Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182872 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
cover
cover
cover
Joko Supono
"Diare pada anak di bawah lima tahun (balita) hingga saat ini masih menjadi masalah di negara-negara berkembang, demikian pula di Indonesia. Diare masih mempakan penyakit endemis yang terjadi secara tems-menenis di semua daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2002 - 2003 prevalensi diare mencapai 11%. Propinsi yang menduduki prevalensi tertinggi diare pada anak balita adaiah Sulawesi Sclatan (16%) dan Jawa Barat (15%), Meskipun intervensi perubahan pengetahuan pada ibu balira cukup berhasil namun diare pada balita tctap menjadi salah satu dan tiga penyebab mama kemalian bayi. Peningkalan pengetahuan akan oralit dan penggunaannya sebcsar 92%, namun hanya 36% yang konsisten dengan pcngetahuan ilu dalam pengobatan diare (SDKI 2002 - 2003).
Rendahnya persepsi akan keseriusan penyakit diare merupakan kendala dalam menckan angka kesakitan diare. Adanya toleransi yang tinggi terhadap diare disebabkan rcndahnya pcrsepsi kescriusan ibu akan diare balita_ Oleh sebab itu upaya pcrubahan persepsi ibu balita dalam meiihat penyakit diare pada anak balitanya merupakan salah satu kunci untuk mempcrbaiki intewensi. Perrnasalahannya adalah belum tereksplorasi socara intensif falctor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi ibu balita tentang kcscriusan penyakit diare pada balita tcrsebut.
Dengan desain cross sectional, penelitian ini menguji hubungan antara faktor, pengetahuan, pengalaman kontak, dan kepercayaan tentang diare pada balita dcngan persepsi ibu balita tentang keseriusan diare. Dengan desain cross sectional, penelitian ini menguji hubungan antara faktor, pengetahuan, pengalaman kontak, dan kepercayaan tentang diare pada balita dcngan persepsi ibu balita tentang keseriusan diare.
Populasi penclitian adalah ibu-ibu balita di Kecamatan Bekasi Utara dan diambil sampel secara random sebanyak 175 orang yang tersebar di 6 kelurahan. Penclitian berhasil membuktikan bahwa faktor pengetahuan, pengalaman kontak, dan kepercayaan berhubungan secara bermakna dengan persepsi kcseriusan akan penyakit diare pada balita.
Dalam analisis multivariat (logistik ganda model faktor risiko) diketahui hubungan variabel pengetahuan dan kepercayaan dengan persepsi keseriusan tidak berinteraksi dengan variabel lain. Sedangkan pengalaman kontak berimeraksi dengan variabel pendidikan.
Besaran hubungan variabel independen dengan dependen setelah dilakukan analisis regresi logistik model faktor risiko diperoleh hasil signifikan. Ibu balita berpengetahuan rendah memiliki peluang 2,5 kali untuk berpersepéi diare sebagai penyakit biasa dibandingkan ibu berpengetahuan tinggi (OR: 2,535; 95%CI: 1,321 - 4.866) setelah variabel pendidikan dikendalikan. Ibu balita. yang tidak pernah mcmiliki pengalaman kontak memiliki peluang hampir S kali untuk berpersepsi diare sebagai penyakit biasa dibandingkan ibu balita yang pernah kontak (OR: 4,76l; 95%CI: l,853 - l2,235). Ibu balita dengan kepercayaan rcndah memiiiki peluang hampir 0,5 kali umuk mempersepsikan diare sebagai pcnyakit biasa dibandingkan dengan ibu dengan kepercayaan tinggi setelah variabel jumlah balita dikendalikan (OR: 0392; 95%C1: 0,195 - O,76S).
Upaya memperbaiki persepsi ibu balita tentang penyakit diare dapat dilakukan dengan meningkatkan program promosi kesehatan baik melalui peningkatan pengetahuan, menciptakan pengalaman dengan model simulasi, serta merasionalkan kepercayaan-kepercayaan tentang diare pada balita di masyarakat.

Diarrhea on toddlers under 5 years old currently is still a major problem in developing countries such as Indonesia. Diarrhea is still endemic in all areas, including both municipal and rural regions. Indonesian Health Demographic Survey at 2002-2003 showed that prevalence of diarrhea reached up to 11%. Provinces with the highest prevalence were South Sulawesi (I 6%) and West Java (15%).
