Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108435 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yan Daniel Immanuel
"

Pertumbuhan penduduk yang terjadi di D.I Yogyakarta meningkatkan jumlah limbah yang dibuang sehingga mempengaruhi kualitas air sungai. Selain itu, pertumbuhan populasi juga berkontribusi pada perubahan penutup lahan di daerah aliran sungai yang kemudian akan berdampak pada kualitas air sungai. Tujuan penelitan ini adalah untuk menganalisis variabilitas spasial dan temporal kualitas air pada Sungai Code di Provinsi D.I Yogyakarta, selain itu mengetahui tren perubahan penutup lahan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Sungai Code serta hubungannya dengan perubahan kualitas air sungai, dan mengidentifikasi serta menganalisis parameter kualitas air dominan yang  mempengaruhi variabilitas kualitas air Sungai Code secara keseluruhan. Data yang di analisis adalah data sekunder yang berasal dari Pemerintah Provinsi D.I Yogyakarta yang terbatas pada periode pemantauan 2011-2017. Metodologi yang dilakukan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis variasi spasial dan temporal kualitas air secara visual, kemudian melakukan klasifikasi penutup lahan untuk Daerah Tangkapan Air (DTA) Sungai Code dengan software ArcGIS 10.3 serta menganalisis hubungan perubahannya dengan perubahan kualitas air Sungai Code, dan menganalisis variabilitas data kualitas air dengan Cluster analysis (CA) & Principal Component Analysis (PCA) menggunakan software IBM SPSS. Hasil penelitian menunjukan terdapat parameter yang konsentrasinya mediannya memiliki tren positif untuk variasi spasial dari hulu ke hilir, diantaranya: suhu, TDS, BOD, COD, Nitrat, Nitrit, Seng, Tembaga, Timbal, Bakteri koli tinja, selain itu terdapat juga parameter yang konsentrasi mediannya memiliki tren positif untuk variasi temporal dari tahun 2011-2017, diantaranya: pH, TDS, Nitrat, Nitrit, Deterjen, Seng, Warna. Terdapat juga parameter-parameter yang perlu diperhatikan karena konsentrasinya sebagian besar sudah melebihi baku mutu kelas 3 dan/atau kelas 4 yang ditetapkan dalam Pergub DIY No. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air, diantaranya: BOD, Nitrit, Tembaga, Bakteri koli tinja. Hasil korelasi penutup lahan dan kualitas air mendapatkan bahwa penutup lahan vegetasi alami dapat memberikan dampak positif terhadap perubahan kualitas air Sungai Code, sedangkan penutup lahan agrikultur dan area bangunan cenderung memberikan dampak negatif terhadap perubahan kualitas air Sungai Code. Untuk CA, paramater kualitas air Sungai Code berhasil dikelompokan menjadi 4 cluster, diantaranya: kelompok pencemar nuterien, kelompok pencemar logam, kelompok pencemar materi organik dan kelompok pencemar grey water. Analisis komponen utama (PCA) menghasilkan empat komponen utama (PC1, PC2, PC3, PC4) yang mempunyai variansi secara berturut-turut 22,815%, 17,631%, 16,016%, 12,806% dan menjelaskan total 69,268% variabilitas data kualitas air Sungai Code. PC1 diinterpretasikan sebagai pencemar materi organik Sungai Code. PC2 diinterpretasikan sebagai pencemar nutrien dan kontaminasi tinja pada Sungai Code yang dapat berasal dari limbah dan air limpasan agrikultur. PC3 diinterpretasikan sebagai pencemar logam Sungai Code yang dapat berasal dari air limpasan urban dan limbah domestik. PC4 dapat diinterpretasikan sebagai dampak pencemaran grey water pada Sungai Code.


