highest energy efficiency (55,67%), which then followed by BG (31,47%), PV-E (9,34%), and GEO-E (7,89%). The lowest LCOE can be obtained if the hydrogen is obtained from SMR aswell (15,78/GJ-HVO), which is followed by BG ($16,37/GJ-HVO), GEO ($22,83/GJ-HVO), and PV ($27,29/GJ-HVO). However, HVO production with the lowest emission factor is equipped with GEO-E (1,63 kgCO2-e/kg HVO), which followed by PV-E (1,86 kgCO2-e/kg HVO), SMR (5,57 kgCO2-e/kg HVO), and BG (16,52 kgCO2-e/kg HVO)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>