Although intervention to improve the awareness of mothers with toddler under 5 years old was quite successful, diarrhea was still one of the three major causes of infant death. Even though the improvement ofthe awareness of oralit and its usage was 92%, only 36% was consistent with that knowledge in diarrhea recovery (SDK1 2002-2003). The low perception to the seriousness of diarrhea, which leads to high tolerance of mothers towards diarrhea, is one ofthe obstacles in decreasing the diarrhea frequency.
Hence, the effort to change the perception of mothers with toddlers under S years old towards diarrhea is one of the key to improve the intervention. However, factors that influence the perception of mothers towards the seriousness of diarrhea have never been exploited intensively.
Using cross sectional design, this research aims to ind the relation between knowledge, contact experience, and belief about diarrhea on toddler under 5 years old with the perception of mothers towards the seriousness of diarrhea.
The research population is mothers with toddlers under 5 years old in the district of Bekasi Utara, and |75 subjects are selected randomly across 6 regions (kelurahan). The research population is mothers with toddlers under 5 years old in the district of Bekasi Utara, and 175 subjects are selected randomly across 6 regions (kelurahan). This research showed that knowledge, contact experience and belief have signiticant relation with the perception towards the seriousness of diarrhea on toddler under 5 years old.
Multivariate analysis (logistic regression multivariate with risk factor model) showed that relation between knowledge and belief variables to the perception do not interact with other variables, while contact experience interacts with education variable.
After conducted risk factor model logistic regression analysis, the relation between independent variable and dependent variable showed significant result. Mothers with toddler under 5 years old who had limited knowledge had chance 2,5 times to percept that diarrhea was not serious more than mothers who had wide knowledge (OR: 2,535; 95%CI: 1,32I) after education variable was controlled.
Mothers with toddler under 5 years old who had experience with diarrhea had chance almost 5 times to percept that diarrhea was not serious more than mothers who had experience (OR: 4_76l; 95%CI: 1.853 - l2.235)- Mothers with toddler under 5 years old who had low belief had chance 0.5 times to percept that diarrhea was not serious more than mothers who had high belief (OR: 0392; 95%Cl: 0.195 - 0_765) after the number of toddler under 5 years old was controlled.
The effort to improve the perception of mothers with toddlers under 5 years old towards diarrhea can be conducted by improving the program to promote the health, such as enhancing the knowledge/awareness, creating contact experience by simulation model, and by rationalize belief about diarrhea within the people.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Effendi
"Penyakit diare sampai saat ini masih tetap sebagai permasalahan kesehatan masyarakat yang perlu ditanggulangi secara- terus menerus. Peran serta masyarakat mempunyai andil yang besar dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare. Hal ini menjadi sangat penting, karena kegiatan tersebut sangat bertumpu pada perilaku dari masyarakat. Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan perilaku pencarian pengobatan, khususnya di daerah penelitian Kelurahan Semanan I, Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
Jenis disain penelitian ini adalah `analyzed cross sectional", yang bertujuan untuk mengetahui perilaku pencarian pengobatan penderita diare, faktor-faktor yang mungkin berhubungan dan faktor dominan yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan terhadap sejumlah 3.636 jiwa dan yang berhasil diteliti perilaku pencarian pengobatan diare adalah 419 kasus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka maiden diare selama dua minggu untuk semua kelompok umur di Kelurahan Semanan I adalah 12,5%, dan kejadian diare adalah 0,59 kali per orang selama satu tahun. Sedangkan episode diare balita terjadi 3,7 kali per anak selama satu tahun. Penderita diare yang terbanyak adalah kelompok umur balita dan bayi, masing-masing 60,9% dan 22,4%. Lama sakit diare bervariasi yang banyak dipilih adalah berobat ke bidan (14,3%), Puskesmas (12,6%), tidak mencari pengobatan sama sekali (11,2%), perawat (6,9%), pengobatan tradisionil/dukun bayi (6,7%), kader kesehatan (4,3%), dokter (2,9%) dan klinik kesehatan (2,2%). Tempat rujukan yang dianggap lebib layak adalah Puskesmas, Praktek Dokter dan Bidan. Penelitian ini mendapatkan bahwa Puskesmas merupakan tempat rujukan yang paling banyak dikunjungi dibanding fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yaitu 74,3%. Faktor-faktor paling dominan yang berhubungan dengan perilaku pencarian pengobatan adalah sebagai berikut : pada lapisan pertama antara tidak mencari versus mencari pengobatan adalah; sikap pengobat, pekerjaan, persepsi akibat dan lama sakit. Sedangkan pada lapisan ke dua antara mengobati sendiri versus ke pengobat adalah; persepsi gawat, sikap pengobat, pengetahuan penyakit, lama sakit dan biaya berobat Selanjutnya pada lapisan ke tiga antara ke pengobat tradisionil versus ke pengobat modern adalah; kepercayaan gaib dan lama sakit dan pada lapisan ke empat antara pilihan ke fasilitas pelayanan Puskesmas versus pelayanan swasta adalah; jarak, persepsi gawat, pendidikan, persepsi akibat dan sikap pengobat.