Population growth that occurred in D.I Yogyakarta increased the amount of waste discharged so that it affected river water quality. In addition, population growth also contributes to changes in land cover in watersheds which will then have an impact on river water quality. The purpose of this research is to analyze the spatial and temporal variability of water quality in the River Code, in addition to knowing trends in land cover changes in the Code watershed and its relationship to changes in river water quality, and analyzing dominant water quality parameters that affect Code River water quality variability as a whole. This research using secondary data from the Provinsi D.I Yogyakarta, which limited to the 2011-2017 monitoring period. The methodology used is descriptive analysis to analyze spatial and temporal variations in water quality, then classify land cover in Code watershed with ArcGIS 10.3 software and analyze the relationship of changes with changes in Code River water quality, analyze variability of water quality data with Cluster analysis (CA) & Principal Component Analysis (PCA) using IBM SPSS software. The results showed there are parameters whose median concentration has a positive trend for spatial variations from upstream to downstream, including: temperature, TDS, BOD, COD, Nitrate, Nitrite, Zinc, Copper, Lead, Fecal Coli Bacteria. There are also concentration parameters the median has a positive trend for temporal variations from 2011-2017, including: pH, TDS, Nitrate, Nitrite, Detergent, Zinc, Color. There are also parameters that need to be considered because most of the concentrations have exceeded the grade 3 and / or grade 4 water quality standards stipulated in Pergub DIY No. 20 Tahun 2008, including: BOD, Nitrite, Copper, fecal coli bacteria. The correlation results between land cover and water quality found that natural vegetation land cover can have a positive impact on changes in Code River water quality, while agricultural and building areas land cover tend to have a negative impact on changes in Code River water quality. For CA, the Code River water quality parameters were grouped into 4 clusters, including: the nutrient polluter group, the metal polluter group, the organic material polluter group and the gray water polluter group. Principal component analysis (PCA) produced four main components (PC1, PC2, PC3, PC4) which had variances respectively 22.815%, 17.631%, 16.016%, 12.806% and explained a total of 69.268% variability of Code River water quality data. PC1 is interpreted as organic matter pollutans in Code River. PC2 is interpreted as nutrients pollutants and fecal contamination in the Code River which may come from agricultural waste and runoff. PC3 is interpreted as a Code River metal pollutant that may come from urban runoff water and domestic waste. PC4 may interpreted as the impact of gray water pollution on the Code River.

"
Depok: Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Odang, Dian Mardianti
"Dasar Pemikiran; Ci Liwung yang berfungsi sebagai sumber air baku air minum penduduk DKI Jakarta menurut hasil pemantauan PAM Jaya dan Pusat Penelitian Masalah Perkotaan dan Lingkungan DKI Jakarta (P4L) pada saat ini telah tercemar diantaranya oleh limbah industri. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air Ci Liwung dan selanjutnya agar dapat tetap menjaga kualitas air minum maka diperlukan peningkatan biaya produksi pengolahan air minum yang harus ditanggung konsumen. Industri di DKI Jakarta sebagian besar pada saat ini telah berlokasi di Kawasan Industri Pulo Gadung, namun di luar DKI Jakarta yaitu di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung (daerah Bogor ) berkembang pesat industri-industri yang membuang limbah cairnya ke Ci Liwung dan anak-anak sungainya. Berkembangnya industri di daerah tersebut dapat dimengerti karena sesuai teori lokasi industri ( Weber, Norman Pounds) daerah tersebut memiliki aksesibilitas yang baik, tenaga kerja, pasar dan ditunjang kebijaksanaan pemerintah.
Tujuan Penelitian; untuk mengetahui perkembangan industri tahun 1979-1986 di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung dan dampaknya terliadap kualitas air Ci Liwung yang berfungsi sebagai air baku air minum untuk wilayah DKI Jakarta.
Masalah; 1. Bagaimana perkembangan industri di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung tahun 1979-1986 ? 2. Dimana terjadi pencemaran air Ci Liwung tahun 1979 dan 1986, dan parameter-parameter apa yang telah tercemar ? 3. Bagaimana hubungan antara perkembangan industri di bagian hulu dan tengah DA Ci Liwung dan perkembangan kualitas air Ci Liwung ? 4. Dimana penyebaran jenis-jenis industri yang mencemarkan air Ci Liwung di bagian hulu dan tengah DAS Ci Liwung ?"
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pius Sugeng Prasetyo
"ABSTRAK
Kebijakan dalam menangani masalah pemukiman kumuh menunjukkan adanya kecenderungan yang mengarah pada usaha untuk menyingkirkan pemukiman beserta penghuninya dari kawasan yang menjadi tempat bernmukimnya. Kebijakan pemerintah yang demikian ini dilatarbelakangi oleh kepentingan bahwa kawasan perkotaan sedapat mungkin harus bersih dari keberadaan pemukiman yang kumuh (slum area). Di lain pihak, masyarakat dengan keterbatasan yang dimilikinya mempunyai kepentingan untuk memperoleh lahan yang dapat digunakan untuk bermukim. Perbedaan kepentingan ini sering menimbulkan konflik antara pemerintah dengan masyarakat . Suatu hal yang jarang dipertimbangkan oleh para pembuat kebijakan, bahwa penataan atau pengelolaan suatu kawasan pemukiman. yang kumuh dapat dilakukan tanpa harus menggusur para pemukim yang menempati kawasan tersebut. Hal ini ingin menegaskan bahwa masyarakat yang bermukim di pemukiman kumuh perlu diberi suatu kesempatan untuk menunjukkan kemampuan yang dimilikinya dalam mengelola permkimannya. Dengan demikian kebijakan yang dibuat sebaikaya mengarah pada suatu pemberdayaan (empowerment) masyarakat, sehingga masyarakat mempunyai kesempatan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya prakarsa serta partisipasi yang muncul dari masyarakat pemukim, temyata mampu mengelola kawasan pemukimau yang semula merupakan pemukiman yang kumuh menjadi suatu pemukiman yang layak untuk dihuni. Pengelolaan yang dilakukan tersebut didasarkan pada suatu konsep yang muncul dari masyarakat itu sendiri yang dikenal dengan nama Konsep Tri Bina yang mencakup Bina Manusia, Bina Usaha, dan Bina Lingkungan.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat pemukim yang didasarkan pada konsep tersebut, ternyata dapat mengintegrasikan antara kepentingan pemerintah di satu pihak dengan kepentingan masyarakat pemukim itu sendiri di lain pihak. Tentu saja upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat tersebut tidak dapat lepas dari peran serta tokoh-tokoh masyarakat serta kelompok kelompok yang ada diluar pemukiman tersebut. Oleh karena itu pemerintah perlu mempertimbangkan untuk memberikan kesempatan bagi individu atau kelompok seperti misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat ikut serta dalam menangani masalah munculaya pemukiman kumuh tersebut.
Berdasarkan kasus yang diambil dari kawasan pemukiman di Daerah Aliran Sungai Code Kotamadya Yogyakarta maka hal ini dapatlah dijadikan suatu usulan model percontohan, mengingat pemerintah juga masih mempunyai keterbatasan dalam menyediakan fasilitas pemukiman yang mudah dijangkau oleh masyarakat yang berada pada lapisan bawah."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Wahyuningsih
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T40633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Parlinto
"Air yang mengalir pada saluran Tarum Barat (STB) merupakan suatu sumber daya alam dan air baku instalasi penjernihan air kota Jakarta, yang kualitasnya semakin menurun, sehingga diperlukan suatu konsep baru peningkatan kualitas air di sisi hilir dengan memanfaatkan kandungan energi pada air itu sendiri. Konsep peningkatan kualitas air dilaksanakan melalui permodelan dengan mereduksi secara bertahap parameter fisika, kimia, dan biologi dengan memanfaatkan kandungan energi dalam air tersebut, sesuai prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Metode penelitian yang digunakan bersifat kuantitatif dengan memanfaatkan data sekunder dan data primer sebagai verifikasi. Permodelan peningkatan kualitas air melalui diversifikasi energi di daerah aliran sungai dapat mereduksi kekeruhan