Sudah waktunya bahwa kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat tidak hanya dititik beratkan pada pelayanan pengobatan di Puskesmas, namun secara proaktif kegiatan pelayanan kesehatan perlu lebih diarahkan pada promosi kesehatan dan pelayanan prevensi sekunder yaitu mendorong masyarakat untuk berobat yang benar, terutama terhadap yang rentan menderita diare."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T1701
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Nurmala
"ABSTRACT
Every health program that involves obtaining the cooperation of clientele needs to know how people behave, why they behave as they do and how that behavior might be modified. In developing countries the objective of implementing Primary health care Is to ensure that an adequate amount of medical care is available to the entire population. The provision of Health centres is one of the many programs that have been carried out to bring dental care especially to the rural people. Comparing to the utilization of other types of medical services, dental service utilization is relatively low. This condition will affect dental health status of the population. In Indonesia studies of the dental care in utilization found that dental care in health centres is underutilized.
There are numbers of factors related to utilization of dental care services but the focused in this study was to asses the relation between Perception of seriousness of dental disease and Perception of barriers to action to seeking professional dental care, controlled by several variables such as Education, Occupation, Monthly expenditure per kapita, Self-rated health, Disability days, and DMF-T of mothers in Tanjung Morawa, North Sumatera.
Sampling was conducted with EPI/WHO (Expanded Program on Immunization/WHO), which was a Two-stage cluster of 210 mothers with dental symptoms one month before the study was conducted. Respondents were interviewed using an interview guide carried out by 6 dental students. The analyses were performed with Simple and Multivariate Logistic Regression.
In the episode of dental symptoms, mother?s response in various ways, 56.7 % seeking non-Professional care such as self-medication, 6.7 % Professional care, and 28.5 % Combination of Professional and non-Professional, and 8.1 % taking no care. Using Simple and Multivariate Logistic Regression it was found that there is association between Perception of barriers to action (time spent in the waiting room and low satisfaction with dentist services) and seeking Professional dental care. The strength of association (ODDS RATIO) - 4.98, Attributable risk percent = 79.91 Z, while Perception-of seriousness of dental disease has no significant association.
The intervention should be focused on increasing the coverage of services of population target through enhancing the quality of Dental Services in Puskesmas and Dental Health Education Program through Integrated Health Post (Posyandu).

ABSTRAK
Setiap upaya pelayanan kesehatan yang membutuhkan kerjasama dari pengguna pelayanan kesehatan harus mengetahui bagaimana dan mengapa seseorang berperilaku tertentu dan bagaimana kemungkinan kita melakukan modifikasi terhadap perilaku tersebut. Dinegara-negara sedang berkembang Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar ditujukan agar seluruh masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang adekuat. Penyediaan sarana Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Gigi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memenuhi pelayanan kesehatan gigi yang dibutuhkan. Bila dibandingkan dengan pelayanan kesehatan lainnya pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi relatif masih rendah. Kondisi ini akan mempengaruhi status kesehatan gigi penduduk. Di Indonesia, dari beberapa studi yang dilakukan ditemukan bahwa pelayanan kesehatan gigi masih kurang di manfaatkan, terutama pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas.