sebesar 66,45% dan meningkatkan nilai indeks kualitas air dari 47,83-51,23 (kategori buruk - rata-rata) menjadi 55,49-59,08 (ketegori rata-rata), serta membangkitkan daya sebesar 885,28 kW dan energi sebesar 546.674,08 kWh/bulan, setara dengan penghematan bahan bakar solar sebesar 119,17 ton/bulan, reduksi CO2 sebesar 311.604,23 kg/bulan, dan menghasilkan Certified Emission Reduction besar 3.116,04 USD/bulan sesuai program mekanisme pembangunan bersih Protokol Kyoto. Secara ekonomi permodelan peningkatan kualitas air ini mempunyai analisis rasio manfaat biaya sebesar 1,23-2,00, analisis laju pengembalian sebesar 20,45% pertahun, dan analisis titik impas pada tahun ke 5.;Air yang mengalir pada saluran Tarum Barat (STB) merupakan suatu sumber daya alam dan air baku instalasi penjernihan air kota Jakarta, yang kualitasnya semakin menurun, sehingga diperlukan suatu konsep baru peningkatan kualitas air di sisi hilir dengan memanfaatkan kandungan energi pada air itu sendiri. Konsep peningkatan kualitas air dilaksanakan melalui permodelan dengan mereduksi secara bertahap parameter fisika, kimia, dan biologi dengan memanfaatkan kandungan energi dalam air tersebut, sesuai prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Metode penelitian yang digunakan bersifat kuantitatif dengan memanfaatkan data sekunder dan data primer sebagai verifikasi. Permodelan peningkatan kualitas air melalui diversifikasi energi di daerah aliran sungai dapat mereduksi kekeruhan sebesar 66,45% dan meningkatkan nilai indeks kualitas air dari 47,83-51,23 (kategori buruk - rata-rata) menjadi 55,49-59,08 (ketegori rata-rata), serta membangkitkan daya sebesar 885,28 kW dan energi sebesar 546.674,08 kWh/bulan, setara dengan penghematan bahan bakar solar sebesar 119,17 ton/bulan, reduksi CO2 sebesar 311.604,23 kg/bulan, dan menghasilkan Certified Emission Reduction besar 3.116,04 USD/bulan sesuai program mekanisme pembangunan bersih Protokol Kyoto. Secara ekonomi permodelan peningkatan kualitas air ini mempunyai analisis rasio manfaat biaya sebesar 1,23-2,00, analisis laju pengembalian sebesar 20,45% pertahun, dan analisis titik impas pada tahun ke 5."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidilfit Chatim
"Sungai Ciliwung selain berperan dalam urat nadi perdagangan dan pintu pertahanan kota Jakarta, juga berperan sebagai sumber air minum bagi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar aliran sungai Ciliwung. Pada saat ini keadaan sungai tersebut masih cenderung demikian, dimana penduduk yang berada di kelurahan Manggarai masih menggunakan air sungai Ciliwung sebagai sumber kehidupan. Selama periode tahun 1983 sampai 1986 sungai Ciliwung dikatakan telah tercemar berat akibat buangan limbah .domestik, pabrik dan pencernaran oleh industri kecilsepanjang tepi sungai.. Begitu juga sumur-sumur sepanjang tepi sungai terutama yang berjarak 1-5 meter dari jamban. Secara fisik air sumur ini dapat memenuhi persyaratan, dari segi untuk bakteriologinya telah tercemar 100% oleh bakteri golongan coli.
Menghadapi masalah tersebut perlu diusahakan suatu teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air menjadi air bersih, terutama bagi masyarakat yang tinggal disekitar sungai.
Salah satu alternatif penjernihan yang dapat menghasilkan air bersih yaitu dengan penggunaan campuran obat kimia. Cara ini dapat dilakukan baik perorangan ataupun secara bersama-sama dalam waktu yang relatif singkat untuk menghasilkan air bersih. Formula kimia tersebut terdiri dari tawas untuk koagulasi, soda untuk mengatur pH, kaporit untuk mernbunuh kuman di tambah dengan kaolin atau tanah infusoria yang dapat mempercepat pengendapan partikel-partikel untuk menjadikannya air bersih.