Ada banyak faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan namun dalam penelitian ini yang terutama dilihat adalah bagaimana hubungan persepsi terhadap pencarian pengobatan profesional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi keseriusan penyakit, dan persepsi hambatan bertindak terhadap perilaku pencarian pengobatan profesional dengan dikontrol oleh variabel pendidikan, pekerjaan, pengeluaran/kapita/ bulan, persepsi status kesehatan gigi, jumlah hari sakit, dan DMP-T dari ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode EPI/WHO (Expanded Program on Immunization/WHO) yaitu dengan Two-stage cluster dari 210 ibu-ibu rumah tangga. Data diperoleh melalui wawancara oleh 6 orang mahasiswa FKG dengan menggunakan kuesioner.
Dari penelitian dapat diketahui bahwa pada saat ada gejala sakit gigi, respons ibu-ibu bervariasi dalam mengatasi gejala yaitu mulai dari mencari pengobatan non-Profesional 56.7 % antara lain dengan mengobati sendiri, Profesional 6.7 %, Kombinasi Profesional dan non-Profesional 28.5 %, dan Tidak mengobati 8.1 %. Analisa data dengan Regresi Logistik Sederhana dan Regresi Logistik Ganda menunjukkan adanya hubungan persepsi hambatan bertindak (waktu menunggu yang lama,dan perawatan tidak memuaskan) dengan perilaku pencarian pengobatan Profesional dengan ODDS RATIO = 4.98, dan juga diperoleh nilai Attributable Risk percent. = 79.91%. Studi ini tidak menemukan hubungan bermakna antara persepsi keseriusan penyakit dengan pencarian pengobatan Profesional.
Dari hasil penelitian disarankan agar dalam meningkatkan pemanfaatan pelayanan Profesional intervensi yang dilakukan adalah pada variabel yang mempunyai hubungan kuat dengan pencarian pengobatan Profesional yaitu persepsi hambatan bertindak dengan melakukan berbagai usaha dalam meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas untuk meningkatkan angka cakupan Puskesmas dan kegiatan Penyuluhan Kesehatan Gigi terutama melalui kegiatan di Posyandu untuk intervensi terhadap adanya persepsi yang merugikan kesehatan yang ditemukan pada penelitian ini."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumaniah Hasnah
"Titik berat pembahasan skripsi ini adalah pada perilaku ibu dalam pemberian makan anak balita, di Rw kelurahan Bendungan Hilir. Dalam hal ini, penulis ingin menjelaskan bagaimana pengetahuan ibu mengenai masalah makanan dan kesehatan, serta bagaimana perilaku ibu tersebut sehari-hari dalam hal pemberian makan anak balita, sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan yang mereka miliki. Hasil dari penelitian di Rw 07 Kelurahan Bendungan Hilir ini menunjukkan bahwa, ternyata perilaku pemberian makan anak balita oleh para ibu tersebut kurang sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki mengenai makanan dan kesehetan ana.k balita. Para ibu sebenarnya sudah me-ngetahui tentang jenis-jenis makanan untuk anak balita yang sesuai dengan ilmu kesehatan, serta cukup mengerti mengenai hubungan makan dengan kesehatan anak balita. Tetapi, dimilikinya pengetahuan-pengetahuan tersebut tidak menjadi jaminan bahwa perilaku merekapun akan sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka itu.
Dalam kenyataannya, para ibu lebih bersikap acuh tak acuh, baik terhadap jenis-jenis makanan yang dima-
kan oleh anak mereka, maupun terhadap keadaan gizi anak-anak mereka. Akibatnya, pemberian rnakan anak balita pun kurang mereka perhatikan deggan baik. Sikap acuh tak acuh ini terlihat juga dari keengganan para ibu untuk aktif dalam banyak kegiatan, yang sebenarnya daoat memperluas pengetahuan mereka, khususnya yang berkenaan dengan anak balita. Perilaku pemberian makan yang kurang baik ini sebenarnya tidak saja disebabkan oleh 2 hal di atas, Ada beberapa hal lain yang juga mempengaruhi, yaitu tingkat pendidikan ibu yang rendah serta penghasilan keluarga yang kecil. Satu hal lagi yang ternyata berpengaruh terhadap Pemberian makan anak balita mereka adalah, pendekatan ya.ng masih belum mengena dari pihak petugas kesehatan terhadap para ibu tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>