Dalam penelitian ini telah dilakukan suatu eksperimen yang menggunakan campuran tersebut diatas untuk mendapatkan air bersih dari sumber air sungai Ciliwung dan air sumur sepanjang sungai di kelurahan Manggarai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian formula kimia kaolin dosis 125 mg/1 dan formula kimia tanah infusoria dosis 125 mg/1 sangat baik untuk menurunkan kadar zat organik terlarut dalam air sungai Ciliwung dan air surnur, tetapi perlakuan ini kurang baik untuk membunuh mikroorganisme. Pemberian formula kimia kaolin dosis 250 mg/1 dan formula kimia tanah infusoria. 250 mg/1 tidak begitu baik untuk menurunkan kandungan zat organic terlarut, akan tetapi untuk menghilangkan mikroorgani.sme sangat efektif."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1988
T 1180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rifwandi Rasyidin
"ABSTRAK
Ci Liwung membentang dari Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat sampai ke Wilayah
DKI Jakarta dengan panjang kurang lebih 117 km. Pemanfaatan Ci Liwung adalah
untuk memenuhi kebutuhan air penduduk kota Jakarta dan sebagian Kabupaten Bogor.
Dalam peneUtian ini Daerah Pengaliran Ci Liwung merupakan ;
1. Satu satuan wilayah tata air yang menampung dan menyimpan air hujan yang jatuh
di atasnya untuk kemudian menahan dan mengalirkannya melalui sungai utama ke
laut (Sandy; Komunikasi Langsung 14 Juli 1995).
2. Satu satuan ekosistem dengan unsur utamanya adalah sumberdaya alam, flora dan
fauna, tanah dan air serta manusia dengan segala aktivitas di atasnya yang
berinteraksi satu sama Iain (Salim, 1986)
Ci Liwung ditetapkan sebagai air baku untuk air minum dengan kiasifikasi golongan A
(Kep. Gub. DKI No. 1608 Tahun 1988) dan golongan B, C, D (Kep. Gub. DT I Jawa
Barat No. 38 Tahun 1991).
Pada abad ke-17 kaum penjajah (kolonial) dapat langsung meminum air Ci Liwung
(Soeijani, 1989), yang sekarang tidak dapat dilakukan lagi. Ini berarti Ci Liwung
sudah mengalami perubahan mendasar yang secara konsepsional teijadi pengotoran
(contamination), pemburukan (deleterins effect), penurunan kualitas (degradation),
kemerosotan nilai (devaluation), dan mengurangnya daya penggunaan (impairment of
quality of use).
Kondisi di atas teijadi diduga karena adanya k^atan pembangunan di sepanjang
daerah pengaliran Ci Liwimg. Kegjatan pembangunan ini erat kaitannya dengan dengan
laju pertambahan penduduk di daerah pengaliran hulu dan tengah; yang banyak teijadi
areal terbuka menjadi pemukiman, tempat wisata, bungalow, restoran dan Iain-lain,
khususnya di daerah kecamatan Ciawi, Kedung Kalang, Kodya Bogor dan Kotif
Depok (di mana hulu Ci Liwung luasnya 11.776 Ha. memiliki hutan lindung seluas
4.224 Ha. (35% nya). Perubahan pemanfaatan tanah ini terlihat tidak terkendah dan
menggeser keseimbangan dinamis lingkungan alam sekitamya, sehingga dapat menjadi
penyebab terganggunya fungsi hidrologi Ci Liwung Hulu tersebut.
Ketergangguan fungsi hidrologis yang pertama-tama terlihat adalah bertambah
cepatnya laju aliran permukaan (surface run-off), infiltrasi air menurun, suhu dan
kelembaban tanah juga menurun. Kondisi ini dapat menjadikan daerah hilir banjir di
musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, yang dapat menurunkan kualitas
perairan sungai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan perkembangan pola penggunaan
tanah dan hubungannya dengan kondisi hidrolodis, serta menggambarkan perbedaan
kondisi kualitas air secara spasial dan perbedaan waktu pengambilan sampel pagi dan
sore di dua lokasi (stasiun Ciawi dan Sugutamu), dan mencari pengaruh perkembangan
pola penggunaan tanah terhadap kondisi hidrologis dan kualitas air Ci Liwung.
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang
perkembangan pola penggunaan tanah yang optimal pada suatu daerah aliran sungai,
agar keseimbangan fungsi dan kondisi hidrologis serta kualitas air Ci Liwung tidak
terganggu.
Masalah pokok yang diteliti adalah apakah benar kondisi hidrologi di DA Ci Liwung
sebagai akibat dari perkembangan pola penggunaan tanah serta pengaruhnya terhadap
kualitas air sungai. Melalui pengamatan dan analisis perkembangan keadaan di atas,
dapat dilihat pengaruh dan korelasi "perkembangan pola penggunaan tanah terhadap
kondisi hidrologis dan kualitas air sungai" pada daerah aliran sungai tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada daerah aliran (DA) Ci Liwung yang secara
administratif termasuk dalam Kecamatan-kecaraatan Cisarua, Ciawi, Kedunghalang,
Cibinong, Cimanggjs, Kotamadya Bogor dan Kota Admistratif Depok-Propinsi Jawa
Barat, Kecamatan Kebon Baru dan Matraman/Manggarai di wilayah DKI-Jakarta, yang meliputi perkembangan kondisi hidrologis dalam kunin waktu 81 tahun (1913-
1994). Perkembangan pola penggunaan tanah pada daerah aiiran (DA) Ci Liwung ini
diuraikan dan diungkapkan dalam dua periode 1976 sampai tahun 1986 dan antara
tahun 1986 sampai tahun 1994 secara deskriptif analitis, serta berdasarkan hasil
analisis perkembangan pola penggunaan tanah pada peta penggunaan tanah tahun
1976, 1986 dan tahun 1994 yang disertai dengan comparative checking perkembangan
luas dari data Kantor Kecamatan setempat dan Biro Pusat Statistik pada cakupan
wilayah di daerah pengaliran (DA) Ci Liwung di atas.
Pengaruh yang dilihat antara ;
1. Perkembangan pola penggunaan tanah (untuk pemukiman, pertanian, hutan,
pariwisata dan Iain-lain) sebagai independent variabel (Xi - Xn), dan debit dan
kualitas air sebagai dependent variabel (Y) pada musim hujan dan musim kering,
dipergunakan sebagai data seri dari pantauan instansi selama tahun 1976 sampai
1994 (18 tahun).
O Lokasi dan waktu pengambilan sampel (pagi dan sore), di dua stasiun pengamatan
(Ciawi dan Sugutamu) pada musim hujan dan kering.
Di kedua lokasi ini diambil masing-masing 30 sampei pada waktu dan lokasi di atas,
dengan asumsi kedua stasiun telah mewakUi dua kondisi dasar perkembangan tata guna
di hulu dan tengah Daerah Aiiran Ci Liwung.
Fakta menunjukan bahwa;
1. Keadaan debit Ci Liwung sampai tahun 1986, memperlihatkan rasio debit banjir pada
musim hujan dan musim kering sudah melebihi 10 banding 1, akan tetapi sifat
hidrologisnya masih baik, di mana debit pada musim kering tidak begitu kering (ratarata
antara 10,30-14,45 m^) dan perairan tetap berair sepanjang tahun.
2. Keadaan debit Ci Liwung pada tahun 1986 sampai 1994, memperlihatkan rasio debit
pada musim hujan dan musim kering sudah mendekati 20 banding 1. Kondisi ini
memberikan indikasi fiingsi hidrologis daerah pengalirannya sudah berada pada
tingkat ketidak-seimbangan (terganggu), manakala air hujan yang jatuh pada
permukaan tanah sebagian besar langsung mengalir begitu saja ke badan air dalam
bentuk aiiran permukaan (surface run-off). Akibat sebagian kecil saja yang dapat
meresap ke dalam tanah. Kondisi ini menyebabkan debit pada musim hujan melebihi daya dukung aliir aliran sungai yang menyebabkan banjir di daerah hilir, dan pada
musim kering pengaliran Ci Liwung menjadi sangat kering.
Kondisi di atas, menunjukkan bahwa perkembangan pola tata guna tanah berpengaruh
terhadap ketergangguan flingsi hidrologis pada daerah pengaliran Ci Liwung yang
berpengaruh pada perubahan volume debit dan air limpasan, di mana;
1. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan dan guna tanah untuk Iain-lain, bersamasama
mempengaruhi debit:
a. Dengan berkurangnya hutan, debit akan lebih besar pada musim hujan, dan kecil
pada musim kering;
b. Dengan bertambahnya penggunaan tanah untuk kawasan wisata dan lain - lain,
debit pada musim hujan lebih besar, dan sangat kecil pada musim kering.
2. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan, kawasan wisata dan Iain-lain, signiJBkan
terhadap perubahan debit, terlihat dari:
a. Keadaan debit Ci Liwung sampai tahun 1976 cukup baik, karena didukung oleh
sifat hidrologisnya yang masih baik. Dalam kondisi ini debit pada musim kering
tidak begitu kering (antara 10,30-14,45 m^) dan debit tidak terlalu besar pada
musim hujan; dengan kata lain perairan tetap stabil dan berair sepanjang tahun.
b. Keadaan debit Ci Liwung pada tahun 1977 ke atas dan tahun 1986 sampai 1994,
terlihat debit pada musim kering (rara-rata 8,94-12,35 m^/dt atau lebih kecil dari
sebelumnya) sudah mendekati buruk, dalam artian kestabilan aliran semakin
menurun, di mana debit pada musim kering menjadi sangat kering dan musim
hujan debit menjadi besar. Kondisi ini dikatagorikan sifat dan fungsi
hidrologisnya sudah terganggu.
Dari hasil uji statistik, memperlihatkan bahwa perkembangan tata guna tanah pada
daerah aliran (DA) Ci Liwung mengindikasikan berpengaruh pada kualitas air, baik
pada musim hujan maupun pada musim kering, di mana ;
1. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan dan untuk bangunan Iain-lain, secara
bersama-sama mempengaruhi kualitas air pada musim hujan, di mana dengan
berkurangnya hutan dan bertambahnya penggunaan tanah untuk Iain-Iain, kualitas
air untuk ;
a. R- (square) untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah
18%, 89% dan 67% ; artinya variasi data perkembangan penggunaan tanah dari model regresi ini, untuk TSS berpenganih 18%, BOD (20®C,5hari) berpengamh
89%, dan COD berpenganih 67% pada musim hujan.
b. PI untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing - masing adalah -8,062,
-7,537 dan -6,254 ; artinya dengan pengurangan satu satuan guna tanah untuk
hutan, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
c. 32 i^ntuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah -t-6,750,
+4,374 dan +5,102 ; artinya dengan penambahan satu satuan guna tanah untuk
bangunan Iain-lain, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
d. Sig T < a. Independent Variable-vcjz. signifikan masuk model, terlihat kedua
variabel penggunaan tanah untuk hutan dan bangunan Iain-lain signifikan masuk
model.
2. Perkembangan tata guna tanah untuk hutan dan untuk Iain-lain, secara bersamasama
signifikan terhadap besaran kadar TSS, BOD (20®C,5hari) dan COD dalam
mg/liter pada musim hujan maupun pada musim kering, walau untuk kadar TSS
mg/liter tingkat pengaruhnya kecd besamya pengaruh tersebut adalah ;
a. R2 (square) untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing 45%, 91%
dan 76% ; artinya variasi data perkembangan penggunaan tanah dari model
regresi ini, untuk TSS berpenganih 45%, BOD (20''C,5hari) berpenganih 91%
dan untuk COD berpenganih 76% pada musim kering.
b. P| untuk TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah -3,212,
-7,500 dan -13,398 ; artinya dengan pengurangan satu satuan guna tanah untuk
hutan, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
c. 32 TSS, BOD (20°C,5hari) dan COD masing-masing adalah +1,310,
+4,369 dan +10,872 ; artinya dengan penambahan satu satuan guna tanah untuk
bangunan Iain-Iain, menyebabkan penambahan kadar parameter di atas.
d. Sig T < a. Independent Variable-nydi signifikan masuk model, terlihat di sini
variabel penggunaan tanah untuk hutan dan bangunan Iain-lain signifikan masuk
model.
Dari hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa; Perubahan pola tata guna tanah
yang terkendali akan mengakibatkan debit dan kualitas air juga terkendali dapat
diterima.
Dari kondisi di atas dapat direkomendasikan, tanah perkebunan yang tidak produktif
lagi di daerah pedalaman yang berbukit dan berlereng teijal dengan kemiringan melebihi 40 %, hams dihutankan kembali menjadi hutan lindung, untuk memperbaiki tandon air
secara alami dan menjaga jalur flmgsi hidrologis hulu Ci Liwung. Seiain itu, daerahdaerah
resapan air bempa danau dan situ di Ci Liwung hulu maupun tengah, sepedd
Situ Lebakwangi di Parang, Danau Rawa Kalong di Cimanggis perlu dipertahankan dan
dipelihara teras.
Dalam dimensi lingkungan pertanahan, pembangunan sejumlah lapangan golf,
peramahan dan perkantoran dan industri di sisi kiri-kanan Ci Liwung, syarat
pembangunannya haras ditegaskan dan diatur dengan Perda No. 5 Tahun 1987, bahwa
pembangunan di kedua sisi daerah pengaliran sungai (DPS) beijarak 8 sampai 25 meter
dari sisi sungai atau tanggul sungai tersebut.

ABSTRACT
The Ci Liwung is the largest stream, that flows from the mountains in the interior of
West Java to Jakarta, the National Capital City of Indonesia. It was on the left
handbank of this stream that Governor General Daendels at the beginning of the 19^^
century constructed the road that leads to a village on the foothills by the name of
Bogor, wiiere he built a Summer Palace. Through the years Bogor grew and become a
city with a pleasant temperature, albeit wish amble rain.
Wish the growth of the population of the city of Bogor and surrounding villages, the
water of the Ci Liwung also experienced a change. The water of the river that was once
clear and clean, where one can fish and enjoy swimming, without any reservation,
gradually turned murky which might be partly due to increasing volume of domestic
waste.
During the Icist decades not only the city of Bogor had grown, but the land area along
side the Ci Liwung on the foothills of the mountain range to the East of Bogor has
become crowded as well. Growing prosperity experienced by more city people boosted
the building of more and more cottages aside from hotels, where people can relax and
enjoy the pleasant air during weekends.
More and more woodland on the mountain slopes had been cleared also to make room
for temperate zone vegetable and flower gardens, which can provide the farmer with a
healthy and steady income. All those human activities, however posed a negative
impact on the river. Every body of course is entitled to earn money as long as the method used is legal and not destiuctive. But the weight that the Ci Liwung watershed
had to carry in relation to the fullfilment of human needs seemed to be beyond it's
capacity to endure. The flow of the river during the last few years has turned erratic.
It's water has never been clear and clean any more.
The problem now is; to what extent is this change due to human intervention, especially
along tlie upper watershed ? That is the essence of the problem which we intent to find
out the answer in this study.
The following parameters are being applied to the problem ; the development pattern of
land use for housing, agriculture, forest, tourism and others as independent variable (xi
- Xn) and flow and water quality as dependent variables (Y) in the wet and dry season.
The objective of this study is to see the influence of land utilization change towards the
hydrologjc condition and water quality as well as factors that influence the pattern of
land utilization in the Ci Liwung watershed.
It is found out, that;
1. The change of the pattern of land use through time, had brought about changes in
the flow regiment of the river.
2. The increase in population within the Ci Liwung watershed area was the main cause
of the decline in the quality of the water of the stream."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>